1. Acuan
1.1.
1.2.
2. Tujuan
Validasi metode bertujuan untuk membuktikan melalui studi Laboratorium, bahwa unjuk
kerja karakteristik metode tersebut sesuai dengan tujuan penerapan analisisnya.
3. Ruang Lingkup
Instruksi kerja ini digunakan sebagai petunjuk teknis validasi terhadap metode tidak
baku, metode yang didesain/dikembangkan laboratorium, metode baku yang digunakan
di luar lingkup yang dimaksud, penguatan (amplification) serta metode baku yang
dimodifikasi untuk mengkonfirmasi bahwa metode itu sesuai untuk penggunaan yang
dimaksud Laboratorium. Tahapan dalam instruksi ini hanya sebagai petunjuk, tidak
ditekankan bahwa semua metode yang digunakan Laboratorium harus divalidasi sesuai
dengan semua tahapan dalam instruksi ini. Pemakaiannya disesuaikan dengan jenis uji
yang diaplikasikan.
4. Definisi
4.1.
Akurasi
Kedekatan antara nilai nyata, yang diterima sebagai nilai benar yang konvensional
atau nilai standar yang dapat diterima, dengan nilai hasil pengukuran dari komponen
yang sama.
4.2.
Presisi
Kedekatan antara hasil pengujian individu dalam serangkaian pengukuran
terhadap suatu contoh homogen yang dilakukan pengambilan contoh secara
berganda menurut prosedur yang telah ditetapkan.
4.2.1. Repitabilitas
Menyatakan presisi yang dilakukan pada kondisi yang telah ditentukan di
Laboratorium yang sama dalam interval waktu yang pendek oleh analis yang
sama dengan menggunakan peralatan dan pereaksi yang sama.
4.2.2. Presisi Intermediet
Limit Deteksi
Konsentrasi analit terendah dalam contoh yang dapat dideteksi, akan tetapi tidak
perlu ditentukan secara kuantitatif hingga didapatkan nilai yang persis.
Linieritas
Adalah kemampuan (dalam rentang tertentu) suatu penetapan kadar untuk
memperoleh hasil uji (respon analitik) yang sebanding dengan konsentrasi analit
dalam contoh.
4.5.
Limit Linieritas
Yaitu nilai ukur tertinggi yang masih memiliki hubungan linier antara skala ukur
dengan satuan yang diukur.
4.6.
Rentang
Merupakan interval di antara konsentrasi analit tertinggi (limit linieritas) dan
terendah (limit kuantitasi) dalam contoh yang dapat ditetapkan dengan akurasi,
presisi dan linieritas yang dapat diterima menggunakan metode pengujian
tersebut.
4.7.
Selektifitas
Merupakan kemampuan metode untuk dapat mendiferensiasi analit dari
konkomitan lain dalam matrik contoh.
4.8.
Limit Kuantitasi
Konsentrasi analit terendah dalam contoh yang dapat diukur secara kuantitatif
dengan akurasi dan presisi yang dapat diterima.
4.9.
Robustness (Ketegaran)
Merupakan kapasitas suatu prosedur analitik untuk tidak terpengaruh oleh variasi
kecil dalam parameter metode
4.10.
Matriks
Merupakan suatu kesatuan system dalam contoh.
4.11.
Konkomitan
Adalah zat ikutan / zat selain analit dalam contoh.
4.12.
Blangko Matriks
Suatu preparat koreksi latar belakang yang terdiri dari semua zat dalam contoh,
atau setidaknya mendekati contoh, tanpa analit.
4.13.
Blangko Pereaksi
Suatu preparat koreksi latar belakang yang terdiri dari pelarut analit dan semua
pereaksi yang digunakan dalam metode pengujian.
4.14.
Blangko Pelarut
Suatu preparat koreksi latar belakang yang terdiri dari hanya pelarut yang
digunakan dalam preparat uji akhir.
4.15.
Konsentrasi Uji
Merupakan konsentrasi analit yang dijadikan patokan dalam pengujian. Pada
produk-produk hasil buatan, konsentrasi uji sama dengan konsentrasi analit yuang
tertera pada etiket/label produk. Pada kasus tidak ditemui label Nilai kandungan
analit yang yang menjadi syarat keberterimaan objek uji berdasar standar yang
berlaku (misal : SNI)
5. Cara Kerja
5.1.
Akurasi
Terdapat sedikitnya empat macam metode untuk mengevaluasi akurasi suatu metode
uji, harus dipilih salah satunya sesuai dengan ketersediaan prasyarat dan metode uji.
Spike Recovery
Buat preparat contoh uji dengan konsentrasi 50, 100, dan 150% dari konsentrasi
uji melalui penambahan analit standar terhadap blangko matriks dengan
konsentrasi yang terukur secara pasti.
5.1.2.2.
Lakukan analisis berulang dengan jumlah pengulangan tiga kali untuk tiap-tiap
preparat menggunakan metode yang akan divalidasi bersamaan dengan
pengukuran standar.
5.1.2.3.
Hitung kadar analit dalam contoh yang kemudian dibandingkan terhadap kadar yang
didapat dari perhitungan teoretis, nyatakan sebagai % recovery untuk akurasi.
5.1.2.4.
Perhitungan:
Level
Konsentrasi
50%
Konsentrasi Teoretis
Replika
t
1
2
3
100%
1
2
3
150%
1
2
3
Konsentrasi Praktis
Analit dalam
Contoh ( )
x
x
x
x
x
x
x
x
%R
% Recovery (
%1
1
%2
2
%3
3
%4
4
%5
5
%6
6
%7
7
%8
8
%9
9
% Re cov ery
x
x100%
Keterangan :
x
( )
Lakukan analisis berulang dengan sedikitnya tiga kali ulangan terhadap satu
contoh QC dengan konsentrasi uji 100% menggunakan metode yang telah
diketahui pasti validitasnya.
5.1.3.2.
Lakukan pula minimal tiga kali ulangan analisis terthadap contoh QC yang sama
menggunakan metode uji yang akan divalidasi.
5.1.3.3.
Lakukan perhitungan uji F yang dilanjutkan dengan uji t student terhadap rerata
masing-masing hasil uji metode dengan tingkat keyakinan 95%.
5.1.3.4.
Metode uji valid jika memberikan hasil uji yang tidak berbeda nyata dengan
hasil uji metode yang telah diketahui validitasnya.
5.2.
Presisi
5.2.1. Repitabilitas
Evaluasi repitabilitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengukuran
berulang pada 100% konsentrasi uji produk/objek uji, dan pengukuran berulang
pada tiga level konsentrasi uji produk/objek uji (20, 50, dan 100%). Metode
evaluasi yang digunakan dipilih berdasar kesesuaian dengan sistem.
5.2.1.1.
5.2.1.1.4. Hitung nilai repitabilitas sebagai % SBR (Standar Baku Relatif) dari hasilhasil kadar yang didapat.
5.2.1.1.5. Repitabilitas metode uji memenuhi syarat jika memiliki nilai % SBR batas
keberterimaan pada konsentrasi uji.
5.2.1.1.6. Perhitungan:
Replikat
(n)
Respon
Analitik
Faktor
Konsentrasi
Analit
( y)
Contoh
y
(f)
Respon
Analitik
ys
Standar ( )
ys
f
2
f
3
f
4
f
5
f
6
ys
ys
ys
ys
ys
Faktor
Konsentrasi
Standar
fs
)
fs
fs
2
fs
3
fs
4
fs
5
fs
6
Kadar Analit
dalam
x
Contoh ( )
x
1
x
2
x
3
x
4
x
5
x
6
Jumlah
Rerata
Simpangan Baku
x x
n 1
% SBR 100%
x
Keterangan :
x
= Rerata
(n)
= Jumlah replikat
5.2.1.2.
