SKRIPSI
Oleh :
Nina Agnina
NIM: P3.73.34.2.16.022
2020
i
PERBANDINGAN METODE ELISA DENGAN ECLIA DALAM
PEMERIKSAAN KADAR TSH DAN fT4 (STUDI LITERATUR)
SKRIPSI
Oleh :
Nina Agnina
NIM: P3.73.34.2.16.022
2020
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, serta telah memberikan berbagai kemudahan kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbandingan Metode ELISA
Dengan ECLIA Dalam Pemeriksaan Kadar TSH dan fT4 (Studi Literatur)”.
Skripsi ini berhasil penulis selesaikan karena dukungan dari berbagai pihak.
Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih kepada:
1. Yupi Supartini, S.Kp., MSc selaku direktur Poltekkes Kemenkes Jakarta III
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di
Poltekkes Kemenkes Jakarta III dengan segala dukungan sarana dan
prasarana yang ada.
2. Dra. Mega Mirawati, M.Biomed selaku Ketua Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis.
3. Husjain Djajaningrat, S.K.M, M.Kes selaku Ketua Program Studi D-IV
Teknologi Laboratorium Medis.
4. Rizana Fajrunni‟mah, M.Si.Med selaku dosen pembimbing I dan dosen
penguji III yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta dorongan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bagya Mujianto, S.Pd., M.Kes selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, arahan, serta dorongan dalam menyelesaikan skripsi
ini.
6. Dewi Inderiati, S.Pd., S.Si., M.Biomed selaku dosen penguji I yang telah
memberikan saran serta masukan pada skripsi ini.
7. Tri Prasetyorini, S.Si. MM selaku dosen penguji II yang telah memberikan
saran serta masukan pada skripsi ini.
8. Dra. Diah Lestari, M.K.M selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan pada penulis.
9. Mama tersayang dan Alm. Bapak tercinta yang telah memberikan dukungan
moral dan materil, doa dari penulis selalu menyertai kedua orang tua penulis.
v
Serta kakak dan adik, Kak Lia, Abang Fakhrul, Kak Kiki, dan Ghifar yang
telah membantu menyemangati dan memberikan dukungan materil.
10. Sahabat Sukses Squad yaitu Zanjabila, Niantiara, Hannisa, dan Alifia yang
selalu memberikan saran, motivasi, doa, dan mendengarkan keluh kesan
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Para sahabat Danesya, Ghefira, Shalisya, Anita, Naafi, Rizka, Winda, Mona,
Eftika, Sarah, Prinka, Arfiyyah, Lingga serta GTF yang selalu memberikan
saran, motivasi, doa, suka duka serta canda tawa, dan mendengarkan keluh
kesan penulis selama masa perkuliahan berlangsung.
12. Teman-teman seperjuangan angkatan ketiga D-IV Teknologi Laboratorium
Medis Poltekkes Kemenkes Jakarta III yang telah berbagi canda dan tawa,
semangat dan kebersamaan selama kurang lebih empat tahun baik dalam suka
maupun duka.
13. Semua pihak yang tidak mungkin disebut satu per satu yang telah membantu
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari akan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, sehingga
penulis mohon maaf apabila dikemudian hari ditemukan kesalahan dalam skripsi
ini. Tentunya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat serta
berguna bagi para pembacanya.
Penulis
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ix
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 48
A. Hasil ............................................................................................................... 48
B. Pembahasan .................................................................................................... 52
x
DAFTAR TABEL
Halaman
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
fisiologis pada hampir semua sistem organ tubuh. Oleh karena itu, apabila
dan perkembangan berbagai jaringan termasuk sistem saraf dan otak. Bahkan
bisa menyebabkan gejala dan tanda gagal jantung yang berujung kematian
berkisar antara 44%-48% dari seluruh kelainan kelenjar tiroid yang ditemui
dan diperkirakan terdapat 12 juta kasus hipertiroid pada tahun 1960. Beberapa
peningkatan, yaitu pada tahun 2011 terdapat 697 kasus, sedangkan pada tahun
1
2
2012 terdapat 716 kasus (Juwita, Suhatri dan Hestia, 2018). Data tersebut
tahun 2016 adalah 594 kasus, terdiri dari 144 kasus pada laki-laki dan 450
(SIRS) jumlah kasus gangguan tiroid terbanyak pada perempuan yaitu 7.865
2006).
Hal ini disebabkan karena pemeriksaan TSH dapat memprediksi fungsi tiroid
dengan sifat T3 dan T4 yang terikat dengan TBG sehingga konsentrasi TBG
dapat mempengaruhi kadar T3 dan T4. Selain itu, fT4 menjadi fraksi aktif
hormon tiroid di dalam tubuh (Pratama, A., Yerizel, E., dan Afriant, R.,
2014).
3
fungsional 0,1 mIU/L, dan metode generasi ketiga dimulai dari enzyme-linked
Metode RIA dan IRMA sudah jarang digunakan karena bersifat radioaktif
(Darwish, 2006). Metode IRMA memiliki kelebihan dari metode RIA yaitu
waktu deteksi yang cepat. Namun, memiliki kekurangan tidak terlalu akurat
untuk mendeteksi konsentrasi TSH yang sangat rendah dan sangat tinggi
(Abdalla dan Abdealla, 2015). Berbeda dengan metode EIA yang memiliki
kekurangan metode ini masih adanya reaksi silang yang terjadi (Reza, N. R.,
2015).
ini membuat metode ECLIA jarang digunakan untuk skrining awal gangguan
ini, karena metode ini cocok untuk skrining awal gangguan tiroid (Shamsian
sebagai label. ELISA mampu mendeteksi protein tertentu dalam sampel yang
ELISA lebih mudah dalam mengoperasikan alat serta biaya peralatan dan
pemeliharaan yang relatif rendah dari metode ECLIA. Namun, metode ini
Thermo Scientific, 2010). Penelitian yang dilakukan sampai saat ini masih
sangat terbatas dalam bentuk studi literatur. Maka dari itu, perlu dilakukan
5
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:
1. Bagi Peneliti
metode ELISA dengan ECLIA dalam pemeriksaan kadar TSH dan fT4
6
lebih baik.
2. Bagi Akademis
penelitian selanjutnya.
3. Bagi Masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Kelenjar Tiroid
terdapat dalam makanan dan air untuk dapat menghasilkan hormon tiroid.
hormon tiroid. Hormon tiroid terbagi menjadi hormon Thyroxine (T4) dan
Kariadi, 2017).
iodium dari makanan dan minuman yang sudah beredar dalam darah
dan hormon lainnya 5%. T3 dan T4 akan disimpan dalam bentuk koloid di
(Suryaatmadja, 2010).
hingga aktivitas fisiologis pada hampir semua sistem organ tubuh. Oleh
karena itu, apabila terdapat gangguan fungsi tiroid, baik berupa kelebihan
termasuk sistem saraf dan otak. Bahkan bisa menyebabkan gejala dan
terdapat 697 kasus, sedangkan pada tahun 2012 terdapat 716 kasus
kasus hipertiroid yang cukup tinggi terjadi pada populasi negara maju
Puskesmas tahun 2016 adalah 594 kasus, terdiri dari 144 kasus pada laki-
laki dan 450 kasus pada perempuan. Sedangkan menurut sistem informasi
lebih banyak jika dibandingkan pada laki-laki dan meningkat pada usia
tiroid. Tiroid yang membesar disebut struma atau goiter. Dalam bahasa
diatur oleh TRH yang diproduksi oleh hipotalamus. Kadar TSH dan
2017).
bebas, ada sekitar 0,03%. fT4 ini merupakan suatu uji laboratorium
globulin (TBG) 70%, thyroxine binding pre albumin (TBPA) 20% dan
1) Hipotiroidisme
menjadi:
2) Hipertiroidisme
fT4 tinggi.
laboratorium yaitu minimal diketahui kadar TSH, T3, T4, dan fT4
dilakukan adalah kadar TSH dan fT4. Pemeriksaan TSH lebih banyak
tiroid di dalam tubuh. Berbeda dengan sifat T3 dan T4 yang terikat dengan
0,4% dari T3 dan 0,04% dari T4 yang tidak terikat atau bebas yang disebut
dengan fT3 dan fT4. Selain itu, fT4 cocok untuk pemeriksaan biologis
hipotalamus (TRH) dan hipofisis (TSH) (Pratama, A., Yerizel, E., dan
sensitivitas fungsional 0,1 mIU/L, dan metode generasi ketiga dimulai dari
Amirrasouli, 2012).
RIA, antigen dalam sampel akan terikat pada permukaan microplate dan akan
dikenali oleh antibodi berlabel. Metode RIA sudah jarang digunakan karena
antibodi yang terbatas dan tetap, maka pada metode IRMA antibodilah
ELFA menggunakan system reagen strip dan solid phase receptable (SPR)
langkah dilakukan otomatis oleh alat. Produk fluoresen yang biasa digunakan
Namun, ELFA terbukti tidak terlalu akurat untuk mendeteksi konsentrasi TSH
yang sangat rendah dan sangat tinggi (Abdalla dan Abdealla, 2015).
dengan antigen akan bereaksi dengan antibodi pada serum pasien, kemudian
diinkubasi dengan gabungan enzim antibodi pada plate. Jika terdapat antibodi,
adanya reaksi silang yang menyebabkan hasil positif palsu (Reza, N. R.,
2015).
Maka dari itu, sebuah tes skrining harus dibandingkan dengan gold
atau tidak sakit. Selain validitas, nilai prediksi positif (PPV) dan nilai
prediksi negatif (NPV) juga diperlukan untuk tes skrining (Putra et al.,
2016).
ELISA pertama kali dikembangkan oleh Engvall dan Pearlmann pada awal
(Boster, 2017; BIO-RAD, 2017). Sampai saat ini, ELISA masih digunakan
dari metode lain karena metode ini cocok untuk skrining awal gangguan
a. Prinsip
and Cuvette)
19
terdiri dari 96 sumur dan terbuat dari plastik dimana protein dapat
b. Jenis ELISA
1) ELISA Direct
2) ELISA Indirect
direct. Pada ELISA jenis ini sinyal dapat diamplifikasi. Sama seperti
3) ELISA Sandwich
digunakan dalam bidang klinis maupun riset. Berbeda dengan dua jenis
4) ELISA Kompetitif
berbeda dengan ketiga jenis sebelumnya. Jika pada ketiga jenis lain
antigen yang menarik. Ini juga cocok untuk mendeteksi antigen kecil
yang tidak dapat diikat oleh dua antibodi yang berbeda seperti dalam
Cuvette)
dari microplate atau kuvet. Cahaya yang berasal dari lampu xenon yang
tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan
vertikal (dari bawah ke atas), sedangkan cahaya pada kuvet akan diukur
a. Prinsip
b. Jenis ECLIA
Berbeda dengan ELISA, ECLIA hanya terdiri dari dua jenis, yaitu
analit dengan berat molekul yang besar seperti TSH, prolaktin, LH, dan
analit yang mempunyai berat molekul kecil seperti fT4, fT3, estradiol dan
c. Cobas e 411
imunologi termasuk hormon tiroid dari sampel berupa serum atau plasma.
Jumlah sampel dalam sekali uji adalah 88 sampel per jam. Volume sampel
yang dibutuhkan berkisar 10-50 μl. Alat ini dapat melakukan analisis
(Cobas, 2009).
B. Kerangka Berpikir
fT4
T4
T3
Metode Pemeriksaan
Hasil Hasil
Perbandingan
Keterangan :
laboratorium hormon tiroid meliputi pemeriksaan T3, T4, TSH dan fT4,
kadar TSH dan fT4. Pemeriksaan TSH dan fT4 dapat dilakukan dengan
28
dilihat dari metode ELISA yang sering digunakan dan ECLIA sebagai metode
tersebut, manakah metode yang terbaik dalam pemeriksaan TSH dan fT4?
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang ditegakkan pada penelitian ini adalah ada perbedaan metode
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
informasi yang sesuai dengan topik atau masalah yang akan diteliti. Ada
yaitu jurnal ilmiah, buku/ textbook, makalah seminar, skripsi dan karya tulis
dan fT4, meskipun dari beberapa sumber pustaka hanya membahas sebagian
variabel penelitian.
B. Variabel Penelitian
C. Sumber Data
textbook, artikel, penelitian terdahulu, dan sumber ilmiah dari lembaga yang
kompeten yang terkait dengan topik penelitian. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data yang dikumpulkan dari database Science Direct,
Selain itu, data dikumpulkan juga dari buku/ textbook dari berbagai
yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku,
pengumpulan data yang ditempuh peneliti dalam penulisan studi literatur ini
kadar TSH dan fT4 dengan metode ELISA diberbagai database seperti
Perpustakaan Nasional.
dan Bahasa Inggris. Sumber literatur yang diperoleh dari Bahasa Inggris,
6. Setelah itu masuk tahap editing, memeriksa kembali data yang diperoleh
a. Kriteria Inklusi
fT4.
fT4.
b. Kriteria Eksklusi
8. Sehingga jurnal yang muncul akan berkurang dari pencarian awal karena
E. Prosedur Penelitian
sebagai berikut:
c. Prinsip :
semakin lemah
d. Sampel : Serum
e. Pra Analitik
1) Persiapan Pasien
2) Persiapan Sampel
(Plasma).
sampai kering.
lengan responden.
2-8 C untuk 4 hari, bila disimpan pada suhu -20 C akan bertahan
3) Persiapan Reagen
selama 30 menit.
f. Analitik
c) Multichannel pipet
e) Wadah plate/chamber
h) Inkubator
i) TSH Kit
37
j) fT4 Kit
m) Tissue
2) Prosedur Kerja
suhu 37 C
pada tissue
cahaya)
suhu 37 C
pada tissue
suhu 37 C
pada tissue
cahaya)
ke masing-masing well
g. Pasca Analitik
1) Interpretasi Hasil
Nilai Normal :
c. Prinsip :
d. Sampel : Serum
e. Pra Analitik
1) Persiapan Pasien
2) Persiapan Sampel
(Plasma)
42
kering.
lengan responden.
sampah infeksius.
43
2-8 C untuk 4 hari, bila disimpan pada suhu -20 C akan bertahan
3) Persiapan Reagen
selama 30 menit.
f. Analitik
b) Procell
c) Clean cell
d) Assay cup
e) Assay tip
f) Aquabides
g) Microcup
tempatnya.
ada 3 level yaitu low control, medium control, dan high control.
c) Hasil kontrol kemudian dilihat pada layar komputer dan bila hasil
dilakukan kalibrasi.
f) Setiap hari hasil print out alat ditempelkan dibuku dan ditanda
diinginkan.
g. Pasca Analitik
1) Interpretasi Hasil
Nilai Normal :
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis isi (content
analysis) yaitu teknik mengumpulkan dan menganalisis isi dari suatu teks
(Martono, 2011). Analisis isi yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut.
dengan ECLIA. Pada penelitian ini menggunakan uji beda rata-rata data
diperoleh hasil sebagai berikut. Bila nilai p < 0,05 maka dapat
kadar TSH dan fT4. Artinya hasil penelitian terdahulu mengenai hal yang
akan diteliti dan atau mengenai hal lain yang berkaitan dengan hal yang
A. Hasil
terendah 0,2 mIU/L, tertinggi 18,0 mIU/L, dan rata-ratanya 1,9 mIU/L
tertinggi 19,54 mIU/L, dan rata-ratanya 3,29 mIU/L dengan nilai normal 0,4-
2015 hasil uji menggunakan independent sample t test diperoleh nilai rata-
rata 7,72 mIU/L dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan
48
49
terendah 0,8 ng/dL, tertinggi 18,0 ng/dL, dan rata-ratanya 2,8 ng/dL dengan
metode ECLIA diperoleh nilai terendah 0,60 ng/dL, tertinggi 7,25 ng/dL, dan
ECLIA dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa
tiroid menggunakan sampel serum 195 subjek (23 laki-laki dan 172
perempuan), yang terdiri dari 137 pasien dengan penyakit tiroid dan 58 subjek
50
sehat. Usia peserta berkisar 14 hingga 86 tahun. Data yang diperoleh dapat
metode ECLIA lebih baik daripada metode ELISA dengan nilai masing-
hasil yang sama yaitu 98,48%. Selain itu, ECLIA memiliki PPV (Positive
Predective Value), NPV (Negative Predective Value), serta akurasi yang lebih
spesifisitas dan PPV ELISA yang terbaik. Selain itu, akurasi antar metode
kinerja terbaik dengan sensitivitas, spesifisitas, PPV, NPV, dan akurasi yang
sempurna yaitu 100%. Secara umum, menurut penelitian ini metode ECLIA
ELISA ECLIA
Sensitivitas Rendah Tinggi
Spesifisitas Rendah Tinggi
Electro-
Metode Enzymatic
chemiluminescence
Deteksi Colorometry Luminescence
Otomatisasi Tidak Ya
Rentang linear Sempit Lebar
Multiplexing Tidak Ya
Pengenceran serial Ya Tidak
Reaksi silang Ada Tidak ada
Jumlah analit 1 analit/well 1-10 analit/well
> 5 l untuk satu < 0,1 l untuk 10
Volume sampel
antigen antigen
Waktu analisis per
180 menit 18 menit
sampel
8 plates/hari yaitu 48 8 plates/hari yaitu 640
Hasil
sampel/hari sampel/hari
Biaya alat Sedang Tinggi
Biaya pengujian Tinggi Sedang
Keahlian operator Rendah-sedang Sedang
(Sumber : Bolton et al., 2020; Bowerbank, Carlin dan Dean, 2019)
dari metode ini antara lain memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi, rentang
linear yang lebih lebar, tidak memerlukan pengenceran serial, tidak ada reaksi
silang, jumlah analit setiap well lebih banyak, memerlukan volume sampel
lebih sedikit ( < 0,1 l untuk 10 antigen), waktu analisis sampel lebih cepat,
dan pengerjaan sampel lebih banyak dalam sehari. Namun, metode ini
tertinggal jauh dengan ELISA tetapi metode ini memiliki kelebihan dalam hal
52
yang relatif rendah dari metode ECLIA. Disamping itu, metode ini memiliki
yang terbatas dan lama, memerlukan sejumlah besar reagen dan volume
B. Pembahasan
kadar TSH dan fT4. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian.
rata-rata pemeriksaan TSH dengan metode ECLIA lebih tinggi dari metode
ELISA. Hal ini disebabkan pada metode ECLIA memiliki tingkat sensitivitas
analitik yang tinggi, terutama untuk pengukuran TSH dengan rentang deteksi
analitik untuk metode ECLIA dalam mendeteksi konsentrasi TSH juga sama
konsentrasinya sangat bervariasi tiap tahapnya. Hal ini tidak jauh berbeda
bahwa metode ECLIA memiliki sensitivitas analitik yang jauh lebih tinggi
2012). Selain itu, berdasarkan penelitian Shamsian et al. pada tahun 2015
fT4 dengan metode ECLIA lebih rendah dari metode ELISA. Hal ini dapat
yang dikonsumsi pada saat pengobatan tiroid. Seperti obat kolestiramin untuk
fT4 menjadi rendah (Kurniawan, L.B. dan Arif, 2015). Namun, berbeda
dengan penelitian Eshratkhah et al. pada tahun 2010 yang menunjukkan hasil
nilai rata-rata pemeriksaan fT4 dengan metode ECLIA lebih tinggi dari
54
tinggi untuk pengukuran fT4 dengan rentang deteksi konsentrasi fT4 yang
terendah adalah 0,300 pmol/L atau 0,023 ng/dL (Cobas, 2013). Selain itu,
nilai p = 0,0001 (p < 0,05) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil
yang sama ECLIA dan ELISA 98,48%-100%. Hal ini sebanding dengan
et al., 2015). Sensitivitas dan spesifisitas terbagi menjadi dua yaitu analitik
dan klinis. Sensitivitas analitik dapat diartikan sebagai batas deteksi, yaitu
kadar terendah dari suatu analit yang dapat dideteksi oleh suatu metode.
dengan kemampuan dan akurasi suatu metode untuk memeriksa suatu analit
Cobas, 2016). Berbeda dengan metode ELISA yang mendeteksi antigen atau
2017).
2017).
56
untuk metode ELISA yang lebih tinggi dibandingkan metode ECLIA 97,87%.
untuk metode ELISA dan ECLIA. Lain halnya dengan NPV, pasien yang
lebih rendah daripada metode ECLIA 99,32%. Begitu juga dengan pasien
daripada metode ECLIA 100%. Metode ECLIA juga memiliki akurasi yang
lebih baik daripada ELISA dengan nilai akurasi 100% pada kelompok
hipotiroid.
Hasil yang kurang signifikan dapat terjadi karena banyak faktor yang
naik, karena merangsang hasil produksi TSH lebih banyak. Ada juga obat
tinggi dan fT4 serta fT3 menjadi rendah (Kurniawan, L.B. dan Arif, 2015).
et al. (2013), bahwa obat-obatan, usia, serta kondisi lainnya seperti kehamilan
dan beberapa penyakit dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan TSH dan fT4.
57
Hal ini juga tidak terlepas dari kit insert dan alat yang digunakan setiap
beda.
TSH dan fT4, sehingga bisa didapatkan hasil rendah/tinggi palsu. Pada
untuk dapat melakukannya dengan benar. Sama dengan metode ECLIA yang
lebih sedikit < 0,1 l. Hasil pemeriksaan TSH dan fT4 juga dipengaruhi oleh
jumlah substrat yang terlalu sedikit. Selain itu, bisa juga dipengaruhi adanya
kesalahan dalam tahap washing yang tidak bersih, serta jumlah antibodi
linear yang lebih luas sehingga dapat mendeteksi analit yang konsentrasinya
yaitu memerlukan volume sampel lebih sedikit ( < 0,1 l untuk 10 antigen)
serta waktu analisis sampel lebih cepat yaitu 18 menit. ECLIA juga tidak
memerlukan pengenceran serial, tidak ada reaksi silang, jumlah analit setiap
well lebih banyak, dan mampu mengerjakan 640 sampel dalam sehari.
biaya peralatan dan pemeliharaan yang relatif rendah dan mudah dari metode
ECLIA.
gangguan tiroid (Shamsian et al., 2015). Selain itu pula, diharapkan metode
ELISA ini dapat diterapkan sebagai salah satu program pemeriksaan skrining
sehingga penyakit gangguan tiroid dapat dicegah dan dapat menekan angka
kematian akibat penyakit ini. ELISA berguna untuk mendeteksi antibodi atau
digunakan dalam penelitian ini masih sedikit yang disebabkan sumber yang
penelitian. Selain itu, kit insert dan metode yang digunakan setiap alat
A. Simpulan
berikut:
2. Hasil nilai rata-rata pemeriksaan TSH dengan metode ECLIA lebih tinggi
dari metode ELISA. Namun, hasil nilai rata-rata pemeriksaan fT4 dengan
B. Saran
60
61
Cobas. 2009. Cobas e 411 analyzer. Available from URL: www.roche.com. Cited
2020 Juni.
Cobas. 2013. free Thyroxine. Available from URL: www.roche.com. Cited 2020
Juli.
Cobas. 2016. Products and Solutions 2016 Roche Diagnostics. Available from
URL: http://www.roche.com/about/business/diagnostics/productsandsolutions.
htm. Cited 2020 Juni.
Cooper, D.S., Greenspan, F.S., dan Ladenson, P. 2007. Greenspan‟s Basic and
Clinical Endocrinology. Yale Journal of Biology and Medicine. Vol 85 No 4:
559.
62
63
Fitrya, N. et al. 2017. Pentingnya Akurasi dan Presisi Alat Ukur dalam Rumah
Tangga. Jurnal Pengabdian Untukmu Negeri. Vol 1 No 2: 1-4.
Gibson, J. 2002. Modern Physiology and Anatomy far Nurses (Fisiologi dan
Anatomi Modern untuk Perawat). Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Juwita, A. D., Suharti dan Hestia, R. 2018. Evaluasi Penggunaan Obat Antitiroid
Pada Pasien Hipertiroid di RSUP Dr. M. Djamil Padang, Indonesia. Jurnal
Sains Farmasi dan Klinis. Vol 5 No 1: 49-54.
Kuhltau, C. 2002. Teaching The Library Research. Scarecrow Press Inc. USA.
Mondrida, Gina. et al. 2018. Validasi KIT IRMA TSH untuk Penentuan Kadar
TSH dalam Serum Darah Manusia. JKPK (Jurnal Kimia dan Pendidikan
Kimia). Vol 3 No 3: 126-134.
Pratama, A., Yerizel, E., dan Afriant, R. 2014. Hubungan Kadar FT4 dan TSH
Serum dengan Profil Lipid Darah pada Pasien Hipertiroid yang Dirawat Inap di
RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2009-2013. Jurnal Kesehatan Andalas.
Vol 3 No 1.
Pusdatin. 2015. Situasi dan Analisis Penyakit Tiroid. Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. pp:1-8.
Putra, E.A., et al. 2016. Uji Diagnostik dan Skrining. Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana. Denpasar.
Saragih, T. 2019. Gambaran Kadar TSH dan fT4 pada Pasien Penyakit Jantung
Koroner (PJK) di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD)
Harapan Kita Periode Juli-Oktober 2018. KTI. Jurusan D III TLM Poltekkes
Kemenkes Jakarta III. Jakarta.
Thermo Scientific. 2010. ELISA Technical Guide and Protocols. Thermo Fisher
Scientific Inc. USA. pp:2-13. doi: 10.4028/www.scientific.net/AMM.597.421.
(Nina Agnina)
NIM. P3.73.34.2.16.022
67
SURAT PERNYATAAN
(Nina Agnina)
NIM. P3.73.34.2.16.022
68
Lampiran 4 Dokumentasi