Anda di halaman 1dari 74

HUBUNGAN KADAR TIMBAL DALAM DARAH DENGAN

KEJADIAN GANGGUAN FUNGSI HATI PADA PEKERJA


DAUR ULANG AKI BEKAS

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Meraih Gelar Sarjana Terapan Kesehatan

Oleh :
Sofi Hafidzah
P3.73.34.2.16.036

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA III
2020
HUBUNGAN KADAR TIMBAL DALAM DARAH DENGAN
KEJADIAN GANGGUAN FUNGSI HATI PADA PEKERJA
DAUR ULANG AKI BEKAS

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Meraih Gelar Sarjana Terapan Kesehatan

Oleh :
Sofi Hafidzah
P3.73.34.2.16.036

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA III
2020

ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan berbagai kemudahan kepada peneliti untuk menyelasaikan skripsi

dengan judul “Hubungan Kadar Timbal dalam Darah Dengan Kejadian Gangguan

Fungsi Hati Pada Pekerja Daur Ulang Aki Bekas”.

Skripsi ini berhasil peneliti selesaikan karena dukungan dari berbagai pihak.

Oleh sebab itu pada kesempatan ini peneliti sampaikan terima kasih kepada:

1. Ibu Yupi Supartini, S.Kp, M.Sc., selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kemenkes Jakarta III.

2. Ibu Dra. Mega Mirawati, M. Biomed selaku Ketua Jurusan Teknologi

Laboratorium Medis.

3. Bapak Husjain Djajadiningrat, SKM, M.Kes selaku Ketua Prodi D IV

Teknologi Laboratorium Medis.

4. Ibu Dra. Diah Lestari, MKM selaku dosen pembimbing I sekaligus dosen

pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta

dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Tri Prasetyorini, S.Si, MM selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, arahan, serta dorongan dalam menyelesaikan

skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan staff Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes

Kemenkes Jakarta III, atas segala bimbingan selama mengikuti perkuliahan.

v
7. Kedua Orang tua serta adik tercinta yang telah memberikan dukungan moral

dan materiil serta semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat tercinta Egash, Gadhing, Rifky yang telah memberikan dukungan

moral serta semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kevin Ryndam yang telah membantu dan menyemangati peneliti dalam

menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabat seperjuangan Wiwid Fahira Amalia, Bellaian Dinda Yolandhini,

Dinda Akhirani, Salsabila Septia, Rifa Vicaya Asih, Novia Anggraeni, dan

Ria Nur Puspasari yang telah memberikan waktunya untuk menemani

peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman DIV Teknologi Laboratorium Medis angkatan ke tiga yang

telah menyumbangkan pikirannya dan memberikan semangat dalam

menyelesaikan skripsi ini, serta semua pihak yang tidak dapat peneliti

sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi

ini.

Peneliti menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dan kekurangan

dalam penulisan skripsi ini oleh karena itu, peneliti mengaharapkan kritik dan

saran yang sifatnya membangun bagi kesempurnaan skripsi ini dan dapat

bermanfaat untuk kita semua.

Bekasi, Juli 2020

Peneliti

vi
ABSTRAK

Hafidzah, Sofi. 2020. Hubungan Kadar Timbal dalam Darah Dengan Kejadian
Gangguan Fungsi Hati Pada Pekerja Daur Ulang Aki Bekas.
Skripsi, Program Studi Diploma IV Teknologi Laboratorium Medis Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta III.
Dra. Diah Lestari, MKM, Tri Prasetyorini, S.Si, MM

Timbal merupakan logam berat yang bersifat toksik banyak digunakan


dalam kehidupan salah satunya dalam dunia industri aki sebagai bahan dasar
akumulator. Keberadaan kadar timbal dalam darah pekerja daur ulang aki bekas
merupakan indikator adanya pajanan baru. Pajanan timbal yang terus-menerus
dapat terakumulasi dan menyebabkan gangguan pada jaringan lunak, salah satunya
gangguan pada fungsi hati yang dapat diketahui dengan pemeriksaan kadar SGOT,
SGPT dan Gamma GT dalam darah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
hubungan kadar timbal dalam darah dengan kadar SGOT, SGPT dan Gamma GT
pada pekerja daur ulang aki.
Metode penelitian yang digunakan adalah Studi Kepustakaan (Library
Research). Data yang dipakai dalam studi ini adalah data sekunder yang berasal
dari beberapa hasil penelitian yang telah di publikasi pada jurnal ilmiah. Hasil
penelitian ini diperoleh rata-rata kadar timbal dalam darah pekerja berada diatas
nilai ambang batas yang diperbolehkan dengan nilai rujukan yang digunakan CDC,
yaitu ≤ 10 (µg/dL). Terjadi peningkatan kadar SGOT, SGPT, dan Gamma GT pada
pekerja sebagai indikasi terjadinya gangguan pada fungsi hati dengan Prevalence
Ratio (PR) sebesar 1,8 yang berarti bahwa peluang/kemungkinan terjadinya
kejadian gangguan fungsi hati lebih besar 1,8 kali lebih tinggi. Terdapat hubungan
antara kadar timbal dalam darah dengan kejadian gangguan fungsi hati dengan p
value = 0,002 disebabkan karena timbal pada tingakatan tertentu dapat menginduksi
pembentukan radikal bebas dan menurunkan kemampuan sistem antioksidan tubuh
sehingga secara alamiah akan terjadi stres oksidatif. Penelitian ini dapat disarankan
pekerja daur ulang aki harus diberikan informasi yang tepat tentang efek toksik dan
komplikasi yang mungkin terjadi akibat paparan terus menerus, dan langkah
pencegahan yang tepat seperti penggunaan APD dan pendidikan tentang perilaku
hidup bersih dan sehat.

Kata Kunci : Timbal Darah, SGOT dan SGPT, Gamma GT.

vii
ABSTRACT

Hafidzah, Sofi. 2020. The Relationship of Lead Levels in Blood with the Occurrence
of Liver Function Disorders in Used Battery Recycling Workers.
Thesis, Diploma IV Medical Laboratory Technology Polytechnic Ministry of
Health Jakarta III
Dra. Diah Lestari, MKM, Tri Prasetyorini, S.Si, MM

Lead is a toxic heavy metal which is widely used in the life of one of them
in the battery industry as an accumulator basic material. The presence of lead in the
blood of a used battery recycling worker is an indicator of new exposure. Continual
exposure to lead can accumulate and cause disruption in soft tissue, one of which
is interference with liver function that can be identified by examining levels of
SGOT, SGPT and Gamma GT in the blood. The purpose of this research was to
determine the relationship of blood lead levels with SGOT, SGPT and Gamma GT
levels in battery recycling workers.
The research method used is the Library Study (Library Research). The data
used in this study are secondary data derived from several research results that have
been published in scientific journals. The results of this research obtained the
average level of lead in the blood of workers is above the permissible threshold
value with the reference value used by the CDC, which is ≤ 10 (µg / dL). An
increase in levels of SGOT, SGPT, and Gamma GT in workers as an indication of
impaired liver function with a Prevalence Ratio (PR) of 1.8 which means that the
chance / possibility of occurrence of liver function disorders is 1.8 times higher.
There is a relationship between blood lead levels and the occurrence of impaired
liver function with p value = 0.002 due to lead at certain levels can induce the
formation of free radicals and reduce the ability of the body's antioxidant system so
naturally oxidative stress will occur. This research can be suggested that battery
recycling workers should be given precise information about the toxic effects and
complications that might result from continuous exposure, and appropriate
preventive measures such as the use of APD and education about clean and healthy
living behaviors.

Keywords: Blood Lead, SGOT and SGPT, Gamma GT.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... ii


HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian......................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian....................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 6
A. Kerangka Teori ............................................................................................ 6
1. Timbal Darah ............................................................................................... 6
2. Fungsi Hati ................................................................................................ 17
3. Daur Ulang Aki ......................................................................................... 22
B. Kerangka Konsep ...................................................................................... 26
C. Hipotesis Penelitian ................................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 28
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 28
B. Variabel Penelitian .................................................................................... 28
C. Definisi Operasional .................................................................................. 29
D. Prosedur Penelitian .................................................................................... 29
E. Sumber Data .............................................................................................. 30
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 30
G. Instrumen Penelitian .................................................................................. 31

ix
H. Teknik Analisis Data ................................................................................. 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 34
A. Hasil .......................................................................................................... 34
B. Pembahasan ............................................................................................... 46
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 53
A. Simpulan.................................................................................................... 53
B. Saran .......................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 55
LAMPIRAN .......................................................................................................... 57

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Kadar Timbal dalam Darah Pekerja ..................................................... 34

Tabel 4. 2 Kadar SGOT dalam Darah Pekerja ...................................................... 35

Tabel 4. 3 Kadar SGPT dalam Darah Pekerja ...................................................... 36

Tabel 4. 4 Kadar Gamma GT dalam Darah Pekerja ............................................. 37

Tabel 4. 5 Karakteristik Pekerja Berdasarkan Usia Pekerja ................................. 38

Tabel 4. 6 Karakteristik Pekerja Berdasarkan Masa Kerja ................................... 39

Tabel 4. 7 Karakteristik Pekerja Berdasarkan Lama Kerja ................................... 40

Tabel 4. 8 Hubungan Kadar Timbal dengan Kejadian Gangguan Fungsi Hati .... 41

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Proses Daur Ulang Aki ..................................................................... 25

Gambar 2. 2 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................ 26

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pernyataan Keaslian Tulisan ............................................................ 57

Lampiran 2 Lembar Bimbingan ............................................................................ 58

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Timbal atau timah hitam dengan nama kimia plumbum (Pb) merupakan

logam yang mempunyai empat bentuk isotop, berwarna kebiru-biruan atau

abu-abu keperakan dengan titik leleh 327.5ºC dan titik didih 1740ºC pada

udara atmosfer. Secara kimiawi, timbal mempunyai titik uap yang rendah dan

dapat menstabilkan senyawa lain yang berguna pada ratusan produk industri

(Sari et al., 2014). Timbal adalah bahan alami yang terdapat dalam kerak

bumi yang merupakan salah satu unsur logam berat yang toksik yang tersebar

lebih luas daripada kebanyakan logam toksik yang lain (Pahlawan et al.,

2014). Timbal adalah salah satu unsur berbahaya yang terdapat pada emisi

gas pembuangan dan aki kendaraan bermotor (Takwa et al., 2017).

Aki merupakan salah satu komponen penting dalam kendaraan

bermotor yang terbuat dari logam timbal. Sehingga, aki merupakan salah satu

sumber pemaparan timbal. Fungsi penggunaan aki pada kendaraan bermotor

sebagai media penyimpan dan pensuplai arus listrik pada waktu kendaraan

distarter (Purnawan, 2012).