= Simpangan baku
2.2.1.2.6. Perhitungan ;
Level
Konsentrasi
Replika
t
(n)
80%
1
2
3
Respon
Analitik
Contoh
Faktor
Konsentrasi
Analit
( y)
(f)
y
y
f
2
f
3
Respon
Analitik
Standar (
ys
)
ys
ys
ys
Faktor
Konsentrasi
Standar
fs
)
fs
fs
2
fs
3
Kadar Analit
dalam
x
Contoh ( )
x
1
x
2
x
3
Jumlah
Rerata
Simpangan baku
%SBR
100%
ys
f
1
f
2
f
3
ys
ys
fs
2
fs
3
fs
x
2
x
3
Jumlah
Rerata
Simpangan baku
%SBR
120%
ys
f
1
f
2
f
3
ys
ys
%
x
fs
1
fs
2
fs
3
x
2
x
3
Jumlah
Rerata
Simpangan baku
%SBR
Presisi dinyatakan sebagai rentang %SBR
x x
n 1
% SBR 100%
x
Keterangan :
x
= Rerata
x
= Jumlah kadar analit dalam contoh
%
%terkecil s.d.
%terbesar
2.2.2.
= Jumlah replikat
= Simpangan baku
Presisi intermediet
Evaluasi presisi intermediet dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengukuran
berulang pada 100% konsentrasi uji produk/objek uji, dan pengukuran berulang
pada tiga level konsentrasi uji produk/objek uji (80, 100, dan 120%). Metode
evaluasi yang digunakan dipilih berdasar kesesuaian dengan sistem.
5.2.2.1.
5.2.1.2.1. Buat objek uji atau contoh QC dengan konsentrasi analit 100% konsentrasi
yang tertera pada etiket produk.
5.2.1.2.2. Objek uji atau contoh QC tersebut didistribusikan minimal kepada dua
orang analis.
5.2.1.2.3. Lakukan analisis berulang menggunakan metode yang akan divalidasi
terhadap produk atau contoh QC tersebut dengan jumlah ulangan masingmasing analis minimal sebanyak enam kali.
5.2.1.2.4. Lakukan pula pengukuran standar.
5.2.1.2.5. Ulangan analisis dilakukan pada interval waktu yang berjauhan (hari yang
berbeda) dan lebih baik menggunakan peralatan berbeda.
5.2.1.2.6. Hitung nilai presisi intermediet sebagai % SBR (Standar Baku Relatif) dari
hasil-hasil kadar yang didapat dari pengulangan analisis yang dilakukan
oleh para analis tersebut.
5.2.1.2.7. Metode uji memenuhi syarat jika memiliki nilai presisi (% SBR) batas
keberterimaan.
5.2.1.2.8. Perhitungan:
Replika
t
Respon
Analitik
Faktor
Konsentrasi
Respon
Analitik
Faktor
Konsentrasi
Kadar Analit
dalam Contoh (
(n)
( y)
Analit
Contoh
ys
(f)
Standar (
Analis 1
ys
Standar
(
f
2
f
3
f
4
f
5
f
6
ys
ys
ys
ys
f
2
f
3
f
4
f
5
f
6
ys
ys
ys
ys
ys
fs
fs
2
fs
3
fs
4
fs
5
fs
Analis 2
ys
ys
x
2
x
3
x
4
x
5
x
6
fs
fs
2
fs
3
fs
4
fs
5
fs
6
fs
x
2
x
3
x
4
x
5
x
6
Jumlah
Rerata
Simpangan Baku
x x
n 1
% SBR 100%
x
Keterangan :
x
= Rerata
x
= Jumlah kadar analit dalam contoh
(n)
= Jumlah replikat
= Simpangan baku
n 1
% SBR 100%
x
Keterangan :
x
= Rerata
(n)
= Jumlah replikat
= Simpangan baku
2.2.3.
Reproduksibilitas
5.2.3.1
Buat objek uji atau contoh QC dengan konsentrasi analit 100% konsentrasi yang
5.2.3.2
5.2.3.3
laboratorium berbeda.
Lakukan analisis berulang menggunakan metode yang akan divalidasi terhadap
produk atau contoh QC tersebut dengan jumlah ulangan masing-masing
5.2.3.4
5.2.3.5
5.2.3.6
berbeda).
Hitung nilai reproduksibilitas sebagai % SBR (Standar Baku Relatif) dari hasilhasil kadar yang didapat dari pengulangan analisis yang dilakukan di
5.2.3.7
dua
2.2.4.
Linieritas
5.2.4.1
5.2.4.2
5.2.4.3
5.2.4.4
5.2.4.5
2.2.5.
Limit Deteksi
Limit deteksi dapat ditentukan dengan setidaknya tiga cara, yang harus dipilih
salah satu berdasar kesesuaian dengan sistem.
2.2.6.
Limit Kuantitasi
Limit kuantisasi dapat ditentukan dengan setidaknya tiga cara, yang harus dipilih
salah satu berdasar kesesuaian dengan sistem.
5.6.2.1.
5.6.2.1.1. Lakukan analisis berulang terhadap plasebo sebanyak minimal lima kali
ulangan.
5.6.2.1.2. Lakukan pula pengukuran deret standar.
5.6.2.1.3. Hitung standar deviasi dari data analisis plasebo (blangko matriks) dan slope
dari data deret standar yang didapat.
5.6.2.1.4. Hitung nilai limit kuantitasi sebagai respon analitik blangko matriks ditambah
sepuluh kali standar deviasi.
2.2.7.
Spesifitas
5.2.8.1. Lakukan minimum tiga kali analisis terhadap contoh QC dengan konsentrasi 100
% konsentrasi uji.
5.2.8.2. Buat preparat spesifitas dengan menambahkan senyawa pengotor yang memiliki
kemiripan rumus molekul dan atau sifat-sifat fisika-kimia yang diduga kuat dapat
terkandung dalam produk dan atau dapat mengganggu analisis.
5.2.8.3.
Lakukan minimum tiga kali analisis terhadap preparat spesifitas tersebut di atas.
5.2.8.4. Lakukan uji beda nyata terhadap rerata hasil uji kedua objek uji tersebut.
5.2.8.5. Metode dapat dikatakan spesifik bila tidak memberikan hasil uji yang berbeda
nyata.
2.2.8.
Robustness
5.2.9.1. Tentukan satu atau lebih faktor yang akan diteliti efeknya terhadap hasil analisis
(suhu, waktu, dan atau salah satu kemungkinan variasi kecil yang dapat terjadi
dalam analisis rutin).
5.2.9.2. Buat preparat yang memadai untuk tiap percobaan.
5.2.9.3. Lakukan sedikitnya dua kali pengukuran untuk tiap preparat sesuai dengan
kondisi yang dipersyaratkan dalam percobaan.
5.2.9.4. Lakukan pula pengukuran standar fresh untuk tiap-tiap pengukuran preparat.
5.2.9.5. Bandingkan hasil yang didapat pada tiap eskalasi percobaan dengan kontrol.
5.2.9.6. Metode dapat dikatakan Robust jika tidak terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan tervariasi dengan perlakuan kontrol pada taraf kepercayaan 95%.
2.3.
Evaluasi
5.3.1. Lampirkan semua catatan data dan grafik, kromatogram, dan atau spektrogram bila ada.
5.3.2. Lakukan semua perhitungan sebelum, selama, dan setelah pelaksanaan evaluasi serta
analisis statistik.
5.3.3. Bandingkan hasil yang diperoleh terhadap kriteria penerimaan tiap parameter validasi.
5.3.4. Bila terdapat penyimpangan siapkan laporan termasuk justifikasi dan dampaknya
terhadap validitas metode uji.
2.5.
Hasil pengamatan
Dokumen Terkait
PR-5.4. Prosedur Pengujian dan Validasi Metode
-FF-
F-