Anda di halaman 1dari 13

USULAN PENELITIAN

PENGGUNAAN BaSO4 PADA PEMERIKSAAN KADAR


ASAM URAT SERUM IKTERIK

Disusun untuk memenuhi ketentuan melakukan kegiatan


penyusunan Karya Tulis Ilmiah sebagai Persyaratan Mencapai Derajat
Diploma III Kesehatan Jurusan Analis Kesehatan

Diajukan oleh :
Yassinta Eka Rustiniawati
NIM P07134112084

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2013

PERSETUJUAN PEMBIMBING
Usulan Penelitian dengan judul Penggunaan BaSO4 Pemeriksaan Kadar
Asam Urat Serum Ikterik telah mendapat persetujuan pada tanggal

Desember

2013.

Menyetujui,

Pembimbing Utama,

Pembimbing Pendamping,

Dra. Ratih Hardisari, M.Kes


NIP.19620226 198501 2 001

Sujono, SKM, M.Sc.


NIP. 19630306 198603 1 005

Mengetahui,
Ketua Jurusan Analis Kesehatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta

Ir. Roosmarinto, M. Kes


NIP. 19570724 199303 1 001

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat-Nya, sehingga Usulan Penelitian yang berjudul Penggunaan
BaSO4 Pemeriksaan Kadar Asam Urat Serum Ikterik ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.
Usulan Penelitian ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari
berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Abidilah Mursyid, SKM, M.Sc., selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Yogyakarta.
2. Ir. Roosmarinto, M. Kes., selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta.
3. Dra. Ratih Hardisari, M.Kes., selaku pembimbing utama dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Sujono, SKM, M.Sc., selaku pembimbing pendamping penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini.
5. Ir. Roosmarinto M.Kes., selaku penguji Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Ibu Mursetyati Yuni Astuti, Hilda Rusdwiana Ulimawati, Panji Prastowo atas
doa dan dukungan semangatnya.
7. Anak-anak AsTim serta Budi, Cika, Titik, Nurul dan Enta. Thanks for all
8. Nia, Ridmi, Isna, Warda. Semangat Lembur Kawan.
9. Teman-teman Jurusan Analis Kesehatan khususnya Reguler B 2012, serta
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyusunan Usulan Penelitian ini.

Penulis sadar bahwa Usulan Penelitian ini masih jauh dari sempurna.
Namun penulis berharap semoga Usulan Penelitian ini bermanfaat bagi pihakpihak yang memerlukan.
Yogyakarta, Desember 2014

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Laboratorium

kesehatan

mempunyai

peran

penting

di

dunia

kesehatan ditinjau dari peran sertanya dalam menunjang penentuan


diagnosis, pengobatan, prognosis, pemantauan perjalanan suatu penyakit
serta menentukan tingkat kesehatan perorangan. Hasil pemeriksaan
laboratorium yang baik dinilai dari tingkat ketepatan, presisi dan spesifik
yang tinggi (Kosasih, E. N., 1984). Sebelum hasil pemeriksaan laboratorium
dikeluarkan terlebih dahulu melalui proses yang panjang yaitu tahap praanalitik, analitik ataupun pasca-analitik (Lewandrowski, 2002). Untuk
menjamin mutu hasil pemeriksaan setiap laboratorium perlu menjalankan
program pemantapan mutu internal maupun eksternal (Kosasih, E. N.,
1984).
Hasil pemeriksaan laboratorium yang tepat akan menguntungkan
pasien dan dokter dalam rangka menemukan pengobatan yang tepat. Hal ini
ditentukan oleh tepatnya pemilihan tes laboratorium yang dilakukan, metode
tes yang digunakan, pemilihan sampel yang tepat dan kualitas sampel.
Kualitas spesimen serum yang diterima di laboratorium dapat memiliki
dampak besar pada keandalan hasil yang dilaporkan. Sejumlah faktor
seperti kondisi puasa, jumlah spesimen yang diperoleh, jangka waktu dari
menarik untuk sentrifugasi, dan kondisi penyimpanan dan transportasi
semua bisa berdampak pada keakuratan hasil laboratorium (AVRL, 2013).
Sampel yang kerap digunakan adalah feses, urine dan darah.

