Anda di halaman 1dari 27

Kreatinin (Serum)

Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan terdapat
dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin
phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam sintesis ATP (adenosine triphosphate)
dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim
kreatin kinase (creatin kinase, CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah
secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan
diekskresikan dalam urin.
Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa
otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun keduanya juga
menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera
fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada otot.
Prosedur
Jenis sampel untuk uji kreatinin darah adalah serum atau plasma heparin. Kumpulkan 3-5
ml sampel darah vena dalam tabung bertutup merah (plain tube) atau tabung bertutup hijau
(heparin). Lakukan sentrifugasi dan pisahkan serum/plasma-nya. Catat jenis obat yang
dikonsumsi oleh penderita yang dapt meningkatkan kadar kreatinin serum. Tidak ada
pembatasan asupan makanan atau minuman, namun sebaiknya pada malam sebelum uji
dilakukan, penderita dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi daging merah.
Kadar kreatinin diukur dengan metode kolorimetri menggunakan spektrofotometer,
fotometer atau analyzer kimiawi.
Nilai Rujukan

DEWASA : Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl. Perempuan : 0,5-1,0 mg/dl. (Wanita sedikit lebih rendah
karena massa otot yang lebih rendah daripada pria).
ANAK : Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl. Bayi : 0,7-1,4 mg/dl. Anak (2-6 tahun) : 0,3-0,6 mg/dl.
Anak yang lebih tua : 0,4-1,2 mg/dl. Kadar agak meningkat seiring dengan bertambahnya usia,
akibat pertambahan massa otot.
LANSIA : Kadarnya mungkin berkurang akibat penurunan massa otot dan penurunan produksi
kreatinin.
Masalah Klinis
Kreatinin darah meningkat jika fungsi ginjal menurun. Oleh karena itu kreatinin dianggap
lebih sensitif dan merupakan indikator khusus pada penyakit ginjal dibandingkan uji dengan

kadar nitrogen urea darah (BUN). Sedikit peningkatan kadar BUN dapat menandakan terjadinya
hipovolemia (kekurangan volume cairan); namun kadar kreatinin sebesar 2,5 mg/dl dapat
menjadi indikasi kerusakan ginjal. Kreatinin serum sangat berguna untuk mengevaluasi fungsi
glomerulus.
Keadaan yang berhubungan dengan peningkatan kadar kreatinin adalah : gagal ginjal
akut dan kronis, nekrosis tubular akut, glomerulonefritis, nefropati diabetik, pielonefritis,
eklampsia, pre-eklampsia, hipertensi esensial, dehidrasi, penurunan aliran darah ke ginjal (syok
berkepanjangan, gagal jantung kongestif), rhabdomiolisis, lupus nefritis, kanker (usus, kandung
kemih, testis, uterus, prostat), leukemia, penyakit Hodgkin, diet tinggi protein (mis. daging sapi
[kadar tinggi], unggas, dan ikan [efek minimal]).
Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kreatinin adalah : Amfoterisin B,
sefalosporin (sefazolin, sefalotin), aminoglikosid (gentamisin), kanamisin, metisilin, simetidin,
asam askorbat, obat kemoterapi sisplatin, trimetoprim, barbiturat, litium karbonat, mitramisin,
metildopa, triamteren. Penurunan kadar kreatinin dapat dijumpai pada : distrofi otot (tahap
akhir), myasthenia gravis.

Untuk menilai fungsi ginjal, permintaan pemeriksaan kreatinin dan BUN hampir selalu
disatukan (dengan darah yang sama). Kadar kreatinin dan BUN sering diperbandingkan. Rasio
BUN/kreatinin biasanya berada pada kisaran 12-20. Jika kadar BUN meningkat dan kreatinin
serum tetap normal, kemungkinan terjadi uremia non-renal (prarenal); dan jika keduanya
meningkat, dicurigai terjadi kerusakan ginjal (peningkatan BUN lebih pesat daripada kreatinin).
Pada dialisis atau transplantasi ginjal yang berhasil, urea turun lebih cepat daripada kreatinin.
Pada gangguan ginjal jangka panjang yang parah, kadar urea terus meningkat, sedangkan kadar
kreatinin cenderung mendatar, mungkin akibat akskresi melalui saluran cerna.
Rasio BUN/kreatinin rendah (<12)>20) dengan kreatinin normal dijumpai pada uremia
prarenal, diet tinggi protein, perdarahan saluran cerna, keadaan katabolik. Rasio BUN/kreatinin
tinggi (>20) dengan kreatinin tinggi dijumpai pada azotemia prarenal dengan penyakit ginjal,
gagal ginjal, azotemia pascarenal.
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Laboratorium

Obat tertentu (lihat pengaruh obat) yang dapat meningkatkan kadar kreatinin serum.
Kehamilan
Aktivitas fisik yang berlebihan
Konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat mempengaruhi temuan laboratorium.

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pemeriksaan kreatinin dalam darah merupakan salah satu parameter penting untuk
mengetahui fungsi ginjal. Pemeriksaan ini juga sangat membantu kebijakan melakukan terapi
pada penderita gangguan fungsi ginjal. Tinggi rendahnya kadar kreatinin dalam darah digunakan
sebagaiindikator penting dalam menentukan apakah seorang dengan gangguanfungsi ginjal
memerlukan tindakan.
Kreatinin mempunyai batasan normal yang sempit, nilai di atas batasan ini menunjukkan
semakin berkurangnya nilai ginjal secara pasti. Disamping itu terdapat hubungan jelas antara
bertambahnya nilai kreatinin dengan derajat kerusakan ginjal, sehingga diketahui pada nilai
berapa perlu dilakukan cuci darah.
Pemilihan metode yang tepat juga banyak membantu dalam melakukan pemeriksaan.
Ada beberapa metode yang digunakan dalam pemeriksaan kreatinin dalam darah. Deproteinasi
dan tanpa deproteinasi merupakan salah satu cara yang banyak dipakai. Deproteinasi adalah
dengan penambahan TCA (Trichlor Acetic Acid) 1,2 N pada serum sebelum melakukan
pengukuran, yang berfungsi mengendapkan protein dan senyawa senyawa kimia askorbat,
aseto asetat, piruvat, sevalosporin dan metildopa, sedangkan cara tanpa deproteinasi adalah tanpa
penambahan TCA (Trichlor Acetic Acid) 1,2 N atau disebut juga fixed kinetik, yaitu pengukuran
kreatinin dalam suasana alkalis dan konsentrasi di tentukan dengan ketepatan waktu pembacaan.
Kedua cara ini mungkin juga akan ditemukan hasil yang tidak sama.
B.

Tujuan

1.

Untuk mengetahui kadar kreatinin dalam darah.

2.

Untuk diagnosa kelainan fungsi ginjal.

C.

Manfaat

1. Membantu mendiagnosa penyakit ginjal

2. Mendiagnosa kelainan fungsi ginjal


D. Prinsip
Kinetik Kolorimetri
Dalam suasana alkalis, kreatinin bila ditambah asam pikrat akan membentuk suatu warna
yang kompleks yang berwarna kuning orange. Intensitas warna dibandingkan dengan konsentrasi
dan diukur secara fotometer
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan terdapat
dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin
phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam sintesis ATP (adenosine triphosphate)
dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim
kreatin kinase (creatin kinase, CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah
secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan
diekskresikan dalam urin.
Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa
otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun keduanya juga
menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera
fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada otot.
Kreatinin darah meningkat jika fungsi ginjal menurun. Oleh karena itu kreatinin dianggap lebih
sensitif dan merupakan indikator khusus pada penyakit ginjal dibandingkan uji dengan kadar.
Sedikit peningkatan kadar BUN dapat menandakan terjadinya hipovolemia (kekurangan volume
cairan); namun kadar kreatinin sebesar 2,5 mg/dl dapat menjadi indikasi kerusakan ginjal.
Kreatinin serum sangat berguna untuk mengevaluasi fungsi glomerulus.
Keadaan yang berhubungan dengan peningkatan kadar kreatinin adalah : gagal ginjal
akut dan kronis, nekrosis tubular akut, glomerulonefritis, nefropati diabetik, pielonefritis,
eklampsia, pre-eklampsia, hipertensi esensial, dehidrasi, penurunan aliran darah ke ginjal (syok
berkepanjangan, gagal jantung kongestif), rhabdomiolisis, lupus nefritis, kanker (usus, kandung
kemih, testis, uterus, prostat), leukemia, penyakit Hodgkin, diet tinggi protein (mis. daging sapi
(kadar tinggi), unggas, dan ikan (efek minimal).
Untuk menilai fungsi ginjal, permintaan pemeriksaan kreatinin dan BUN hampir selalu
disatukan (dengan darah yang sama). Kadar kreatinin dan BUN sering diperbandingkan. Rasio
BUN/kreatinin biasanya berada pada kisaran 12-20. Jika kadar BUN meningkat dan kreatinin

serum tetap normal, kemungkinan terjadi uremia non-renal (prarenal); dan jika keduanya
meningkat, dicurigai terjadi kerusakan ginjal (peningkatan BUN lebih pesat daripada kreatinin).
Pada dialisis atau transplantasi ginjal yang berhasil, urea turun lebih cepat daripada kreatinin.
Pada gangguan ginjal jangka panjang yang parah, kadar urea terus meningkat, sedangkan kadar
kreatinin cenderung mendatar, mungkin akibat akskresi melalui saluran cerna. Rasio
BUN/kreatinin rendah (<12)>20) dengan kreatinin normal dijumpai pada uremia prarenal, diet
tinggi protein, perdarahan saluran cerna, keadaan katabolik. Rasio BUN/kreatinin tinggi (>20)
dengan kreatinin tinggi dijumpai pada azotemia prarenal dengan penyakit ginjal, gagal ginjal,
azotemia pascarenal.
Jenis sampel untuk uji kreatinin darah adalah serum atau plasma heparin. Kumpulkan 3-5
ml sampel darah vena dalam tabung bertutup merah (plain tube) atau tabung bertutup hijau
(heparin). Lakukan sentrifugasi dan pisahkan serum/plasma-nya. Catat jenis obat yang
dikonsumsi oleh penderita yang dapt meningkatkan kadar kreatinin serum. Tidak ada
pembatasan asupan makanan atau minuman, namun sebaiknya pada malam sebelum uji
dilakukan, penderita dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi daging merah.
Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kreatinin adalah : Amfoterisin B, simetidin, asam
askorbat, obat kemoterapi sisplatin, trimetoprim, barbiturat, litium
karbonat,mitramisin,metildopa,triamteren. Penurunan kadar kreatinin dapat dijumpai pada :
distrofi otot (tahap akhir), myasthenia gravis. Kadar kreatinin diukur dengan metode kolorimetri
menggunakan spektrofotometer, fotometer atau analyzer kimiawi.
BAB III
METODE KERJA
A.

Alat

Alat alat yang digunakan, yaitu :


1.

Tabung reaksi

2.

Rak tabung

3.

Stopwatch

4.

Mikropipet

5.

Photometer / Microlab 300 ( semi automatic )

B.

Bahan

Sampel : serum EDTA


C.

Reagensia

R1 : Asam Pikrat

70 mmol/L

R2 : NaOH

0,32 mmol/L

R4 : Standar/ Kreatinin

2 mg/dl (176,8 mmol/L)

D.

Prosedur Kerja

1. Persiapan Larutan Kerja


1)

Siapkan 3 buah tabung reaksi kecil yang bersih

2) Pipet masing-masing 1000 L R1 dan 1000 L R2, masukkan dalam tabung reaksi lalu
homogenkan
3)

Pisahkan menjadi 2 bagian, masing-masing 1000 L

2. Pemeriksaan dengan Mikrolab


a) Pipet larutan kedalam tabung
Reagen Blank Standar
Aquades

Sampel

1000 L

Larutan kerja

1000 L

1000 L

R4 / Standar100 L
SeruM

100 L

b) inkubasi larutan standar dan sampel selama 20 detik lalu ukur dengan Mikrolab 300
c) Hasilnya dapat dilihat pada layar Mikrolab 300
E.

Nilai Normal

0,5 1,5 mg/dL


BAB IV

DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A.

Data Pengamatan Nama pasien

Umur

: Sadyah F. Jasin

: 20 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan


Hasil
B.

: 1,28 mg/dL
Pembahasan

Pada pemeriksaan serum sampel pasien ini telah didapat hasil kadar Kreatinin probandus 1,28
mg/dl, jika dibandingkan dengan nilai normalnya pasien ini dinyatakan Normal . Jika lebih dari
nilai normal kemungkinan besar mengalami penyakit gagal ginjal baik gagal ginjal akut maupun
gagal ginjal kronik.

KreatininDeskripsi :
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui keadaan ginjal
seseorang, apakah ada kerusakan ginjal.
Manfaat Pemeriksaan :

Pemeriksaan untuk mengukur konsentrasi kreatinin dalam darah.

Persyaratan & Jenis Sampel :


pertama, Urine 24 jam

500 (250) uL serum, plasma Heparin/EDTA, Urine pagi

Stabilitas Sampel
:
7 hari pada 2 8 C, beku untuk penyimpanan lebih lama, Sampel
Urin : 4 hari pada 2 8 C, beku untuk penyimpanan lebih lama, tampung urin tanpa pengawet
Persiapan Pasien

Hari Kerja

Setiap hari

Metode

Jaffe Compensated Rate Blanked

Nilai Rujukan :
Laki-laki dewasa : 0,7-1,2 mg/dL; Perempuan dewasa : 0,5-0,9 mg/dL;
Sampel Urine Laki-laki : 1.000-2.000 mg/24 jam; Sampel Urine Perempuan : 800-1.800 mg/24
jam; Sampel Urin pagi pertama Laki-laki : 39-259 mg/dL; Sampel Urin pagi Perempuan : 28-217
mg/dL
Tempat Rujukan
Catatan

Semua cabang Prodia

Pemeriksaan Laboratorium -

Pemeriksaan Fungsi Ginjal Dengan Tes Kreatinin Dalam Serum

I.

Tujuan

1.

Melakukan pemeriksaan fungsi ginjal dengan tes kreatinin dalam serum

2.

Menginterpretasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh

II.

Prinsip

Reaksi antara kreatinin dengan asam pikrat dalam suasana basa akan membentuk kompleks
kreatinin-pikrat yang berwarna kuning jingga yang kadarnya dapat diukur dengan
spektrofotometer uv visible pada panjang gelombang 545 nm.

III.

Teori

Ginjal merupakan organ berbentuk kacang, dengan ukuran kepalan tangan. Ginjal berada
di dekat bagian tengah punggung, tepat di bawah tulang rusuk, satu di setiap sisi tulang belakang.
Setiap hari, proses ginjal seseorang sekitar 200 liter darah untuk menyaring sekitar 2 liter produk
limbah dan air ekstra. Limbah dan air ekstra menjadi urin, yang mengalir ke kandung kemih

melalui tabung yang disebut ureter. Kandung kemih menyimpan urin sampai melepaskannya
melalui air seni (NIDDK, 2009).
Fungsi ginjal yaitu sebagai sistem penyaringan alami tubuh, melakukan banyak fungsi
penting. Fungsi ini termasuk menghilangkan bahan ampas sisa metabolisme dari aliran darah,
mengatur keseimbangan tingkat air dalam tubuh, dan menahan pH (tingkat asam-basa) pada
cairan tubuh. Kurang lebih 1,5 liter darah dialirkan melalui ginjal setiap menit. Dalam ginjal,
senyawa kimia sisa metabolisme disaring dan dihilangkan dari tubuh (bersama dengan air
berlebihan) sebagai air seni. Penyaringan ini dilakukan oleh bagian ginjal yang disebut sebagai
glomeruli. Selain mengeluarkan limbah, ginjal merilis tiga hormon penting yaitu erythropoietin
atau EPO, yang merangsang sumsum tulang untuk membuat sel-sel darah merah; renin, yang
mengatur tekanan darah; calcitriol, bentuk aktif vitamin D, yang membantu mempertahankan
kalsium untuk tulang dan untuk keseimbangan kimia yang normal dalam tubuh (NIDDK, 2009).
Adanya kerusakan dapat memengaruhi kemampuan ginjal kita dalam melakukan tugasnya.
Beberapa dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara cepat (akut); yang lain dapat
menyebabkan penurunan yang lebih lamban (kronis). Keduanya menghasilkan penumpukan
bahan ampas yang toksik (racun) dalam darah. National Kidney Foundation merekomendasikan
tiga tes sederhana untuk skrining penyakit ginjal: tekanan darah pengukuran, cek spot untuk
protein atau albumin dalam urin, dan perhitungan laju filtrasi glomerulus (GFR) berdasarkan
pengukuran kreatinin serum. Mengukur urea nitrogen dalam darah memberikan informasi
tambahan (NIDDK, 2009).
Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan terdapat
dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin
phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam sintesis ATP (adenosine triphosphate)
dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim
kreatin kinase (creatin kinase, CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah
secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan
diekskresikan dalam urin (Riswanto, 2010).
Banyaknya kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa
otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun keduanya juga
menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera
fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada otot
(Riswanto, 2010). Ginjal mempertahankan kreatinin darah dalam kisaran normal. Kreatinin telah
ditemukan untuk menjadi indikator yang baik untuk menguji fungsi ginjal (Siamak, 2009).
Pada orang yang mengalami kerusakan ginjal, tingkat kreatinin dalam darah akan naik
karena clearance/ pembersihan kratinin oleh ginjal rendah. Tingginya kreatinin memperingatkan
kemungkinan malfungsi atau kegagalan ginjal. Ini adalah alasan memeriksa standar tes darah
secara rutin untuk melihat jumlah kreatinin dalam darah. Hal ini penting untuk mengenali apakah

proses menuju ke disfungsi ginjal (gagal ginjal, azotemia) akut atau kronik. Sebuah ukuran yang
lebih tepat dari fungsi ginjal dapat diestimasi dengan menghitung berapa banyak kreatinin
dibersihkan dari tubuh oleh ginjal, dan ini disebut kreatinin clearance (Siamak, 2009).
Klirens kreatinin adalah laju bersihan kreatinin menggambarkan volume plasma darah yang
dibersihkan dari kreatinin melalui filtrasi ginjal per menit. Bersihan kreatinin biasanya
dinyatakan dalam mililiter per menit. Karena kreatinin dieliminasi dari tubuh terutama melalui
filtrasi ginjal, maka menurunnya kinerja ginjal akan menyebabkan peningkatan kreatinin serum
akibat berkurangnya laju bersihan kreatinin.
1.

Uji Kreatinin

Jenis sampel untuk uji kreatinin darah adalah serum atau plasma heparin. Kumpulkan 3-5
ml sampel darah vena dalam tabung bertutup merah (plain tube) atau tabung bertutup hijau
(heparin). Lakukan sentrifugasi dan pisahkan serum/plasma-nya. Catat jenis obat yang
dikonsumsi oleh penderita yang dapt meningkatkan kadar kreatinin serum. Tidak ada
pembatasan asupan makanan atau minuman, namun sebaiknya pada malam sebelum uji
dilakukan, penderita dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi daging merah. Kadar kreatinin
diukur dengan metode kolorimetri menggunakan spektrofotometer, fotometer atau analyzer
kimiawi (Riswanto, 2010).
Pengujian kreatinin dilakukan untuk mengevaluasi fungsi ginjal. Kreatinin dikeluarkan
dari tubuh sepenuhnya oleh ginjal. Jika fungsi ginjal normal, kadar kreatinin akan meningkat
dalam darah (karena kreatinin kurang dilepaskan melalui urin Anda). Tingkat kreatinin juga
bervariasi berdasarkan ukuran seseorang dan massa otot (National Institutes of Health, 2007).
Bersihan kreatinin penting diketahui karena banyak obat yang dieliminasi oleh ginjal. Jika fungsi
ginjal pasien menurun, laju eliminasi obat untuk disekresikan di urin juga akan menurun, disertai
dengan peningkatan konsentrasi plasma. Peningkatan konsentrasi obat dalam plasma yang
signifikan dapat menyebabkan obat mencapai kadar toksiknya; oleh karena itu, dosis mungkin
perlu disesuaikan dengan berkurangnya eliminasi obat (Ansel, 2006).
Kadar normal kreatinin berdasarkan umur yaitu sebagai berikut :
Kadar normal kreatinin pada orang dewasa adalah :
Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl.
Perempuan : 0,5-1,0 mg/dl
(Wanita sedikit lebih rendah karena massa otot yang lebih rendah daripada pria) (Riswanto,
2010).
Kadar normal kreatinin pada anak adalah :

Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl.


Bayi : 0,7-1,4 mg/dl.
Anak (2-6 tahun): 0,3-0,6 mg/dl.
Anak yang lebih tua: 0,4-1,2 mg/dl.
Kadar agak meningkat seiring dengan bertambahnya usia, akibat pertambahan massa otot
(Riswanto, 2010).
Kadar normal kreatinin pada lansia adalah :
Kadarnya mungkin berkurang akibat penurunan massa otot dan penurunan produksi kreatinin
(Riswanto, 2010).
2.

Apabila kadar lebih tinggi, maka dapat menunjukkan:

Akut tubular nekrosis


Dehidrasi
Diabetes nefropati
Eklamsia (suatu kondisi kehamilan yang meliputi kejang)

Glomerulonefritis

Gagal ginjal

Penyakit otot menyusun

Preeklampsia (kehamilan-induced hipertensi)

Pielonefritis

ginjal Berkurangnya aliran darah (syok, gagal jantung kongestif)

Rhabdomyolysis

Obstruksi saluran kemih

Sedangkan bila lebih rendah dari normal dapat menunjukkan:

Muscular dystrophy (tahap akhir)

Myasthenia gravis

(National Institutes of Health, 2007).

Beberapa factor yang bisa mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium diantara adalah
obat tertentu (lihat pengaruh obat) yang dapat meningkatkan kadar kreatinin serum, kehamilan,
aktivitas fisik yang berlebihan, dan konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat
mempengaruhi temuan laboratorium (Riswanto, 2010)

IV.

Alat dan Bahan

Alat
1.

Beaker glass

2.

Disposable Tips

3.

Kuvet

4.

Mikropipet

5.

Spektrofotometer UV-Vis

6.

Stopwatch

Bahan
1.

Aquadest

2.

Asam Pikrat (Reagen 2)

3.

Kreatinin 2 mg/dL (Standar)

4.

NaOH (Reagen 1)

5.

Serum (Sampel)

V.

Prosedur

Larutan Blanko dibuat terlebih dahulu. Aquadest 50 L dimasukan ke dalam kuvet


kemudian ditambahkan 1000 L reagen 1 (NaOH). Campuran Diinkubasikan selama 5 menit.
Setelah itu, ditambahkan 250 L reagen 2 (Asam Pikrat). Spektrofotometer ditara dengan blanko
pada panjang gelombang 546 nm.
Selanjutnya, dibuat larutan standar. Kreatinin standar (2 mg/dL) sebanyak 50 L dimasukan
ke dalam kuvet kemudian ditambahkan 1000 L reagen 1 (NaOH). Campuran Diinkubasikan
selama 5 menit. Setelah itu, ditambahkan 250 L reagen 2 (Asam Pikrat) lalu diinkubasikan
selama 1 menit. Setelah diinkubasi, absorbansi standar diukur pada spektrofotometer yang telah
ditara dengan panjang gelombang 546 nm. Kemudian didapatkan nilai absorbansi 1 standar.
Setelah itu, campuran diinkubasikan kembali selama 2 menit kemudian absorbansinya diukur
lagi pada spektrofotometer yang telah ditara dengan panjang gelombang 546 nm. Kemudian,
didapatkan nilai absorbansi 2 standar.
Selanjutnya, dibuat larutan sampel. Serum sebanyak 50 L dimasukan ke dalam kuvet
kemudian ditambahkan 1000 L reagen 1 (NaOH). Campuran Diinkubasikan selama 5 menit.
Setelah itu, ditambahkan 250 L reagen 2 (Asam Pikrat) lalu diinkubasikan selama 1 menit.
Setelah diinkubasi, absorbansi standar diukur pada spektrofotometer yang telah ditara dengan
panjang gelombang 546 nm. Kemudian didapatkan nilai absorbansi 1 ssampel. Setelah itu,
campuran diinkubasikan kembali selama 2 menit kemudian absorbansinya diukur lagi pada
spektrofotometer yang telah ditara dengan panjang gelombang 546 nm. Kemudian, didapatkan
nilai absorbansi 2 sampel. Pengujian sampel dilakukan secara duplo.
Setelah itu, dari data yang telah didapatkan, kadar kreatinin dalam sample dihitung.

VI. Data PengamatanKelompok


1

0,026 0,032 0,007

0,029 0,035 0,006

0,038 0,048 0,01

0,033 0,042 0,009

0,039 0,049 0,01

0,035 0,047 0,012

SampelA1

A2

0,044 0,053 0,009

0,038 0,045 0,007

A1 standar = 0,011
A2 standar = 0,017
A standar = 0,006

VII.

Pembahasan

Pertama, disiapkan kit untuk test kreatinin, yaitu reagen I, reagen II, dan standar
kreatinin. Selain itu, disiapkan juga sampel yang akan diperiksa. Test kreatinin ini dilakukan
untuk mengetahui kadar kreatinin dalam darah, dimana merupakan salah satu parameter pada
penyakit gagal ginjal. Kreatinin adalah sisa metabolisme otot yang hanya dikeluarkan dari ginjal,
pada ginjal rusak kreatinin akan ditahan bersama nitrogen nonprotein di darah, sehingga terjadi
penurunan kadar kreatinin di urin dan peningkatan kadar kreatinin di darah.

Kedua, dilakukan pembuatan larutan uji (blanko, standar, dan sampel) yang akan
diperiksa absorbansinya menggunakan spektrofotometri Uv/ Vis. Instrument ini digunakan
karena larutan uji merupakan larutan berwarna yang memiliki gugus kromofor sehingga dapat
menyerap cahaya visible yang dilewatkan larutan saat dianalisis dengan instrument. Untuk
pembuatan larutan uji, disiapkan 3 buah kuvet. Pada kuvet 1 (blanko) dimasukkan 10 l
aquadest, kuvet 2 (standar) dimasukkan 10 l kreatinin standar, kuvet 3 (sampel) dimasukkan l
sampel. Pada penanganan, kuvet yang berbentuk balok dengan sisi buram dan bening, hanya
boleh dipegang pada sisi buram, karena pada sisi bening akan dilewati sinar visible didalam
instrument, sehingga adanya bekas noda atau pengganggu lain dikhawatirkan mengubah serapan
zat. Selanjutnya, pada setiap kuvet ditambahkan 500 l reagen I, dan dibiarkan 5 menit agar
terjadi reaksi antara kreatinin dengan reagen I. Setelah itu, pada setiap kuvet ditambahkan 500 l
reagen II, dibiarkan selama 1 menit, agar reaksi antara kreatinin, reagen I, dan reagen II
sempurna. Setiap penambahan larutan menggunakan mikropipet karena alat ini memiliki
ketelitian hingga 1 l sehingga presisi dan akurasinya baik.

Ketiga, larutan blanko diukur absorbansinya dengan instrument spektrofotometer Uv/


Visible yang diatur panjang gelombangnya pada 520 nm. Pengaturan panjang gelombang 520
nm karena kreatinin akan memberikan serapan paling besar pada panjang gelombang maksimal
tersebut. Hasil absorbansi awal dicatat, lalu larutan blanko dibiarkan selama 2 menit untuk diuji
kembali absorbansinya. Alasan pengukuran dilakukan 2 kali untuk mengetahui selisih absorbansi
pada konsentrasi awal (pengukuran pertama) dengan absorbansi pada konsentrasi akhir
(pengukuran kedua), sebab kreatinin akan bereaksi, berbanding lurus dengan waktu, dengan
persamaan reaksi

Sehingga ada selisih konsentrasi pada pengukuran pertama dan kedua yang nanti
digunakan untuk pengukuran kadar kreatinin. Hasil absorbansi larutan blanko dijadikan dasar
untuk pengukuran larutan standar dan sampel yang berarti apabila blanko memberikan serapan,
serapan dua larutan yang lain dikurangi dengan serapan blanko. Setelah itu, dilakukan pula
pengujian absorbansi larutan standar dan larutan sampel dengan prosedur yang sama seperti
pengujian larutan blanko.

Pada sampel 1, nilai kreatininnya adalah 3 mg/dl atau 265,5 mol/l, sedangkan pada
sampel 2 diperoleh nilai kreatinin sebesar 2,33 mg/dl atau 206,5 mol/l. Nilai ini diperoleh dari
rumus berikut ini:
Konsentrasi kreatinin dalam serum =
dimana konsentrasi standard adalah 2 mg/dl dan 177 mol/l. Berdasarkan nilai konsentrasi
kreatinin hasil pengukuran pada percobaan kali ini, disimpulkan bahwa nilai tersebut berada di
atas nilai normal kreatinin, dimana nilai normal kreatinin adalah 0,6-1,1 mg/100 ml atau 53-97
mol/l untuk pria, sedangkan untuk wanita adalah 0,5-0,9 mg/100 ml atau 44-80 mol/l. Nilai
hasil pengukuran sampel pada percobaan kali ini yang berada di atas nilai normal kreatinin,
menunjukkan bahwa ada kemungkinan terjadi gangguan pada ginjal. Ada kemungkinan terjadi
gangguan pada fungsi filtrasi glomerulus.

VIII. Kesimpulan

1. Pemeriksaan fungsi ginjal dengan tes kreatinin dalam serum dapat dilakukan dengan alat
spektrofotometer uv-visibel pada panjang gelombang 546 nm.
2. Kadar kreatinin dalam sampel serum adalah 236 mol /L dan hal ini menunjukkan kadar
kreatinin yang tidak normal (lebih tinggi dari normal).

Daftar Pustaka

Davey, P. 2005. At a Glance Medicine. Penerbit Erlangga. Jakarta.


NIDDK. 2009. The Kidneys and How They Work. Tersedia di
http://kidney.niddk.nih.gov/Kudiseases/pubs/yourkidneys/ [diakses tanggal 21 April 2013]
Sacher, R. A., dan R. A, McPherson. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
Edisi 11. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir


metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan hampir konstan dan diekskresi
dalam urin dengan kecepatan yang sama. Kreatinin diekskresikan oleh ginjal melalui kombinasi
filtrasi dan sekresi, konentrasinya relative sama dalam plasma hari ke hari, kadar yang lebih
besar dari nilai normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal. (Corwin J.E, 2001).

Pemeriksaan kreatinin dalam darah merupakan salah satu parameter


penting untuk mengetahui fungsi ginjal. Pemeriksaan ini juga sangat membantu kebijakan
melakukan terapi pada penderita gangguan fungsi ginjal. Tinggi rendahnya kadar kreatinin dalam
darah digunakan sebagai indikator penting dalam menentukan apakah seorang dengan gangguan
fungsi ginjal memerlukan tindakan hemodialisis .(http://www.kompas.com).
Kreatinin mempunyai batasan normal yang sempit, nilai di atas batasan ini
menunjukkan semakin berkurangnya nilai ginjal secara pasti. Disamping itu terdapat hubungan
jelas antara bertambahnya nilai kreatinin dengan derajat kerusakan ginjal, sehingga diketahui
pada nilai berapa perlu dilakukan cuci darah. (http://www.kompas.com).
Pemilihan metode yang tepat juga banyak membantu dalam melakukan
pemeriksaan. Ada beberapa metode yang digunakan dalam pemeriksaan kreatinin dalam darah.
Deproteinasi adalah dengan penambahan TCA (Trichlor Acetic Acid) 1,2 N pada serum sebelum
melakukan pengukuran, yang berfungsi mengendapkan protein dan senyawa senyawa kimia
askorbat, aseto asetat, piruvat, sevalosporin dan metildopa, sedangkan cara tanpa deproteinasi
adalah tanpa penambahan TCA (Trichlor Acetic Acid) 1,2 N atau disebut juga fixed kinetik,
yaitu pengukuran kreatinin dalam suasana alkalis dan konsentrasi di tentukan dengan ketepatan
waktu pembacaan. Kedua cara ini mungkin juga akan ditemukan hasil yang tidak sama.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas ada beberapa rumusan masalah, diantaranya :

1.

Apa yang dimaksud dengan kreatinin?

2.

Bagaimana metabolisme kreatinin dalam tubuh?

3.

Faktor apa yang mempengaruhi kadar kreatinin?

4.

Faktor apa yang mempengaruhi pemeriksaan kreatinin?

5.

Apa hubungannya ginjal dengan kreatinin?

6.

Bagaimana pemeriksaan untuk kreatinin?

7.

Apa manfaat pemeriksaan kreatinin?

1.3

Tujuan Makalah

Ada beberapa tujuan dalam penyusunan makalah ini, diantaranya :

1.

Untuk mengetahui kadar kreatinin dalam darah.

2.

Untuk mengetahui pemeriksaan kreatinin dalam darah.

1.4

Manfaat Makalah

Ada beberapa manfaat dalam penyusunan makalah ini, diantaranya :


1.

Sebagai informasi kepada analis kesehatan tentang pemeriksaan kreatinin.

2.
Dapat menambah ketrampilan kerja di Laboratorium Klinik dan memperluas pengetahuan
dalam pemeriksaan kimia darah khususnya pemeriksaan kreatinin.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Kreatinin

Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme otot yang
dilepaskan dari otot dengan kecepatan hampir konstan dan diekskresi dalam urin dengan
kecepatan yang sama. Kreatinin diekskresikan oleh ginjal melalui kombinasi filtrasi dan sekresi,

konentrasinya relative sama dalam plasma hari ke hari, kadar yang lebih besar dari nilai normal
mengisyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal. (Corwin J.E, 2001).
Kadar kreatinin berbeda setiap orang, umumnya pada orang yang berotot kekar memiliki kadar
kreatinin yang lebih tinggi daripada yang tidak berotot. Hal ini juga yang memungknkan
perbedaan nilai normal kreatinin pada wanita dan laki-laki. Nilai normal kadar kreatinin pada
wanita adalah 0,5 0,9 mg/dL. Sedangkan pada laki-laki adalah 0,6 1,1 mg/dL.
Peningkatan dua kali lipat kadar kreatinin serum mengindikasikan adanya penurunan fungsi
ginjal sebesar 50 %, demikian juga peningkatan kadar kreatinin tiga kali lipat mengisyaratkan
penurunan fungsi ginjal sebesar 75 %.
( Soeparman dkk, 2001 ).

2.2

Metabolisme Kreatinin

Kreatinin terbuat dari zat yang disebut kreatin, yang dibentuk ketika makanan berubah menjadi
energi melalui proses yang disebut metabolisme. Sekitar 2% dari kreatin tubuh diubah menjadi
kreatinin setiap hari. Kreatinin diangkut melalui aliran darah ke ginjal. Ginjal menyaring
sebagian besar kreatinin dan membuangnya dalam urin. Bila ginjal terganggu, kreatinin akan
meningkat. Tingkat kreatinin abnormal tinggi kemungkinan terjadi kerusakan atau kegagalan
ginjal.

2.3

Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Kreatinin

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kadar kreatinin dalam darah, diantaranya adalah :
1)

Perubahan massa otot.

2)

Diet kaya daging meningkatkan kadar kreatinin sampai beberapa jam setelah makan.

3)

Aktifitas fisik yang berkebihan dapat meningkatkan kadar kreatinin darah.

4) Obat obatan seperti sefalosporin, aldacton, aspirin dan co-trimexazole dapat mengganggu
sekresi kreatinin sehingga meninggikan kadar kreatinin darah.
5)

Kenaikan sekresi tubulus dan destruksi kreatinin internal.

6)
Usia dan jenis kelamin pada orang tua kadar kreatinin lebih tinggi daripada orang muda,
serta pada laki-laki kadar kreatinin lebih tinggi daripada wanita.( Sukandar E, 1997 ).

2.4

Faktor Yang Mempengaruhi Pemeriksaan Kreatinin

Senyawa - senyawa yang dapat mengganggu pemeriksaan kadar kreatinin darah hingga
menyebabkan overestimasi nilai kreatinin sampai 20 % adalah : askorbat, bilirubin, asam urat,
aseto asetat, piruvat, sefalosporin , metildopa. Senyawa-senyawa tersebut dapat memberi reaksi
terhadap reagen kreatinin dengan membentuk senyawa yang serupa kreatinin sehingga dapat
menyebabkan kadar kreatinin tinggi palsu.
Akurasi atau tidaknya hasil pemeriksaan kadar kreatinin darah juga sangat tergantung dari
ketepatan perlakuan pada pengambilan sampel, ketepatan reagen, ketepatan waktu dan suhu
inkubasi, pencatatan hasil pemeriksaa dan pelaporan hasil.

2.5

Fungsi Ginjal

Ginjal mempunyai berbagai fungsi antara lain :


1) Pengeluaran zat sisa organik, seperti urea, asam urat, kreatinin dan produk penguraian
hemoglobin dan hormon.
2)
Pengaturan konsentrasi ion ion penting antara lain ion natrium, kalium, kalsium,
magnesium, sulfat dan fosfat.
3)

Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh.

4)

Pengaturan produksi sel darah merah dalam tubuh.

5)

Pengaturan tekanan darah.

6)

Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino darah.

7) Pengeluaran zat beracun dari zat tambahan makanan, obat obatan atau zat kimia asing lain
dari tubuh. (Harper, 1997)
2.5.1

Mekanisme Filtrasi Ginjal

Glomerolus adalah bagian kecil dari ginjal yang melalui fungsi sebagai saringan yang setiap
menit kira-kira 1 liter darah yang mengandung 500 ml plasma, mengalir melalui semua
glomeruli dan sekitar 100 ml ( 10 % ) dan disaring keluar. Plasma yang berisi semua garam,

glukosa dan benda halus lainnya disaring dan tetap tinggal dalam aliran darah. ( Guyton CA,
1997)
Cairan yang disaring yaitu filtrasi glomerolus, kemudian mengalir melalui tubula renalis dan selselnya menyerap semua bahan yang diperlukan tubuh dan meninggalkan yang tidak diperlukan.
Keadaan normal semua glukosa diabsorpsi kembali, kebanyakan produk sisa buangan
dikeluarkan melalui urine, diantaranya kreatinin dan ureum. Kreatinin sama sekali tidak
direabsorpsi di dalam tubulus, akan tetapi sejumlah kecil kreatinin benar-benar disekresikan ke
dalam tubulus oleh tubulus proksimalis sehingga jumlah total kreatinin meningkat kira-kira 20
%. ( Guyton CA, 1997)
Jumlah filtrasi glomerolus yang dibentuk setiap menit pada orang normal rata-rata 125 ml per
menit, tetapi dalam berbagai keadaan fungsional ginjal normal dapat berubah dari beberapa
mililiter sampai 200 ml per menit, jumlah total filtrat glomerolus yang terbentuk setiap hari ratarata sekitar 180 liter, atau lebih dari pada dua kali berat badan total, 90 persen filtrat tersebut
biasanya direabsorpsi di dalam tubulus, sisanya keluar sebagai urin. ( Evelyn C, 1999).
2.6
2.6.1

Pemeriksaan Kreatinin
Metode Pemeriksaan

Beberapa metode yang sering dipakai untuk pemeriksaan kreatinin darah adalah :
1)

Jaffe reaction

Dasar dari metode ini adalah kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam pikrat membentuk
senyawa kuning jingga. Menggunakan alat photometer. Metode ini meliputi Kreatinin cara
deporteinasi dan Kreatinin tanpa deproteinasi.
2)

Kinetik

Dasar metode ini relatif sama hanya dalam pengukuran dibutuhkan sekali pembacaan. Alat yang
digunakan autoanalyzer.
3)

Enzimatik Darah

Dasar metode ini adalah adanya substrat dalam sampel bereaksi dengan enzim membentuk
senyawa substrat menggunakan alat photometer.
Dari ketiga metode di atas, yang banyak dipakai adalah Jaffe Reaction , dimana metode ini
bisa menggunakan serum atau plasma yang telah dideproteinasi dan tanpa deproteinasi. Kedua
cara tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan, salah satunya adalah untuk deproteinasi
cukup banyak memakan waktu yaitu sekitar 30 menit, sedangkan tanpa deproteinasi hanya
memerlukan waktu yang relatif singkat yaitu antara 2-3 menit.

( Underwood, 1997)

2.6.2

Fisiologi Kreatinin Cara Deproteinasi

Cara ini adalah dengan penambahan TCA (Trichlor Acetic Acid) 1,2 N pada serum sebelum
dilakukan pengukuran, setelah diputar dengan kecepatan tinggi antara 5-10 menit maka protein
dan senyawa-senyawa lain akan mengendap dan filtratnya digunakan untuk pemeriksaan. Tes
linier sampai dengan konsentrasinya 10 mg /dl serum dan 300 mg / dl urin. Cara deproteinasi ini
banyak memerlukan sampel dan waktu yang di perlukan lama sekitar 30 menit.( Underwood,
1997).
a)

Faktor Kelemahan Kreatinin Cara Deproteinasi

Ada beberapa faktor kelemahan kreatinin cara deproteinasi :


Trichlor acetic acid ( TCA ) terlalu pekat.
Konsentrasi TCA salah ( apabila menggunakan TCA 3 N, tidak terdapat perubahan warna ).
Waktu inkubasi tidak diperhatikan ( 20 menit ).
Kekeruhan dalam supernatan setelah deproteinasi ( waktu deproteinasi endapan diaduk
beberapa kali / sebelum centrifuge didiamkan untuk beberapa menit ).
Sampel yang diperlukan telalu banyak dan waktu terlalu lama. TCA pada suhu kamar mudah
terurai maka penyimpanannya di almari es ( 2 - 8 C ). (Sylvia, 1994)

b)

Faktor Keuntungan Kreatinin Cara Deproteinasi

Ada beberapa faktor keuntungan kreatinin cara deproteinasi :


Kandungan nitrogen dalam sampel seperti protein, ureum, dll sudah terikat dengan TCA
sehingga supernatan terbebas dari bahan-bahan nitogen. (Sylvia, 1994)

2.6.3

Fisiologi Kreatinin Tanpa Cara Deproteinasi

Cara ini adalah fixed time kinetic metoda Jaffe Reaction , yaitu pengukuran kreatinin dalam
suasana alkalis dan konsentrasi ditentukan dengan ketepatan waktu pembacaan. Tes linier sampai
dengan konsentrasi 13 mg / dl serum dan 500 mg per / dl urin. Cara tanpa deproteinasi ini hanya
memerlukan sedikit sampel dan waktu yang diperlukan cukup singkat sekitar 2 menit. (
Underwood, 1997)

1.

Prinsip

Kreatinin akan bereaksi dengan asam pikrat dalam suasana alkali membentuk senyawa kompleks
yang berwarna kuning jingga. Intensitas warna yang terbentuk setara dengan kadar kreatinin
dalam sampel, yang diukur dengan Fotometer dengan panjang gelombang 490 nm.

2.

Reaksi

Kreatinin + asam pikrat

Senyawa kompleks

Yang berwarna kuning jingga


Intensitas warna yang terbentuk setara dengan
kadar kreatinin dalam sampel, diukur pada Fototmeter dengan panjang gelombang 490 nm.

3.

Alat & Bahan

a)

Alat yang digunakan :

Fotometer microlab 300


Clinipette 100 L dan 1000 L
Tabung khan
Tip kuning dan biru
Tissue

b)

Bahan yang digunakan

Sampel (serum) atau plasma heparin


Urine diencerkan 20 kali (1 + 19), urine dikumpulkan dengan interval 4, 12 atau 24 jam.
Reagen kerja kreatinin (R1 + R2, 1 : 1)
R1 : Disodium Phosphate 6,4 mmol/L
NaOH 150 mmol/L
R2 : Sodium Dodecyl Sulfate 0,75 mmol/L

Picric acid 4,0 mmol/L


pH 4,0
Standart Kreatinin 2 mg/dL
Aquadest

4.

Prosedur Kerja
BLANKO

STANDARD SAMPEL

AQUADEST 100 L -

STANDARD -

100 L -

SERUM

100L

PEREAKSI
(R1 + R2, 1 : 1)

1000 L

1000 L

1000 L

Inkubasi selama 2 menit, baca Absorban Standard (A.St1) dan sampel (A.Sp1) terhadap
blanko pada panjang gelombang 490 nm.
-

5.

Tepat 5 menit kemudian baca Absorban Standard (A.St2) dan sampel (A.St2)

Faktor Kelemahan Kreatinin Cara Tanpa Deproteinasi

Adanya gangguan terhadap bilirubin, ureum, protein yang mengakibatkan hasil tinggi palsu.
(Sylvia, 1994)

6.

Faktor Keuntungan Kreatinin Cara Tanpa Deproteinasi

Ada beberapa faktor keuntungan kreatinin cara tanpa deproteinasi:


Waktu yang diperlukan cukup singkat ( 2 menit ).
Sampel yang diperlukan hanya sedikit ( 100 ul ). ( Underwood, 1997).

2.7

Manfaat Pemeriksaan Kreatinin

Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk
menilai fungsi ginjal, karena konsentrasi dalam plasma dan ekskresinya di urin dalam 24 jam
relatif konstan. Kadar kreatinin darah yang lebih besar dari normal mengisyaratkan adanya
gangguan fungsi ginjal. Nilai kreatinin normal pada metode jaffe reaction adalah laki-laki 0,6
sampai 1,1 mg / dL; wanita 0,5 sampai 1,9 mg / dL. ( Sodeman, 1995 )
Pemeriksaan kreatinin darah dengan kreatinin urin bisa digunakan untuk menilai kemampuan
laju filtrasi glomerolus, yaitu dengan melakukan tes kreatinin klirens. Selain itu tinggi rendahnya
kadar kreatinin darah juga memberi gambaran tentang berat ringannya gangguan fungsi ginjal.
Hemodialisis dilakukan pada gangguan fungsi ginjal yang berat yaitu jika kadar kreatinin lebih
dari 7 mg / dl serum. Namun dianjurkan bahwa sebaiknya hemodialisis dilakukan sedini
mungkin untuk memghambat progresifitas penyakit.
( Sodeman, 1995 )

BAB III
PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, ada beberapa simpulan diantaranya :


1.
Kreatinin darah adalah hasil akhir dari metabolisme protein otot yang normal di ekskresi ke
dalam urin. Nilai normal kadar kreatinin pada wanita adalah 0,5 0,9 mg/dL. Sedangkan pada
laki-laki adalah 0,6 1,1 mg/dL.
2.
Deproteinasi adalah penambahan Trichlor Acetic Acid 1,2 N pada serum (sampel) sebelum
dilakukan pengukuran.
3.
Tanpa deproteinasi adalah pemeriksaan kreatinin darah tanpa menggunakan penambahan
Trichlor Acetic Acid 1,2 N. TCA (trichlor acetic acid) 1,2 N adalah reagen yang digunakan
untuk pemeriksan kreatinin cara deproteinasi.
4.
Metode Jaffe Reaction adalah kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam pikrat
membentuk senyawa kuning jingga.

3.2

Saran

Dari penyususnan makalah Kreatinin ini, masih banyak kekurangan yang ada maka penulis
mengharap saran dan kritikan dari pembaca (Dosen, dan rekan-rekan) sangat di harapkan untuk
penulis dari penyempurnaan makalah berikutnya atau masa yang akan datang

Anda mungkin juga menyukai