Artikel Analisis Debit Aliran Sungai Batang Merao Dengan Menggunakan Model Swat
Artikel Analisis Debit Aliran Sungai Batang Merao Dengan Menggunakan Model Swat
ARTIKEL ILMIAH
PUTRI ELVIDA
D1A017087
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
ANALISIS DEBIT ALIRAN SUNGAI BATANG MERAO
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SWAT (SOIL AND
WATER ASSESSMENT TOOLS)
2)
Dosen Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi
Email: putrielvida98@gmail.com
ARTIKEL ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana
Universitas Jambi
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Artikel ilmiah dengan judul “Analisis Debit Aliran Sungai Batang Merao Dengan
Menggunakan Model Swat (Soil And Water Assessment Tools)” disusun oleh
Putri Elvida, NIM D1A017087
Menyetujui,
Dr. Ir. Mohd. Zuhdi, M.Sc Dr. Ir. Asmadi Saad, M.Si
NIP.19670507199403100 NIP.19680309199203100
6 3
Mengetahui:
ABSTRAK
ABSTRACT
The management of the Batang Merao River is still facing various problems such
as floods. One of the factors causing flooding is the shift in the function of land
use in the upstream area from a forest area to an agricultural area and a change
from an agricultural area to a residential area resulting in a greater surface flow
when it rains. Land use changes increase along with the growth of the population
rate in an area. Therefore, it is necessary to have information about the analysis of
the discharge of the Batang Merao River. The analysis of discharge in the Batang
Merao River was carried out using the SWAT method. The SWAT model is used
because in conducting discharge analysis it takes into account climate data, soil
properties, topography, vegetation, and land management practices that occur
within the watershed. This study aims to determine the daily discharge, 15 daily
discharge, and monthly discharge of the Batang Merao watershed. Analysis of the
Batang Merao River discharge at the Debai outlet was carried out during the
period 2017-2019. SWAT modeling requires data on land use, soil type, climate,
and observation discharge. The SWAT model stage begins with the watershed
deliniation process based on outlets, HRU formation, climate processing and
model simulation, as well as calibration using SWATCUP and validation using
statistical parameter values R2. The results of the SWAT modeling analysis on
the Batang Merao watershed showed the validation results of daily, 15 daily and
monthly discharges of the Batang Merao River at the Debai outlet for the 2018-
2019 period obtained statistical values of R² of 0.8 0, 0.84 and 0.81. The
statistical value of R² shows a satisfactory result that is close to the number 1. It
can be concluded that the modeling of the discharge of the Batang Merao River
can present the original conditions that occur in the Batang Merao river, so that in
dealing with water resource problems in the Batang Merao river SWAT
modeling can be in Use it as a tool to choose management actions in controlling
the problem.
PENDAHULUAN
Curah hujan yang tinggi dan kurangnya daerah resapan air pada suatu
daerah dapat menyebabkan tidak nomalnya siklus hidrologi. Dampak dari
terganggunya siklus hidrologi adalah terjadinya bencana banjir.
Faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya banjir salah satunya adalah
beralihnya fungsi penggunaan lahan di daerah hulu dari kawasan hutan menjadi
kawasan pertanian serta perubahan dari kawasan pertanian menjadi kawasan
pemukiman mengakibatkan aliran permukaan menjadi lebih besar ketika hujan
turun. Perubahan tata guna lahan meningkat seiring dengan pertumbuhan laju
penduduk pada suatu wilayah. Perubahan tata guna lahan dapat memberikan
dampak terhadap air permukaan suatu wilayah yang dapat mempengaruhi siklus
hidrologi pada DAS daerah tersebut. Berdasarkan data BWS VI Sumatra Provinsi
Jambi bahwa banjir yang terjadi di sungai Batang Merao disebabkan adanya
penurunan kapasitas tampung debit sungai dan terjadinya penambahan debit
sungai akibat perubahan fungsi lahan di daerah tangkapan air hujan, kerusakan di
daerah hulu sungai dan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk.
Dilihat dari Gambar 1 DAS Batang Merao didominasi lahan sangat curam
dengan kemiringan >45%. Hal ini dapat menyebabkan erosi dan banjir karena
tanah atau lahan sangat peka terhadap erosi, curah hujan harian sangat tinggi,
dan kawasan lindung dapat berupa jalur pengaman aliran sungai dan hutan
lindung.
Dalam Harmonized World Soil Database dijelaskan kode jenis tanah yang
diklasifikan oleh FAO diantaranya Acrisol (AC), Cambisol (CM), Gleysol (GL),
Fluvisol (FL), Podzol (PZ), Andosol (AN). Untuk hasil yang lebih jelas dapat
dilihat pada Gambar 3.
Outlet di Debai berupa pos duga air dengan menggunakan alat pesawat
otomatik mingguan. Outlet ini terletak pada titik koordinat 101.4323 dan -
2.10145 pada Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.
Letak outlet ini kemudian dijadikan acuan dalam delineasi DAS Batang Merao.
Dari proses delineasi DAS diatas terbentuk DAS dan sub DAS baru. Luasan DAS
yang terbentuk berdasarkan outlet sebesar 66.121 km dengan jumlah sub DAS
yang dihasilkan sebanyak 85 sub DAS. Hasil delineasi DAS dapat dilihat pada
Gambar 4.
Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Klasifikasi Tata Guna Lahan DAS Batang Merao.
No Tata Guna Lahan SWAT Clasification Land Luas (ha) Persentase
Landuse Use (%)
1 Hutan Campuran FRST forest-mixed 15,787 23,88
2 Tanaman Baris AGRR Agricultural Land- 8,796 13,30
Darat Pertanian Row Crops
3 Lahan Pertanian AGRL agricultural land 751 01,14
4 Padang Rumput PAST Pasture 30,754 46,52
5 Sawah RICE Rice 8,004 12,11
6 Kepadatan URML Residential-Med/ 1,895 02,87
Perumahan- Low Density
Med/Rendah
7 Tandus BARR Barren 132 0,20
JUMLAH 66,121 100
d. Pembentukan HRU
Dari ketiga data spasial yang sudah diproses kemudian dilakukan batasan
data atau threshold by percentage. Setelah itu pembentukan HRU dilakukan
dengan overlay ketiga data tanah yaitu data tata guna lahan, jenis tanah dan
kemiringan lahan. Hasil dari proses tersebut diperoleh jumlah HRU sebanyak
513 HRU yang terbagi didalam 85 sub DAS. Untuk lebih jelasnya hasil proses
pembentukan HRU dapat dilihat pada Tabel 6.
7. Hasil Kalibrasi
Proses kalibrasi diperlukan untuk optimalisasi hasil simulasi dengan
menyesuaikan nilai parameter dari suatu model untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan. Kalibrasi bertujuan untuk meningkatkan korelasi model dengan
kondisi sebenarnya karena adanya keterbatasan model hidrologi dalam
memodelkan kondisi sebenarnya. Kalibrasi menggunakan aplikasi SWAT-CUP
dengan metode SUFI-2 (Sequential Uncecrtainty Fitting). Metode SUFI2
memiliki nilai batas yang ditentukan dari setiap parameter yang mempengaruhi
simulasi. Kemudian kalibrasi dilakukan dengan proses iterasi sebanyak >50 kali
dimana dalam satu iterasi maksimal terdapat 500 simulasi untuk setiap kombinasi
parameter.
Dari hasil simulasi model terdapat message and warning yang dapat
digunakan sebagai acuan dalam menentukan parameter yang akan digunakan.
