Di Susun Oleh
1.3 Prinsip
1. Prinsip pemeriksaan ureum
a. Metode Bartholet
Urea dalam sampel dengan bantuan enzim urase akan
menghasilkan ammonia dan karbondioksida. Setelah dicampur dengan
pereaksi I dan II akan terjadi reaksi yang menghasilkan suatu
kompleks yang absorbansinya dapat diukur dengan spektrofotometer
UV-VIS.
b. Metode Kolometrik Tes
Urea dihidrolisa dengan adanya urease menjadi ammonia dan CO2
ammonia yang dihasilkan dengan 2-oxaglutarate dan NADH dengan
adanya GLDH membentuk glutamate dan NAD.
2. Prinsip pemeriksaan kreatinin
a. Prinsip Metode Enzimatik
Reaksi antara kreatinin dengan asam pikrat dalam suasana basa
akan membentuk kompleks kreatinin pikrat yang berwarna kuning
jingga yang kadarnya dapat diukur dengan spektrofotometer UV
visible pada panjang gelombang 545 nm.
b. Prinsip Metode Jaffe Reaction
Kreatinin dalam alkali akan membentuk kompleks warna merah
orange bila bereaksi dengan asam pikrat. Absorbansi/serapan
kompleks ini sebanding dengan konsentrasi kreatinin dalam sampel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ginjal
Ginjal adalah sepasang organ retroperitoneal yang integral dengan
homeostasis tubuh dalam mempertahankan keseimbangan fisika dan kimia.
Ginjal menyekresikan hormone dan enzimyang membantu pengaturan
produksi eritrosit, tekanan darah, serta metabolisme kalsium dan fosfor. Ginjal
membuang sisa metabolisme dan menyesuaikan ekskresi air dan pelarut.
Ginjal mengatur volume cairan tubuh, asiditas dan elektrolit sehingga
mempertahankan komposisi cairan normal. (Baradero, 2008)
a. Ureum
Ureum merupakan produk akhir katabolisme protein dan asam
amino yang diproduksi oleh hati dan didistribusikan melalui cairan
intraseluler dan ekstraseluler ke dalam darah untuk kemudian difiltrasi
oleh glomerulus dan disekresikan melalui urin, ketika air direabsorbsi dari
tubulus, konsentrasi ureum dalam lumen tubulus meningkat sehingga
muncul gradient konsentrasi yang menyebabkan reabsorbsi urea. Ureum
tidak bisa memasuki tubulus sebanyak air, sehingga ureum direabsorbsi
secara pasif dari tubulus. Ureum yang masih tertinggal akan masuk ke
dalam urin untuk akhirnya diekskresikan. Pengukuran ureum serum dapat
digunakan untuk mengevaluasi fungsi ginjal, status hidrasi, menilai
keseimbangan nitrogen, menilai progresivitas penyakit ginjal, dan menilai
hasil hemodialysis (Kinasih, 2019)
A. Hasil
1. Table Pengamatan
a. Pemeriksaan Kreatinin
Kreatinin Volume sampel Nilai Normal
Cara tidak langsung 50µL
0,4 – 1,4 mg/dL
Cara langsung 60µL
b. Pemeriksaan Ureum
Pemriksaan Nilai Normal
Ureum 15 – 38 mg/dL
2. Gambar Pemeriksaan
B. Pembahasan
Pada prktikum kali ini yaitu dilakukan pemeriksaan gangguan fungsi
ginjal dengan para meter tes kreatinin dan ureum. Praktikum kali ini di
lakukan di laboratorium patologi klinik, DIV Teknologi Laboratorium Medis,
Universitas Mega Rezky Makassar.
Untuk pemeriksaan kadar kreatinin dilakkan dengan dua cara kerja yaitu
cara langung dan tidak langsung, perbedaan dari kedua cara kerja ini yaitu
konsentrasi pengenceran reagen dan juga penembahan sampel uji. Pada
pemeriksaan tidak langsung terlebih dahulu disiapkan larutan kerja dengan
cara dimasukkan reagen picric acid sebanyak 600µL kedalam tabung larutan
kerja kemudian ditambahkan reagen NaOH sebanyak 3000µL kemudian
dihomogenkan. Lalu disiapkan 3 buah tabung untuk blanko, standar, dan test.
Kedalam tabung blanko, standard dan test dimasukkan masing-masing larutan
kerja sebanyak 1000 µL, kemudian kedalam tabung standar ditambahkan
standar sebanyak 50 µL dan kedalam tabung test dimasukkan sampel
sebanyak 50 µL, kemudian dihomogenkan. Setelah itu cara kerja yang kedua
(secara langsung) disiapkan 3 buah tabung untuk blanko, standar, dan test. Ke
dalam tabung blanko, standard dan test dimasukkan masing-masing reagen
NaOH sebanyak 1000µL dan reagen picrid acid dimasukkan masing-masing
kedalam tabung blanko, standard dan test sebanyak 200µL. Lalu kedalam
tabung test ditambahkan sampel sebanyak 60µL dan kedalam tabung standar
dimasukkan larutan standar sebanyak 60µL. Kemudian dihomogenkan
masing-masing tabung tersebut dan dihangatkan selama 60 detik pada suhu
30-37°C. Lalu dibaca absorbansinya pada alat fotometer dengan panjang
gelombang 510nm
Nilai normal untuk pemeriksaan kadar kreatinin yaitu Kreatinin 0,4 – 1,4
mg/dL. Pemeriksaan kreatinin adalah pemeriksaan laboratorium yang
bertujuan untuk mengetahui kinerja ginjal dalam menyaring dan
kemampuannya untuk membuang kreatinin di dalam darah.
Ginjal yang sehat mampu menyaring kreatinin yang ada di darah sehingga
dapat dibuang melalui urin sehingga kadar kreatinin darah dapat
dipertahankan dalam batas normal. Sebaliknya, apabila kondisi kesehatan
ginjal terganggu dan tidak dapat membuang kreatinin, maka kadar kreatinin
di dalam darah akan meningkat.
Hasil pemeriksaan kreatinin bisa saja mendapatkan nilai kreatinin yang
lebih tinggi dari nilai kreatinin normal. Nilai kreatinin yang tinggi bisa
disebabkan oleh beberapa kondisi.
1. Dehidrasi
Sekitar 60-70% dari tubuh kita terdiri dari cairan. Kebutuhan
cairan tubuh yang tercukupi memelihara semua organ kita agar dapat
berfungsi dengan baik, salah satunya adalah ginjal. Dehidrasi berat dapat
menyebabkan kerusakan ginjal dan meningkatkan kadar kreatinin.
2. Penyakit ginjal
Kadar kreatinin yang lebih tinggi dari normal dapat merupakan
gejala penyakit ginjal seperti Glomerulonefritis, Pielonefritis, Penyakit
ginjal kronik dan gagal ginjal. Pasien yang mengalami masalah gagal
ginjal biasanya akan mengalami beberapa gejala. Beberapa gejalanya
adalah dehidrasi, cepat lelah, pembengkakan (edema), sesak napas, mual,
dan muntah.
3. Sumbatan aliran urinasi
Hal-hal yang dapat menyumbat dan mengganggu jalannya urinasi
seperti pembesaran pada prostat dan batu ginjal dapat menyebabkan
gangguan dari pembuangan kreatinin sehingga kadar kreatinin dapat
meningkat
4. Efek samping obat
Beberapa obat seperti Cimetidine, Ranitidine dan Trimetoprim
dapat mengurangi sekresi atau pembuangan kreatinin pada urin sehingga
menyebabkan kreatinin darah meningkat. Obat Fenofibrat menyebabkan
produksi kreatinin yang lebih banyak sehingga kadar kreatinin juga dapat
lebih tinggi dari nilai normal. Nilai kreatinin biasanya akan menjadi
normal kembali setelah beberapa bulan menghentikan konsumsi obat-
obatan tersebut.
5. Gangguan aliran darah ke ginjal
Pasien yang mengalami syok, kekurangan cairan, atau
aterosklerosis biasanya akan mengalami gangguan aliran darah yang
menuju ke ginjal. Akibatnya, pasien tersebut tidak memiliki nilai
kreatinin normal.