Industri aki di Indonesia telah mengalami kemajuan seiring dengan

semakin majunya industri kendaraan bermotor, telekomunikasi serta

elektronika yang menggunakan aki sebagai sumber arus listrik, dengan

1
2

melihat begitu besar penggunaan aki maka tidak dapat dipungkiri limbah aki

menjadi suatu permasalahan apabila dibuang ke lingkungan. Salah satu upaya

yang telah dilakukan adalah dengan melakukan proses daur ulang aki bekas

yang banyak dilakukan oleh industri kecil maupun rumah tangga untuk

diproses lebih lanjut menjadi produk murni yang dapat dipergunakan kembali

sebagai bahan baku. Dari kegiatan daur ulang aki bekas tersebut,

menghasilkan limbah yang berpotensi mencemari lingkungan karena

mengandung bahan berbahaya dan beracun karena mengandung logam Pb

(Purnawan, 2012).

Centers for Disease Control and Prevention (2012) menetapkan kadar

timbal yang diperkenankan dalam darah sebesar 10 µg/dL. Bila kandungan

timbal lebih dari 80 µg/dl maka akan membahayakan bagi kesehatan. Tingkat

timbal dalam darah naik dalam beberapa jam setelah paparan dan akan tetap

tinggi untuk beberapa minggu sesudahnya (Gillis et al., 2012). Pemeriksaan

kadar timbal dalam darah adalah indikator yang digunakan untuk melihat

pajanan timbal yang merupakan petunjuk langsung jumlah timbal yang

masuk ke dalam tubuh (Adiwijayanti, 2015).

Menurut Hariono (2005) timbal mudah terakumulasi dan dapat

menyebabkan gangguan pada tubuh, salah satunya gangguan pada hati. Hati

sebagai organ kelenjar terbesar memiliki peran penting dalam metabolisme

glukosa dan lipid, membantu proses pencernaan, absorbsi lemak dan vitamin

yang larut dalam lemak, serta detoksifikasi tubuh terhadap zat toksik (Rosida,

2016). Seseorang yang mempunyai kadar timbal dalam darah tinggi (>40
3

µg/dL) mempunyai risiko 1,8 kali untuk mengalami gangguan fungsi hati

dibandingkan seseorang yang mempunyai kadar timbal dalam darahnya

rendah (<40 µg/dL). Mekanisme kerusakan hati yang diakibatkan oleh timbal

adalah timbal tingkat tertentu dapat menginduksi pembentukan radikal bebas

dan menurunkan kemampuan sistem antioksidan tubuh sehingga dengan

sendirinya akan terjadi stres oksidatif (Fidiyatun et al., 2013).

Gangguan mekanisme di hati dapat mengakibatkan terjadinya

pembengkakan dengan adanya kenaikan enzim transaminase yang biasanya

meningkat sekitar 2 s/d 4 kali normal yang diproduksi oleh hati. Pemeriksaan

tes fungsi hati yang diperlukan meliputi pemeriksaan yang spesifik terhadap

inflamasi parenkim hepar yaitu, Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase

(SGOT) dan Serum Glutamic Piruvic Transaminase (SGPT) bertujuan untuk

mengetahui inflamasi yang terjadi dalam tubuh dan biasanya menjadi indikasi

adanya gangguan (inflamasi) pada hati (Dewi et al., 2016).

Hasil studi eksperimental laboratorik oleh Agus Suprijono, dkk dengan

pemberian plumbum pada mencit putih, dengan dosis 10 mg/hari selama 14

hari, menunjukkan peningkatan jumlah sel – sel hati yang mengalami

degenerasi dan nekrosis hati (Suprijono et al., 2010).

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian melalui studi literatur dari beberapa hasil penelitian mengenai

hubungan kadar timbal dalam darah dengan kejadian gangguan fungsi hati
4

pekerja daur ulang aki dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari

beberapa penelitian yang telah dipublikasi pada jurnal ilmiah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara kadar timbal dalam darah

dengan kejadian gangguan fungsi hati pekerja pekerja Daur Ulang Aki

Bekas melalui penelusuran beberapa hasil penelitian dengan topik yang

sama?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara kadar dalam darah timbal

dengan kejadian gangguan fungsi hati pada pekerja Daur Ulang Aki Bekas.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kadar timbal dalam darah pekerja Daur Ulang Aki

Bekas.

b. Untuk mengetahui kadar SGOT, SGPT, dan Gamma GT dalam darah

pekerja Daur Ulang Aki Bekas.

c. Untuk mengetahui hubungan antara kadar timbal dalam darah dengan

kejadian gangguan fungsi hati pada pekerja Daur Ulang Aki Bekas.
5

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:
1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan referensi dan informasi khusunya bidang toksikologi

Klinik terkait logam berat yaitu timbal (Pb).

2. Bagi Penulis dan Pembaca

Untuk meningkatkan pengetahuan tentang hubungan kadar timbal

darah kejadian gangguan fungsi hati serta untuk menjadi referensi

penelitian berikutnya dengan cara sosialisasi melalui pengabdian

masyarakan yang dilakukan oleh mahasiswa dan dosen.

3. Bagi Masyarakat

Menambah wawasan khususnya pekerja Daur Ulang Aki Bekas

tentang bahaya timbal pada tubuh sehingga para pekerja Daur Ulang Aki

Bekas lebih meperhatikan APD dalam bekerja.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Timbal Darah

a. Definisi

Plumbum (Pb) adalah bahan alami yang terdapat dalam

kerak bumi yang merupakan salah satu unsur logam berat yang

toksik yang tersebar lebih luas daripada kebanyakan logam toksik

yang lain (Pahlawan dan Keman, 2014).

Kadar timbal dalam darah menggambarkan refleksi

kesinambungan dinamis antara pemaparan, absorbsi, distribusi dan

ekskresi sehingga merupakan salah satu indikator untuk mengetahui

dan mengikuti pemaparan yang sedang berlangsung (Ardillah,

2016).

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada

2012 telah menetapkan standar kadar timbal pada whole blood untuk

orang dewasa menjadi 10 μg / dL dan untuk anak-anak 5 μg / dL (Sari et

al., 2014). Bila kandungan timbal lebih dari 80 µg/dl maka akan

membahayakan bagi Kesehatan (Gillis et al., 2012).

b. Penggunaan Timbal

Logam timbal banyak digunakan sebagai bahan pengemas,

saluran air, alat-alat rumah tangga dan hiasan. Dalam bentuk oksida

6
7

timbal digunakan sebagai pigmen/zat warna dalam industri kosmetik

dan glace serta indusri keramik yang sebagian diantaranya

digunakan dalam peralatan rumah tangga. Dalam bentuk aerosol

anorganik timbal dapat masuk ke dalam tubuh melalui udara yang

dihirup atau makanan seperti sayuran dan buah-buahan. Logam

timbal tersebut dalam jangka waktu panjang dapat terakumulasi

dalam tubuh karena proses eliminasinya yang lambat (Gusnita,

2012).

Timbal juga ditemukan dalam gas buang asap kendaraan

bermotor. Emisi timbal sebagai buangan dari asap kendaraan

bermotor masuk ke udara dalam bentuk gas. Emisi timbal

merupakan efek samping dari pembakaran yang terjadi dalam mesin

kendaraan yang berasal dari senyawa Tetra Ethyl dan Tetra Methyl

Lead yang ditambahkan dalam bahan bakar (Amalia, 2016).

c. Absorbsi timbal dalam Tubuh

Kadar timbal dalam darah dapat masuk dalam tubuh melalui

jalur absorsi sebagai berikut :

1) Kulit

Proses absorsi timbal melalui sentuhan kulit yaitu apabila

kulit menyentuh timbal. Absorbsi Pb pada kulit sangatlah

kecil. Masuknya timbal ke dalam darah tergantung ukuran

partikel daya larut (Azizah, 2015).


8

2) Inhalasi

Absorpsi timbal melalui saluran napas dipengaruhi oleh tiga

proses yaitu deposisi, pembersihan mukosiliar dan

pembersihan alveolar. Deposisi (penumpukan) terjadi di

nasofaring, saluran trankeobrankhial dan alveolus. Deposisi

sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel timbal, volume udara

yang mampu dihirup pada saat peristiwa bernafas berlangsung

dan daya larut. Makin kecil ukuran partikel debu, serta makin

besarnya volume udara yang mampu terhirup, maka akan

semakin besar pula konsentrasi timbal yang diserap oleh

tubuh. Partikel yang lebih kecil dari 10 µm dapat tertahan di

paru-paru, sedangkan partikel yang lebih besar mengendap di

saluran napas bagian atas (Amalia, 2016).

3) Saluran Pencernaan

Menurut WHO 2000, Zat kimia yang ditelan dalam tubuh

akan diabsorbsi dalam saluran gastrointestinal. Abrsorbsi

dapat berlangsung dalam saluran pencernaan, melalui mulut

sampai rektum. Lokasi utama absorbsi berada di usus halus.

Masuknya timbal dalam saluran pencernaan diakibatkan

karena masuknya timbal dalam makanan (Azizah, 2015).

d. Efek Toksisitas

1) Gangguan Fungsi Ginjal

Senyawa-senyawa timbal yang terlarut dalam darah akan


9

dibawa oleh darah ke seluruh sistem tubuh. Pada peredarannya,

darah akan terus masuk ke glomerolus yang merupakan bagian dari

ginjal. Timbal pada ginjal akan membentuk vakuolisasi sel tubulus

proksimal, kemudian akan terbentuk tonjolan (bleb) dari

sitoplasma sel tubulus proksimal. Selanjunya bleb tersebut pecah

sehingga mikrofili hilang. Pecahan-pecahan bleb akan menyumbat

tubulus proksimal sehingga terjadi obstruksi tubulus proksimal,

keadaan ini mengakibatkan terjadinya nekrosis tubular.

Timbal yang beredar dalam darah dapat menumpuk di dalam

ginjal. Efek toksik timbal menyebabkan gagal ginjal merusak yang

fungsi tubulus proksimal. Fungsi ginjal yang berkurang adalah

gejala timbal akut dan kronis yang dikenali toksisitas. Kerusakan

terjadi karena terbentuknya intranuclear inclusion bodies dengan

gejala aminociduria, yaitu terjadinya kelebihan asam amino dalam

urin (Mulfiyanti, 2017).

2) Gangguan Fungsi Hati

Hati merupakan organ tubuh yang terbesar dan organ

metabolisme yang paling kompleks di dalam tubuh. Organ ini

terlibat dalam metabolisme zat makanan serta sebagian besar obat

dan toksikan. Salah satu fungsi hati untuk mempertahankan hidup

adalah penyaringan racun yang beredar dari aliran darah.

Seseorang yang hidup dengan penyakit hati kronis memiliki

kekurangan untuk menyaring racun (Minarti, et al 2015).


10

Mekanisme kerusakan hati yang diakibatkan oleh timbal

yaitu karena timbal pada tingakatan tertentu dapat menginduksi

pembentukan radikal bebas dan menurunkan kemampuan sistem

antioksidan tubuh sehingga dengan sendirinya akan terjadi stres

oksidatif (Fidiyatun et al, 2013).

3) Gangguan Hematopoietik

Menurut Darmono (2001), timbal dalam tubuh dapat

mengganggu system hematopoetik pada sintesis heme dengan jalan

menghambat konversi delta aminolevulinik asid (delta-ALA)

menjadi forfobilinogen dan juga menghambat korporasi dari Fe ke

dalam bentuk protoporfirin IX untuk membentuk hemoglobin,

dengan jalan menghambat enzim delta aminolevulinik asid-

dehidratase (delta-ALAD) dan ferokelatase. Hal ini mengakibatkan

meningkatnya ekskresi koproporfirin dalam urin dan delta-ALA

serta menghambat sintesis haemoglobin (Sulistyowati, 2019).

4) Gangguan Saraf

Efek timbal terhadap sistem syaraf telah diketahui, terutama

dalam studi kesehatan kerja dimana pekerja yang terpajan kadar

timbal yang tinggi dilaporkan menderita gejala kehilangan nafsu

makan, sakit kepala, kejang, dan perubahan perilaku. Efek timbal

terhadap kecerdasan anak memiliki efek menurunkan Inteligence

Question (IQ) bahkan dan gangguan efek kognitif pada tingkat

paparan rendah (Sari & Lubis, 2014).


11

e. Sumber Pajanan

Pajanan timbal dapat berasal dari makanan, minuman, udara,

lingkungan umum, dan lingkungan kerja yang tercemar timbal.

Pajanan non okupasional biasanya melalui tertelannya makanan dan

minuman yang tercemar timbal. Pajanan okupasional melalui

saluran pernapasan dan saluran pencernaan terutama oleh timbal

karbonat dan Pb sulfat (Ardillah, 2016).

Timbal terdapat dalam dua bentuk yaitu bentuk inorganik dan

organik. Dalam bentuk inorganik timbal dipakai dalam industri

baterai, cat, kabel telepon, kabel listrik, percetakan, gelas polivinil,

plastik, pengkilap keramik, insektisida, detonator, pembangkit

tenaga listrik dan mainan anak-anak. Dalam bentuk organik timbal

dipakai dalam industri perminyakan. Alkil timbal (timbal

tetraetil/TEL dan timbal tetrametil/TML) digunakan sebagai

campuran bahan bakar bensin. Fungsinya selain meningkatkan daya

pelumasan, meningkatkan efisiensi pembakaran juga sebagai bahan

aditif anti ketuk (anti-knock) pada bahan bakar yaitu untuk

mengurangi hentakan oleh kerja mesin sehingga dapat menurunkan

kebisingan suara ketika terjadi pembakaran padamesin-mesin

kendaraan bermotor. Sumber inilah yang saat ini paling banyak

memberi kontribusi kadar timbal dalam udara (Takwa et al., 2017).

Menurut Suherni (2010), sumber lainnya dapat berasal dari biji

logam hasil pertambangan, peleburan aki, pabrik pembuatan timbal,


12

debu, tanah, cat, mainan, perhiasan, air minum, permen, keramik,

obat tradisional dan kosmetik.

Paparan dari peleburan aki bekas akan menghasilkan limbah

yang berpotensi mencemari lingkungan karena mengandung bahan

berbahaya dan beracun karena mengandung logam timbal

(Purnawan, 2012).

f. Faktor yang Mempengaruhi kadar Timbal

1) Usia

Usia muda pada umumnya lebih peka terhadap aktivitas

timbal, hal ini berhubungan dengan perkembangan organ dan

fungsinya yang belum sempurna. Sedangkan pada usia tua

kepekaannya lebih tinggi dari rata-rata orang dewasa, biasanya

karena aktivitas enzim bio-transformasi berkurang dengan

bertambahnya umur dan daya tahan organ tertentu berkurang

terhadap efek timbal. Semakin tua umur seseorang, akan

semakin tinggi pula konsentrasi timbal yang terakumulasi pada

jaringan tubuh (Ardillah, 2016).

2) Jenis Kelamin

Jenis kelamin juga mempengaruhi toksisitas timbal. Efek

toksik pada laki-laki dan perempuan mempunyai pengaruh yang

berbeda. Wanita lebih rentan daripada pria. Hal ini disebabkan

oleh perbedaan faktor ukuran tubuh (fisiologi), keseimbangan

hormonal dan perbedaan metabolisme (Ardillah, 2016).


13

3) Kebiasaan Merokok

Rokok mengandung beberapa logam berat seperti timbal,

kadmium, dan sebagainya yang membahayakan bagi kesehatan.

Menurut Hasan (2013), Diperkirakan bahwa timbal berasal dari

daun tembakau yang merupakan bahan pembuat rokok

mengandung timbal sebagai residu dari proses penanaman,

pemupukan ataupun timbal yang berasal dari tanah pertanian

(Sulistyowati, 2019).

4) Lama pajanan

Potensi bahan kimia dapat menimbulkan efek negatif

tergantung toksisitas dan besar paparannya. Timbal yang masuk

ke dalam tubuh normalnya 0,3 µg/dL perhari, jika intake timbal

2,5 µg/dL perhari, maka membutuhkan waktu tiga sampai

empat tahun untuk mendapatkan efek toksik. Sedangkan apabila

intake timbal 3,5 µg/dL maka membutuhkan waktu hanya

beberapa bulan saja untuk terpapar timbal. Dosis (konsentrasi)

yang besar dan pemaparan yang lama dapat menimbulkan efek

yang berat dan dapat berbahaya. Pemaparan terus menerus akan

memberikan efek yang lebih berat dibandingkan pemaparan

secara terputus-putus (Darmono, 2006).


14

g. Penetapan Kadar Timbal

Penetapan kadar timbal dapat dilakukan dengan metode

pemeriksaan Atomic Absorbtion Spectrofotometer (AAS) atau

dengan Inductively Coupled Plasma (ICP).

1) Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)

Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) adalah salah satu

metode analisa yang paling banyak digunakan dalam kimia

analisa, seperti dalam analisa logam di lingkungan, geologi,

biologi, Kimia klinis, pertanian, metalurgi, dll (Djunaidi, 2007).

Prinsip dari analisis dengan AAS ini adalah penyerapan

cahaya oleh atom bebas dari suatu unsur pada tingkat energi

terendah (ground state). Keadaan ground state dari sebuah atom

adalah keadaan dimana semua elektron yang dimiliki unsur

tersebut memiliki konfigurasi yang stabil. Saat cahaya diserap

oleh atom, satu atau lebih elektron tereksitasi ke tingkat energi

yang lebih tinggi. Perbandingan penyerapan absorbansi

berbanding lurus dengan konsentrasi atom pada tingkat tenaga

dasar. Besarnya konsentrasi atom-atom ini sebanding dengan

konsentrasi unsur dalam larutan yang dianalisis (Noriyanti,

2012).
15

Kadar timbal dalam darah diukur menggunkan alat Atomic

Absorption Spectrophotometer (AAS):

1) Alat dan Bahan

a) Beaker glass

b) Kaca arloji

c) Timbangan teknis

d) Pipet ukur 10 mL

e) Bulb

f) Hot plate

g) Labu Ukur

h) Batang pengaduk

i) Pipet pasteur

j) Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)

k) Larutan asam nitrat pekat (HNO3)

l) Larutan asam peklorat pekat (HClO4)

m) Aquadest

2) Prosedur Kerja

a) Pembuatan kurva kalibrasi 0.05 ; 0,1 ; 0.2 ; 0,3 ; 0,4 ; 0,5 mg/L

b) Pipet masing-masing 0.125 , 0.25 , 0.50 , 0.75 , 1.0 dan 1.25

mL. lalu masukkan ke dalam labu ukur 25 mL. tambahkan

HNO3 2% sampai tanda batas.


16

c) Lakukan destruksi dengan memasukkan 3 mL sampel ke

dalam beaker glass kemudian tambahkan 4 mL asam nitrat

pekat dan 3 mL asam perklorat dengan pipet ukur.

d) Panaskan di atas hot plate pada suhu 300oC, hingga volumenya

+ 0,5 ml sampai terbentuk serbuk putih.

e) Hasil destruksi didinginkan pada suhu ruang kemudian

ditambahkan aquabidest 25 mL.

f) Konsentrasi timbal dibaca menggunakan AAS

2. Inductively Coupled Plasma (ICP)

Inductively Coupled Plasma (ICP) merupakan metode yang

berdasarkan ion yang tereksitasi dan memancarkan sinar.

Intensitas cahaya yang terpancar pada panjang gelombang

tertentu dan mempunyai karakteristik unsur tertentu yang

terukur berhubungan dengan konsentrasi dari tiap unsur dari

sampel. Metode analisis menggunakan ICP ini dilakukan untuk

sampel yang memiliki kadar logam yang rendah. Keuntungan

menggunakan ICP yaitu mencakup kemampuan untuk

mengidentifikasi dan mengkuantifikasi semua elemen dengan

pengecualian Argon, karena sensitivitas panjang gelombang

bervariasi untuk setiap penentuan suatu unsur (Sulistyowati,

2019).
17

3. Fungsi Hati

a. Definisi Fungsi Hati

Hati sebagai organ kelenjar terbesar memiliki peran penting

dalam metabolisme glukosa dan lipid, membantu proses

pencernaan, absorbsi lemak dan vitamin yang larut dalam lemak,

serta detoksifikasi tubuh terhadap zat toksik serta menjadi sasaran

peningkatan konsentrasi radikal bebas (Rosida, 2016).

Pemeriksaan fungsi hati diindikasikan untuk penapisan atau

deteksi adanya kelainan atau penyakit hati, membantu menengakkan

diagnosis, memperkirakan beratnya penyakit, membantu mencari

etiologi suatu penyakit, menilai hasil pengobatan, membantu

mengarahkan upaya diagnostik selanjutnya serta menilai prognosis

penyakit dan disfungsi hati.

b. Pengaruh Timbal terhadap Fungsi Hati

Akumulasi plumbum tertinggi dalam jaringan lunak terjadi

berturut-turut pada ginjal disusul hati, otak, paru, jantung, otot dan

testis. Salah satu organ yang ikut mengalami perubahan akibat

paparan timbal yang berlebihan adalah hati. Hati merupakan organ

tubuh terbesar dan organ metabolisme yang paling kompleks di

dalam tubuh. Organ ini terlibat dalam metabolisme zat makanan

serta sebagian besar obat dan toksikan. Salah satu fungsi hati untuk

mempertahankan hidup adalah penyaringan racun yang beredar dari

aliran darah. Seseorang yang hidup dengan penyakit hati kronis


18

memiliki kekurangan untuk menyaring racun. Sel-sel hati yang lebih

sedikit, memurnikan darah mengakibatkan racun menumpuk di hati

dan aliran darah serta membunuh sel-sel hati dan mempercepat

kerusakan hati (Minarti, et al 2015).

Mekanisme kerusakan hati yang diakibatkan oleh timbal yaitu

karena timbal pada tingakatan tertentu dapat menginduksi

pembentukan radikal bebas dan menurunkan kemampuan sistem

antioksidan tubuh sehingga dengan sendirinya akan terjadi stres

oksidatif (Fidiyatun et al., 2013). Lee et al mengusulkan antioksidan

yang diinduksi timbal deplesi meningkatkan penanda stres oksidatif,

(Chang, et al 2013). Menurut Costa (2005), sifat negatif radikal

bebas adalah dapat menyebabkan stres oksidatif. Hal ini terjadi

karena ketidak seimbangan antara radikal bebas dengan antioksidan.

Radikal bebas dalam jumlah berlebihan sementara jumlah

antioksidan seluler lebih sedikit sehingga dapat menyebabkan

kerusakan sel.

Studi terbaru menunjukkan bahwa timbal menyebabkan stres

oksidatif dengan menginduksi generasi spesies oksigen reaktif,

mengurangi sistem pertahanan antioksidan sel melalui menipisnya

glutathione, menghambat enzim yang bergantung pada sulfhidril,

mengganggu beberapa logam penting yang diperlukan untuk

aktivitas enzim antioksidan, dan/atau meningkatkan kerentanan sel

terhadap serangan oksidatif dengan mengubah integritas membran


19

dan komposisi asam lemak. Akibatnya, gangguan keseimbangan

oksidan/antioksidan sebagian dapat bertanggung jawab atas efek

toksik timbal. Di mana stres oksidatif yang meningkat berkontribusi

pada toksisitas yang diinduksi timbal (Gurer et al., 2000).

Peluang/kemungkinan terjadinya kejadian gangguan fungsi

hati lebih besar 1,8 kali lebih tinggi pada responden yang kadar

timbal dalam darahnya tidak normal dibanding responden yang

kadar timbal dalam darahnya normal (Fidiyatun et al., 2013).

c. Pemeriksaan Fungsi Hati

Jenis uji fungsi hati dapat dibagi menjadi 3 besar yaitu

penilaian fungsi hati, mengukur aktivitas enzim, dan mencari

etiologi penyakit. Pengukuran enzim yang dilakukan untuk

mendiagnosis kejadian gangguan fungsi hati yaitu pengukuran

SGOT, SGPT, dan Gamma GT (Rosida, 2016).

Pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui adanya

kenaikan enzim transaminase yaitu dengan melakukan pemeriksaan

Glutamyltransferase (GGT), serum glutamate piruvat transaminase

(SGPT) atau serum glutamate oksaloasetat transaminase (SGOT),

tetapi pemeriksaan serum glutamate piruvat transaminase (SGPT)

lebih spesifik dilakukan karena lebih banyak diproduksi di hati

daripada enzim serum glutamate oksaloasetat transaminase (SGOT)

( Dewi et al, 2016).


20

d. Pengukuran Aktivitas Enzim

1) Enzim Transaminase (SGOT dan SGPT)

Metode yang digunakan untuk pemeriksaan SGOT dan SPGT

adalah metode kinetic sesuai rekomendasi dari International

Federation Of Clinical Chemistry Yand Laboratory Medicine

(IFCC). Pemeriksaan berdasarkan reaksi kinetik enzimatik

umumnya dipengaruhi oleh pH, suhu, waktu, dan jenis substrat.

Pada metode reaksi kinetik enzimatik yang diukur adalah kecepatan

enzim merombak substrat. Kecepatan reaksi ditentukan oleh kadar

substrat dan aktivitas enzim (Sardini, 2007). Berdasarkan Kit

Reagen Nilai normal SGOT berdasarkan Kit Reagen Indoreagen

berstandar International Federation Of Clinical Chemistry Yand

Laboratory Medicine (IFCC), nilai normal SGOT yaitu < 40 U/L,

nilai normal SGPT yaitu < 38 U/L, dimana pada setiap laboratorium

memiliki ketetapan sendiri untuk menentukan rentang referensi

terhadap populasi pasiennya berdasarkan kit reagen yang digunakan.

Prinsip pemeriksaan SGPT yaitu:

GPT
L – alanine + α- Ketoglutarate L -glutamate + pyruvate
LDH
+
Pyruvate + NADH + H L- Lactate + NAD+ + H2O

Pyridoxal fosfat bertindak sebagai suatu koenzim di dalam

reaksi transfer amino untuk memastikan pengaktifan enzim penuh.


21

Tingkat oksidasi NADH berbanding lurus terhadap aktivitas katalis

SGPT. Ditentukan dengan mengukur penurunan absorbansi.

Prinsip pemeriksaan SGOT yaitu:

GOT
L – Aspartate + α- Ketoglutarate L -glutamate + oxaloacetate
LDH
+
oxaloacetate + NADH + H L- Malate + NAD+ + H2O

Pyridoxal fosfat bertindak sebagai suatu koenzim di dalam

reaksi transfer amino memindahkan reaksi dan memastikan

pengaktifan enzim penuh. Tingkat oksidasi NADH berbanding lurus

kepada aktivitas SGOT yang katalitik.

2) Enzim Gamma Glutamyltransferase (GGT)

Enzim Gamma Glutamyltransferase (GGT) terdapat di sel hati,

ginjal, dan pankreas. Pada sel hati Gamma GT terdapat di

retikulum endoplasmik sedangkan di empedu terdapat di sel epitel.

Metode yang digunakan untuk pemeriksaan Gamma GT

adalah metode Substrat Glupa-C Standardisasi terhadap metode

International Federation Of Clinical Chemistry Yand Laboratory

Medicine (IFCC) enzimatik kinetik. Pemeriksaan berdasarkan

reaksi kinetik enzimatik umumnya dipengaruhi oleh pH, suhu,

waktu, dan jenis substrat. Pada metode reaksi kinetik enzimatik

yang diukur adalah kecepatan enzim merombak substrat.

Kecepatan reaksi ditentukan oleh kadar substrat dan aktivitas


22

enzim (Sardini, 2007). Berdasarkan Kit Reagen Indoreagen

berstandar International Federation Of Clinical Chemistry Yand

Laboratory Medicine (IFCC), nilai normal Gamma GT yaitu untuk

pria 9-54 U/L, sedangkan untuk wanita yaitu 8-35 U/L, dengan

standar tiap laboratorium berbeda sesuai kit reagen yang

dugunakan.

Prinsip pemeriksaan Gamma GT yaitu:

Glupa-C + Glycylglycine γ-GT L γ -Glutamy-glycylglycine


+ 5 amino-2-nitrobenzoat

4. Daur Ulang Aki

a. Definisi

Aki atau akumulator adalah sebuah sumber arus listrik

searah yang dapat mengubah energi kimia menjadi energi listrik.

Di dalam kehidupan sehari-hari banyak manfaat yang dapat

diperoleh dengan menggunakan aki. Beberapa peralatan yang

menggunakan aki sebagai sumber tegangan listrik, antara lain

shower, sikat gigi elektrik, lampu emergensi, kendaraan bermotor

dan sebagainya (Setiono, 2015). Aki merupakan komponen yang

penting pada kendaraan bermotor. Komponen utama dari aki

terbuat dari logam timbal. Banyak yang dapat dimanfaatkan dari

limbah aki bekas, yakni dengan mengambil sel aki bekas yang akan

didaur-ulang menjadi bahan baku timah (Azizah, 2015).


23

Industri aki di Indonesia telah mengalami kemajuan,

kemajuan industri aki ini seiring dengan semakin majunya industri

kendaraan bermotor, telekomunikasi serta elektronika yang

menggunakan arus listrik yang berasal dari aki. Fungsi penggunaan

aki pada kendaraan bermotor sebagai media penyimpan dan

pensuplai arus listrik pada waktu kendaraan distarter selain itu

fungsi aki lainnya sebagai pemasok arus listrik untuk kebutuhan

lampu penerangan, alarm, jam elektronik, dan sebagainya.

b. Timbal dalam Aki

Aki merupakan salah satu sumber pemaparan timbal.

Komponen utama dari aki terbuat dari logam timbal Akumulator

termasuk elemen sekunder, sehingga setelah habis dapat diisi

kembali. Di dalam aki terdapat elemen dan sel untuk penyimpan

arus yang mengandung asam sulfat (H2SO4), pada tiap-tiap sel

berisikan pelat positif terkandung oksida timah coklat (PbO2) dan

pelat negatif yang mengandung timah (Pb). Pada saat pengisian

akumulator terjadi perubahan energi listrik menjadi energi kimia.

Perubahan yang terjadi pada anode, yaitu timbal sulfat (PbSO4)

berubah menjadi timbal dioksida (PbO2). Perubahan pada anode,

yaitu timbal sulfat (PbSO4) berubah menjadi timbal murni (Pb).

Kepekatan asam sulfat akan berubah dari encer menjadi pekat,


24

karena ketika akumulator disetrum terjadi penguapan air (Setiono,

2015).

Dari pencemaran yang ada maka kegiatan daur ulang aki bekas

akan menghasilkan limbah yang berpotensi mencemari lingkungan

karena mengandung bahan berbahaya dan beracun karena

mengandung logam timbal (Purnawan, 2012).

c. Proses Daur Ulang Aki

Dalam proses daur ulang aki bekas untuk menjadi timah,

terdapat beberapa alternatif teknologi. Pemilihan teknologi ini akan

menentukan desain peralatan yang akan digunakan. Namun secara

umum dalam proses daur ulang ini dikenal dengan teknologi

sebagai berikut :

a) Elektrokimia, yatu dengan melakukan leaching segala

metal maupun ion Pb menjadi Pb2+ selanjutnya dengan

proses elektrolisis Pb2+ diubah menjadi Pb metal.

b) Proses Redoks, dengan menggunakan furnace (kupola).

Proses ini menggunakan karbon/arang dan udara sebagai

reduktor sekaligus sebagai oksidator untuk melelehkan

timbal.
25

Secara umum, proses daur ulang aki dilakukan dengan proses


seperti berikut :

Gambar 2. 1 Proses Daur Ulang Aki

Pada proses daur ulang aki bekas, tahap pembakaran atau peleburan

dapat menghasilkan asap yang mengandung timbal, sehingga pekerja

dapat terpapar timbal melalui saluran pernapasan (inhalasi).


26

B. Kerangka Konsep

Gambar 2. 2 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

= Area yang tidak diteliti

= Area yang diteliti


27

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat hubungan antara kadar timbal dalam darah dengan kejadian

gangguan fungsi hati pada pekerja Daur Ulang Aki Bekas.

2. Tidak terdapat hubungan antara kadar timbal dalam darah dengan

kejadian gangguan fungsi hati pada pekerja Daur Ulang Aki Bekas.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan adalah Studi Literatur yang digunakan

dalam mengumpulkan informasi dan data dengan dengan menggunakan

berbagai sumber material seperti jurnal, penelitian, buku, sumber-sumber

tertulis baik melalui media cetak maupun media studi kepustakaan pencarian

data sekunder yang mendukung suatu penelitian yang dapat dianalisa.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (independent variable) = Kadar timbal dalam darah

2. Variabel Terikat (dependent variable) = Kejadian gangguan fungsi

hati

28
29

C. Definisi Operasional

Tabel 3. 1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur


1. Kadar Timbal Angka yang menunjukkan Atomic Absorption
dalam Darah kandungan timbal dalam Spectrophotometer
darah pekerja daur ulang aki (AAS)
bekas dalam µgr/dL berdasar
standar WHO sebesar ≤ 10
(µg/dL).

2. Kejadian Suatu keadaan dimana fungsi Pengukuran enzim


Gangguan Fungsi hati mengalami penurunan transferase dengan
Hati yang yang dapat dilihat dari Spektrofotometer
pemeriksaan kadar SGOT,
SGPT, dan Gamma GT
dengan nilai standar
berdasarkan reagen
Indoreagen berstandar
berstandar International
Federation Of Clinical
Chemistry Yand Laboratory
Medicine (IFCC), < 40 IU/L,
< 38 IU/L, dan 9 – 54 IU/L.

D. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian kepustakaan menurut Kuhlthau

(2002) adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan Topik

Peneliti memilih topik yang telah dicari sebagai referensi dari

penelusuran pustaka.
30

2. Penelusuran Data

Data yang akan digunakan ditentukan oleh kriteria inklusi dan eksklusi

yang bersumber google schoolar dan NCBI dengan rentang waktu 10 tahun

kebelakang.

3. Pengolahan Data

a. Saring literatur dengan kriteria literatur.

b. Seleksi literatur yang akan dianalisa sesuai topik yang dibahas.

c. Ekstraksi literatur yang didapat berdasarkan isi yang ada pada

literatur tesebut.

d. Analisa literatur.

e. Menarik kesimpulan.

E. Sumber Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data

lietratur dari beberapa jurnal penelitian terdahulu dan sumber ilmiah dari

lembaga yang kompeten. Hasil beberapa jurnal elektronik yang ditemukan

yang terdiri dari jurnal internasional sebanyak 3 jurnal, jurnal nasional

sebanyak 15 jurnal, skripsi sebanyak 4, dan buku cetak sebanyak 2 buku.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah mencari literatur,

yaitu mencari data mengenai variabel penelitian berupa catatan, buku,

makalah atau artikel, jurnal dan sumber data lainnya. Data yang diperoleh
31

dilakukan ekstraksi data dan dianalisa. Kata kunci yang digunakan dalam

pencarian literatur antara lain “timbal darah dengan gangguan fungsi hati”,

“timbal darah dengan kadar sgot, sgpt, dan gamma gt”, dan “timbal darah

dalam pekerja daur ulang aki”.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian studi literatur ini berupa :

a. Laptop dengan koneksi internet utuk mencari literatur

b. Jurnal referensi untuk dianalisis

Berikut daftar invetaris jurnal referensi yang didapatkan untuk

dianalisis :

Tabel 3. 2 Daftar Inventaris Jurnal Referensi yang Akan dianalisis

No. Topik Lokasi Subjek Metode/Desain Jenis Penulis /


Logam Tahun

1. Hubungan Desa Bakalan, Pekerja Cross sectional Timbal Fitra Ayu


Paparan Ceper Pengecoran Minarti,
Timbal dengan Kabupaten Logam Onny
Kejadian Klaten Setiani, Tri
Gangguan Joko. 2015
Fungsi Hati
2. Hubungan Kabupaten Pekerja Cross sectional Timbal Fidiyatun,
Kadar Pb Tegal Peleburan Onny
dalam Darah Timah Setiani,
dengan Hitam Suhartono.
Kejadian 2013
Gangguan
Fungsi Hati
32

No. Topik Lokasi Subjek Metode/Desain Jenis Penulis /


Logam Tahun

3. Pengaruh Tikus Putih Post test Timbal Agus


Pemberian (Rattus randomized Suprijono,
Timbal (Pb) norvegicus) control group Chodidjah,
Per Oral Jantan design Shaher
Terhadap Galur Banun
Gambaran Wistar
Histopatologi
Hepar
4. Faktor Risiko Lierature Yustini
Kandungan Review Ardillah,
Timbal Di 2016
Dalam Darah
5. The Department of Pekerja Cross sectional Timbal Won-Joon
Relationship Occupational Perusahaan Chang, Kyu-
of Liver and Baja Tak Joe,
Function Tests Environmental Hye-Young
to Mixed Medicine, Park, Jong-
Exposure to Pohang Sunlin Do Jeong and
Lead and Hospital, Duk-Hee
Organic Pohang, South Lee. 2013
Solvents Korea

7. Assessement Indian Journal Pekerja di Cross sectional Goyal, T. et


of Blood Lead of Clinical berbagai al.
and Cadmium Biochemistry. industri 2020
Levels in Springer
Occupationally India.
Workers

c. Flashdisk

d. Alat tulis untuk mencatat data

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian berupa

metode analisis isi (Content Analysis) yang digunakan untuk mendapatkan

inferensi yang valid dan dapat diteliti ulang berdasarkan konteksnya. Dalam
33

penelitian ini akan dilakukan analisis univariat yaitu menganalisis kadar

timbal dalam darah, kadar SGOT, SGPT, serta Gamma GT sebagai

indikator kejadian gangguan fungsi hati, dan analisis bivariat yang bertujuan

untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (kadar timbal darah) dan

variabel terikat (Kejadian gangguan fungsi hati).


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Data hasil penelitian studi literatur terhadap hubungan kadar timbal

dalam darah dengan kejadian gangguan fungsi hati pada pekerja daur ulang

aki bekas didapatkan 3 jurnal yang akan dibandingkan.

1. Analisis Univariat

a. Kadar Timbal dalam Darah Pekerja

Tabel 4. 1 Kadar Timbal dalam Darah Pekerja

No. Sumber Referensi Standar Timbal


Rujukan (µg/dL)

1. Fidiyatun, Onny Setiani, Suhartono.


2013 dalam
Jurnal Kesehatan Lingkungan CDC 30,66
Indonesia Vol. 12 No. 2 / Oktober ≤ 10 (µg/dL)
2013
2. Fitra Ayu Minarti, Onny Setiani,
Tri Joko. 2015 dalam Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia CDC 24,39
Vol. 14 No. 1 / April 2015 ≤ 10 (µg/dL)

3. Chang Won-Joong, et al dalam Annals


of Occupational and Environmental
Medicine 2013 CDC 8,33
≤ 10 (µg/dL)

Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh rata-rata kadar timbal pada pekerja

cenderung diatas ambang batas nilai rujukan CDC yaitu ≤ 10 (µg/dL)

pada penelitian yang dilakukan oleh Fidyatun et al (2013) dan Fitra et al

34
35

(2015). Sedangkan berdasarkan penelitian Chang et al (2013), rata-rata

kadar timbal pada pekerja berada dibawah ambang batas yang

diperbolehkan. Pada masing-masing penelitian memiliki jumlah

responden yang berbeda. Pada penelitian Fidyatun et al (2013)

menggunakan 55 responden yang, pada penelitian itra et al (2015)

menggunakan 33 responden, dan penelitian Chang et al (2013)

menggunakan 593 responden dengan dibagi menjadi lima kelompok.

b. Kadar SGOT dalam Darah Pekerja

Tabel 4. 2 Kadar SGOT dalam Darah Pekerja

No. Sumber Literatur Mean + SD

(IU/L)
1. Fidiyatun, Onny Setiani, Suhartono. 2013
dalam 30,7 + 19,163
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia
Vol. 12 No. 2 / Oktober 2013
2. Fitra Ayu Minarti, Onny Setiani, Tri Joko.
2015 dalam Jurnal Kesehatan Lingkungan 25,1 + 6,54
Indonesia Vol. 14 No. 1 / April 2015

3. Chang Won-Joong, et al dalam Annals of


Occupational and Environmental Medicine 23,5 + 1,0
2013

Tabel 4.2 menunjukan bahwa dari masing-masing penelitian

dari Fitra et al (2015) dan Chang et al (2013) diperoleh hasil serupa

dengan hasil rata-rata kadar SGOT masih dalam batas nilai rujukan

berdasarkan International Federation Of Clinical Chemistry Yand


36

Laboratory Medicine (IFCC) yaitu < 40 IU/L, sedangkan hasil dari

penelitian Fidyatun et al sedikit lebih tinggi namun masih di dalam

nilai rujukan.

c. Kadar SGPT dalam Darah Pekerja

Tabel 4. 3 Kadar SGPT dalam Darah Pekerja


No. Sumber Literatur Mean + SD

(IU/L)
1. Fidiyatun, Onny Setiani, Suhartono. 2013
dalam
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 31,7 + 15,24
Vol. 12 No. 2 / Oktober 2013

2. Fitra Ayu Minarti, Onny Setiani, Tri Joko.


2015 dalam Jurnal Kesehatan Lingkungan
Indonesia Vol. 14 No. 1 / April 2015 22,8 + 16,35

3. Chang Won-Joong, et al dalam Annals of


Occupational and Environmental Medicine
2013 24,0 + 1,0

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukan bahwa dari masing-

masing hasil penelitian diperoleh hasil serupa yaitu penelitian oleh

Fidyatun et al (2013) dan Fitra et al (2015) dengan hasil rata-rata

kadar SGOT masih dalam batas nilai rujukan berdasarkan

International Federation Of Clinical Chemistry Yand Laboratory

Medicine (IFCC) yaitu <38 IU/L. Sedangkan pada penelitian

Fidyatun et al (2013), rata-rata kadar SGOT sedikit lebih tinggi

namun masih dalam batas rujukan.


37

d. Kadar Gamma GT dalam Darah Pekerja

Tabel 4. 4 Kadar Gamma GT dalam Darah Pekerja

No. Sumber Literatur Mean + SD

(IU/L)
1. Fidiyatun, Onny Setiani, Suhartono. 2013
dalam
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 30,3 + 41,84
Vol. 12 No. 2 / Oktober 2013
2. Fitra Ayu Minarti, Onny Setiani, Tri Joko.
2015 dalam Jurnal Kesehatan Lingkungan
Indonesia Vol. 14 No. 1 / April 2015 37,6 + 22,59

3. Chang Won-Joong, et al dalam Annals of


Occupational and Environmental Medicine
2013 39,1 + 2,0

Tabel 4.4 menyatakan bahwa dari masing-masing hasil

penelitian, ketiganya memperoleh rata-rata kadar Gamma GT yang

cukup tinggi, namun masih berada dalam nilai normal sesuai

International Federation Of Clinical Chemistry Yand Laboratory

Medicine (IFCC) yaitu 9-54 IU/L.


38

e. Karakteristik Pekerja Berdasarkan Usia

Tabel 4. 5 Karakteristik Pekerja Berdasarkan Usia Pekerja

No. Sumber Literatur Mean SD Min Max


(Tahun) (Tahun) (Tahun) (Tahun)

1. Fidiyatun, Onny Setiani,


Suhartono. 2013 dalam
Jurnal Kesehatan Lingkungan 35,2 10,06 20 60
Indonesia Vol. 12 No. 2 /
Oktober 2013
2. Fitra Ayu Minarti, Onny
Setiani, Tri Joko. 2015 dalam
Jurnal Kesehatan Lingkungan 36,86 9,39 19 57
Indonesia Vol. 14 No. 1 / April
2015

3. Chang Won-Joong, et al dalam


Annals of Occupational and
Environmental Medicine 2013 44 10,5 Tidak Tidak
disebutkan disebutkan

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat data usia pekerja termuda

berusia 19 tahun dalam penelitian Fitra, et al (2015). Pada tabel tersebut

menunjukan usia pekerja tertua yaitu 60 tahun dalam penelitian Fidyatun, et

al (2013).
39

f. Karakteristik Pekerja Berdasarkan Masa Kerja

Tabel 4. 6 Karakteristik Pekerja Berdasarkan Masa Kerja

No. Sumber Literatur Mean SD Min Max


(Tahun) (Tahun) (Tahun) (Tahun)

1. Fidiyatun, Onny
Setiani, Suhartono.
2013 dalam 4,13 2,271 0,2 10
Jurnal Kesehatan
Lingkungan Indonesia
Vol. 12 No. 2 / Oktober
2013
2. Fitra Ayu Minarti,
Onny Setiani, Tri Joko. 10,42 8,13 2 35
2015 dalam Jurnal
Kesehatan Lingkungan
Indonesia Vol. 14 No.
1 / April 2015

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat data pada masing-masing

penelitian, pada penelitian Fidyatun, et al (2013) diperoleh rata-rata masa

kerja 4,13 sangat berbeda jauh dengan penelitian Fitra, et al (2015)

dengan hasil rata-rata masa kerja 10,42 tahun. Sedangkan pada penelitian

Chang, et al (2013) tidak didapatkan data mengenai masa kerja.


40

g. Karakteristik Pekerja Berdasarkan Lama Kerja

Tabel 4. 7 Karakteristik Pekerja Berdasarkan Lama Kerja

No. Sumber Mean SD Min Max


Literatur (Jam/Hari) (Jam/Hari) (Jam/Hari) (Jam/Hari)

1. Fidiyatun, Onny
Setiani, 10,3 1,94 8 12
Suhartono. 2013
dalam
Jurnal
Kesehatan
Lingkungan
Indonesia Vol.
12 No. 2 /
Oktober 2013
2. Fitra Ayu
Minarti, Onny 8,36 1,05 7 12
Setiani, Tri
Joko. 2015
dalam Jurnal
Kesehatan
Lingkungan
Indonesia Vol.
14 No. 1 / April
2015
3. Chang Won-
Joong, et al dalam 14,5 9,3 Tidak Tidak
Annals of disebutkan disebutkan
Occupational
and
Environmental
Medicine 2013

Berdasarkan Tabel 4.7 diperoleh rata-rata lama kerja responden

diatas standar waktu yang telah ditentukan yaitu 8 jam perhari, ini

mengacu pada SNI 19-0232-2005 standar ini memuat tentang Nilai

Ambang Batas rata-rata tertimbang waktu (Time Weighted Average) zat

kimia di udara tempat kerja, dimana terdapat tenaga kerja yang dapat
41

terpapar zat kimia sehari-hari selama tidak lebih dari 8 jam per hari atau

40 jam per minggu. Didapatkan hasil yang berbeda yaitu pada penelitian

Fitra, et al (2015) dengan hasil rata-rata lama kerja kisaran 8 tahun

dimana masih dalam ambang batas waktu kerja yang ditetapkan.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat

hubungan yang bermakna antara kadar timbal dalam darah dengan

kejadian gangguan fungsi hati pada pekerja daur ulang aki bekas.

Tabel 4. 8 Hubungan Kadar Timbal dengan Kejadian Gangguan Fungsi Hati

No. Sumber Tujuan Hasil Rata-rata Kadar P Value

Literatur
Pb SGOT SGPT GGT

(µg/dL) (IU/L) (IU/L) (IU/L)

1. Fidiyatun, Penelitian ini bertujuan


Onny Setiani, untuk melihat
Suhartono. hubungan kadar timbal
2013 dalam dalam darah dengan
kejadian gangguan
Jurnal fungsi hati pada pekerja
Kesehatan peleburan timah hitam 30,66 30,7 31,7 30,3 0,002
Lingkungan di Kabupaten Tegal
Indonesia Vol.
12 No. 2 /
Oktober 2013
42

No. Sumber Tujuan Hasil Rata-rata Kadar P Value

Literatur
Pb SGOT SGPT GGT

(µg/dL) (IU/L) (IU/L) (IU/L)

2. Fitra Ayu Penelitian ini bertujuan


Minarti, Onny untuk melihat
Setiani, Tri hubungan antara kadar
Joko. 2015 timbal dalam darah
dalam Jurnal dengan kejadian 24,39 25,1 22,8 37,6 0,660
Kesehatan gangguan fungsi hati
Lingkungan pada pekerja peleburan
Indonesia Vol. timah hitam di Desa
14 No. 1 / Bakalan, Ceper
April 2015 Kabupaten Klaten
3. Chang Won- Penelitian ini bertujuan
Joong, et al untuk membandingkan
dalam Annals of indeks fungsi hati
Occupational (AST, ALT, GGT) di
and -
antara pria yang bekerja 8,33 23,5 24,0 39,1
Environmental dengan timbal, pelarut
Medicine 2013 Organik, atau keduanya
di bawah batas paparan
yang diizinkan (PEL)

Berdasarkan Tabel 4.6, terdapat hasil uji korelasi dari tiap

penelitian dimana nilai p value jurnal memiliki hasil yang bervariasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Fidyatun, et al (2013) didapatkan p value

sebesar 0,002, dengan tingkat kepercayaan 95% nilai p value ≤ α (0,05)

maka Ho di tolak yang artinya bahwa ada hubungan antara Kadar timbal

dalam Darah dengan Kejadian Gangguan Fungsi Hati. Pada penelitian

Fitra, et al (2015) didapatkan nilai p value sebesar 0, 660, dengan tingkat

kepercayaan 95% nilai p value ≤ α (0,05) maka Ho diterima yang artinya


43

tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kadar timbal dalam darah

dengan kejadian gangguan fungsi hati. Sedangkan pada penelitian

Chang, et al (2013) tidak dilakukan uji korelasi sehingga hasilnya tidak

dapat dibandingkan dengan penelitian lainnya. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan terjadi peningkatan kadar SGPT dan Gamma GT pada

pekerja dengan paparan timbal yang masih dibawah ambang batas yang

diperbolehkan.

Hasil uji korelasi dari masing-masing jurnal:

1. Fidyatun et al (2013)

a. Hubungan Kadar Pb dalam darah dengan Kadar SGOT

Ada hubungan yang signifikan antara Kadar Pb dalam darah dengan

Kadar SGOT (p value = 0,002), dengan koefisien korelasi 0,294

dengan tingkat keeratan sedang, membentuk tren positif yang artinya

semakin tinggi kadar Pb dalam darah semakin meningkat kadar

SGOT serum darah.

b. Hubungan Kadar Pb dalam darah dengan Kadar SGOT

Tidak ada hubungan yang signifikan antara Kadar Pb dalam darah

dengan Kadar SGPT (p value = 0,113), dengan koefisien korelasi

0,150 membentuk tren positif yang artinya semakin tinggi kadar Pb

dalam darah semakin meningkat kadar SGPT serum darah.

c. Hubungan Kadar Pb dalam darah dengan Kadar Gamma GT

Ada hubungan yang signifikan antara Kadar Timbal dalam darah

dengan kadar Gamma GT (p value = 0,002), dengan koefisien


44

korelasi 0,296 dengan tingkat keeratan sedang, membentuk tren

positif yang artinya semakin tinggi kadar Timbal dalam darah

semakin meningkat kadar Gamma GT.

d. Hubungan Kadar Pb dalam darah dengan Kejadian gangguan fungsi

hati

Berdasarkan uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,002 yang artinya

bahwa ada hubungan antara kadar timbal dalam darah dengan

kejadian gangguan fungsi hati (karena p value 0,002 < 0,05).

Prevalence Ratio (PR) sebesar 1,8 yang berarti bahwa

peluang/kemungkinan terjadinya gangguan fungsi hati lebih besar

1,8 kali lebih tinggi pada responden yang kadar timbal dalam

darahnya tidak normal dengan CI 95%.

2. Fitra et al (2015)

a. Hubungan Masa Kerja dengan Kadar SGOT Tidak ada hubungan

yang signifikan antara masa kerja dengan kadar SGOT, dengan p

value = 0,062 > 0,05

b. Hubungan Masa Kerja dengan Kadar SGPT ada hubungan yang

signifikan antara masa kerja dengan kadar SGOT, dengan p value =

0,005 < 0,05

c. Hubungan Masa Kerja dengan Kadar Gamma GT ada hubungan

yang signifikan antara masa kerja dengan kadar Gamma GT, dengan

p value = 0,017 < 0,05


45

d. Hubungan Lama Kerja Per Hari dengan Kadar SGOT Tidak ada

hubungan yang signifikan antara lama kerja perhari dengan kadar

SGOT, dengan p value = 0,886 > 0,05

e. Hubungan Lama Kerja Per Hari dengan Kadar SGPT Tidak ada

hubungan yang signifikan antara lama kerja perhari dengan kadar

SGOT, dengan p value = 0,920 > 0,05

f. Hubungan Lama Kerja Per Hari dengan Kadar Gamma GT Tidak

ada hubungan yang signifikan antara lama kerja perhari dengan

kadar Gamma GT, dengan p value = 0,295 > 0,05

g. Hubungan Kadar Timbal dalam Darah dengan Kadar SGOT Tidak

ada hubungan yang signifikan antara lama kerja perhari dengan

kadar SGOT, dengan p value = 0,668 > 0,05

h. Hubungan Kadar Timbal dalam Darah dengan Kadar SGPT Tidak

ada hubungan yang signifikan antara lama kerja perhari dengan

kadar SGOT, dengan p value = 0,347 > 0,05

i. Hubungan Kadar Timbal dalam Darah dengan Kadar Gamma GT

Tidak ada hubungan yang signifikan antara lama kerja perhari

dengan kadar Gamma GT, dengan p value = 0,085 > 0,05

3. Chang et al (2013)

Pada penelitian Chang et al (2013) tidak dilakukan uji korelasi

sehingga hasilnya tidak dapat dibandingkan dengan penelitian

lainnya.
46

B. Pembahasan

Penyakit hati awalnya muncul dalam bentuk hati berlemak. Seiring

perkembangannya, ia memburuk menjadi hepatitis, sirosis hati, dan kanker

hati. Pelarut organik dapat merusak sel hati dan enzim transaminase pada

hati dapat digunakan untuk memantau kerusakan hati (Chang et al, 2013).

Mekanisme kerusakan hati yang diakibatkan oleh timbal adalah

timbal tingkat tertentu dapat menginduksi pembentukan radikal bebas dan

menurunkan kemampuan sistem antioksidan tubuh sehingga dengan

sendirinya akan terjadi stres oksidatif (Fidiyatun et al.,2013).

Berdasarkan hasil tabel 4.1 menunjukan rata-rata kadar timbal pada

masing-masing jurnal berada diatas ambang batas nilai rujukan Centers for

Disease Control and Prevention (2012) yaitu ≤ 10 (µg/dL). Namun pada

penelitian Chang et al (2013), rata-rata kadar timbal pada pekerja berada

dibawah ambang batas yang diperbolehkan. Hal ini dapat terjadi karena

faktor jumlah paparan pada masing-masing pekerja yang berbeda, serta

kemungkinan terpapar di luar lingkungan kerja seperti paparan timbal di

udara saat berkendara. Perbedaan kadar timbal pada pekerja juga dapat

terjadi karena mayoritas pekerja pada penelitian Fidyatun, et al (2013) dan

Fitra, et al (2015) tidak menggunakan APD sesuai standar.

Ion logam Pb yang ada di dalam darah diikat oleh eritrosit yang

dikirim ke jaringan lunak seperti sumsum tulang, sistem saraf, ginjal, dan

hati serta ke jaringan keras seperti tulang, kuku, rambut, dan gigi (Wiratama
47

et al., 2018). Kadar timbal yang berada diatas nilai ambang batas dapat

terakumulasi dalam tubuh dan dapat menyebabkan gangguan fungsi hati

yang dapat diketahui dengan pemeriksaan kadar SGOT, SGPT dan Gamma

GT dalam darah.

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan hasil rata-rata kadar SGOT

pada pekerja dimana dari hasil dua penelitian yaitu penelitian Fitra, et al

(2015) dan Chang, et al (2013) diperoleh rata-rata kadar SGOT yang masih

berada dalam nilai ambang batas rujukan. Sedangkan penelitian oleh

Fidyatun, et al (2013) diperoleh kadar SGOT yang lebih tinggi namun masih

dalam nilai ambang batas rujukan, hal ini dapat terjadi karena tingginya

kadar timbal dalam darah pekerja.

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan hasil rata-rata kadar SGPT pada

pekerja, hasil serupa dengan hasil pada tabel 4.2 yaitu dari hasil dua

penelitian rata-rata kadar SGPT berada dalam nilai ambang batas rujukan

sedangkan penelitian Fidyatun, et al (2013) hasil rata-rata kadar SGPT yang

lebih tinggi namun masih dalam nilai ambang batas rujukan. Berdasarkan

penelitian ini peningkatan nilai SGOT dan SGPT diduga terjadi karena

kadar timbal dalam darah yang melebihi batas normal yaitu ≥ 10µg/dL,

sehingga diduga pada pekerja yang terpapar timbal telah terjadi perubahan

nilai fungsi hati yaitu terjadi peningkatan SGOT dan SGPT.

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan adanya peningkatan kadar

Gamma GT pada pekerja namun masih dalam nilai ambang batas.

Peningkatan kadar gamma gt tersebut dapat terjadi karena timbal yang


48

terakumulasi terus-menerus dalam tubuh dan menyebabkan gangguan

fungsi hati yang ditandai dengan meningkatnya kadar gamma gt. Timbal

tidak hanya berdampak pada parameter SGOT saja, tetapi banyak parameter

lain yang menjadi abnormal karena timbal.

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan rata-rata usia pekerja diatas 35

tahun yaitu usia dewasa. Tabel tersebut menunjukkan usia termuda yaitu

usia 19 tahun dalam penelitian Fitra, et al (2015) dan usia tertua yaitu usia

60 tahun dalam penelitian Fidyatun, et al (2013). Sejalan dengan penelitian

(Ardillah, 2017) yang mengemukakan bahwa semakin tua seseorang akan

semakin tinggi pula konsentrasi timbal yang terakumulasi pada jaringan

tubuh. Tetapi, berbeda dengan penelitian Hasan et al (2013) menunjukkan

tidak ada korelasi antara usia terhadap kadar timbal dalam darah penarik

becak. Hal ini bisa disebabkan karena adanya faktor internal daya tahan

tubuh seseorang yang tidak diimbangi dengan intake gizi yang memadai dan

pola hidup yang sehat seperti kebiasaan merokok dan hal ini dapat terjadi

karena faktor jumlah paparan pada masing-masing pekerja berbeda-beda.

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan hasil rata-rata masa kerja yang

sangat berbeda jauh antara masing-masing penelitian. Masa kerja adalah

kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja di suatu tempat, dimana

masa kerja juga dapat mempengaruhi kadar toksisitas pada pekerja, semakin

lama bekerja maka paparan toksik yang didapat akan semakin besar, begitu

pula sebaliknya.(Fitra, et al 2015). Sejalan dengan penelitian Setyoningsih

et al (2016), semakin panjang masa kerja maka semakin bertambah jumlah


49

paparan timbal yang diterima, baik melalui inhalasi, ingesti maupun

absorbsi kulit. Jumlah paparan dapat meningkatkan akumulasi timbal dalam

tubuh.

Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan hasil rata-rata lama kerja yang

berada di atas diatas standar waktu yang telah ditentukan yaitu 8 jam perhari

yaitu penelitian yang dilakukan oleh Fidyatun, et al (2013) dan Chang, et al

(2013), sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Fitra, et al (2015) sudah

sesuai standar waktu kerja yang telah ditetapkan mengacu pada SNI 19-

0232-2005 standar ini memuat tentang Nilai Ambang Batas rata-rata

tertimbang waktu (Time Weighted Average) zat kimia di udara tempat

kerja, dimana terdapat tenaga kerja yang dapat terpapar zat kimia sehari-

hari selama tidak lebih dari 8 jam per hari atau 40 jam per minggu. Semakin

lama bekerja maka semakin banyak pula paparan timbal yang terabsorbsi ke

dalam tubuh, yang kemudian berakumulasi pada tingginya kadar timbal

dalam darah responden (Fitra, et al 2015).

Pada tabel 4.8 berdasarkan tiga penelitian yang membahas

hubungan antara kadar timbal dengan kejadian gangguan fungsi hati

menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan dari penelitian

Fidyatun, et al (2013). Hal ini dikarenakan hasil uji Chi-square diperoleh

nilai p = 0,002 yang artinya bahwa ada hubungan antara Kadar Pb dalam

Darah dengan Kejadian Gangguan Fungsi Hati (karena p value 0,002 <

0,05). Prevalence Ratio (PR) sebesar 1,8 yang berarti bahwa

peluang/kemungkinan terjadinya kejadian gangguan fungsi hati lebih besar


50

1,8 kali lebih tinggi pada responden yang kadar Pb dalam darahnya tidak

normal dibanding responden yang kadar Pb dalam darahnya normal, dengan

CI 95% (1,4 – 2,3) menunjukkan bahwa Kadar Pb dalam darah merupakan

faktor risiko kejadian gangguan fungsi hati. Seseorang yang mempunyai

kadar timbal dalam darah tidak normal mempunyai risiko 1,8 kali untuk

mengalami gangguan fungsi hati dibandingkan seseorang yang mempunyai

kadar timbal dalam darahnya rendah atau. Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan Goyal, T. et al (2020), dalam penelitian ini menyebutkan

hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Conterato pada pekerja industri

cat dan pekerja baterai, memperkirakan kadar timbal dan kadmium dalam

cat dan pekerja baterai, yang membandingkan kadar timbal individu yang

terpapar dengan individu yang tidak terpapar, dan hasilnya menyatakan

bahwa individu yang terpapar memiliki kadar timbal darah yang lebih tinggi

daripada individu yang tidak terpapar.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitra et al (2015),

hasil analisis hubungan kadar timbal dalam darah dengan kejadian

gangguan fungsi hati dengan uji chi-square juga didapatkan p-value 0, 660

yang berarti bahwa p-value > α (0,05) sehingga hipotesis penelitian ditolak.

Berdasarkan hasil penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara kadar timbal (Pb) dalam darah dengan kejadian gangguan fungsi hati

pada pekerja. Dalam hal ini diduga karena kemungkinan bukan paparan

timbal (Pb) yang menyebabkan adanya kejadian gangguan fungsi hati pada

pekerja pengecoran logam di CV. Sinar Baja Cemerlang Desa Bakalan,


51

Ceper Kabupaten Klaten, akan tetapi adanya faktor lain yang telah

menyebabkan timbulnya kejadian gangguan fungsi hati pada pekerja.

Kelemahan dalam penelitian ini yaitu dalam pembuktian gangguan fungsi

hati diperlemah dengan adanya pengukuran enzim hati secara cross

sectional, sementara sebelum terpapar timbal, tidak dilakukan pengukuran

kadar timbal dalam darah pada sampel, sehingga dalam penelitian ini

hubungan sebab akibat tidak dapat tergambarkan. Alasan lain yang dapat

diajukan adalah bahwa telah terjadi keabnormalan pada fungsi hati, akan

tetapi tidak terdeteksi melalui pengukuran enzim hati (SGOT dan SGPT)

pada pekerja yang memiliki tingkat paparan kronis timbal baik pada dosis

tinggi maupun dosis yang rendah, sehingga paparan timbal yang

ditunjukkan dengan kadar timbal dalam darah terhadap kejadian gangguan

fungsi hati tidak dapat digambarkan. Karena dalam penelitian ini lebih dari

80% responden mengalami kejadian gangguan fungsi hati, akan tetapi nilai

timbal dalam darahnya memiliki rentang yang tipis dan semua responden

memiliki nilai kadar timbal darah diatas nilai normal, sehingga nilai sebab

akibatnya tidak dapat digambarkan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Chang et al (2013), hasil

penelitian tersebut menunjukkan terjadi peningkatan kadar SGPT dan

Gamma GT pada pekerja dengan paparan timbal yang masih dibawah

ambang batas yang diperbolehkan. Pada level eksposur rendah, seperti

dalam penelitian ini, interaksi tidak terjadi atau secara toksikologis tidak

signifikan. Mengingat kemungkinan yang hampir tak terbatas kombinasi


52

bahan kimia yang terpapar pada pekerja. Dengan demikian dapat

diasumsikan bahwa toksisitas timbal dan pelarut organik terhadap hati

adalah aditif. Hasil penelitian ini tidak bisa dibandingkan dengan penelitian

sebelumnya. Namun, dalam penelitian ini, jika cara kerjanya sama stres

oksidatif dan di organ target yang sama, yaitu hati, maka itu masuk akal

untuk mengevaluasi batas paparan sebagai aditif.

Sejalan dengan penelitian laboratorium yang dilakukan oleh Agus

Supriyono et al, yang merupakan penelitian eksperimental laboratorik

dengan rancangan post test randomized control group design ini dilakukan

selama 14 hari dengan populasi penelitian ini adalah tikus putih jantan galur

wistar yang dikembangbiakan di Laboratorium Biologi Fakultas MIPA

Universitas Negeri Semarang (UNNES) sebanyak 25 ekor tikus putih jantan

galur wistar dibagi dalam 5 kelompok uji secara random berumur 2 bulan

dan berat badan 150-250 gram, dapat disimpulkan pemberian timbal (Pb)

peroral dalam dosis tertentu berpengaruh terhadap gambaran histopatologi

hepar tikus jantan galur wistar. Semakin tinggi dosis timbal yang diberikan,

semakin menimbulkan gambaran histopatologi kerusakan sel hepar tikus

yang bermakna. Kelemahan dari penelitian ini adalah kurang lamanya

waktu penelitian sehingga didapat hasil yang tidak signifikan pada

kelompok 2, 3, dan 4, selain itu terdapat hasil yang mencolok pada

pemberian timbal dosis 10 mg/hari.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian studi literatur dengan menganalisis

beberapa jurnal referensi dengan topik serupa yaitu hubungan kadar timbal

dalam darah dengan kejadian gangguan fungsi hati, dapat disimpulkan

bahwa :

1. Rata-rata kadar timbal dalam darah pekerja berada diatas nilai ambang

batas yang diperbolehkan dengan nilai rujukan yang digunakan CDC,

yaitu ≤ 10 (µg/dL).

2. Terjadi peningkatan kadar SGOT, SGPT, dan Gamma GT pada pekerja

dengan Prevalence Ratio (PR) sebesar 1,8 yang berarti bahwa

peluang/kemungkinan terjadinya kejadian gangguan fungsi hati lebih

besar 1,8 kali lebih tinggi.

3. Terdapat hubungan antara kadar timbal dalam darah dengan kejadian

gangguan fungsi hati dengan nilai p value 0,002 < 0,05), hal ini

dikarenakan paparan timbal pada tingkat tertentu dapat menginduksi

pembentukan radikal bebas dan menurunkan kemampuan sistem

antioksidan tubuh sehingga dengan sendirinya akan terjadi stres

oksidatif.

4. Tingginya kadar timbal dalam darah juga dipengaruhi oleh beberapa

faktor lain, seperti masa kerja dan kebiasaan mengonsumsi alkohol.

53
54

B. Saran

1. Bagi Peneliti selanjutnya

a. Diperlukan penelitian laboratorium baru mengenai hubungan kadar

timbal dalam darah dengan kejadian gangguan fungsi hati.

b. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan memperhatikan faktor

riwayat penyakit responden dan kebiasaan mengonsumsi alkohol

karena akan menjadi bias dalam analisis.

2. Bagi Pekerja

a. Untuk menggunakan APD lengkap ketika bekerja untuk

menurunkan resiko terjadinya paparan timbal kepada tubuh akibat

pekerjaannya.

b. Pekerja diharapkan selalu menjaga kebersihannya, seperti selalu

mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja.


DAFTAR PUSTAKA

Adiwijayanti, B. R. 2015. Hubungan Karakteristik Individu Terhadap Kadar


Timbal dalam Darah dan Dampaknya pada Kadar Hemoglobin Pekerja
Percetakan di Kawasan Mega Mall Ciputat Tahun 2015. Skripsi Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan.
Amalia, R. 2016. Analisis Hubungan Kadar Timbal (Pb), Zinc Protoporphyrin dan
Besi (Fe) dalam Sampel Darah Operator SPBU di Kota Semarang.
Ardillah, Y. 2016. Risk Factors of Blood Lead Level. Jurnal Ilmu Kesehatan
Masyarakat, 7(3), 150–155.
Azizah, L. D. F. dan R. 2015. Karakteristik, kadar timbal (pb) dalam darah, dan
hipertensi pekerja. Kesehatan Lingkungan, 8(1), 93–102.
Chang, W.-J., Joe, K.-T., Park, H.-Y., Jeong, J.-D., & Lee, D.-H. 2013. The
Relationship of Liver Function Tests to Mixed Exposure to Lead and Organic
Solvents. Annals of Occupational and Environmental Medicine, 25(1), 5.
Djunaidi, C. 2007. Atomic absorption spectroscopy. Studi Interferensi Pada Aas,
637–665.
Fidiyatun, Setiani, O., & Suhartono. 2013. Hubungan Kadar Pb dalam Darah
dengan Kejadian Gangguan Fungsi Hati pada Pekerja Peleburan Timah Hitam
di Kabupaten Tegal The Association between Blood Lead Level and liver
disfunction on exposed lead workers in Tegal District. Jurnal Kesehatan
Lingkungan Indonesia, 12(2), 149–153.
Gillis, B. S., Arbieva, Z., & Gavin, I. M. 2012. Analysis of lead toxicity in human
cells. BMC Genomics, 13(1).
Gurer, H., & Ercal, N. 2000. Can antioxidants be beneficial in the treatment of lead
poisoning? Free Radical Biology and Medicine, 29(10), 927–945.
Gusnita, D. 2012. Pencemaran Logam Erat Timbal (Pb) Di Udara Dan Upaya
Penghapusan Bensin Bertimbal. Berita Dirgantara, 13(3), 95–101.
Hasan, W., Matondang, A. R., Syahrin, A., & Wahyuni, C. U. 2013. Artikel
Penelitian 164 Pengaruh Jenis Kelamin dan Kebiasaan Merokok terhadap
Kadar Timbal Darah. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, (21).
IGA Tari Diva Pradnya Dewi, Nyoman Mastra, I. W. M. 2016. Kadar Serum
Glutamate Piruvat Transaminase Pecandu Minuman Keras Di Banjar
Ambengan Desa Sayan Ubud Gianyar 3. 4(3), 82–93.
Minarti, F. A., Setiani, O., & Joko, T. 2015. Hubungan Paparan Timbal dengan
Kejadian Gangguan Fungsi Hati Pada Pekerja Pengecoran Logam di CV. Sinar

55
56

Baja Cemerlang Desa Bakalan, Ceper Kabupaten Klaten. 14(1), 1–6.


Noriyanti, T. 2012. Analisis Kalsium, Kadmium dan Timbal pada Susu Sapi Secara
Spektrofotometri Serapan Atom. Skripsi Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam.
Pahlawan, S. D., & Keman, S. 2014. Korelasi Kadar Plumbum Darah Dengan
Kadar Hemoglobin Dan Hematokrit. Jurnal Departemen Kesehatan
Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Surabaya, Vol 7 No 2, 159–165.
Purnawan. 2012. Pemanfaatan Limbah Slag Daur Ulang Aki Bekas. November,
279–283.
Rosida, A. 2016. Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Hati. Berkala Kedokteran,
12(1), 123.
Sardini, S. 2007. Penentuan Aktivitas Enzim GOT dan GPT dalam Serum dengan
Metode Reaksi Kinetik Enzimatik Sesuai IFCC (International Federation of
Clinical Chemistry and Laboratory Medicine). Prosiding Pertemuan Dan
Presentasi Ilmiah Fungsional Pengembangan Teknologi Nuklir I, (310), 91–
106.
Sari, B. T., & Lubis, B. 2014. Hubungan antara keracunan timbal dengan anemia
defisiensi besi pada anak. The Journal of Medical School, University of
Sumatera Utara, 47(3), 164–167.
Setiono, I. 2015. Akumulator, Pemakaian Dan Perawatannya. Metana - Media
Komunikasi Rekayasa Proses Dan Teknologi Tepat Guna, 11(01).
Sulistyowati, D. 2019. Korelasi antara kadar timbal dalam darah dengan jumlah
retikulosit pada pekerja cat oplosan skripsi.
Suprijono, A., Chodidjah, & Banun, S. 2010. Pengaruh Pemberian Timbal (Pb) Per
Oral Terhadap Gambaran Histopatologi Hepar. 1–12.
Syifa, R. M. (n.d.). Korelasi Antara Kadar Timbal dalam Darah dengan Kadar
Hemoglobin pada Pekerja Cat Duco di Wilayah Salemba, Jkarta Pusat Tahun
2018. Skripsi.
Takwa, A., Bujawati, E., Mallapiang, F., Com, K., Masyarakat, J. K., Islam, U., &
Alauddin, N. 2017. Gambaran Kadar Timbal Dalam Urin dan Kejadian
Gingival Lead Line Pada Gusi Anak Jalanan Di Flyover Jl. AP. Pettarani.
Higiene, 3(2).
Wiratama, S., Sitorus, S., Kartika Jurusan Kimia, R., Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, F., Mulawarman Jalan Barong Tongkok, U., & Gn Kelua,
K. 2018. Studi Bioakumulasi Ion Logam Pb Dalam Rambut Dan Darah
Operator Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum, Jalan Sentosa, Samarinda.
Jurnal Atomik, 03(1), 1–8.
Lampiran 1 Pernyataan Keaslian Tulisan

57
58

Lampiran 2 Lembar Bimbingan


59
60
61

Anda mungkin juga menyukai