Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KIMIA KLINIK III

“KREATININ”

OLEH :

NAMA : PRISKA SARI PAYUNG

NIM : B1D120072

KELAS : 2020 B

KELOMPOK: EMPAT

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kreatinin merupakan produk sisa dari metabolisme tubuh yang
biasanya digunakan untuk mengestimasi jaringan aktif tubuh. Prekursor
kreatinin berasal dari protein makanan. Kreatinin dibentuk di otot dari
keratin fosfat melalui dehidrasi nonenzimatik yang ireversibel dan
pengeluaran fosfat. Meskipun asupan protein memengaruhi kadar kreatinin,
namun pengaruhnya tidak langsung karena kreatinin disintesis dari kreatin
dengan menggunakan asam amino esensial yaitu arginin dan glisin sebagai
prekursor kreatinin. Prekursor tersebut berasal dari protein dalam makanan.
Kreatinin biasa digunakan untuk mengestimasi lean body mass (jaringan
aktif tubuh) (Annisa dkk, 2018).
Berdasarkan hasil penelitian, kadar kreatinin darah terbanyak (96%)
dalam batas normal. Kreatinin merupakan hasil metabolism keratin yang
sebagian besar (98%) berada dalam jaringan otot, dan hanya sebagian kecil
keratin tubuh ditemukan dalam jaringan hati, ginjal, dan otak serta cairan
tubuh. Kreatinin tidak dapat digunakan ulang sehingga merupakan produk
sampah. Kreatinin diekskresi hampir seluruhnya oleh ginjal kecuali pada
gagal ginjal berat dimana 5-10% ekskresi lewat usus karena degradasi
kreatinin oleh pertumbuhan berlebihan bakteri dalam usus halus. Sebanyak
2/3 ekskresi harian kreatinin dapat terjadi melalui eliminasi eksternal renal
pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal berat, sehingga ekskresi
kreatinin diurin lebih rendah pada orang dengan penyakit ginjal (Annisa
dkk, 2018).
Sumber utama kreatinin dalam plasma ialah metabolism normal
keratin fosfat dalam otot. Sebagian besar keratin ditemukan dalam jaringan
otot. Dalam keratin fosfat, residu fosfat memiliki potensial kimia sama
dengan yang ada pada ATP dan karena itu dengan mudah ditransfer ke
adenosine difosfat (ADP). Sebaliknya, ketika ATP cukup, keratin fosfat
diambil dari ATP dan keratin. Kedua proses tersebut dikatalis oleh keratin
kinase. Pada otot yang relaks, bentuk keratin fosfat seharusnya memiliki
level ATP yang cukup. Jika ada penurunan drastis dari level ATP selama
kontraksi, hal itu dapat diperbaiki dalam waktu singkat dengan menyintesis
ATP dari keratin fosfat dengan ADP (Annisa dkk, 2018).
Keratin bukan derivat dari otot itu sendiri, tetapi disintesis melalui
dua tahap di ginjal dan hati. Asalnya, gugus guadino dari arginin yang
diubah menjadi glisin di ginjal dan menghasilkan guadinoasetat. Di hati, N-
metilasi dari guadinoasetat dibentuk dalam formasi keratin. Koenzim dalam
reaksi ini ialah S-adenosylmethionin. Kadar kreatinin darah dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti perubahan masa otot, aktivitas fisik yang
berlebihan, konsumsi obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kreatinin
darah, kenaikan sekresi tubulus dan dekstruksi kreatinin internal serta diaet
kaya daging yang dapat meningkatkan kadar kreatinin. Hasil penelitian
Hascemy menunjukkan adanya hubungan antara asupan protein dengan
kadar kreatinin. Dari hasil penelitian didapatkan responden bodybuilder
berjenis kelamin laki-laki memiliki kadar kreatinin serum yang tinggi.
Semua responden yang memiliki kadar kreatinin serum tinggi merupakan
responden yang mengonsumsi makanan tinggi protein seperti dada ayam,
putih telur, dan daging sapi tanpa lemak (Annisa dkk, 2018).
Pada penelitian ini juga ditemukan satu responden perempuan
berusia 15 tahun yang memiliki kadar kreatinin dibawah normal. Faktor usia
juga memengaruhi kadar kreatinin dalam darah. Penurunan kadar kreatinin
juga dapat terjadi pada gagal jantung kongestif, syok, dan dehidrasi serta
keadaan glomerulonefritis, nekrosis tubular akut akibat gangguan fungsi
sekresi kreatinin. Pada keadaan tersebut terjadi penurunan perfusi darah ke
ginjal sehingga makin sedikit pula kadar kreatinin yang dapat difiltrasi oleh
ginjal (Annisa dkk, 2018).
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN
Maksud dan tujuan dari percobaan fungsi hati ini yaitu untuk
menenetukan kadar kreatini dalam darah.
1.3 PRINSIP PERCOBAAN
Prinsip : Kreatinin membentuk kompleks berwarna merah-orange dalam
larutan prikat basa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ginjal merupakan organ penting yang berfungsi menjaga komposisi darah


dengan mencegah menumpuknya limbah dan mengendalikan keseimbangan cairan
dalam tubuh, serta memproduksi hormon dan enzim yang membantu dalam
mengendalikan tekanan darah. Seiring bertambahnya usia sesorang, maka fungsi
ginjal akan mengalami penurunan, namun pada usia produktif juga dapat ditemukan
penurunan fungsi ginjal. Adapun faktorfaktor yang mempengaruhi fungsi ginjal
antara lain: olah raga, dan konsumsi makanan yang mengandung protein tinggi.
Gangguan pada ginjal dapat berupa penyakit ginjal kronis (PGK) atau dahulu
disebut gagal ginjal kronis dan penyakit ginjal akut (PGA) atau gagal ginjal akut
sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal dan mengakibatkan peningkatan
metabolit senyawa nitrogen seperti ureum, kreatinin, dan asam urat dalam darah
yang seharusnya dikeluarkan oleh ginjal melalui urin (Putu, 2019).
Kreatinin merupakan produk akhir dari metabolisme kreatin otot dan kreatin
fosfat, disintesis dalam hati, ditemukan dalam otot rangka, darah, dan dieksresikan
dalam urin. Kadar kreatinin ditentukan oleh banyaknya massa otot (laju
katabolisme protein). Peningkatan dua kali lipat kadar kreatinin serum
mengindikasikan adanya penurunan fungsi ginjal sebesar 50%, demikian juga
peningkatan kadar kreatinin tiga kali lipat mengisyaratkan penurunan fungsi ginjal
sebesar 75%. Beberapa faktor yang mempengaruhi kadar kreatinin dalam darah
diantaranya adalah gaya hidup seperti aktivitas fisik berlebih, usia, kebiasaan
minum dan sumber air minumnya seperti konsumsi minuman berenergi seperti
suplemen serta kurangnya minum air putih menjadi faktor pemicu. Kreatinin serum
dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator khusus pada penyakit ginjal
dibandingkan dengan uji kadar nitrogen urea darah (BUN). Kadar kreatinin serum
dapat diperiksa dengan beberapa metode, antara lain: Jaffe Reaction, Kinetik, dan
Enzymatic Colorimetri Test. Metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing, namun metode Enzymmatic Colorimetri Test merupakan gold
standart untuk pemeriksaan kadar kreatinin serum (Ester dkk, 2019).
Kreatinin merupakan hasil akhir metabolisme otot yang dilepaskan dari otot
dengan kecepatan yang hampir konstan dan dieksresi dalam urine dengan kecepatan
yang sama. Oleh karena itu, kadarnya dalam plasma (serum) hampir konstan dan
berkisar antara 0,7 sampai 1,5 mg per 100 ml (nilai ini lebih tinggi pada laki-laki
daripada perempuan karena otot laki-laki lebih besar). Kreatinin diekskresi dalam
urine melalui proses filtrasi dalam glomerulus. Untuk melakukan pemeriksaan
kreatinin cukup mengumpulkan spesimen urine 24 jam dan satu spesimen darah
yang diambil dalam waktu 24 jam yang sama (Ester dkk, 2019).
The National Kidney Disease Education Program merekomendasikan
penggunaan serum Kreatinin untuk mengukur kemampuan filtrasi glomerulus,
digunakan untuk memantau perjalanan penyakit ginjal. Diagnosis gagal ginjal dapat
ditegakkan saat nilai Kreatinin serum meningkat di atas nilai rujukan normal. Kadar
kreatinin tidak hanya tergantung pada massa otot, tetapi juga dipengaruhi oleh
aktivitas otot, diet, dan status kesehatan. Penurunan kadar kreatinin terjadi pada
keadaan glomerulo nefritis, nekrosis tubuler akut, polycystic kidney disease akibat
gangguan fungsi sekresi kreatinin. Penurunan kadar Kreatinin juga dapat terjadi
pada gagal jantung kongestif, syok, dan dehidrasi, pada keadaan tersebut
terjadipenurunan perfusi darah ke ginjal sehingga makin sedikit pula kadar
kreatinin yang dapat difiltrasi ginjal (Putu, 2019).
Kreatinin terbuat dari zat yang disebut kreatin, yang dibentuk ketika
makanan berubah menjadi energi melalui proses yang disebut metabolisme. Sekitar
2% dari kreatin tubuh diubah menjadi Kreatinin setiap hari. Kreatinin diangkut
melalui aliran darah ke ginjal. Ginjal menyaring sebagian besar Kreatinin dan
membuangnya dalam urin. Bila ginjal terganggu, Kreatinin akan meningkat.
Tingkat Kreatinin yang tidak normal kemungkinan terjadi kerusakan atau
kegagalan ginjal (Ester dkk, 2019).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kadar kreatinin plasma, antara
lain : perubahan masa otot, diet tinggi kreatinin dari daging atau suplemen kaya
kreatinin, aktifitas fisik yang berlebihan dapat meningkatkan kadar kreatinin, dan
obat-obatan (Putu, 2019).
Menurut (Regina dkk, 2014). Adapun metode pemeriksaan kreatinin yaitu:
a. Jaffe reaction
Pada pemeriksaan kreatinin dengan metode ini memiliki prinsip
pemeriksaan yaitu reaksi antara kreatinin dalam suasana alkalis dengan
asam pikrat akan membentuk kompleks senyawa berwana kuning
jingga. Alat yang digunakan adalah photometer.
b. Kinetik
Pada pemeriksaan kreatinin dengan metode ini relatif sama hanya
dalam proses pembacaan dibutuhkan sekali pembacaan yang tepat. Alat
yang digunakan autoanalyzer.
c. Enzymmatic colorimetri test
Pada pengukuran ini memiliki substrat sebagai dasar dari metode.
Dengan menggunakan alat photometer, substrat yang terdapat pada
sampel akan bereaksi dengan enzim dan membentuk suatu senyawa
substrat. Enzim yang digunakan yaitu enzim kreatininase. Enzim ini
akan mengkatalisis kreatinin menjadi kreatin, dengan penambahan
multienzim serial (enzim kreatininase, enzim kreatin kinase, piruvat
kinase, dan laktat dehydrogenase) akan terjadi perubahan warna.
Perubahan warna yang terbentuk berbanding lurus dengan kadar
kreatinin yang kemudian diukur pada panjang gelombang 340 nm.
Nilai rujukan untuk pemeriksaan kreatinin serum metode
Enzymmatic colorimetri dengan menggunakan alat Cobas 6000 yaitu,
0.70 – 1.20 mg/dL untuk laki-laki dan 0.5-0,9 mg/dL untuk perempuan.
Metode enzimatik memiliki spesifitas sangat tinggi. Hasil pemeriksaan
kreatinin serum menggunakan metode enzimatik menjadi gold standar
dalam pemeriksaan. Keunggulan utama metode enzimatik adalah
akurasi, metode ini direkomendasikan sebagai pemeriksaan alternative
apabila terjadi hasil pemeriksaan kreatinin yang tidak konsisten dengan
data laboratorium lain.
BAB III
METODE KERJA
A. PEMERIKSAAN KREATININ
1. Metode : Kinetik
2. Alat dan bahan : spoit, sampel darah (serum), tabung tutup merah,
sentrifuge, kapas alkohol, fotometer, mikropipet, reagen R1+R2, reagen
standart, tabung reaksi, label, torniqiet, dan aquadest.
3. Cara kerja :
 Dilakukan pengambilan darah
 Di[indahkan darah yang diambil ke tabung vacuum
 Didiamkan selama 15 menit hingga beku
 Dipipet reangen kerja R1 + R2 100 µ ke tabung blanko, standar,
dan Test
 Disentrifuse sampel selama 30 menit dengan kecepatan 300rpm
 Ditambahkan 100µ aquadest kedalam tabung blanko
 Ditambahkan 100µ reangen standar ketabung standar
 Ditambahkan 100µ serum kedalam tabung test
 Dihomogenkan
 Diinkubasi selama 10 detik
 Dilakukan pembacaan pada fotometer dengan panjang
gelombang 490nm
4. Tabel Kerja
Blank Standard Assay
Reagen (R1+R2) 1 ml 1 ml 1 ml
Aquades 100 uL
Standard 100 uL
Spesimen 100 uL
- Dihomogenkan, diinkubasi, dibaca pada
panjang gelombang 490nm
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
A. Hasil
Adapun hasil dari pemeriksaan kreatinin pada sampel darah
menggunakan metode jaffe Reaction yaitu 2, 99 mg/dl
B. Nilai Rujukan
Laki-Laki : 0,6-1,3 mg/dl
Perempuan : 0,5-1 mg/dl
C. Interpretasi Hasil
Berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan 2,99 mg/dl. Hal tersebut
dinyatakan tidak normal atau kadar kreatinin pada tubuh pasien tinggi.
Ada beberapa penyebab peningkatan kadar kreatinin dalam darah, yaitu
Dehidrasi, Kelelahan yang, penggunaan obat yang bersifat toksik pada
Ginjal, disfungsi ginjal disertai infeksi, hipertensi yang tidak terkontrol,
dan penyakit ginjal.
D. Gambar Hasil Pemeriksaan
BAB V
PEMBAHASAN
Kreatinin adalah zat limbah dalam darah yang diproduksi oleh jaringan otot
saat Anda bergerak atau beraktivitas. Jumlah kreatinin di dalam darah diatur oleh
ginjal. Itulah alasan mengapa pemeriksaan kadar kreatinin sering dilakukan sebagai
salah satu cara untuk menilai fungsi ginjal. Normalnya, kreatinin dalam darah akan
disaring oleh ginjal, lalu dibuang keluar melalui urine. Ketika ginjal bermasalah
atau fungsinya terganggu, kreatinin tidak dapat disaring dengan baik..
Kadar kreatinin yang normal pada orang dewasa berkisar antara 0,6–1,2
mg/dL untuk pria dan 0,5–1,1 mg/dL untuk wanita. Namun, rentang nilai kreatinin
normal mungkin saja bervariasi pada setiap laboratorium.
Percobaan kali ini dilakukan dilaboratorium patologi klinik DIV Teknologi
Laboratorium Medis Universitas Mega Rezky Makassar pada 19 Oktober pada
sampel darah. Sebelum melakukan percobaan terlebih dahulu, hal yang pertama
disiapkan yaitu sampel darah, setelah pengambilan sampel darah, darah dibiarkan
membeku sebelum disentrifuge. Kemudian sampel darah tersebut disentrigufe
dengan kecepatan 3.000 rpm dalam waktu 15 menit. Sebelum melakulakan
percobaan pertama-tama dilakukan persiapan reagen yang dimana reagen 2 bubuk
dimasukkan ke dalam reagen botol 1 30 ml kemudian dihomogenkan (R1+R2)=
reagen kerja.
Pada percobaan kali ini, ada tiga tabung yang digunakan. Setiap tabung
reaksi masing-masing tabung diberikan label assay, standart, dan blanko. Pada
tabung assay, blanko dan standar ditambahkan reagen R1+R2 masing-masing
sebanyak 1 ml, pada tabung blanko ditambahkan aquadest sebanyak 100 ul, pada
tabung standartd ditambahan standart sebanyak 100 ul. Dan pada tabung assay
ditambahkan spesimen atau sampel sebanyak 100 ul. Sebelum melakukan
pembacaan, tabung sampel dihomogenkan dan diinkubasi selama 30 detik pada
suhu ruang dan dibaca menggunakan fotometer dengan panjang gelombang 490
nm.
DAFTAR PUSTAKA
Ayu Indah, Putu. (2019). “GAMBARAN KADAR KREATININ SERUM PADA
ANGGOTA FITNES CENTER DI RAI FITNES BADUNG”.

Ivanovna Regina, dkk. (2014). “Analisis Kadar Kreatinin Serum Sebelum dan
Setelah Terapi Tenovofir pada Penyandang HIV di RS Dr. M. Djamil
Padang Periode 2012-2013”. Vol.3, No.2.

Rampa Ester, dkk. (2019). “Pemeriksaan Kadar Ureum dan Kreatinin Pasien HIV
yang Mendapatkan Terapi ARV di Puskesmas Harapan Sentani
Kabupaten Jayapura Papua”. Vol.10, No.3.

Septiana Annisa, dkk. (2018). “Gambaran Kadar Kreatinin Serum pada Vegetarian
Lacto-Ovo”. Vol.6, No.1.
LAMPIRAN :

Anda mungkin juga menyukai