Parameter pemeriksaan klinik kerap menggunakan plasma atau


serum sebagai sampel. Plasma ialah cairan berwarna kuning yang dalam
reaksi bersifat sedikit alkali. Plasma darah berisi gas (oksigen dan
karbondioksida), hormone-hormon,

enzim dan antigen (Pearce, 1999).

Sedangkan serum ialah bagian darah yang tersisa setelah darah membeku.
Pembekuan merubah semua fibrinogen menjadi fibrin dengan menghabiskan
faktor VIII, V dan protombin. (Widmann, 1989).
Hasil dari serum yang mengalami hemolisis, ikterik, dan lipemik
mungkin tidak akurat dan dapat menyebabkan kesalahan medis (Simundic,
dkk.,

2009).

Keadaan

ini

akan

mempengaruhi

hasil

pemeriksaan

menggunakan spektrofotometer akibat dari keruhnya warna sampel yang


membuat absorbansi yang diserap oleh sampel menjadi tinggi sehingga hasil
pemeriksaan akan menunjukkan hasil tinggi palsu (Irawati, 2011).
Hemolisis adalah kerusakan dari membrane sel darah merah,
menyebabkan pembebasan hemoglobin dan komponen internal lainya
kedalam cairan sekitarnya. Hemolisis dideteksi secara visual dengan
menampilkan warna merah dalam serum atau plasma dan dapat
mengganggu uji parameter laboratorium. Sedangkan serum lipemik adalah
Berbeda dengan serum hemolitik yang dapat terjadi karena dua alasan,
serum lipemik dan ikterus terjadi pada kondisi patologis saja. Serum lipemik
terjadi

apabila

keadaan

seseorang

mengalami

hiperkolesterolemia.

Sedangkan serum ikterik kerap dijumpai pada berbagai penyakit hati dan
kerap kali dijumpai pada penderita hepatitis.

Serum ikterik terjadi akibat keadaan hiperbilirubinemia dalam serum


yaitu penumpukan bilirubin dalam plasma. Hal ini menimbulkan pigmentasi
kuning atau ikterus pada kulit atau sklera. Pigmentasi kuning pada jaringan
diakibatkan oleh banyaknya aliran darah yang melewati jaringan tersebut
(Isselbacher, dkk., 1995).
Hiperbilirubinemia dapat terjadi akibat peningkatan bilirubin tidak
terkonjugasi maupun bilirubin terkonjugasi (Wong, dkk., 2002). Penyebab
meningkatnya kadar bilirubin tak terkonjugasi atau terkonjugasi dipengaruhi
oleh tempat anatomi lesi patologik yang menyebabkan ikterus (pre-hepatik,
hepatik, pasca-hepatik), sebab patologik (infektif, toksik dan sebagainya)
serta jenis perubahan dalam metabolisme bilirubin (Baron, 1995).
Bilirubin merupakan salah satu hasil pemecahan hemoglobin yang
disebabkan oleh kerusakan sel darah merah (SDM). Ketika SDM
dihancurkan, hasil pemecahannya terlepas ke sirkulasi, hemoglobin terpecah
menjadi dua fraksi yaitu heme dan globin. Bagian globin (protein) digunakan
lagi oleh tubuh, dan heme diubah menjadi bilirubin tidak terkonjugasi, yaitu
bilirubin yang terikat pada albumin namun tidak larut dalam air. Bilirubin tidak
terkonjugasi diangkut oleh albumin ke organ hati untuk dikonjugasi dengan
asam glukoronat dan adanya enzim glukoronil transferase menghasilkan
bilirubin terkonjugasi (Wong, dkk., 2002). Bilirubin terkonjugasi kemudian
direduksi menjadi senyawa yang berwarna kuning (Sadikin, 2001). Sebagian
besar bilirubin terreduksi diekskresikan ke feses dan sebagian kecil
dieliminasi ke urine (Wong, dkk., 2002).

Hepar orang dewasa mempunyai kapasitas cadangan untuk


menkonjugasi dan mengekskresikan 5-10 kali beban bilirubin normalnya,
yaitu sekitar 500mol/24 jam (Baron, 1995). Pada kondisi normal tubuh
mampu mempertahankan keseimbangan antara destruksi SDM dan
penggunaan atau ekspresi produk sisa. Tetapi keterbatasan perkembangan
atau proses patologis memngaruhi keseimbangan ini (Wong, dkk., 2002).
Ikterus akan terlihat apabila kadar bilirubin serum melebihih 34-43 mol/L
(2.0-2.5 mg/dL) atau sekitar dua kali lipat dari batas atas kisaran normal
(Isselbacher, dkk., 1995).
Salah satu parameter pemeriksaan kimia klinik yang kerap diminta
adalah asam urat dan metode yang umum digunakan adalah enzymatic
colorimetric yang menggunakan panjang gelombag tertentu dalam mengukur
kadar asam urat (Diasys, 2008). Akan tetapi penggunaan serum ikterik
menyebabkan hasil tinggi palsu karena warna serum yang gelap
mempengaruhi absorbansi yang dihasilkan. Warna serum yang kuning coklat
mengganggu pembacaan dengan spektrofotometer yaitu pada rentang
panjang gelombang 340-500nm (Contois dan Nguyen, 2012).
Asam urat merupakan bagian normal dari darah dan urin. Asam urat
dihasilkan oleh pemecahan dan sisa pembuangan dari bahan makanan yang
mengandung nukleotida purin atau berasal dari nukleotida purin yang
diproduksi oleh tubuh. Artinya, secara alami tubuh akan selalu memiliki asam
urat dalam jumlah yang terbatas (Rahayu, 2012).
Selama ini belum ditemukan metode yang tepat dalam penanganan
serum ikterik (Contois dan Nguyen, 2012). Pemeriksaan pada rumah sakit

besar atau pada laboratorium klinis tenama kerap digunakan metode


pengenceran serum atau dengan ultrasentrifugasi untuk mengatasi bilirubin
pada serum. Namun cara ini dirasa belum tepat karena mempunyai
beberapa faktor kesalahan. Metode pengenceran memiliki resiko dalam
perhitungan

volume

pengenceran

yang

tepat.

Sedangakan

metode

sentrifugasi memiliki kekurangan pada waktu yang relative lama dan biaya
pemeriksaan yang tinggi. Metode-metode ini belum umum digunakan pada
laboratorium.
Prinsip pemeriksaan bilirubin urin yaitu penggunaan Barium Klorida
(BaCl2) yang akan bereaksi dengan sulfat yang terkanding dalam urin,
kemudian membentuk endapan Barium Sulfat (BaSO4) dan bilirubin yang
menempel pada molekul ini mendasari pemikiran penambahan BaSO4 ke
dalam serum sebagai bahan untuk mengikat dan mengendapkan bilirubin
serum.
Sifat BaSO4 yang inert atau sangat stabil dalam arti sukar bereaksi
dengan unsur-unsur lain (Winarto, 2013) dan berberat jenis tinggi menjadi

acuan untuk digunakan pada serum. TEM mikrograf menunjukkan bahwa


partikel BaSO4 berbentuk bulat hampir elips. Ukuran partikel BaSO4 adalah
antara 6-26 nm, dengan ukuran rata-rata 18 nm (Saraya dan Bakr, 2011).
Ukuran partikel nano ini memungkinkan BaSO4 menjadi adsorben yang baik
bagi bilirubin.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penggunaan BaSO4
sebagai absorben pada pemeriksaan kadar asam urat serum ikterik,
sehingga dapat dibuktikan apakah penggunaan BaSO4 pada pemeriksaan

kadar asam urat serum ikterik dapat diaplikasikan. Dengan demikian dapat
ditentukan kebijakan penanganan serum ikterik dalam pemeriksaan kimia
klinik.
B. Rumusan Masalah
Apakah penggunaan BaSO4 dapat digunakan sebagai adsorben untuk
bilirubin dan dapat diaplikasikan pada pemeriksaan kimia klinik kadar asam
urat pada serum ikterik?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1.

Tujuan Umum
Mengetaui penggunaan BaSO4 sebagai adsorben untuk bilirubin
dan dapat diaplikasikan pada pemeriksaan kimia klinik kadar asam urat
pada serum ikterik.

2.

