Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KIMIA KLINIK III

“BILIRUBIN TOTAL”

OLEH :

NAMA : PRISKA SARI PAYUNG

NIM : B1D20072

KELAS : 2020 B

KELOMPOK: IV

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk membantu menegakkan
diagnosis penyakit. Pengendalian terhadap pra analitik, analitik, dan pasca
analitik dapat memberikan hasil pemeriksaan laboratorium yang akurat dan
dapat dipercaya. Tahap pra analitik meliputi persiapan pasien, pengambilan
sampel darah, penanganan, persiapan sampel, persiapan alat dan bahan. Tahap
analitik meliputi pengolahan sampel dan interpretasi hasil. Tahap pasca analitik
meliputi pencatatan hasil dan pelaporan (Ni Heny, 2019).
Proses pra analitik yang lain yang juga masih kurang diperhatikan oleh
beberapa analis di laboratorium yaitu tentang penyimpanan sampel darah.
Penyimpan sampel dilakukan jika pemeriksaan ditunda, sampel akan dikirim
ke laboratorium lain atau disimpan karena dikhawatirkan akan ada tambahan
pemeriksaan sehingga pasien tidak akan ditindaki ulang untuk pengambilan
darah kembali. Penyimpanan sampel darah sebaiknya dalam bentuk serum
aliquot (Ni Heny, 2019).
Pada pemeriksaan kimia klinik, hampir semua pengukuran kimiawi
darah dilakukan pada plasma atau yang lebih spesifik, pada serum yang
diperoleh setelah sampel darah dibekukan dan bekuannya dipisahkan dengan
pemusingan. Hati memiliki banyak fungsi yang terkait dengan
metabolismekarbohidrat, protein, lemak dan vitamin. Gangguan faal hati dapat
disebabkan oleh anemia hemolitik, pada keadaan ini faal hati pada umumnya
normal kecuali bilirubin (Ni Heny, 2019).
Pada pemeriksaan bilirubin dari serum yang disimpan 4 hari pada suhu
2-8ºC memilki hasil yang berbeda dengan hasil serum segar, hal ini terjadi
karena ketahanan bilirubin total pada serum yang disimpan pada suhu 2-8ºC
tidak bisa terlalu lama walaupun dilakukan perlakuan pencegahan terpapar
cahaya, apabila disimpan lebih dari 3 hari harus pada suhu -20ºC bahkan dapat
bertahan sampai 1 bulan lamanya (Ni Heny, 2019).
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui kadar Bilirubin Total dan untuk mengetahui upaya
gangguan fungsi Hati pada darah.

1.3 PRINSIP PERCOBAAN


Bilirubin diubah menjadi azobilirubin berwarna oleh asam sulfanilat
yang diazotasi dan diukur secara fotometri, Dari dua fraksi bilirubin dalam
serum bilirubin glucuronide dan bilirubin bebas yang terikat pada albumin-
hanya yang pertama bereaksi secara langsung, sedangkan albumin bebas

bereaksi setelah dipindahkan dan protein oleh suatu akselerator. Perbedaan


dua pengukuran bilirubin total (dengan akselerator) dan bilirubin direk
(tanpa akselerator) dengan ada atau tidak adanya akselerator atau pelarut
dan hanya merupakan persamaan perkiraan dari dua fraksi bilirubin
memungkinkan penghitungan bilirubin indirek, Istilah "Langsung dan
"tidak langsung mengacu secara eksklusif pada karakteristik reaksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Hati adalah organ terbesar dan secara metabolisme paling kompleks di


dalam tubuh. Organ ini terlibat dalam metabolisme zat makanan serta sebagian obat
dan toksikan. Zat yang biasanya dapat mengalami detoksifikasi, tetapi banyak
toksikan dapat di bioaktifkan dan menjadi lebih toksik Pemeriksaan fungsi hati
merupakan salah satu pemeriksaan kimia klinik yang sering di minta oleh dokter.
Hal ini di karenakan peran hati sebagai organ tubuh yang penting dan merupakan
organ pusat metabolisme. Hati menerima pasokan darah dari sirkulasi sistemik
melalui arteri hepatica dan menampung aliran darah dari sistem porta yang
mengandung zat makanan yang diabsorpsi di usus (Fatima,2020).
Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari
hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Sel
retikuloendotel membuat bilirubin tidak larut dalam air, bilirubin yang disekresikan
dalam darah harus diikatkan albumin untuk diangkut dalam plasma menuju hati.
Bilirubin yang dihasilkan dari pemecahan eritrosit kemudian menuju hati melalui
aliran darah. Dalam hati, bilirubin diproses lalu diekskresikan ke dalam saluran
empedu dan disimpan di kantong empedu. Akhirnya, bilirubin dalam cairan
empedu dilepaskan ke usus kecil untuk membantu mencerna lemak dan akhirnya
diekskresikan pada tinja sehingga tinja atau feses kita berwarna kekuningan (Ni
Heny, 2019).
Bilirubin dibentuk dari pemecahan cincin heme pada metabolisme sel darah
merah. Keadaan ini merupakan suatu tanda penting adanya penyakit hati atau
kelainan fungsi hati, saluran empedu, dan penyakit darah (khususnya kelainan sel
darah merah). Kadar normal bilirubin di dalam serum berkisar antara 0,3—1,0
mg/dl, dan jumlah kadar bilirubin akan dipertahankan oleh keseimbangan produksi
bilirubin dengan penyerapannya oleh organ hati, konjugasi, dan ekskresi dari
empedu. Warna kekuningan sudah dapat terlihat pada daerah sklera serta mukosa
sklera jika kadar bilirubin telah mencapai 2—2,5 mg/dl. Sedangkan pada kulit akan
terlihat warna kuning pada saat kadar bilirubin telah mencapai > 5 mg/dl.
Terjadinya ikterus dapat disebabkan oleh peningkatan dari kadar bilirubin direk
(conjugated bilirubin) dan atau kadar bilirubin indirek (unconjugated bilirubin)
(Fatima,2020).
Pemeriksaan bilirubin untuk menilai fungsi eksresi hati di laboraorium
terdiri dari pemeriksaan bilirubin serum total, bilirubin serum direk, dan bilirubin
serum indirek, bilirubin urin dan produk turunannya seperti urobilinogen dan
urobilin di urin, serta sterkobilin dan sterkobilinogen di tinja. Apabila terdapat
gangguan fungsi eksresi bilirubin maka kadar bilirubin serum total meningkat.
Kadar bilirubin serum yang meningkat dapat menyebabkan ikterik (Asma, 2016).
Terjadinya peningkatan kadar bilirubin karena eritrosit (parasite atau non
parasite) dihemolisis secara cepat sehingga sel hati tidak dapat mengeksresikan
bilirubin secepat pembentukannya. Selain itu terjadi obstruktif intra hepatik
disebabkan karena perlekatan antara sel darah merah yang mengandung parasite
(EP) dengan sel endotel (adhesion) sehingga terloknya retikuloendotelial, dan
gangguan dari mikrovili hepar. Hal ini mengakibatkan bilirubin tidak dapat
diekskresikan secara normal dan perubahan histopatologi hepar juga dapat
mengakibatkan terjadinya disfungsi hepar dan terjadi peningkatan bilirubin. Oleh
karena itu konsentrasi plasma bilirubin meningkat di atas normal (Fatima,2020).
BAB III
METODE KERJA

A. Metode Pemeriksaan
Adapun metode uang digunakan pada pemeriksaan Bilirubin total yaitu metode
Jendrassik-Grof
B. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Diambil darah vena menggunakan teknik sampling
3. Dimasukkan kedalam Tabung EDTA.
4. Disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 3500 Rpm
5. Dibuat larutan kerja R1 + R2 (4:1) maka R1 Sebanyak 800 mL. R2
Sebanyak 400 mL.
6. Dipipet Aquadest sebanyak 100 µL, lalu dimasukkan ketabung Blanko =
200 mL.
7. Dipipet sampel serum sebanyak 100 µL ditambahkan ke tabung Test
8. Ditambahkan larutan kerja sebanyak 1000 µL ke tabung Blanko
9. Ditambahkan larutan kerja sebanyak 1000 µL ke tabung Test.
10. Dihomogenkon
11. Dinkubasi selama 5 menit
12. Dibaca Pada alat Fotometer dengan panjang gelombang 540 nm.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN

A. Hasil Pemeriksaan
Hasil yang kami dapatkan pada pemeriksaan kadar Bilirubin Total
dengan menggunakan sampel serum yaitu 8,0 mg/dL.
B. Nilai Rujukan
Dewasa
<1,0 mg/dL
Bayi
4-12,0 mg/dL
C. Interpretasi Hasil
Berdasarkan hasil yang didapat pada sampel serum Nn Sari taitu 8.0 mg/dL
hal tersebut dinyatakan tidak normal. Jika kadar bilirubin tinggi dalam darah,
maka hati tidak berfungsi dengan baik dan tubuh akan mengalami penyakit
kuning (jaundice). Penyakit kuning ditandai dengan mata dan kulit yang
menguning disertai gatal- gatal. Tidak hanya pada orang dewasa, jumlah
bilirubin yang terlalu tinggi juga bisa terjadi pada bayi baru lahir. Hal ini
biasanya ditandai dengan kulit menguning yang muncul pada wajah dan dahi,
kemudian menyebar ke dada dan bagian tubuh lain. Selain itu, bayi juga bisa
mengalami lesu, menangis terus-menerus, atau bahkan kejang-kejang. Penyebab
bilirubin tinggi yaitu karena disfungsi hati. Setiap kondisi yang memengaruhi
fungsi hati dapat menyebabkan bilirubin menumpuk dalam darah. Ini adalah
akibat dari hati yang kehilangan kemampuannya untuk mengeluarkan dan
memproses bilirubin dari aliran darah.
D. Dokumentasi Hasil Praktikum
BAB V
PEMBAHASAN

Hati merupakan salah satu organ yang perannya sangat vital dalam tubuh
manusia. Organ yang disebut liver ini merupakan organ terbesar didalam tubuh.
Organ yang berwarna cokelat ini memiliki berat sekitar 1.5 kilogram. Hati terletak
dirongga perut kanan bagian atas, tepat dibawah rusuk bagian kanan.
Percobaan kali ini dilakukan dilaboratorium patologi klinik DIV Teknologi
Laboratorium Medis Universitas Mega Rezky Makassar pada 2 November pada
sampel darah. Sebelum melakukan percobaan terlebih dahulu, hal yang pertama
disiapkan yaitu sampel darah, setelah pengambilan sampel darah, darah dibiarkan
membeku sebelum disentrifuge. Kemudian sampel darah tersebut disentrigufe
dengan kecepatan 3.000 rpm dalam waktu 15 menit.
Bilirubin adalah zat yang terbentuk secara normal dari proses penguraian
sel darah merah didalam tubuh. Zat inilah yang memberikan warna kuning pada
tinjau dan urine. Meski dibentuk secara normal, terkadang ada penyakit tertentu
yang menyebabkan jumlah bilirubin meningkat, apabila tidak diobati, kondisi ini
bisa menimbulkan masalah kesehatan serius.
Berdasarkaan hasil pengukuran diperoleh data aktivitas enzim sebesar 8,0
mg/dL. Dilihat dari nilai rujukan pada orang dewasa <1,0 mg/dL dan Bayi 4-12,0
mg/dL maka hal tersebut dinyatakan tidak normal.
DAFTAR PUSTAKA

Maulidina Fajrian, Fatima. (2020). ” Enzim Transferase dengan Bilirubin Total


Penderita Ikterus Obstruktif”. Vol.11. No.1

Yudiani Lestari, Heny. (2019). “THE DIFFERENCE OF TOTAL BILIRUBIN


LEVELS THAT ARE CHECKED IMMEDIATELY WITH THE
STORED AT 2-8 oC TEMPERATURE’’. Vol. 4.No.2.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai