Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK III

“PEMERIKSAAN UREUM DAN KREATININ”

Di Susun Oleh

Nama : Mohamad Rifky Syahdila


Nim : 17 3145 353 148
Kelas : 17 D

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS FARMASI, TEKNOLOGI RUMAH SAKIT DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS MEGA REZKY MAKASSAR
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak dirongga
retropertional bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi
cekungnya menghadap ke medial. Pada sisi ini terdapat hilus ginjal yaitu
tempat struktur-struktur pembuluh darah, sistem limfatik, sistem saraf dan
ureter menuju dan meninggalkan ginjal. Ginjal merupakan suatu organ yang
sangat penting untuk mengeluarkan hasil metabolisme tubuh yang sudah tidak
digunakan serta zat-zat racun yang dapat membahayakan tubuh melalui
penyaringan darah.
Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) digunakan sebagai acuan untuk menilai
fungsi ginjal yang dapat diukur secara tidak langsung dengan perhitungan
klirens ginjal. Fungsi ginjal ialah pengaturan keseimbangan air pengaturan
konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam-basa darah dan
ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam (Pearce, 2009).
Gangguan fungsi ginjal dapat di sebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
karena faktor usia, kelamin, kebisaan yang buruk serta riwayat penyakit yang
dapat berkaitan dengan kerusakan ginjal
Pada praktikum kali ini ialah pemeriksaan ureum dan kreatinin yang mana
pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan fungsi ginjal.
Pada pemeriksaan ureum yakni menentukan kadar urea nitrogen dalam darah
yang merupakan zat sisa dari metabolisme protein yang seharunya dibuang
melalui ginjal sedangkan kreatinin digunakan untuk menghitung jumlah
kreatinin dalam darah yang mana merupakan salah satu parameter untuk
mengetahui fungsi ginjal.
1.2 Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Adapun maksud dari percobaan yang dilakukan ialah pemeriksaan
untuk membantu dalam mengindikasikan adanya gangguan pada fungsi
ginjal.
2. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini ialah untuk mengukur kadar dari
ureum dan kreatinin pada sampel yang akan di uji sebagai indikator
pemeriksaan gangguan fungsi ginjal.

1.3 Prinsip
1. Prinsip pemeriksaan ureum
a. Metode Bartholet
Urea dalam sampel dengan bantuan enzim urase akan
menghasilkan ammonia dan karbondioksida. Setelah dicampur dengan
pereaksi I dan II akan terjadi reaksi yang menghasilkan suatu
kompleks yang absorbansinya dapat diukur dengan spektrofotometer
UV-VIS.
b. Metode Kolometrik Tes
Urea dihidrolisa dengan adanya urease menjadi ammonia dan CO2
ammonia yang dihasilkan dengan 2-oxaglutarate dan NADH dengan
adanya GLDH membentuk glutamate dan NAD.
2. Prinsip pemeriksaan kreatinin
a. Prinsip Metode Enzimatik
Reaksi antara kreatinin dengan asam pikrat dalam suasana basa
akan membentuk kompleks kreatinin pikrat yang berwarna kuning
jingga yang kadarnya dapat diukur dengan spektrofotometer UV
visible pada panjang gelombang 545 nm.
b. Prinsip Metode Jaffe Reaction
Kreatinin dalam alkali akan membentuk kompleks warna merah
orange bila bereaksi dengan asam pikrat. Absorbansi/serapan
kompleks ini sebanding dengan konsentrasi kreatinin dalam sampel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ginjal
Ginjal adalah sepasang organ retroperitoneal yang integral dengan
homeostasis tubuh dalam mempertahankan keseimbangan fisika dan kimia.
Ginjal menyekresikan hormone dan enzimyang membantu pengaturan
produksi eritrosit, tekanan darah, serta metabolisme kalsium dan fosfor. Ginjal
membuang sisa metabolisme dan menyesuaikan ekskresi air dan pelarut.
Ginjal mengatur volume cairan tubuh, asiditas dan elektrolit sehingga
mempertahankan komposisi cairan normal. (Baradero, 2008)

Gambar 1.1 Organ ginjal (Soenanto)


2.2 Fungsi Ginjal
Ginjal bertugas untuk menyaring zat-zat buangan yang dibawa darah agar
darah tetap bersih dan membuang sampah metabolik tersebut agar sel-sel
tubuh tidak menjadi loyo akibat keracunan. Zat-zat tersebut berasal dari proses
normal pengolahan makanan yang di konsumsi, dan dari pemecahan jaringan
otot setelah melakukan suatu kegiatan fisik. Tubuh akan memakai makanan
sebagai energi dan perbaikan jaringan sel tubuh. Setelah tubuh mengambil
secukupnya dari makanan tersebut sesuai dengan keperluan, sisanya akan
dikirim ke dalam darah untuk kemudian disaring di ginjal. (Alam, 2007)
Dari fungsi nya ginjal adalah salah satu sistem detoksifikasi utama setelah
hati, dengan membuang racun tubuh yang telah dilarutkan dalam air oleh hati
agar dapat dibawah darah, kemudian dibuang bersama kelebihan cairan tubuh
melalui urin. (Alam, 2007)

Gambar 1.2 Nefron ginjal (Sumber: Kinasih, 2008)

2.3 Gangguan Fungsi Ginjal


Gangguan fungsi ginjal terjadi kerena penurunan laju filtrasi glomerulus,
sehingga dapat terjadi gangguan pada sistem penyaringan darah di dalam
ginjal. Penurnan laju filtrasi glomerulus dapat disebebkan oleh beberapa
faktor. Faktor usia, semakin bertambah umur manusia akan mempengaruhi
organ ginjal. Faktor jenis kelamin, sangat beresiko terjadinya gangguan fungsi
ginjal terutama pada laki-laki, hal ini disebabkan struktur dan anatomi saluran
perkemihan yang panjang dan juga aliran urine yang lama, sehingga beresiko
menempelnya sampah atau sisa metabolisme pada saluran kemih. Faktor berat
badan, penambahan berat badan karena cairan (overfl uid) menjadi salah satu
prognosis gagal ginjal yang mempengaruhi waktu survival. (Martono, 2014).
Silain itu kadar kreatinin dan ureum yang berlebih dalam tubuh merupakan
faktor gambaran dimana terjadinya gngguan fungsi ginjal, nilai normal kadar
ureum 10-50 mg/dl dan kreatinin <1-5 mg/dl. (Suryawan, 2016)
2.4 Gagal Ginjal Kronik
Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir (ESRD/PGTA) adalah
penyimpangan progresif, fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana
kemapuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan metabolic dan cairan
dan elektrolit mengalami kegagalan, yang mengakibatkan uremia. Kendisi ini
mungkin disebabkan oleh glomerulonefhritis kronik, pielonefritis, hipertensi
terkontrol, lesi herediter seperti pada penyakit polikistik, kelainan vascular,
obstrusksi saluran perkemihan, penyakit sekunder akibat penyakit sitemik
(diabetes), infeksi, obat-obatan atau paparan toksik. Paparan lingkingan dan
okupasi yang telah menujukan mempunyai dampak dalam gagal ginjal kronik
termasuk, timah, kadmium, merkuri dan kromium. Pada akhirnya dialysis atau
trasplantasi ginjal diperlukan untuk menyelamatkan pasien. (Baughman, 2000)

2.5 Pemeriksaan Fungsi Ginjal


a. Kreatinin
Kreatinin adalah produk akhir dari metabolisme kreatin. Kreatinin
terutama disintesis oleh hati, tedapat hampir semuanya dalam otot rangka
yang terikat secara reversible dengan fosfat dalam bentuk fosfokreatin atau
keratinfosfa, yakni senyawa penyimpan energi. keberadaannya dalam
tubuh dengan jumlah yang tinggi ataupun rendah dapat memberi dampak
buruk bagi individu. Sisa metabolisme harus diekskresikan melalui ginjal.
Kreatinin diekskresi dalam urin melalui proses filtrasi dalam glomerulus
tetapi tidak direabsorbsi di tubulus bahkan sejumlah kecil disekresi oleh
tubulus terutama bila kadar kreatinin serum tinggi. Kreatinin dengan bebas
melintasi membran glomerulus dan hanya sebagian kecil disekresi ke
dalam tubulus nefron. Pemeriksaan kreatinin dalam darah merupakan salah
satu parameter penting untuk mengetahui fungsi ginjal. Pemeriksaan ini
juga sangat membantu kebijakan melakukan terapi pada penderita
gangguan fungsi ginjal. Tinggi rendahnya kadar kreatinin dalam darah
digunakan sebagai indikator penting dalam menentukan apakah seorang
dengan gangguan fungsi ginjal memerlukan tindakan hemodialysis.
(Hadijah, 2018)

Table 1.1 Nilai rujuakan pemeriksaan kreatinin

a. Ureum
Ureum merupakan produk akhir katabolisme protein dan asam
amino yang diproduksi oleh hati dan didistribusikan melalui cairan
intraseluler dan ekstraseluler ke dalam darah untuk kemudian difiltrasi
oleh glomerulus dan disekresikan melalui urin, ketika air direabsorbsi dari
tubulus, konsentrasi ureum dalam lumen tubulus meningkat sehingga
muncul gradient konsentrasi yang menyebabkan reabsorbsi urea. Ureum
tidak bisa memasuki tubulus sebanyak air, sehingga ureum direabsorbsi
secara pasif dari tubulus. Ureum yang masih tertinggal akan masuk ke
dalam urin untuk akhirnya diekskresikan. Pengukuran ureum serum dapat
digunakan untuk mengevaluasi fungsi ginjal, status hidrasi, menilai
keseimbangan nitrogen, menilai progresivitas penyakit ginjal, dan menilai
hasil hemodialysis (Kinasih, 2019)

Tabel 1.1 Pemeriksaan Ureum (Sumber: Verdiansah)


Table 1.2 Nilai rujuakan kadar ureum (sumber: Verdiansah)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Pemeriksaan Kreatinin
A. Metode Jaffe Reaction
1. Alat
a. Tabung reaksi
b. Mikropipet
c. Blue tip dan yellow tip
d. Fotometer
2. Bahan
a. Sampel darah ( serum )
b. Tissue
c. Reagen pereaksi
3. Cara Kerja
a. Pesiapan sampel
1) Dilakukan flebotomi pada pasien mengguanakan vakum.
2) Darah yang telah diambil kemudian di sentrifus pada kecepatan
3000 rpm selama 10 menit
b. Cara tidak langsung
1) Pembutan larutan kerja dengan perbandingan 1:5, kemudian di
homogenkan.
Larutan Volume
Picric Acid 600µL
NaOH 3000µL
2) Pengujian sampel
Bahan Blanko Standar Test
Lauran kerja 1,0 mL 1,0 mL 1,0 mL
Serum - - 50µL
Standar - 50µL -
a) Dihimogenkan dn diamkan selama 1 menit, pada suhu
37OC
b) Dilakukan pembacaan pada alat fotometer, pada pajang
gelobang 510nm
c. Cara langsung
3) Pengujian sampel
Bahan Blanko Standar Test
NaOH 1,0 mL 1,0 mL 1,0 mL
Picric Acid 200 µL 200 µL 200 µL
Standar - - 60µL
Sampel - 60µL -
a) Disediakan 3 tabung reaksi untuk pengujian
b) Dihimogenkan dn diamkan selama 1 menit, pada suhu
37OC
c) Dilakukan pembacaan pada alat fotometer, pada pajang
gelobang 510nm
B. Metode Enzimatik
1. Alat
a. Spektrofotometer
b. Inkubasi
c. Tabung reaksi
d. Rak tabung reaksi
e. Mikropipet 1000 mikron
f. Mikropipet 250 mikron
g. Mikropipet 50 mikron
2. Bahan
a. Plasma darah
b. Reagen kreatinin 1 ( NaOH 1 % )
c. Reagen kreatinin 2 ( asam pikrat )
3. Cara kerja
Sampel plasma Reagen kreatinin ( Reagen kreatinin 2 (
NaOH 1% ) asam pikrat )
0,05 ml 1 ml 0,25 ml
Inkubasi selama 5 menit dengan temperature 370C, lalu baca pada
spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm faktor 2.

3.2 Pemeriksaan Ureum


A. Metode Bertholet
1. Alat
a. Pipet ukur
b. Tabung reaksi
c. Pipet tetes
d. Ball filler
e. Termometer
f. Gelas beaker
g. Spektrofotometer ( UV-VIS )
2. Bahan
a. Serum/plasma
b. Standar BUN ( blood urease nitrogen ) 20 mg/dl
c. Urease 4000 U/I
d. Buffer EDTA pH 6,5
e. Reagen I :
f. Reagen II
3. Cara kerja
a. Pesiapan sampel
1) Dilakukan flebotomi pada pasien mengguanakan vakum.
2) Darah yang telah diambil kemudian di sentrifus pada
kecepatan 3000 rpm selama 10 menit
b. Cara tidak langsung
1) Pembutan larutan kerja dengan perbandingan 1:5, kemudian di
homogenkan.
Larutan Volume
R1 3000µL
R2 600µL
4) Pengujian sampel
Bahan Blanko Standar Test
Lauran kerja 1,0 mL 1,0 mL 1,0 mL
Serum - - 50µL
Standar - 50µL -
c) Pada saat penambahan lauran kerja di diamkan terlebih
dahulu selama 5 menit pada suhu 37°C, setalah itu
ditambahkan larutan serum dan stendar sesuai tabel di atas
d) Dihimogenkan dn diamkan selama 1 menit, pada suhu
37OC
e) Dilakukan pembacaan pada alat fotometer, pada pajang
gelobang 340nm
B. Metode Kolorimetrik Test
1. Alat
a. Centrifus
b. Jarum
c. Microlab 300
d. Microplate
e. Tabung vakum tutup merah
f. Tip biru dan tip kuning
2. Bahan
a. Aquadest
b. Sampel darah
c. Kapas alkohol
d. Kapas kering
e. Reagen ureum
f. Serum
g. Standar ureum
h. Tissue
3. Cara Kerja
a. Pra Analitik
1. Disiapkan alat dan bahan untuk pengambilan sampel darah
2. Dilakukan pengambilan darah menggunakan tabung vacuum
tutup merah
3. Darah yang diambil, didiamkan selama 15-20 menit pada suhu
kamar
4. Kemudian sampel tersebut disentrifus selama 5 menit dengan
kecepatan 5000rpm pastkan tidak ada bekuan
5. Dipisahkan serum ke wadah lain, diambil dengan
menggunakan pipet tetes secara hati-hati agar tidak tercapur
dengan darah
b. Analitik
1. Disiapkan tabung dengan ketentuan:
a) Tabung 1 untuk standar, berisi 10 mikron standard an 1000
mikron reagen 1A
b) Tabung 2 untuk blanko, berisi 10 mikron aquadest dan
1000 mikton reagen 1A
c) Tabung 3 untuk sampel, berisi 10 mikron sampel dan 1000
mikron reagen 1A

Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3


Standar 10 mikron - -
Blanko - 10 mikron -
Sampel - - 10 mikron
Reagen 1A 1000 mikron 1000 mikron 1000 mikron

d) Setelah tabung tersebut terisi, inkubasi selama 10 menit


pada ruangan
e) Tambahkan masing-masing tabung 1000 mikron reagen 2,
inkubasi selama 10 menit
f) Bacalah nilai absorbans pada alat microlab 300 dengan
cara:
1) Nyalakan mikrolab 300
2) Pada tampilan layar tampak main menu, pilih measure
lalu tekan enter akan tampak program test menu
3) Muncul parameter, pilihlah pemeriksaan “ Ureum”
tekan enter
4) Masukkan aquadest pada selang sambil menyentuh
cypernya maka aquadest akan terisap dan biarkan
sampai terganti menjadi “measure” reagen blanko pada
layar
5) Kemudian masukkan reagen blanko pada selang
sambil menyentuh cypernya maka reagen blanko akan
terserap dan muncul “ reagen standar “ pada layar
6) Masukkan reagen standar pada selang sambil
menyentuh cypernya dan tunggu hingga beberapa saat
7) Setelah itu, masukkan sampel pada selang dan biarkan
terisap lalu masukkan identitas pasien
8) Tunggu hingga alat running dan catat absorbansinya
9) Setelah itu matikan microlabnya
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Table Pengamatan
a. Pemeriksaan Kreatinin
Kreatinin Volume sampel Nilai Normal
Cara tidak langsung 50µL
0,4 – 1,4 mg/dL
Cara langsung 60µL

b. Pemeriksaan Ureum
Pemriksaan Nilai Normal
Ureum 15 – 38 mg/dL

2. Gambar Pemeriksaan

Hasil pemeriksaan kreatinin, secara


langsung dan tidak langsung

Hasil pemeriksaan ureum

B. Pembahasan
Pada prktikum kali ini yaitu dilakukan pemeriksaan gangguan fungsi
ginjal dengan para meter tes kreatinin dan ureum. Praktikum kali ini di
lakukan di laboratorium patologi klinik, DIV Teknologi Laboratorium Medis,
Universitas Mega Rezky Makassar.
Untuk pemeriksaan kadar kreatinin dilakkan dengan dua cara kerja yaitu
cara langung dan tidak langsung, perbedaan dari kedua cara kerja ini yaitu
konsentrasi pengenceran reagen dan juga penembahan sampel uji. Pada
pemeriksaan tidak langsung terlebih dahulu disiapkan larutan kerja dengan
cara dimasukkan reagen picric acid sebanyak 600µL kedalam tabung larutan
kerja kemudian ditambahkan reagen NaOH sebanyak 3000µL kemudian
dihomogenkan. Lalu disiapkan 3 buah tabung untuk blanko, standar, dan test.
Kedalam tabung blanko, standard dan test dimasukkan masing-masing larutan
kerja sebanyak 1000 µL, kemudian kedalam tabung standar ditambahkan
standar sebanyak 50 µL dan kedalam tabung test dimasukkan sampel
sebanyak 50 µL, kemudian dihomogenkan. Setelah itu cara kerja yang kedua
(secara langsung) disiapkan 3 buah tabung untuk blanko, standar, dan test. Ke
dalam tabung blanko, standard dan test dimasukkan masing-masing reagen
NaOH sebanyak 1000µL dan reagen picrid acid dimasukkan masing-masing
kedalam tabung blanko, standard dan test sebanyak 200µL. Lalu kedalam
tabung test ditambahkan sampel sebanyak 60µL dan kedalam tabung standar
dimasukkan larutan standar sebanyak 60µL. Kemudian dihomogenkan
masing-masing tabung tersebut dan dihangatkan selama 60 detik pada suhu
30-37°C. Lalu dibaca absorbansinya pada alat fotometer dengan panjang
gelombang 510nm
Nilai normal untuk pemeriksaan kadar kreatinin yaitu Kreatinin 0,4 – 1,4
mg/dL. Pemeriksaan kreatinin adalah pemeriksaan laboratorium yang
bertujuan untuk mengetahui kinerja ginjal dalam menyaring dan
kemampuannya untuk membuang kreatinin di dalam darah.
Ginjal yang sehat mampu menyaring kreatinin yang ada di darah sehingga
dapat dibuang melalui urin sehingga kadar kreatinin darah dapat
dipertahankan dalam batas normal. Sebaliknya, apabila kondisi kesehatan
ginjal terganggu dan tidak dapat membuang kreatinin, maka kadar kreatinin
di dalam darah akan meningkat.
Hasil pemeriksaan kreatinin bisa saja mendapatkan nilai kreatinin yang
lebih tinggi dari nilai kreatinin normal. Nilai kreatinin yang tinggi bisa
disebabkan oleh beberapa kondisi.
1. Dehidrasi
Sekitar 60-70% dari tubuh kita terdiri dari cairan. Kebutuhan
cairan tubuh yang tercukupi memelihara semua organ kita agar dapat
berfungsi dengan baik, salah satunya adalah ginjal. Dehidrasi berat dapat
menyebabkan kerusakan ginjal dan meningkatkan kadar kreatinin.
2. Penyakit ginjal
Kadar kreatinin yang lebih tinggi dari normal dapat merupakan
gejala penyakit ginjal seperti Glomerulonefritis, Pielonefritis, Penyakit
ginjal kronik dan gagal ginjal. Pasien yang mengalami masalah gagal
ginjal biasanya akan mengalami beberapa gejala. Beberapa gejalanya
adalah dehidrasi, cepat lelah, pembengkakan (edema), sesak napas, mual,
dan muntah.
3. Sumbatan aliran urinasi
Hal-hal yang dapat menyumbat dan mengganggu jalannya urinasi
seperti pembesaran pada prostat dan batu ginjal dapat menyebabkan
gangguan dari pembuangan kreatinin sehingga kadar kreatinin dapat
meningkat
4. Efek samping obat
Beberapa obat seperti Cimetidine, Ranitidine dan Trimetoprim
dapat mengurangi sekresi atau pembuangan kreatinin pada urin sehingga
menyebabkan kreatinin darah meningkat. Obat Fenofibrat menyebabkan
produksi kreatinin yang lebih banyak sehingga kadar kreatinin juga dapat
lebih tinggi dari nilai normal. Nilai kreatinin biasanya akan menjadi
normal kembali setelah beberapa bulan menghentikan konsumsi obat-
obatan tersebut.
5. Gangguan aliran darah ke ginjal
Pasien yang mengalami syok, kekurangan cairan, atau
aterosklerosis biasanya akan mengalami gangguan aliran darah yang
menuju ke ginjal. Akibatnya, pasien tersebut tidak memiliki nilai
kreatinin normal.
Tes kreatinin serum darah dan urine juga bisa menunjukkan nilai yang
lebih rendah dari nilai kreatinin. Nilai kreatinin rendah menunjukkan adanya
beberapa masalah medis, yaitu:
1. Turunnya massa otot
Penurunan massa otot akan mengakibatkan penurunan produksi
kreatinin. Hal ini pun mengakibatkan nilai kreatinin rendah.
2. Kurang gizi
Kurangnya asupan gizi juga berdampak pada penurunan massa otot
yang akhirnya membuat nilai kreatinin rendah.
3. Kehamilan
Ibu hamil bisa memiliki nilai kreatinin rendah. Ini dikarenakan
fisiologis kehamilan yang membuat perputaran aliran ginjal lebih cepat
sehingga banyak kreatinin yang terbuang.
4. Usia lanjut
Orang-orang lansia memiliki nilai kreatinin rendah karena faktor
usia yang semakin tua mengakibatkan penurunan massa otot.
Untuk pemeriksaan kadar ureum, disiapkan terlebih dahulu larutan kerja
dengan cara dimasukkan larutan R1 sebnyak 3000µL dan R2 sebanyak
600µL, kemudian dihomogenkan. selanjutnya, Disiapkan 3 buah tabung
untuk blanko, standar, dan test. Kedalam tabung blanko, standard dan test
dimasukkan larutan kerja masing-masing sebanyak 1000 µL, lalu kedalam
tabung test ditambahkan sampel sebanyak 10 µL dan kedalam tabung standar
ditambahkan larutan standar sebanyak 10 µL, kemudian dihomogenkan dan
dihangatkan 30 detik pada 37°C. dan dibaca absorbansinya pada alat
fotometer pada penjang gelombang 340nm. Nilai normal untuk pemeriksaan
kadar ureum yaitu 15-38 mg/dL.
Ureum adalah produk akhir yang terbentuk di hati dari hasil metabolisme
protein menjadi asam amino. Proses ini menghasilkan ammonia, yang
kemudian diubah menjadi ureum. Ureum dilepaskan oleh hati ke dalam darah
dan dibawa ke ginjal untuk dibersihkan dari kelebihan nitrogen yang akan
dilepaskan ke dalam urin.. Kadar ureum dalam darah akan meningkat pada
kondisi penyakit ginjal akut dan kronis,. Ureum bersamaan dengan
pemeriksaan kreatinin dapat digunakan sebagai uji saring fungsi ginjal,
pemantauan hemodialisis dan terapi lainnya yang terkait dengan penyakit
ginjal.
Tujuan dilakukannya pemeriksaan kadar ureum yaitu untuk mengetahui
fungsi ginjal dan hati, untuk mendiagnosa penyakit ginjal, untuk memantau
efektivitas dialisis dan perawatan lain yang terkait dengan penyakit ginjal dan
monitoring fungsi ginjal pada penyakit kronis (diabetes, hipertensi).
Ketika hasil pemeriksan apabila ureum tinggi, Ureum dikatakan tinggi
apabila hasil nilai ureum lebih besar dari nilai normal menurut usianya.
Orang dewasa memiliki ureum tinggi bila kadar ureumnya lebih dari 25
mg/dL. Pada beberapa kondisi dapat mempengaruhi kadar ureum dalam darah
yaitu seperti
Peningkatan kadar ureum
1. Gangguan fungsi ginjal
Nilai ureum tinggi biasanya dikarenakan adanya gangguan fungsi
ginjal atau kerusakan ginjal. Kerusakan atau gangguan fungsi ginjal
tersebut bisa bersifat akut atau kronis. Penyakit yang bisa memicu
gangguan fungsi ginjal adalah diabetes dan hipertensi.
2. Aliran darah ke ginjal berkurang
Pasien yang tidak mengalami gangguan fungsi ginjal bisa saja
memiliki ureum tinggi bila aliran darah ke ginjal berkurang. Penurunan
tingkat aliran darah ke ginjal ini bisa dipicu oleh beberapa hal seperti
dehidrasi, syok hipovolemik, uka bakar, dan serangan jantung.
3. Diet tinggi protein
Kadar ureum darah bisa tinggi jika pasien menerapkan diet tinggi
protein. Diet tinggi protein akan meningkatkan katabolisme protein
sehingga terjadi peningkatan produksi ureum yang tidak sebanding dengan
tingkat ekskresinya.
4. Terapi obat
Ada beberapa obat yang bisa meningkatkan nilai ureum. Oleh
karena itu, Anda perlu memberi tahu semua jenis obat yang sedang Anda
jalani dan menghentikan jenis obat yang diminta oleh dokter. Sebagai
contoh, obat golongan kortikosteroid meningkatkan proses katabolisme
tubuh dan pemecahan protein sehingga meningkatkan produksi ureum.
Penurunan kadar ureum
1. Penyakit hati
Selain dikarenakan kurang asupan protein, nilai ureum rendah bisa
dikarenakan adanya penyakit hati lanjut seperti sirosis hepatis atau liver
failure. Ini terkait dengan fungsi hati yang bertanggung jawab memecah
protein hingga menjadi urea.
2. Usia
Nilai ureum rendah juga bisa dialami oleh anak-anak. Hal ini
dikarenakan anak-anak memiliki kemampuan tubuh yang lebih rendah
dalam memecah protein.
3. Kekurangan protein
Kadar ureum darah bisa lebih rendah dari nilai normal ureum jika
pasien tersebut mengalami kekurangan asupan protein. Seperti yang telah
dijelaskan diatas, ureum adalah hasil pemecahan dari protein, sehingga
intake protein yang rendah berpengaruh terhadap rendahnya hasil ureum
darah.
4. Kehamilan
Wanita hamil juga biasa memiliki nilai ureum yang lebih rendah
dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil karena kondisi kehamilan
memengaruhi kemampuan metabolisme tubuh dalam melakukan
katabolisme protein.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari parktikum yang telah di lakukan yaitu pemeriksaan kadar ureum dan
kreatinin, yaitu pemeriksaan untuk menilai kerusakan ginjal akibat kerusakan
filtrasi atau penyaringan sisa-sisa metabolisme. Peningkatan kadar kreatinin
dapat di sebabkan oleh dehidrasi, efek penggunaan obat dan kerusakan ginjal.
Sedangkan untuk penungkatan kadar ureum dalam darah dapat di sebebkan
kerena terapi obat, kerusakan ginjal dan diet protein.
DAFTAR PUSTAKA

Alam, Syamsir dkk. 2007. Gagal Ginjal. Jakarta: Gramedia

Baradero, Mary. at all. 2005. Klien Gangguan Ginjal. Jakarta: Gramedia

Baughman, C. Diane. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Hadijah. Sitti. 2018. Analisis Perbandingan Hasil Pemeriksaan Kreatinin Darah


dengan Deproteinisasi dan Nondeproteinisasi Metode Jaffe Reaction.
Makassar: Poltekes Kemenkes Makassar
(http://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediaanalis/article/download/120/88)

Kinasih, Batari. 2019. Korelasi Rasio Ureum Dan Kreatinin Serum Terhadap
Derajat Preeklampsia di Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Lampung: Universitas Lampung
(https://media.neliti.com/media/publications/118666-ID-none.pdf)

Martono. 2014. Deteksi Keparahan Fungsi Ginjal Melalui Perubahan Kritis Laju
Filtrasi Glomerulus Pasien Hemodialisa. Surakarta: Ploliteknik Surakerta

(https://www.academia.edu/37432907/DETEKSI_KEPARAHAN_FUNGSI_GINJAL_MELAL
UI_PERUBAHAN_KRITIS_LAJU_FILTRASI_GLOMERULUS_PASIEN_HEMODIALISA
_Severity_Renal_Function_Detection_through_Critical_Changes_Glomerular_Fi
ltration_Rate_in_Hemodialysis_Patients)

Verdiansah. 2016. Pemeriksaan Fungsi Ginjal. Bandung. CDK

Satriana. 2008. Studi Kadar Ureum dan Kreatinin Serum Darah Anjing Kampung
(Canis Familiaris) Umur 3 dan 6 Bulan. Bogor: Instutut Pertanian Bogor
(https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/3446/5/B08sat_abstract.ps )

Soenanto, Hardi. 2005. Hancurkan Batu Ginjal dengan Ramuan Herbal. Jakarta:
Puspa Swara
Suryawan, D G A. Gambaran Kadar Ureum dan Kreatinin Serum pada Pasien
Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisis di RSUD
Sanjiwani Gianyar. Denpasar: Peltekes Kemenkes Denpasar

Anda mungkin juga menyukai