Tes kreatinin serum darah dan urine juga bisa menunjukkan nilai yang
lebih rendah dari nilai kreatinin. Nilai kreatinin rendah menunjukkan adanya
beberapa masalah medis, yaitu:
1. Turunnya massa otot
Penurunan massa otot akan mengakibatkan penurunan produksi
kreatinin. Hal ini pun mengakibatkan nilai kreatinin rendah.
2. Kurang gizi
Kurangnya asupan gizi juga berdampak pada penurunan massa otot
yang akhirnya membuat nilai kreatinin rendah.
3. Kehamilan
Ibu hamil bisa memiliki nilai kreatinin rendah. Ini dikarenakan
fisiologis kehamilan yang membuat perputaran aliran ginjal lebih cepat
sehingga banyak kreatinin yang terbuang.
4. Usia lanjut
Orang-orang lansia memiliki nilai kreatinin rendah karena faktor
usia yang semakin tua mengakibatkan penurunan massa otot.
Untuk pemeriksaan kadar ureum, disiapkan terlebih dahulu larutan kerja
dengan cara dimasukkan larutan R1 sebnyak 3000µL dan R2 sebanyak
600µL, kemudian dihomogenkan. selanjutnya, Disiapkan 3 buah tabung
untuk blanko, standar, dan test. Kedalam tabung blanko, standard dan test
dimasukkan larutan kerja masing-masing sebanyak 1000 µL, lalu kedalam
tabung test ditambahkan sampel sebanyak 10 µL dan kedalam tabung standar
ditambahkan larutan standar sebanyak 10 µL, kemudian dihomogenkan dan
dihangatkan 30 detik pada 37°C. dan dibaca absorbansinya pada alat
fotometer pada penjang gelombang 340nm. Nilai normal untuk pemeriksaan
kadar ureum yaitu 15-38 mg/dL.
Ureum adalah produk akhir yang terbentuk di hati dari hasil metabolisme
protein menjadi asam amino. Proses ini menghasilkan ammonia, yang
kemudian diubah menjadi ureum. Ureum dilepaskan oleh hati ke dalam darah
dan dibawa ke ginjal untuk dibersihkan dari kelebihan nitrogen yang akan
dilepaskan ke dalam urin.. Kadar ureum dalam darah akan meningkat pada
kondisi penyakit ginjal akut dan kronis,. Ureum bersamaan dengan
pemeriksaan kreatinin dapat digunakan sebagai uji saring fungsi ginjal,
pemantauan hemodialisis dan terapi lainnya yang terkait dengan penyakit
ginjal.
Tujuan dilakukannya pemeriksaan kadar ureum yaitu untuk mengetahui
fungsi ginjal dan hati, untuk mendiagnosa penyakit ginjal, untuk memantau
efektivitas dialisis dan perawatan lain yang terkait dengan penyakit ginjal dan
monitoring fungsi ginjal pada penyakit kronis (diabetes, hipertensi).
Ketika hasil pemeriksan apabila ureum tinggi, Ureum dikatakan tinggi
apabila hasil nilai ureum lebih besar dari nilai normal menurut usianya.
Orang dewasa memiliki ureum tinggi bila kadar ureumnya lebih dari 25
mg/dL. Pada beberapa kondisi dapat mempengaruhi kadar ureum dalam darah
yaitu seperti
Peningkatan kadar ureum
1. Gangguan fungsi ginjal
Nilai ureum tinggi biasanya dikarenakan adanya gangguan fungsi
ginjal atau kerusakan ginjal. Kerusakan atau gangguan fungsi ginjal
tersebut bisa bersifat akut atau kronis. Penyakit yang bisa memicu
gangguan fungsi ginjal adalah diabetes dan hipertensi.
2. Aliran darah ke ginjal berkurang
Pasien yang tidak mengalami gangguan fungsi ginjal bisa saja
memiliki ureum tinggi bila aliran darah ke ginjal berkurang. Penurunan
tingkat aliran darah ke ginjal ini bisa dipicu oleh beberapa hal seperti
dehidrasi, syok hipovolemik, uka bakar, dan serangan jantung.
3. Diet tinggi protein
Kadar ureum darah bisa tinggi jika pasien menerapkan diet tinggi
protein. Diet tinggi protein akan meningkatkan katabolisme protein
sehingga terjadi peningkatan produksi ureum yang tidak sebanding dengan
tingkat ekskresinya.
4. Terapi obat
Ada beberapa obat yang bisa meningkatkan nilai ureum. Oleh
karena itu, Anda perlu memberi tahu semua jenis obat yang sedang Anda
jalani dan menghentikan jenis obat yang diminta oleh dokter. Sebagai
contoh, obat golongan kortikosteroid meningkatkan proses katabolisme
tubuh dan pemecahan protein sehingga meningkatkan produksi ureum.
Penurunan kadar ureum
1. Penyakit hati
Selain dikarenakan kurang asupan protein, nilai ureum rendah bisa
dikarenakan adanya penyakit hati lanjut seperti sirosis hepatis atau liver
failure. Ini terkait dengan fungsi hati yang bertanggung jawab memecah
protein hingga menjadi urea.
2. Usia
Nilai ureum rendah juga bisa dialami oleh anak-anak. Hal ini
dikarenakan anak-anak memiliki kemampuan tubuh yang lebih rendah
dalam memecah protein.
3. Kekurangan protein
Kadar ureum darah bisa lebih rendah dari nilai normal ureum jika
pasien tersebut mengalami kekurangan asupan protein. Seperti yang telah
dijelaskan diatas, ureum adalah hasil pemecahan dari protein, sehingga
intake protein yang rendah berpengaruh terhadap rendahnya hasil ureum
darah.
4. Kehamilan
Wanita hamil juga biasa memiliki nilai ureum yang lebih rendah
dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil karena kondisi kehamilan
memengaruhi kemampuan metabolisme tubuh dalam melakukan
katabolisme protein.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari parktikum yang telah di lakukan yaitu pemeriksaan kadar ureum dan
kreatinin, yaitu pemeriksaan untuk menilai kerusakan ginjal akibat kerusakan
filtrasi atau penyaringan sisa-sisa metabolisme. Peningkatan kadar kreatinin
dapat di sebabkan oleh dehidrasi, efek penggunaan obat dan kerusakan ginjal.
Sedangkan untuk penungkatan kadar ureum dalam darah dapat di sebebkan
kerena terapi obat, kerusakan ginjal dan diet protein.
DAFTAR PUSTAKA
Kinasih, Batari. 2019. Korelasi Rasio Ureum Dan Kreatinin Serum Terhadap
Derajat Preeklampsia di Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Lampung: Universitas Lampung
(https://media.neliti.com/media/publications/118666-ID-none.pdf)
Martono. 2014. Deteksi Keparahan Fungsi Ginjal Melalui Perubahan Kritis Laju
Filtrasi Glomerulus Pasien Hemodialisa. Surakarta: Ploliteknik Surakerta
(https://www.academia.edu/37432907/DETEKSI_KEPARAHAN_FUNGSI_GINJAL_MELAL
UI_PERUBAHAN_KRITIS_LAJU_FILTRASI_GLOMERULUS_PASIEN_HEMODIALISA
_Severity_Renal_Function_Detection_through_Critical_Changes_Glomerular_Fi
ltration_Rate_in_Hemodialysis_Patients)
Satriana. 2008. Studi Kadar Ureum dan Kreatinin Serum Darah Anjing Kampung
(Canis Familiaris) Umur 3 dan 6 Bulan. Bogor: Instutut Pertanian Bogor
(https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/3446/5/B08sat_abstract.ps )
Soenanto, Hardi. 2005. Hancurkan Batu Ginjal dengan Ramuan Herbal. Jakarta:
Puspa Swara
Suryawan, D G A. Gambaran Kadar Ureum dan Kreatinin Serum pada Pasien
Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisis di RSUD
Sanjiwani Gianyar. Denpasar: Peltekes Kemenkes Denpasar