LABORATORIUM PATOLOGI
PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
FAKULTAS FARMASI, TEKNOLOGI RUMAH SAKIT DAN
INFORMATIKA
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pemeriksaan ureum, kreatinin dan klirens kreatinin adalah pemeriksaan untuk
monitoring fungsi ginjal seseorang. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada
laboratorium pratama dengan akses yang terjangkau. Pemeriksaan albumin urin
sebagai petanda dini dari komplikasi mikrovaskuler pada DM. Protein utama yang
diekskresikan adalah albumin. Peningkatan kadar albumin dalam urin merupakan
tanda awal adanya kerusakan ginjal oleh karena diabetes. Terdapat hubungan
sinifikan antara ureum, kreatinin dan klirens kreatinin dengan proteinuria pada
pasien Diabetes Mellitus.( Vitasari Indriani dkk ,2017)
Kelainan fungsi ginjal adalah kelaian yang sering terjadi pada orang dewasa.
Kelainan fungsi ginjal berdasarkan durasinya dibagi menjadi 2 yaitu gagal ginjal
akut dan gagal ginjal kronik. Gagal ginjal akut adalah kemunduran yang cepat
dari kemampuan ginjal dalam membersihkan darah dari bahan-bahan racun, yang
menyebabkan penimbunan limbah metabolik didalam darah (misalnya urea).
Gagal ginjal akut merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal secara mendadak dengan akibat terjadinya peningkatan
hasil metabolit seperti ureum dan kreatinin. Kasus gagal ginjal kronik (GGK) saat
ini meningkat dengan cepat terutama di negara – negara berkembang. GGK telah
menjadi masalah utama kesehatan di seluruh dunia, karena selain merupakan
faktor resiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah akan meningkatkan
angka kesakitan dan kematian.( Asri Setyaningsih dkk,2013)
Ureum merupakan produk akhir dari metabolisme asam amino. Dalam
katabolisme protein di pecah menjadi asam amino dan deaminasi ammonia.
Ammonia dalam proses ini di sintesis menjadi urea. Ureum adalah produk limbah
dari pemecahan protein dalam tubuh. Siklus urea (disebut juga siklus ornithine)
adalah reaksi pengubahan ammonia (NH3) menjadi urea (CO(NH2)2). Reaksi
kimia ini sebagian besar terjadi di hati dan sedikit terjadi di ginjal. Hati menjadi
pusat pengubahan ammonia menjadi urea terkait fungsi hati sebagai tempat
menetralkan racun. Urea bersifat racun sehingga dapat membahayakan tubuh
apabila menumpuk di dalam tubuh. Meningkatnya urea dalam darah dapat
menandakan adanya masalah pada ginjal. (Irendem K. A. Loho .dkk.2016)
C. Pasca analitik
2. Pemeriksaan kreatinin
Pra analitik
A. Pra-analitik
a) Metode :Reaksi Jaffe tanpa proses deproteinisasi
b) Alat :
1. Fotometer 4010
2. Klinipet
3. Rak tabung reaksi
4. Tabung reaksi
5. Timer
6. Tip biru dan kuning
7. Tisu
8. Sentrifuge
c) Bahan : Serum pasien atau serum control normal
Reagen : Larutan asam pikrat ,N3OH standar , larutan standar
B. ANALITIK
Prosedur
Tabel: prosedur pemeriksaan kreatinin
Pipet kedalam 4 Blanko (μl) Standar (μl) sampel (μl)
tabung reaksi
Asam pikrat 1500 1500 1500
Sampel - - 200
Standar - 200 -
Aquadest 200 - -
Campur dan sentrifus dengan kecepatan 3000 RPM selama 10 menit
C. PASCA ANALITIK
Nilai normal :
Pria : 0,6- 1,1 mg/dl
Wanita : 0,5 – 0,9 mg/dl
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
A. Hasil
UREUM CREATININ
B. Pembahasan
pemeriksaan fungsi ginjal adalah prosedur pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui seberapa baik ginjal bekerja untuk dan untuk
mendeteksi adanya gangguan pada organ tersebut.
kreanin adalah molekul limbah kimia hasil metabolisme otot serta
konsumsi daging yang terbentu dari kreatinin. mokekul penting untuk
produksi energi otot. kreatinin juga menjadi indikator baik tidaknya fungsi
ginjal karena organ inilah yang menjaga kreatinin tetap berada pada kadar
normal . peningkatan pada kadar kraatinin adalah salah satu penanda
terganggunya fungsi ginjal atau terjadinya penyakit gijal.
Kreatinin darah meningkat jika fungsi ginjal menurun. Oleh karena itu
kreatinin dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator khusus pada
penyakit ginjal dibandingkan uji dengan kadar nitrogen urea darah (BUN)
Sedikit peningkatan kadar BUN dapat menandakan terjadinya hipovolemia
(kekurangan volume cairan); namun kadar kreatinin sebesar 2,5 mg/dl dapat
menjadi indikasi kerusakan ginjal. Kreatinin serum sangat berguna untuk
mengevaluasi fungsi glomerulus.
ginjal yang sehat mampu menjaga menjaga kadar kreatinin darah
dalam batas normal, semakin tinggi kadar kreatinin maka semakin
mengarah pada kemungkinan terjadi gangguan pada ginjal, pemeriksaan
kreatinin juga penting dilakukan untuk menilai respon terapi pada penyakit
ginjal.
Ureum adalah suatu zat yang merupakan sisa metabolisme protein
melalui pertukaran protein yaitu penguraian dan resisten semua protein sel
yang berlangsung terus menerus.
Kadar rendah biasanya tidak dianggap abnormal karena mencerminkan
rendahnya protein dalam makanan atau ekspansi volume plasma. Namun, bila
kadarnya sangat rendah bisa mengindikasikan penyakit hati berat. Kadar urea
bertambah dengan bertambahnya usia, juga walaupun tanpa penyakit ginjal.
Ureum bersifat racun dalam tubuh, pengeluarannya dari tubuh melalui ginjal
berupa air seni. Bila ginjal rusak atau kurang baik fungsinya maka kadar
ureum akan meningkat dan meracuni sel-sel tubuh. Keadaan tersebut disebut
uremia.Nilai normal atau batas rujukan untuk pemeriksaan ureum adalah 10 –
50 mg/dl
Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih
bergantung pada massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat
metabolisme protein, walaupun keduanya juga menimbulkan efek.
Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik
yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada
otot.
apabila ureum tinggi dikatan tinggi apabila hasil nilai ureum lebih
besar dari nilai normal menurut usianya , orang dewasa memiliki ureum tinggi
bila kadar ureumnya lebih dari 25 mg/dL. kondisi dimana ureum tinggi
menandakan ada masalah medis atau hal lain seperti diet tinggi protein,
gangguan fungsi ginjal, aliran darah ke ginjal berkurang, terapi obat.
sedangkan pada kadar ureumnya rendah hasil pemeriksaan batas menunjukan
nilai yang rendah dari nilai normalnya meskin pun hal ini tidak lazim terjadi
nilai ureum rendah jika kurang dari 6 mg/dL. ada beberapa hal yang
menyebabkan ureum rendah kekkurangan protein, penyakit hati, usia,
kehamilan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
berdasarkan hasil yang didapat pada pemeriksaan ureum dan kreatini
yaitu hasil yang di dapat adalah normal artinya fungsi ginjal bekerja dengan
baik.
B. Saran
adapun saran bahwa wajib menggunakan APD (alat pelindung diri)
dengan baik, menaati peraturan yang ada di laboratorium lakukan sesuai
prosedur kerja yang ada sehingga tidak terjadi kesalahan
DAFTAR PUSTAKA
Ansel Howard C. phD dkk .2006.Kalkukasi Farmasetik Paduan Untuk Apoteker
.Jakarta .EGC
Asri Setyaningsih dkk.2013.Perbedaan Kadar Ureum & Kreatinin Pada Kline Yang
Menjalani Hemodialisasi Dengan Hollow Fiber Baru Dan Hollow
Fiber Re Use Di RSUD Ungaran .volume 1,No.1, Mei 2013
Dr.R. Darmanto Djojodibroto ,spP. 2003. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan
General Medical Check Up . Jakarta. Pustakan Popular Obor
Dr .Ir. Muhamad Firdaus,Mp. 2017. Diabetes Dan Rumput Laut Cokelat . Malang
.UB Media
Dr. Eko Bastiansyh.2008.Paduan Lengkap Membaca Hasil Tes Kesehatan.Bogor
.Penebar Plus
Fajar Bakti Kurniawan S,ST.2015. Kimia Klinik Praktikum Analsis Kesehatan.
Jakarta.ECG
Ismawati Amin dkk. 2007. Kadar Kreatinin Dan Bersihan Kreatinin Penderita
Leptospirosis.Makassar. vol. 13,No.2, Maret 2007
Irendem K.A.Loho .2016. Gambaran Kadar Ureum Pada Pasien Penyakit Ginjal
Kronik Stadium 5 Non Dialisis . Universitas Sam Ratulangi
.Manado.volume 4, Nomor 2,Juli –Desember 2016
Lily Setyorini dkk.2018.Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera)
Terhadap Kadar Ureum Dan Kreatinin Serum Tikus Wistar Yang
Diinduksikan Formalin .Universitas Diponegoro. Semarang.
Volume 7,Nomor 2, Mei 2018
Verdiansah .2016.Pemeriksaan Fungsi Ginjal .Program Pendidikan Dokter Spesialis
Patologi Klinik .Bandung . vol.43 no.2,th.2016\
Vitasari Indriani dkk .2017.Hubungan antara kadar ureum, kreatinin dan klirens
kreatinin dengan proteinuria pada penderita diabetes mellitus.
Jakarta .Universitas Jenderal soedirman .
LAMPIRAN