Anda di halaman 1dari 7

Berikut Format Laporan PK

I. Prosedur (gambarkan)

II. Interpretasi Hasil

III. Tinjauan Pustaka (min. 3 lembar)

IV. Kesimpulan dan Saran

Daftar Pustaka

Cat:

Laporan di kumpul 1 minggu setelah prak

Referensi: min 3 buku(10thn terakhir) 2 jurnal (5thn terakhir)

LAPORAN DI TULIS TANGAN MENGGUNAKAN TINTA BIRU, setelah itu di scan dan
dikumpulkan dalam bentuk word

- Bilirubin Serum
- Bilirubin Urin
- Transminase
- HBsAg
Laporan Pemeriksan Bilirubin Serum
BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

Penetapan kadar bilirubin ditetapkan berdasarkan metode Jendrassik & Grof (1938)
menggunakan alat autoanalyzer spectrophotometer dengan prinsip bilirubin akan membentuk
senyawa azo berwarna merah dalam larutan alkali dengan adanya garam diazonium asam
sulfonat (panjang gelombang 546 nm). Prosedur kerja pemeriksaan bilirubin total adalah
campurkan 40 μl reagen nitrit total dengan 1000 µL reagen bilirubin total kemudian tambahkan
100 µL serum, inkubasi campuran selama 10 - 30 menit pada suhu kamar lalu ukur pada
panjang gelombang 546 nm. Prosedur kerja untuk pemeriksaan bilirubin direct adalah
campurkan 40 μl reagen nitrit direct dengan 1000 µL reagen bilirubin direct kemudian
tambahkan 100 µL serum, inkubasi campuran selama 10 - 30 menit pada suhu kamar lalu ukur
pada panjang gelombang 546 nm.

Total Bilirubin = Bilirubin Direct + Bilirubin Indirect

Nilai kadar bilirubin normal menurut Kemenkes RI (2011) adalah bilirubin total sebesar ≤
1,4 mg/dL, bilirubin direct sebesar ≤ 0,4 mg/dL dan untuk kadar bilirubin indirect sebesar ≤ 1,0
mg/dL. Hasil penurunan nilai bilirubin yang didapat ini sejalan dengan penelitian sebelumnya
bahwa, ekstrak kelopak bunga rosella memiliki efek hepatoprotektif dengan menurunkan
aktivitas bilirubin.

Azizah, N., Darmawan, E., Nurani, R. 2017. Efek Kapsul Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus
sabdariffa L.) terhadap Kadar Bilirubin Sukarelawan Sehat. Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian
Indonesia Vol. 4(1). Viewed on 25 Desember 2020. From https://sholar.google.ac.id

Pemeriksaan bilirubin total merupakan salah satu pemeriksaan laboratorium untuk


mengetahui fungsi hati dan saluran empedu, gangguan fungsi hati dapat ditunjukan adanya
anemia hemolitik, sirosis hati, hepatitis, dan karsinoma hepatitis pada keadaan ini ditandai
tingginya kadar bilirubin dalam serum. Fungsi hati dan saluran empedu yang baik dapat
menghasilkan kadar bilirubin total normal.

Dalam suatu pemeriksaan bilirubin total, sampel akan selalu berbubungan langsung
dengan faktor luar. Hal ini erat sekali terhadap kestabilan kadar sampel yang akan diperiksa,
sehingga dalam pemeriksaan tersebut harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
stabilitas kadar bilirubin total dalam serum diantaranya cahaya. Stabilitas bilirubin dalam serum
tidak stabil dan mudah terjadi kerusakan terutama oleh cahaya, baik cahaya lampu ataupun
cahaya matahari. Serum atau plasma heparin boleh digunakan, hindari sampel yang hemolisis
dan cahaya matahari langsung. cahaya matahari langsung dapat menyebabkan penurunan
kadar bilirubin serum sampai 50% dalam satu jam, dan pengukuran bilirubin total hendaknya
dikerjakan dalam waktu dua hingga tiga jam setelah pengumpulan darah. Bila dilakukan
penyimpanan serum hendaknya disimpan di tempat yang gelap, dan tabung atau botol yang
berisi serum di bungkus dengan kertas hitam atau alumunium foil untuk menjaga stabilitas
serum dan disimpan pada suhu yang rendah atau lemari pendingin.

Kandungan cahaya matahari atau lampu yang dapat memberikan pengaruh berupa
menurunkan kadar bilirubin adalah sinar biru, hal ini diawali bilirubin menyerap energi cahaya
dalam bentuk kalor, yang melalui fotoisomerasi mengubah bilirubin bebas yang bersifat toksik
menjadi isomer-isomernya yaitu terjadi reaksi kimia. Sinar biru yang merupakan kandungan
dalam sinar matahari atau lampu tersebut dapat mengikat bilirubin bebas sehingga mengubah
sifat molekul bilirubin bebas yang semula terikat dalam lemak yang sukar larut dalam air di
ubah menjadi larut dalam air, sehingga mengurangi kosentrasi bilirubin dalam serum.

Berdasarkan teori Carl.E.Speicher stabilitas bilirubin dalam serum tidak stabil dan
mudah terjadi kerusakan terutama oleh cahaya, baik cahaya lampu ataupun cahaya matahari.
Serum atau plasma heparin boleh digunakan, hindari sampel yang hemolisis dan cahaya
matahari langsung. cahaya matahari langsung dapat menyebabkan penurunan kadar bilirubin
serum sampai 50% dalam satu jam bilirubin total serum yang mengalami penundaan selama 1
jam dapat menurunkan kadar sebesar 50 %, tapi berdasarkan penelitian dalam waktu 3 jam
penurunan kadar bilirubin hanya sebesar 25 %, hal ini dapat disimpulkan bahwa jika hanya
lampu cahaya penurunan kadar bilirubin sebesar 25 %, sedangkan bnyak hal yang juga dapat
mempengaruhi penurunan kadar bilirubin selain cahaya lampu.

PENGARUH LAMANYA PENCAHAYAAN TERHADAP KADAR BILIRUBIN TOTAL METODE KOLORIMETRIC


DIAZO Fadhilah, F., Sari, A., Muhammad, F. 2019. JURNAL ANALIS KESEHATAN KLINIKAL SAINS.
Vol. 7(1). Viewed on 25 Desember 2020. From http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/klinikal

Bilirubin merupakan pigmen kristal, bentuk akhir dari pemecahan hasil katabolisme
melalui proses reaksi oksidasi-reduksi. Hiperbilirubinemia mempunyai makna terjadinya
peningkatan kadar bilirubin dalam darah, ini bisa berupa peningkatan kadar bilirubin tidak
terkonjugasi, maupun bilirubin yang terkonjugasi. Pada penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh Pontoh et al. 2016 menunjukkan bahwa terdapat 15 pasien TB Paru yang
mengalami peningkatan kadar bilirubin serum total yang sedang menjalani pengobatan OAT.

Firdayanti, Fusvita, A., Umar, A. 2019. Gambaran Kadar Bilirubin Total pada Penderita Tuberkulosis Paru
dengan Terapi Obat Anti Tuberkulosis (Oat) di Puskesmas Poasia Kota Kendari. Jurnal Kesehatan
Vokasional. Vol. 4(3). Viewed on 25 Desember 2020. From
https://doi.org/10.22146/jkesvo.44487

Bilirubin adalah produk penguraian heme. Sebagian besar (85—90%) teriadi


dari penguraian hemoglobin dan sebagian kecil (10—15%) dari Senyawa lain seperti
mioglobin. Sel retikuloendotel menyerap kompleks haptoglobin dengan hemoglobin yang
telah dibebaskan dari sel darah merah. Sel-sel ini kemudian mengeluarkan besi dari heme
sebagai cadangan untuk sintesis produk penguraian heme. Sebagian besar (85—90%)
teriadi dari penguraian hemoglobin dan sebagian kecil (10—15%) dari Senyawa lain
seperti mioglobin. Sel retikuloendotel menyerap kompleks haptoglobin dengan
hemoglobin yang telah dibebaskan dari sel darah merah. Sel-sel ini kemudian
mengeluarkan besi dari heme sebagai cadangan untuk sintesis berikutnya dan
memutuskan cincin heme untuk menghasilkan tertapirol bilirubin, yang disekresikan
dalam bentuk yang tidak larut dalam air (bilirubin tak terkonjugasi, indirek). Karena
ketidaklarutan ini, bilirubin dalam plasma terikat ke albumin untuk diangkut dalam
medium air. Sewaktu zat ini beredar dalam tubuh dan melewati lobulus hati, hepatosit
melepas bilirubin dari albumin dan menyebabkan larutnya air dengan mengikat bilirubin
ke asam glukoronat (bilirubin terkonjugasi, direk). Dalam bentuk glukoronida
terkonjugasi, bilirubin yang larut tersebut masuk ke sistem empedu untuk diekskresikan.
Saat masuk ke dalam ust1S, bilirubin diuraikan Oleh bakteri kolon menjadi urobilinogen.
Urobilinogen dapat diubah menjadi sterkobilin dan diekskresikan sebagai feses. Sebagian
urobilinogen direabsorsi dari melalui jalur enterohepatik, dan darah porta membawanya
kembali ke hati. Urobilinogen didaur ulang ini umumnya diekskresikan ke dalam empedu
untuk kembali dialirkan ke usus, tetapi sebagian dibawa oleh sirkulasi sistemik ke ginjal,
tempat zat ini diekskresikan sebagai senyawa larut air bersama urin
Pada dewasa normal level serum bilirubin < 1 mg/dl. Ikterus akan muncul pada
dewasa bila serum bilirubin > 2 mg/dl dan pada bayi yang baru lahir akan muncul ikterus
bila kadarnya > 7 mg/dl. Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh pembentukan
bilirubin yang melebihi kemampuan hati normal untuk ekskresikannya atau disebabkan
oleh kegagalan hati (karena rusak) untuk mengekskresikan bilirubin yang dihasilkan
dalarn jumlah normal. Tanpa adanya kerusakan hati, obstruksi saluran ekskresi hati iuga
akan menyebabkan hiperbilirubinemia. Pada semua keadaan ini, bilirubin tertimbun di
dalam darah dan iika konsentrasinya mencapai nilai tertentu (sekitar 2—2,5 mg/dl),
Senyawa ini akan berdifusi ke dalam jaringan yang kemudian menjadi kuning. Keadaan
ini disebut ikterus atau jaundice.
Bilirubin ada dalam cairan tubuh dalam proporsi sesuai kandungan
albuminnya dan tidak ada pada sekresi sesungguhnya. Gambaran ikterus juga
dipengaruhi oleh aliran darah dan edema, dengan ekstremitas yang mengalami paralisis
dan area edematosa cenderung tetap tidak berwarna.
METABOLISME BILIRUBIN DALAM HEPARH, hepar mempunyai peranan sentral
dalam metabolism pigmen Proses ini dibagi meniadi 3 fase yang berbeda; l) Ambilan hepatik 2)
Koniugasi 3) Ekskresi ke dalam empedu. Di antar ketiga fase ini, ekskresi merupakan tahapan
yang membatasi kecepatan metabolism dan salah satu proses yang paling rentan terhadap
gangguan.
1. Ambilan. Bilirubin tidak terkoniugasi terikat albumin akan dibawa ke sel hepar tempat
kompleks berdisosiasi dan bilirubin nonpolar memasuki hepatosit. Proses ambilan dan
penyimpanan bilirubin selanjutnya dalam hepatosit melalui pengikatan bilirubin pada protein
pengikat anion sitoplasmik khususnya igandin yang mencegah aliran bilirubin masuk dalam
plasma.
2. Koniugasi. Bilirubin tidak terkonjugasi meru pakan bilirubin yang tidak larut dalam air kecuali
terikat albumin. Bilirubin harus dikonversikan meniadi derivate larut air sebelum diekskresikan.
proses ini dilaksanakan oleh koniugasi bilirubin pada asam glukoronat hingga terbentuk bilirubin
glukoronid. Reaksi konjugasi terjadi pada RES hepatosit dan dikatalis oleh enxim dalam reaksi
dua tahap.
3. Ekskresi. Pada keadaan normal, hanya bilirubin terkonjugasi yang dapat diekskresikan.
Meskipun keseluruhan prosis belum dipahami, ekskresi bilirubin merupakan proses yang terbatas
pada membrane kanalikularis. Gangguan ekskresi menyebabkan penurunan konsentrasi bilirubin
dan regurgitasi bilirubin terkonjugasi yang teriadi secara bersamaan.
Fase Intestinal Metabolisme Bilirubin. Setelah disekresikan ke dalam empedu, bilirubin
terkonjugasi kana diangkut lewat saluran bilier ke duodenum. Bilirubin terkoniugasi tidak
diabsorpsi kembali oleh mukosa usis, Jenis ini akan dieksresikan tanpa perubahan ke tinja atau
dimetabolis Oleh bakteri meniadi urobilinogen. robilinogen dapat diserap kembali dari usus
halus dan sebagian diambil hepar dan dieksresikan kembali ke dalam empedu dan sisanya akan
memintas hepar serta diekskresi ginial. Dalam kondisi normal, eksresi tiap hari ke urin tidak
melebihi 4 mg. Bila ambilan terganggu atau produksi biluribun meningkat besar, eksresi tiap hari
ke air kemih akan meningkat bermakna. Kolestasis atau obstruksi bilier akan mengganggu fase
intestinal sehingga menimbulkan penurunan_ Dengan demikian, pengukuran kadar urobilinogen
dapat dijadikan alat untuk membedakan penyebab hiperbilirubinemia.

Sutjahjo, A. 2015. Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Airlangga University Press

Hiperbilirubinemia adalah berlebihnya kadar bilirubin dalam darah lebih dari 10 pada
minggu per-tama yang mengakibatkan jaundice. warna kuning yang terlihat jelas pada kulit.
mukosa. sklera dan urin, serta organ lain. sedangkan pada bayi normal kadar bilirubin serum
totalnya 5mg%. Hiperbilirubinemia dapat disebabkan Oleh berrnacam- macam keadaan.
Penyebab yang tersering ditemukan disini adalah hemolisis yang timbul akibat inkompatibilitas
golongan darah ABO atau defisiemsi enzim G6PD. Hemolisis ini dapat timbul karena adanya
perdarahan tertutup (sefal hematoma, perdarahan subaponeoratik) atau inkompatilibitas golongan
darah Rh. Infeksi memegang peranan penting dakam terjadinya hiperbilirubinemia: keadaan ini
terutama terjadi pada penderita sepsis dan gastroenteritis.
Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan
gangguan konjugasi hepar (detisiensi enzim glukoronil transferase) atau bayi yang menderita
gangguan eksresi, misalnya penderita hepatitis neonatal atau sumbatan saluran empedu intra atau
ekstra hepatik.

Sembiring, J. 2019. Asuhan Neonatus : Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah. Yogyakarta : Deepublish
Publisher

Bilirubin merupakan pigmen kuning yang dihasilkan dan pemecahan hemoglobin (Hb) di
hati. Bilirubin dikeluarkan lewat empedu dan di buang melalui feses. Bilirubin ditemukan di
darah dalam dua bentuk, yajtu bilirubin direk dan bilirubin indirek. Bilirubin direk larut dalarn
air dan dapat dikeluarkan melalui urin. Sementara bilirubin indirek tidak larut dalanl air dan
terikat pada albumin. Bilirubin total merupakan penjumlahan bilirubin direk dan indirek.
Peningkatan bilirubin indirek jarang terjadi pada hati. Sebaliknya bilirubin direk vang meningkat
hampir selalu menunjukkan adanya penvakit pada hati dan atau saluran empedu. Adapun nilai
normal untuk masing-masing pemeriksaan :

a. Bilirubin total : 2-20 mmol/L


b. Bilirubin direk (terkonjugasi) : 1,7-5,1 mmol/L
c. Bilirubin indirek : 1,7-17,1 mmol/L

Sari, W., Indrawati, L., Djing, D. 2008. Care Your Self Hepatits: Pencegahan dan Pengobatan
Diri Sendiri. Depok : Penebar Plus+
BAB 4
Kesmpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
A. Bilirubin merupakan pigmen kuning yang dihasilkan dan pemecahan hemoglobin (Hb) di
hati.
B. Penetapan kadar bilirubin ditetapkan berdasarkan metode Jendrassik & Grof
C. Nilai kadar bilirubin normal bilirubin total = ≤ 1,4 mg/dL, bilirubin direct = ≤ 0,4 mg/dL dan
untuk kadar bilirubin indirect =≤ 1,0 mg/dL.
D. Pemeriksaan bilirubin total merupakan salah satu pemeriksaan laboratorium untuk
mengetahui fungsi hati dan saluran empedu, gangguan fungsi hati dapat ditunjukan
adanya anemia hemolitik, sirosis hati, hepatitis, dan karsinoma hepatitis pada
keadaan ini ditandai tingginya kadar bilirubin dalam serum.
E. Hiperbilirubinemia adalah berlebihnya kadar bilirubin dalam darah lebih dari 10 pada minggu
per-tama yang mengakibatkan jaundice.
F. Berdasarkan teori Carl.E.Speicher stabilitas bilirubin dalam serum tidak stabil dan mudah
terjadi kerusakan terutama oleh cahaya, baik cahaya lampu ataupun cahaya
matahari. Serum atau plasma heparin boleh digunakan, hindari sampel yang
hemolisis dan cahaya matahari langsung.

4.2 Saran
Saran saya untuk depertemen Patologi Klinik adalah semoga untuk praktikum kedepannya
dapat dilaksanakan secara offline, mengginggat saat pandemic saat ini jaringan
yang kurangstabil ketika praktikum menjadi salah satu faktor yang mengganggu
untuk pelaksanaan praktikum

Anda mungkin juga menyukai