Message and warning pada hasil simulasi model pada Gambar 12 yaitu lateral
flow is greater than groundwater flow, may indicate a problem. Water yield may
be excessive ,surface runoff may be excessive, sehingga parameter yang digunakan
untuk optimasi adalah parameter yang memiliki pengaruh terhadap air tanah. Pada
penelitian ini menggunakan sembilan parameter yang diperkirakan dapat
mempengaruhi hasil simulasi secara signifikan dengan dilakukan kalibrasi secara
bersamaan. Parameter yang digunakan dan rentang nilai parameter yang diperoleh
pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 5. Parameter Dan Rentang Nilai Yang Digunakan Pada SWAT CUP
No Nama Parameter Nilai Nilai Minimal Nilai Maksimal
1 R__CN2.mgt 162,603 150,648 176,637
2 V__GW_REVAP.gw 508,370 412,682 557,664
3 R__SOL_K.sol 827,380 756,642 887,638
4 V__CH_K2.rte 269,274 267,676 347,542
5 V__CH_N2.rte 1159,223 812,331 1454,723
6 V__GW_DELAY.gw 257,713 41,328 556,532
7 V__ALPHA_BF.gw -0,972 -1,066 -0,892
8 V__GWQMN.gw 5872,887 -80,434 6534,367
9 V__REVAPMN.gw 383,848 260,372 623,536
(√ )
n 2
∑ (Qm −Qm .avr )(Q s−Qs . avr )
R 2= i=1
i i
( )
2
2 104.76
R=
116.45
2
R =0 ,80
40.00
20.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut.
Saran
Berdasarkan dari kesimpulan penelitian ini terdapat beberapa saran yang
bisa dijadikan pertimbangan untuk penelitian kedepannya yaitu sebagai berikut.
DAFTAR PUSTAKA
Arnold, J. G., Neitsch, S. L., Kiniry, R., Srinivasan, J. R., dan Williams, J. R.
2012. Soil and Water Assessment Tool Input/Output File Documentation
Verrsion 2012. Agricultural Research Service US. Texas.
Arnold, J. G., Moriasi, D. N., Gassman, P. W., Abbaspour, K. C., White, M. J.,
Srinivasan, R., Santhi, C., Harmel, R. D., VanGriensven, A., Van Liew,
M. W., Kannan, N., dan Jha, M. K. 2012. SWAT: MODEL USE,
CALIBRATION, AND VALIDATION. Transactions of the ASABE. 55
(4). Texas.
Badan Wilayah Sungai VI ( BWS VI ) Provinsi Jambi.
Badan Pusat Statistik, 2019, Kerinci dalam Angka 2019, Kerinci, Badan Pusat
Statistik Kabupaten Kerinci.
Badan Pusat Statistik, 2019, Sungai Penuh dalam Angka 2019, Sungai Penuh,
Badan Pusat Statistik Kota Sungai Penuh.
Dokumen Infornmasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(DIKPLHD) Kota Sungai Penuh, 2018 .
Documentation Version 2009. Agricultural Research Service US. Texas.
Ekaputra, E. G., dan Ningsih, S. R.2007, Dinamika Hasil Air Daerah Aliran
Sungai Ditinjau dari Keberlanjutan Sumber Daya Air untuk Pertanian
[Disertasi], Yogyakarta, Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada
Junaidi, E. dan S.D. Tarigan. 2012. Penggunaan Model Hidrologi SWAT (Soil
and Water Assessment Tool) dalam Pengelolaan DAS Cisadane. Jurnal
Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 9 (3) : 221 – 239. Pusat Penelitian
Konservasi dan rehabilitasi.
Purwanto, E. H. dan Lukiawan, R.. 2018-2019. Parameter Teknis dalam Usulan
Standar Pengolahan Penginderaan Jauh: Metode Klasifikasi Terbimbing.
Jurnal Standardisasi. Vol. 21 No. 1. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana.
Yudistira. 2008, Kajian Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Kegiatan
Penambangan Pasir di Daerah Kawasan Gunung Merapi (Studi Kasus di
Desa Keningar Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang,
Yunus, L., 2005, Evaluasi Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citanduy Hulu
dan Akibatnya di Hilir [Tesis], Bogor, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.