Tujuan Khusus
Mengetahui pengaruh hasil pemeriksaan menggunakan BaSO4
pada pemeriksaan kadar asam urat serum ikterik.

D. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini mencakup bidang analis kesehatan khususnya kimia
klinik.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis

Membuktikan BaSO4 dapat digunakan untuk aplikasi kimia klinik


pada pemeriksaan kadar asam urat pada serum ikterik.
2. ` Manfaat praktis
Bagi

pengelola

manajemen

laboratorium

klinis,

dapat

menggunakan hasil penelitian ini sebagai dasar penerapan kebijakan


penanganan serum ikterik.
.
F.

Keaslian Penelitian

DAFTAR PUSTAKA
Abaxis Veterinary References Laboratory. 2013. Measurement of Lipemia,
Hemolysis

and

Icterus

as

an

Indicator

of

Sample

Qality.

http://www.abaxis.com/pdf/avrl_newsletter_-_april_2013.pdf. Diunduh pada 20


November 2014.
Contois, J. H dan Nguyen, R. A. 2012. http://www.sundiagnostics.us/wpcontent/uploads/2012/09/Assay-Interference_-A-Need-for-IncreasedUnderstanding-and-Testing.pdf. Iunduh pada tanggal 20 November 2014.
Diasys. 2008. Manual for Uric Acid FS*. Germany: Diagnostic System.
Irawati, F. 2011. Perbedaan Kadar Bilirubin Direk Sebelum dan Sesudah
Pemutaran dengan Kecepatan 10000 rpm pada Serum Lipemik di Laboratorium
Klinik Pramita Utama. Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Politeknik Kesehatan
Jurusan Analis Kesehatan.
Isselbacher, K. J., Eugene, B., Jean, D. W., Joseph, B. M., Anthony, S. F. dan
Dennis, L. K. 1995. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume I.
http://books.google.co.id/books?id=vpN4ksOeDroC&pg=PA265&dq=penyebab+s
erum+hemolisis&hl=id&sa=X&ei=1_1lVOj2EYG9uAS73oDICQ&redir_esc=y#v=o
nepage&q=penyebab%20serum%20hemolisis&f=false.

Diunduh

pada

17

November 2014.
Kosasih, E. N. 1984. Pemeriksaan Laboratorium Klinik. Bandung: Alumni
Rahayu, A. D. 2012. Analisi Pemantapan Mutu Internal Pemeriksaan Asam Urat
di Instalasi Laboratorium RSUD Panembahan Senopati Bantul. Skripsi.
Yogyakarta: Politeknik Kesehatan Jurusan Analis Kesehatan.

Sadikin, M. 2001. Biokimia Darah. Jakarta: Widya Medika.


Saraya, M. E. S. I dan Bakr, I. M., 2011. Synthesis of BaSO4 Nanoparticles by
Precipitation Method Using Polycarboxylate as a Modifier.
http://thescipub.com/PDF/ajnsp.2011.106.111.pdf. Diunduh pada 20 November
2014.
Simundic, A. M., Nora, N., Valentina, I., Dragica, F.R., Bojana, M., Marina, K.,
dan Elizabeta, T. 2009. http://edoc.hu-berlin.de/oa/degruyter/cclm.2009.306.pdf.
Diunduh pada 20 November 2014.
Widmann, F. K. 1989. Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
Edisi 9. Alih Bahasa :

Siti Boedina Kresno, R. Gandasoebrata, dan J. Latu.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.


Winarto,

D.

2013.

Kelompok

Unsur-unsur

Inert.

http://www.ilmukimia.org/2013/01/kelompok-unsur-unsur-inert.html. Diakses pada


20 November 2014.
Wong, D. L., Marilyn, H. E., David, W., Marilyn, L. W. dan Patricia S. 2002. Buku
Ajar

Keperawatan

Pediatrik.

http://books.google.co.id/books?id=HHjThPtweDsC&printsec=frontcover&hl=id#v
=onepage&q&f=false. Diakses pada 17 November 2014.
World Health Organisation. 2002. Use of Anticoagulants in Diagnostic Laboratory
Investgations. http://europepmc.org/abstract/MED/1512868. Diunduh pada 20
November 2014.

Anda mungkin juga menyukai