Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI III

UJI SENSITIVITAS ANTIBIOTIK PADA BAKTERI SALMONELLA SP

NAMA : MERLIN OBERTINA TIOTOR


NIM : 17 3145 353 154
KELOMPOK : III ( TIGA)
KELAS : 17 D

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
FAKULTAS FARMASI TEKNOLOGI RUMAH SAKIT DAN
INFORMATIKA
UNIVERSITAS MEGA REZKY MAKASSAR
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Praktikum : Uji Sensitivitas Antibiotik Pada Bakteri Salmonella Sp
Nama : Merlin Obertina Tiotor
Nim : 17 3145 353 154
Hari/Tanggal : Jumat, 17/ 05/ 2019
Kelompok : 3 ( Tiga )
Rekan Kerja : 1. Emy Eka Putri
2. Muh. Syahrul Jumain
3. Natalia Ratu
4. Siti Nurhaliza Devi
5. Nurjani Poipessy

Penilaian :

Makassar, 21 Mei 2019

Di setujui oleh :

Asisten Praktikan

Carla Sandra Souripet Merlin Obertina Tiotor


NIM : 16 3145 353 084 NIM : 17 3145 353 154

Dosen Pembimbing

Indas Wari
BABRahman,
III S,Si.,M,Kes
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan yang utama di
beberapa Negara, khususnya di negara berkembang. Penyakit infeksi
disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme seperti bakteri yang bersifat
pathogen yang biasa dikenal dengan kuman penyakit. Sejumlah bahajn
antimikroorganisme yang digunakan untuk menhambat kuman penyakit
penyebab infeksi, telah lama di kembangkan pada tingkat organisme, baik
seluler maupun molekuler. Bahan antimikroorganisme tersebut dikenal
dengan antibiotik (Pratiwi, 2017).
Antibiotik merupakan senyawa alami maupun sintetik yang
mempunyai efek menekan atau menghentikan proses biokimiawi di dalam
organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh mikroba. Macam- macam
antibiotic, yaitu :
1. Antibiotik yang menggangu bisintesis dinding sel bakteri, contohnya:
Kelompok β-laktam dan kelompok glokopeptida. Contoh antibiotik β-
laktam adalah penisilin dan sefalosporin, sedangkan antibiotik
kelompok glikopeptida contohnya vankomisin
2. Antibiotik yang termasuk kelompok peptide yang mengandung
lanthionine ( contoh: nisin dan subtilin) merusak molekul membrane
sel bakteri
3. Antibiotik kelompok makrolid bekerja menghambat sintesis protein
bakteri
4. Antibiotik kelompok aminoglikosida menghambat proses translasi
5. Antibiotik kelompok tetrasiklin bekerja pada ribosom bakteri dengan
cara menghambat interaksi kodon-antibiotik antara mRNA dan tRNA
( Soleha, 2017)
Hal yang melatarbelakangi di lakukan praktikum ini adalah untuk
melihat kemampuan antibiotik dalam menghambat mikroorganisme
(bakteri) dengan cara menhitung zona daya hambat antibiotik dengan
menggunakan mistar, kemudia di cocokan hasil pengukuran zona hambat
dengan tabel disk
B. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui teknik uji sensitivitas
2. Untuk mengukur zoan hambat pada masing- masing antibiotik
terhadap bakteri Salmonella sp
3. Untuk mengetahui tingkat sensitivitas, intermediet, dan resistensi
antibiotik terhadap bakteri Salmonella sp
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Bakteri
Bakteri merupakan organisme prokariot, yaitu memiliki kromosom
tunggal dan tidak memiliki nucleus. Untuk mengemas kromososm di
dalam sel, DNA menggulung (coil dan supercoil) suatu proses yang
diperantarai oleh system enzim DNA girase. Ribosom bakteri berbeda
dengan ribosom eukariot, menjadikannya target untuk terapi anti bakteri.
(Irianto,2007)
Bakteri adalah mahkluk hidup yang sangat kecil dan hanya dapat
dilihat dengan mikroskop. Untuk menyelidiki ukuran bakteri, dalam
pemeriksaan mikrobiologis biasanya digunakan satuan mikron. Bakteri
biasa diteliti di laboratorium berukuran antara 0,5- 2 μm lebarnya dan 1-5
μm panjangnya. Dahulu, pegukuran ini dilakukan dengan cara
membandingkan ukuran butiran darah merah, yang pada waktu itu
diketahui besarnya. Sekarang pengukuran yang lebih tepat dilakukan
dengan alat mikrometer yang diletakan pada lensa ukuler dan skala yang
terdapat pada mikrometer ini dibandingkan dengan mikrometer yang
diletakan pada objek ( stage micrometer) ( Johnson, dkk 2011)
B. Antibiotik
Antibiotik adalah zat- zat kimia yang dihasilkan oleh fungi atau
bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau memperhambat
pertumbuhan mikroorganisme pathogen, sedangkan toksisitasnya bagi
manusia relative kecil. Turunan zat-zat yang dibuat secara semi sintesis
tersebut juga termasuk kelompok antibiotik, begitu pula senyawa sintesis
dengan khasiat antibakteri. Antibiotik sebagai obat untuk menangulangi
penyakit infeksi, pemggunaanya harus rasional, tepat dan aman.
Penggunaan antibiotik tidak rasional akan menimbulkan dampak negative,
sperti terjadinya kekebalan mikroorganisme terhadap bebrapa antibiotik,
meningkatkan efek samping obat dan bahkan kematian. Penggunaan
antibiotik dikatakan tepat bila efek terapi mencapai maksimal sementara
efek toksik yang berhubungan dengan obat menjadi minimum, serta
perkembangan antibiotik resisten seminimal mungkin ( Pratiwi, 2017)
Golongan antibiotik lain yang mempunyai aktivitas melawan
Salmonella sp, adalah golongan kuinolon, sulfonamide, trimetoprin, dan
golongan kloramfenikol . Dilaporkan bahwa sejak tahun 80-an sudah
terdapat peningkatan isolasi bakteri resisten terhadap kloramfenikol dan
trimetopin. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional menyebabkan
peningkatan bakteri yang resisten , seberpa jauh peningkatan resisten
bakteri terhadap bebrapa antibiotic yang sering digunakan perlu menjadi
perhatian para klinisi untuk mencegah peningkatan resistensi bakteri dan
pelaksaan penggunaan antibiotik secara rasional dan tepat guna( Mulyana,
2016).
Antibiotik di kenal ada dua tipe, yaitu antibiotik yang bersifat
bakteriostatik dengan aktivitas menghambat perkembangan bakteri dan
memungkinkan sistem kekebalan inangnya mengambil alih sel bakteri
yang dihambat , contohnya tetrasiklin. Tipe kedua ialah antibiotik yang
bersifat bakterisida yang dapat membunuh bakteri dengan menhambat
pembentukan dinding sel dan bersifat toksik contohnya penesilin (
Pratiwi, 2017)
Berdasarkan mekanisme kerjanya terhadap bakteri, antibiotik
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Inhibitor sintesis dinding sel bakteri yang memiliki efek bakterisidal
dengan cara memecah enzim dinding sel dan menghambat enzim
enzim dalam sintesis dinding sel. Contohnya antara lain golongan β-
laktam seperti penesilin, sefalosporin, karbapenem, monobaktam, serta
inhibitor sintesis dinding sel lainnya sperti vancomisyn, basitrasin,
forfomysin, dan daptomysin
b. Inhibitor sintesis protein bakteri memiliki efek bakterisidal atau
bakteriostatik dengan cara menggangu sintesis protein tanpa
menggangu sel- sel normal dan menghambat tahap-tahap sintesis
protein. Obat-obat yang aktivitasnya menginhibitor sintesis protein di
antaranya aminoglikosida, makrodila, tetrasiklin, streptogamin,
klindamisin, oksazolidinon, dan kloramfenikol.
c. Mengubah permeabilitas membrane sel dan memiliki efek
bakteriostatik dengan cara menghilangkan permeabilitas membrane
oleh karena hilangnya substansi seluler sehingga menyebabkan sel
menjadi lisis
d. Menghambat sintesa folat. Mekanisme kerja ini terdapat pada obat-
obatan seperti sulfonamide dan trimethoprim. Bakteri tidak dapat
mengabsorbsi asam folat tetapi harus membuat asam folat dari PABA (
Asam para aminoenzoat)
e. Mengganggu sintesis DNA. Mekanisme kerja tersebut terdapat pada
obat-obatan seperti metrodinasol, kinolon dan novobisin. Obat-obatan
ini dapat menghambat asam deoksiribonukleat (DNA) girase sehingga
menghambat sintesis DNA (Pratiwi, 2017)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Pelaksanaan Praktikum
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum Bakteriologi III
yaitu :
Waktu : Jumat, 17 Mei 2019 – Sabtu 18 Mei 2019
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi DIV Teknologi Laboratorium Medis
Universitas Mega Rezky Makassar
B. Alat dan bahan
1. Alat
a. Inkubator
b. Ose bulat
c. Tabung reaksi
d. Cawan petridish
e. Rak tabung
f. Pipet tetes
g. Beaker glass
h. Bunsen
i. Mikropipet
j. Mistar
k. Pingset
l. Korek api
2. Bahan
a. Biakan bakteri Salmonella sp
b. Media BHIB ( Brain Heart Infusion Broth)
c. Media MHA( Mueller Hinton Agar)
d. Media Mc Farland
e. Larutan NaCl 0 ,9%
f. Paper disk Antibiotik (Amp, B, C, E, P, TE)
C. Prinsip Kerja
1. Prinsip Inokulasi metode gores pada media Brain Heart Infision Broth
(BHIB)
Prinsip dari metode ini yaitu mendapatkan koloni yang benar-
benar terpisah dari koloni yang lain sehingga mempermudah proses
inokulasi. Inokulum digoreskan pada permuaan media dengan ose
pindah (loop inokulasi). Diantara garis-garis goresan akan terdapat sel-
sel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni.
Media Brain Heart Infision Broth (BHIB) merupakan media
dasar dan tergolong media non-selektif, termasuk media yang diperkaya
nutrisi dan digunakan untuk pertumbuhan bermacam-macam
mikroorganisme phatogenik (bakteri). Jika media positif terjadinya
pertumbuhan bakteri maka media akan menghasilkan warna keruh.
2. Prinsip Inokulasi metode sebar pada media Mueller Hinton Agar
(MHA)
Setetes inokulum diteteskan dalam sebuah medium dengan
menggunakan batang kaca yang bengkok dan steril. Inokulasi itu
disebarkan dalam medium tabung yang sama dapat digunakan untuk
menginokulasi penyebaran mikroba yang merata dengan baik. Pada
beberapa cawan petri akan muncul koloni-koloni yang terpisah.
Media Mueller Hinton merupakan medium tempat hidup dan
berkembangbiaknya suatu bakteri. Adapun kandungan dari MHA
adalah pepton (6gr), kasein (17,5gr), pati(1,5gr) dan agar (10gr). Semua
kandungan tersebut di larutkan dalam 1 liter air.
3. Prinsip Mc Farland
Mc Farland adalah penyetaraan konsentrasi mikroba dengan
menggunakan larutan BaCl2 1% dan H2SO4 1%. Standar kekruhan Mc
Farland ini dimaksud untuk menggantikan perhitungan bakteri satu per
satu dan untuk memperkirakan kepadatan sel yang akan digunakan pada
prosedur pengujian antimikroba

D. Cara Kerja
1. Isolasi biakan bakteri salmonella sp ke media BHIB
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Disiapkan media BHIB dan biakan bakteri
c. Disterilkan ose bulat dengan menggunakan api bunsen
d. Diambil biakan bakteri dengan menggunakan ose bulat
e. Diinokulasi biakan bakteri ke dalam media BHIB
f. Dinikubasi media di inkubator selama 3 jam dengan suhu 37ºC
g. Diamati pertumbuhan bakteri pada media BHIB
2. Perbandingan Mc farland ( 0,5 %) dengan Media BHIB
a. Diambil tabung reaksi
b. Dimasukkan larutan NaCl 0,9 % sebanyak 3 ml ke dalam tabung
dengan menggunakan pipet tetes
c. Diambil biakan bakteri dari media BHIB dan teteskan ke dalam
tabung dengan mengunakan pipet tetes,
d. Diamati kekeruhannya hingga sama dengan mc farland
3. Inokulasi ke media MHA dengan metode sebar
a. Diambil 500µl larutan dengan menggunakan Mikropipet
b. Dimasukkan ke dalam media MHA, kemudian di goyang-
goyangkan cawan petri hingga larutan tercampur merata
c. Ditempelkan Disk antibiotik pada permukaan media MHA,
dengan jarak 2 cm
d. Diinkubasi media MHA di inkubator selama 24 jam dengan suhu
37ºC
e. Diukur zona daya hambat yang ada pada media MHA dengan
menggunakan mistar
f. Dicocokan hasil pengukuran zona daya hambat dengan table disk
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Tabel Pengamatan
Tabel 1. (Hari pertama) Pengamatan pertumbuhan bakteri Salmonella
sp pada media BHIB
Media Hasil
Brain Heart Infusion Broth Keruh
(BHIB)

Tabel 2.( Hari kedua) Pengamatan dan perhitungan jarak Sensitivitas


bakteri pada

Diameter Zona
Hambatan (mm) Hasil
No Antibiotik Kategori
Resi Inter- (mm)
Sensitif
sten mediet
Amp
1. ≤ 11 12 - 13 ≥ 24 0,8 Resisten
(Ampisilin)
B
2. ≤8 9 - 12 ≥ 13 0,9 Resisten
(Basitrasin)
C
3. (Cloramfenik ≤ 24 13 - 17 ≥ 18 21 Sensitif
ol)
E
4. ≤ 13 14 - 17 ≥ 18 - Resisten
(Erytromisin)
P
5. ≤ 11 12 - 21 ≥ 22 - Resisten
(Penicillin)
TE
6. ≤ 14 15 - 18 ≥ 19 10 Resisten
(Tetracyclin)
2. Gambar Pengamatan
Hari 1 (pertama)

Gambar 1. Disiapkan Gambar 2. Dilakukan


media BHIB hasil perbandingan antara
inokulasi dari biakan media Mac farland dan
bakteri salmonella sp BHIB
yang telah di inkubasi.

Gambar 3. Dimasukkan 3 Gambar 4. Dilihat


ml Nacl 0,9 % dan biakan kekeruhan dari media mac
bakteri dari BHIB ke farland dengan BHIB
dalam tabung reaksi hingga kekeruhannya sama
menggunakan pipet
Gambar 5. Diinokulasi Gambar 6. Dihomogenkan
sampel ke dalam media sampel hingga merata di
MHA sebanyak 500µ permukaan media MHA
menggunakan mikropipet,
dengan metode sebar

Hari ke 2 ( kedua)

Gambar 7. Dimasukkan Gambar 8. Pengamatan


disk antibiotik ke dalam pada media MHA dan
media, inkubasi selama mengukur zona daya
1x 24 jam dengan suhu hambat pada media
37 ºC
B. Pembahasan
Pada praktikum yang dilakukan kali ini yaitu Uji sensitivitas
antibiotik pada bakteri salmonella sp, yang dilakukan di Laboratorium
Mikrobiologi, DIV Teknologi Laboratorium Medis. Tahapan yang
dilakukan adalah melalui proses Isolasi dan Inokulasi pada berbagai
media seperti media Brain Heart Infusion Broth (BHIB), dan media
Mueller Hilton Agar (MHA)
Isolasi bakteri merupakan suatu cara untuk memisahkan atau
memindahkan mikroba tertentu dari lingkungan sehingga diperoleh
kultur murni atau biakan murni. Pada proses isolasi bakteri harus
diketahui cara-cara menanam dan menumbuhkan bakteri pada medium
biakan serta syarat-syarat lain untuk pertumbuhannya.
Inokulasi merupakan suatu usaha pemindahan (transfer)
mikroba-mikroba dari suatu suspense ke suatu media pertumbuhan lain
yang steril. Praktikum ini menggunakan metode sebar. Metode ini
dipilih karena prosesnya yang praktis, hemat biaya dan waktu. Selain
itu, inokulasi koloni ke media MHA sangat cocok menggunakan
metode sebar karena diharapkan suspensi koloni merata di permukaan
media yang akan diletakkan beberapa antibiotik untuk uji
sensitifitasnya terhadap koloni yang ada pada media MHA (Mueller
Hinton Agar).
Pada praktikum uji sensitivitas antibiotik pada koloni
Salmonella sp, langkah pertama yang dilakukan adalah penyediaan alat
dan bahan yang akan digunakan khususnya persedian koloni
Salmonella sp. Kemudian memastikan apakah alat dan bahan tersebut
dalam kondisi steril atau tidak (sudah terkontiminasi oleh lingkungan).
Pensterilan dilakukan dengan cara pemanasan yakni dibakar di atas api
bunsen. Pensterilan bertujuan untuk mematikan mikroorganisme lain
yang dapat mengganggu hasil pengamatan pada sampel.
Praktikum uji sensitivitas antibiotik pada koloni Salmonella sp,
berlangsung selama 2 hari. Waktu tersebut sudah cukup unuk menguji
sensitivitas antibiotik terhadap koloni. Pada hari pertama dilakukan
peremajaan koloni Salmonella sp yang telah disiapkan sebelumnya
dengan cara isolasi ke media BHIB (Brain Heart Infusion Broth).
Media BHIB dipilih sebagai media awal untuk meremajakan koloni
karena kandungan media tersebut adalah nutrisi yang sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri. Media BHIB merupakan
media dasar, media non selektif sekaligus media yang diperkaya untuk
pertumbuhan bermacam-macam mikroorganisme seperti bakteri dalam
jumlah banyak. Selanjutnya, diinkubasi selama 1-3 jam pada suhu
37 ℃ agar bakteri mampu bertahan hidup dan berkembang biak
dengan cepat.
Selain itu, isolasi koloni juga dilakukan ke media Mac Farland.
Media ini merupakan penyetaraan konsentrasi mikroba dengan
menggunakan larutan BaCl2 1% dan H2SO4 1% dengan standar
kekeruhan yang dimaksudkan untuk menggantikan perhitungan bakteri
satu per satu dan untuk memperkirakan kepadatan sel yang akan
digunakan pada prosedur pengujian antimikroba. Dengan kata lain,
media Mac farland ini digunakan sebagai standar ukuran tingkat
kekeruhan suatu larutan NaCl 0,9% setelah dimasukkan koloni yang
diambil dari media BHIB sebelumnya. Larutan NaCl 0,9% atau biasa
disebut larutan garam digunakan dalam praktikum ini karena
mengandung sumber mineral yang merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Selain itu, larutan NaCl 0,9%
berfungsi mengurangi kelarutan oksigen sehingga mikroba aerob dapat
dicegah pertumbuhannya, sangat cocok dijadikan media karena
termasuk larutan steril dari mikroba lain. Jadi, pada saat koloni
Salmonella sp dimasukkan dalam larutan ini, maka mikroba lain tidak
ada yang mencampurinya. Karena alasan inilah, kekeruhan pada media
Mac farland dijadikan standar ukur banyaknya jumlah koloni yang
diisolasi ke larutan NaCl 0,9% sehingga kekeruhannya sama atau
mendekati. Pada hari yang sama, selanjutnya dilakukan inokulasi atau
pemindahan koloni dari larutan NaCl 0,9% ke media MHA (Mueller
Hinton Agar). Teknik inokulasi yang digunakan adalah teknik sebar
dimana suspensi koloni dapat tersebar merata di atas permukaan media
MHA (Mueller Hinton Agar). Kemudian, 6 (enam) jenis antibiotik
yakni Amp (Ampisilin), B (Basitrasin), C (Cloramfenikol), E
(Erytromisin), P (Penicillin), dan TE (Tetracyclin). Masing-masing
antibiotik diletakkan agak berjarak sekitar 2 cm dengan tujuan
memudahkan pengamatan atau pengukuran daya hambatannya atau
daya sensitivitas bakteri terhadap antibiotik. Selanjutnya, diinkubasi
selama 1x24 jam pada suhu 37 °C agar bakteri mampu bertahan hidup
dan berkembang biak dengan cepat.
Pada hari kedua, dilakukan pengamatan terhadap tingkat
sensitivitas bakteri Salmonella Sp terhadap antibiotik. Dari hasil
pengamatan diperoleh 5 (lima) dari 6 (enam) jenis antibiotik yang
termasuk kategori resisten yaitu Amp (Ampisilin), B (Basitrasin), E
(Erytromisin), P (Penicillin), dan TE (Tetracyclin). Sedangkan
antibiotik C (Cloramfenikol) termasuk kategori sensitif. Resisten
adalah ketahanan suatu mikroorganisme dalam hal ini bakteri
Salmonella sp terhadap ke lima antibiotik tersebut. Ada beberapa
faktor penyebab resisten diantaranya pemakaian dosis tidak tepat,
pemakaian tidak teratur dan lain-lain. Sensitif artinya kepekaan suatu
mikroba terhadap antibiotik. Dalam praktikum ini, menunjukkan
bahwa bakteri Salmonella typhi dan Escherichia coli sensitive
terhadap antibiotik C (Cloramfenikol).
Bakteri Salmonella sp merupakan spesies dari genus
Salmonella penyebab utama demam tifoid. Bakteri ini termasuk
golongan bakteri gram negatif berbentuk batang, berflagela, bersifat
anaerobic fakultatif (bakteri yang dapat hidup dalam lingkungan
oksigen atau tanpa oksigen), tidak berspora, berkemampuan untuk
hidup dan berkembang biak di dalam sel eukariotik.
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan hasil praktikum yang kami lakukan, didapatkan 5 (lima)
dari 6 (enam) jenis antibiotik yang termasuk kategori resisten yaitu Amp
(Ampisilin), B (Basitrasin), E (Erytromisin), P (Penicillin), dan TE
(Tetracyclin). Sedangkan antibiotik C (Cloramfenikol) termasuk kategori
sensitif pada bakteri Salmonella sp
.
DAFTAR PUSTAKA

Irianto, Koes. 2007. Mikrobiologi. Bandung: CV Yrama Widya


Johnson, dkk. 2011. Mikrobiologi dan Imunologi. Tanggerang : Binarupa Aksara
Mulyana Yanti. 2016 . Jurnal Sensitivitas Salmonella sp Penyebab Demam Tifoid
Terhadap Beberapa Antibiotik di Rumah Sakit Immanuel Bandung.
Universitas Padjajaran : Bandung. Diakses tanggal 21 Mei 2019

Soleha Uminia Tri. 2017. Uji Kepekaan Terhadap Antibiotik. Universitas


Lampung : Lampung. Diakses tanggal 21 Mei 2019

Anda mungkin juga menyukai