Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK III

UREUM & KREATININ

NAMA : Aprilia F Rutumalessy


NIM : 17 3145 353 082
KELAS : 2017 C

LABORATORIUM PATOLOGI
PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
FAKULTAS FARMASI, TEKNOLOGI RUMAH SAKIT DAN
INFORMATIKA
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pemeriksaan ureum, kreatinin dan klirens kreatinin adalah pemeriksaan untuk
monitoring fungsi ginjal seseorang. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada
laboratorium pratama dengan akses yang terjangkau. Pemeriksaan albumin urin
sebagai petanda dini dari komplikasi mikrovaskuler pada DM. Protein utama yang
diekskresikan adalah albumin. Peningkatan kadar albumin dalam urin merupakan
tanda awal adanya kerusakan ginjal oleh karena diabetes. Terdapat hubungan
sinifikan antara ureum, kreatinin dan klirens kreatinin dengan proteinuria pada
pasien Diabetes Mellitus.( Vitasari Indriani dkk ,2017)
Kelainan fungsi ginjal adalah kelaian yang sering terjadi pada orang dewasa.
Kelainan fungsi ginjal berdasarkan durasinya dibagi menjadi 2 yaitu gagal ginjal
akut dan gagal ginjal kronik. Gagal ginjal akut adalah kemunduran yang cepat
dari kemampuan ginjal dalam membersihkan darah dari bahan-bahan racun, yang
menyebabkan penimbunan limbah metabolik didalam darah (misalnya urea).
Gagal ginjal akut merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal secara mendadak dengan akibat terjadinya peningkatan
hasil metabolit seperti ureum dan kreatinin. Kasus gagal ginjal kronik (GGK) saat
ini meningkat dengan cepat terutama di negara – negara berkembang. GGK telah
menjadi masalah utama kesehatan di seluruh dunia, karena selain merupakan
faktor resiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah akan meningkatkan
angka kesakitan dan kematian.( Asri Setyaningsih dkk,2013)
Ureum merupakan produk akhir dari metabolisme asam amino. Dalam
katabolisme protein di pecah menjadi asam amino dan deaminasi ammonia.
Ammonia dalam proses ini di sintesis menjadi urea. Ureum adalah produk limbah
dari pemecahan protein dalam tubuh. Siklus urea (disebut juga siklus ornithine)
adalah reaksi pengubahan ammonia (NH3) menjadi urea (CO(NH2)2). Reaksi
kimia ini sebagian besar terjadi di hati dan sedikit terjadi di ginjal. Hati menjadi
pusat pengubahan ammonia menjadi urea terkait fungsi hati sebagai tempat
menetralkan racun. Urea bersifat racun sehingga dapat membahayakan tubuh
apabila menumpuk di dalam tubuh. Meningkatnya urea dalam darah dapat
menandakan adanya masalah pada ginjal. (Irendem K. A. Loho .dkk.2016)

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN


1. Maksud Praktikum
maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pemeriksaan ureum
dan kreatinin dalam serum atau plasma.
2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum adalah untuk mengetahui pemeriksaan ureum
dan kreatini dengan menggunakan metode enzimatik

1.3 PRINSIP PERCOBAAN


1. Prinsip urea
Urea dihidrolisis dengan air dan enzim urease menghasilkan
ammonium dan karbon dioksida . pada modifikasi reaksi berthelot ion
ammonia bereaksi dengan natrium salisilat membentuk zat warna hijau
peningkatan kadar serapan dapat diukur pada 578 nm sesuai dengan
konsentrasi urea dalam smpel .
2. Prinsip kreatinin
Bentuk kreatinin dalam larutan alkali berwarna kompleks oranye
merah dengan asam pikrat . absorbasi/serapan kompleks ini sebanding dengan
konsentrasi kreatinin dalam sampel.
Reaksi : kreatinin + asam pikrat kompleks kreatinin pikrat .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pemeriksaan urea adalah produk akhir metabolism asam amino di dalam
tubuh. Urea merupakan molekul kecil dengan berat molekul 60 dalton dan struktur
kimia .urea berdifusi bebas masuk kedalam cairan intraselular dan ekstraseluler. Saat
ini dikeluarkan melalui urin dan pada keseimbangan nitrogen yang stabil , sekitar 25
gram urea diekskresikan setiap hari kadar didalam darah mencerminkan
keseimbangan antara produksi dan ekskresi urea.(fajar bakti 2015)
Kreatinin adalah suatu produk biokimia metabolisme otot dan dieliminasi dari
tubuh melalui ginjal . jumlah kreatinin didalam darah digunakan untuk menentukan
bersihan kreatinin (CrCl) yaitu pengukuran fungsi ginjal pada pasien dan perkiraan
laju filtrasi glomerulus yang sebenarnya(Ansel,2006)
Ginjal terletak retroperitoneal dalam rongga abdomen dan berjumlah sepasang
dan merupakan organ vital bagi manusia. Fungsi ginjal secara keseluruhan didasarkan
oleh fungsi nefron dan gangguan fungsinya disebabkan oleh menurunnya kerja
nefron. Ureum adalah produk akhir katabolisme protein dan asam amino yang
diproduksi oleh hati dan didistribusikan melalui cairan intraseluler dan ekstraseluler
ke dalam darah untuk kemudian difi ltrasi oleh glomerulus. Pemeriksaan ureum
sangat membantu menegakkan diagnosis gagal ginjal akut.Klirens ureum merupakan
indikator yang kurang baik karena sebagian besar dipengaruhi diet. Sendangkan pada
pemeriksaan kreatinin merupakan hasil pemecahan kreatin fosfat otot, diproduksi
oleh tubuh secara konstan tergantung massa otot. Kadar kreatinin berhubungan
dengan massa otot, menggambarkan perubahan kreatinin dan fungsi ginjal. Kadar
kreatinin relatif stabil karena tidak dipengaruhi oleh protein dari diet. Ekskresi
kreatinin dalam urin dapat diukur dengan menggunakan bahan urin yang
dikumpulkan selama 24 jam . Kadar kreatinin tidak hanya tergantung pada massa
otot, tetapi juga dipengaruhi oleh aktivitas otot, diet, dan status kesehatan
(Verdiansah,2016)
Peningkatan ureum dan kreatinin menunjukkan keterlibatan ginjal yang terjadi
di leptospirosis. Pemeriksaan laboratorium klinik beragam mulai dari perubahan
endapan (sediment) air kemih (urin) hingga gagal ginjal akut. (Ismawati Amin
dkk,2007)
Ginjal memiliki fungsi untuk mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme. Zat
sisa metabolisme yang diekskresikan melalui ginjal salah satunya adalah ureum dan
kreatinin. Ureum merupakan produk akhir katabolisme protein dan asam amino yang
diproduksi oleh hepar sedangkan kreatinin merupakan hasil pemecahan kreatin fosfat
otot. Jika terjadi kerusakan pada tubulus ginjal maka ureum dan kreatinin tidak bisa
diekskresikan dengan baik oleh ginjal, akibatnya ureum dan kreatinin terakumulasi
dalam darah. Urem dan kreatinin secara normal dapat ditemukan dalam darah, namun
jika terjadi penurunan fungsi ginjal maka kadarnya akan meningkat.(Lilyn Setyorini
dkk,2018)
Ureum-kreatinin merupakan produk sisa dari metabolisme tubuh. Kadar
kreatinin yang tinggi 8 kali lebih umum ditemukan di antara para pengidap hipertensi
dibanding individu lain yang tekanan darahnya normal. Kadar ureum dan kreatinin
yang tinggi dapat menyebabkan komplikasi tambahan yaitu menyebabkan syock
uremikum yang dapat berlanjut menjadi kematian. ( Asri Setyaningsih dkk,2013)
Kreatinin adalah produk akhir metabolism protein otot yang dilepaskan dari
otot dan dieksresikan dalam urin . kreatinin diekskresikan ginjal melalui mekanisme
filtrasi dan sekresi yang berkeseimbangan konsentrasinya peningkatan maupun
penurunan kandungannya menandakan adanya gangguan fungsi ginjal,sintesis
kreatinin merupakan proses antar organ yaitu pelepasan oleh ginjal dan pengambilan
guanidinoasetat oleh hati ginjal yang sehat akan mensekresikan kreatinin dari saluran
darah ke urin. (dr. ir. Muhamad firdaus,2017)
Uremia adalah suatu sindrom klinik dan laboratorik yang terjadi pada semua
organ akibat penurunan fungsi ginjal pada penyakit ginjal, dimana terjadi retensi sisa
pembuangan metabolisme protein, yang di tandai oleh homeostasis cairan yang
abnormal dan elektrolit dengan kekacauan metabolik dan endokrin. Kadar ureum
yang tinggi dan berlangsung kronik merupakan penyebab utama manifestasi dari
sindrom uremia, yang di bagi dalam beberapa bentuk yaitu: 1) Pengaturan fungsi
regulasi dan eksresi yang buruk, seperti keseimbangan volume cairan dan elektrolit,
keseimbangan asam basa, retensi nitrogen dan metabolisem lain, serta gangguan
hormonal; dan 2) Abnormalitas sistem tubuh (sistem gastrointenstinal, hematologi,
pernafasan, kardiologi, kulit dan neuromuscular). ( Irendem K. A. Loho .dkk.2016)
Gagal ginjal terminal (GGT) terjadi bila fungsi ginjal sudah sangat buruk dan
penderita mengalami gangguan metabolism protein,lemak, dan karbohidrat.
Kemampuan ginjal untuk menyaring darah dinilai dengan penghitungan laju filtrasi
glomerulus (LFG) atau juga dikenal sebagai glomerular filtration rate (GFR) Ureum
merupakan produk sisa metabolisme (pembakaran) protein dalam keadaan normal
kadar ureum darah selalu konstan . jika terjadi produksi yang berlebihan misalnya
makanan yang kita konsumsi terlalu tinggi kadar proteinnya maka ginjal akan
berkerja keras untuk mengeluarkannya dari tubuh . sendakan pada kreanin juga
merupakan suatu zat hasil metabolism protein jika kadar kreatinin dalam darah berada
dalam keadaan berlebihan maka kelebihan tersebut akan selalu dibuang melalui ginjal
(dr.eko bastiansyah,2008)
Ureum atau urea harga normalnya dibawah 50mg/dl. Ureum termasuk dalam
golongan senyawa nitrogen ammonia hasil pembakaran protein oleh tubuh akan
diubah menjadi urea sendangkan pada kreatinin termasuk dalam golongan senyawa
nitrogen merupakan hasil katabolisme dari protein di otot, berbeda dengan ureum
yang kadarnya dalam dipengaruhi oleh intake(diet) kadar kreatinin di dalam darah
tidak dipengaruhi oleh diet (dr. darmanto,2003)
BAB III
METODE KERJA
1. Pemeriksaan urea
Pra analitik
A. Pra-analitik
a) Metode : Tes optimasi sesuai rekomendasi IFCC
b) Alat :
1. Fotometer 5010
2. Klinipet
3. Rak tabung reaksi
4. Tabung reaksi
5. Timer
6. Tip biru dan kuning
7. Tisu
8. Sentrifuge
9. Waterbath
c) Bahan :
1. serum pasien
2. serum control normal
Reagen : Albumin test kit
B. ANALITIK
Prosedur
Tabel: prosedur pemeriksaan urea
Pipet kedalam 4 Blanko Standar Control Sampel
tabung reaksi (μl) (μl) (μl) (μl)
Reagen 1a (100 1000 1000 1000 1000
ml R1 + 1 ml
R3)
Reagen - 10 - -
standar(80mg/dl
)
Precinorm U - - 10 -
Sampel - - - 10
Campur , inkubasi pada suhu 37c selama 3 menit. Tambahkan
kedalam masing-masing tabung
Reagen 2 1000 1000 1000 1000
Campur, inkubasi 5 menit pada suhu 37c . baca hasil pada
fotometer 5010 dengan panjang gelombang 578 nm.

C. Pasca analitik

Perhitungan = Absorban sampel x 80(faktor standar) = ….. mg/dl


Absorban standar

Nilai normal : 10-50 mg/dl

2. Pemeriksaan kreatinin
Pra analitik
A. Pra-analitik
a) Metode :Reaksi Jaffe tanpa proses deproteinisasi
b) Alat :
1. Fotometer 4010
2. Klinipet
3. Rak tabung reaksi
4. Tabung reaksi
5. Timer
6. Tip biru dan kuning
7. Tisu
8. Sentrifuge
c) Bahan : Serum pasien atau serum control normal
Reagen : Larutan asam pikrat ,N3OH standar , larutan standar
B. ANALITIK
Prosedur
Tabel: prosedur pemeriksaan kreatinin
Pipet kedalam 4 Blanko (μl) Standar (μl) sampel (μl)
tabung reaksi
Asam pikrat 1500 1500 1500
Sampel - - 200
Standar - 200 -
Aquadest 200 - -
Campur dan sentrifus dengan kecepatan 3000 RPM selama 10 menit

Supernatant 1000 1000 1000


Campur ,inkubasi pada suhu 37c selama 30 detik . baca hasil pada
fotometer 4010 pada panjang gelombang 546 nm
Catatan : pembacaan pengerjaan dan pembacaan antara blanko dan
sampel /control dilakukan tidak secara bersamaan .
Pemeriksaan kreatinin metode jaffe dilakukan pada suhu di bawah 30c
karena pada suhu yang lebih tinggi glukosa , asam urat,asam askorbat
akan mereduksi pikrat menjadi pikromat yang mempunyai absorban
maksimal 48 nm.

C. PASCA ANALITIK
Nilai normal :
Pria : 0,6- 1,1 mg/dl
Wanita : 0,5 – 0,9 mg/dl
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
A. Hasil

UREUM CREATININ

B. Pembahasan
pemeriksaan fungsi ginjal adalah prosedur pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui seberapa baik ginjal bekerja untuk dan untuk
mendeteksi adanya gangguan pada organ tersebut.
kreanin adalah molekul limbah kimia hasil metabolisme otot serta
konsumsi daging yang terbentu dari kreatinin. mokekul penting untuk
produksi energi otot. kreatinin juga menjadi indikator baik tidaknya fungsi
ginjal karena organ inilah yang menjaga kreatinin tetap berada pada kadar
normal . peningkatan pada kadar kraatinin adalah salah satu penanda
terganggunya fungsi ginjal atau terjadinya penyakit gijal.
Kreatinin darah meningkat jika fungsi ginjal menurun. Oleh karena itu
kreatinin dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator khusus pada
penyakit ginjal dibandingkan uji dengan kadar nitrogen urea darah (BUN)
Sedikit peningkatan kadar BUN dapat menandakan terjadinya hipovolemia
(kekurangan volume cairan); namun kadar kreatinin sebesar 2,5 mg/dl dapat
menjadi indikasi kerusakan ginjal. Kreatinin serum sangat berguna untuk
mengevaluasi fungsi glomerulus.
ginjal yang sehat mampu menjaga menjaga kadar kreatinin darah
dalam batas normal, semakin tinggi kadar kreatinin maka semakin
mengarah pada kemungkinan terjadi gangguan pada ginjal, pemeriksaan
kreatinin juga penting dilakukan untuk menilai respon terapi pada penyakit
ginjal.
Ureum adalah suatu zat yang merupakan sisa metabolisme protein
melalui pertukaran protein yaitu penguraian dan resisten semua protein sel
yang berlangsung terus menerus.
Kadar rendah biasanya tidak dianggap abnormal karena mencerminkan
rendahnya protein dalam makanan atau ekspansi volume plasma. Namun, bila
kadarnya sangat rendah bisa mengindikasikan penyakit hati berat. Kadar urea
bertambah dengan bertambahnya usia, juga walaupun tanpa penyakit ginjal.
Ureum bersifat racun dalam tubuh, pengeluarannya dari tubuh melalui ginjal
berupa air seni. Bila ginjal rusak atau kurang baik fungsinya maka kadar
ureum akan meningkat dan meracuni sel-sel tubuh. Keadaan tersebut disebut
uremia.Nilai normal atau batas rujukan untuk pemeriksaan ureum adalah 10 –
50 mg/dl
Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih
bergantung pada massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat
metabolisme protein, walaupun keduanya juga menimbulkan efek.
Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik
yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada
otot.

apabila ureum tinggi dikatan tinggi apabila hasil nilai ureum lebih
besar dari nilai normal menurut usianya , orang dewasa memiliki ureum tinggi
bila kadar ureumnya lebih dari 25 mg/dL. kondisi dimana ureum tinggi
menandakan ada masalah medis atau hal lain seperti diet tinggi protein,
gangguan fungsi ginjal, aliran darah ke ginjal berkurang, terapi obat.
sedangkan pada kadar ureumnya rendah hasil pemeriksaan batas menunjukan
nilai yang rendah dari nilai normalnya meskin pun hal ini tidak lazim terjadi
nilai ureum rendah jika kurang dari 6 mg/dL. ada beberapa hal yang
menyebabkan ureum rendah kekkurangan protein, penyakit hati, usia,
kehamilan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
berdasarkan hasil yang didapat pada pemeriksaan ureum dan kreatini
yaitu hasil yang di dapat adalah normal artinya fungsi ginjal bekerja dengan
baik.
B. Saran
adapun saran bahwa wajib menggunakan APD (alat pelindung diri)
dengan baik, menaati peraturan yang ada di laboratorium lakukan sesuai
prosedur kerja yang ada sehingga tidak terjadi kesalahan
DAFTAR PUSTAKA
Ansel Howard C. phD dkk .2006.Kalkukasi Farmasetik Paduan Untuk Apoteker
.Jakarta .EGC
Asri Setyaningsih dkk.2013.Perbedaan Kadar Ureum & Kreatinin Pada Kline Yang
Menjalani Hemodialisasi Dengan Hollow Fiber Baru Dan Hollow
Fiber Re Use Di RSUD Ungaran .volume 1,No.1, Mei 2013
Dr.R. Darmanto Djojodibroto ,spP. 2003. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan
General Medical Check Up . Jakarta. Pustakan Popular Obor
Dr .Ir. Muhamad Firdaus,Mp. 2017. Diabetes Dan Rumput Laut Cokelat . Malang
.UB Media
Dr. Eko Bastiansyh.2008.Paduan Lengkap Membaca Hasil Tes Kesehatan.Bogor
.Penebar Plus
Fajar Bakti Kurniawan S,ST.2015. Kimia Klinik Praktikum Analsis Kesehatan.
Jakarta.ECG
Ismawati Amin dkk. 2007. Kadar Kreatinin Dan Bersihan Kreatinin Penderita
Leptospirosis.Makassar. vol. 13,No.2, Maret 2007
Irendem K.A.Loho .2016. Gambaran Kadar Ureum Pada Pasien Penyakit Ginjal
Kronik Stadium 5 Non Dialisis . Universitas Sam Ratulangi
.Manado.volume 4, Nomor 2,Juli –Desember 2016
Lily Setyorini dkk.2018.Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera)
Terhadap Kadar Ureum Dan Kreatinin Serum Tikus Wistar Yang
Diinduksikan Formalin .Universitas Diponegoro. Semarang.
Volume 7,Nomor 2, Mei 2018
Verdiansah .2016.Pemeriksaan Fungsi Ginjal .Program Pendidikan Dokter Spesialis
Patologi Klinik .Bandung . vol.43 no.2,th.2016\
Vitasari Indriani dkk .2017.Hubungan antara kadar ureum, kreatinin dan klirens
kreatinin dengan proteinuria pada penderita diabetes mellitus.
Jakarta .Universitas Jenderal soedirman .

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai