Anda di halaman 1dari 3

Pembahasan

Pada percobaan kali ini dilakukan pemeriksaan fungsi hati melalui tes bilirubin total
dan bilirubin direct. Heme memiliki besi yang dapat kembali masuk ke darah untuk digunakan
kembali dan tetrafirol yang akan didegradasi menjadi urobilirubin yang nantinya akan di uji.
Bilirubin dapat digunakan sebagai parameter pemeriksaan fungsi hati karena bilirubin
merupakan hasil pemecahan heme dari sel darah yang mengalami konjugasi di hati dengan
asam glukoronat dengan bantuan enzim uridyl diphospate glucoronyl transaminase (UDGPT)
sehingga menjadi bilirubin-glukoronat yang lebih larut air ( bilirubin direct ) dan akan
dieksresikan ke empedu untuk mengemulsikan lemak di usus. Apabila ada gangguan fungsi
hati, jumlah bilirubin indirect ( hasil pemecahan heme ) akan banyak di darah, sedangkan
jumlah dibirubin direct dikit terbentuk. Prinsip yang digunakan pada percobaan ini adalah
metode Peralman & Lee. Prinsip reaksi Peralman & Lee adalah sebagai berikut

Bilirubin-Albumin + Surfaktan Bilirubin bebas + Albumin

Asam Sulfanilat + Natrium nitrit p-diazobenzensulfonat

p-diazobenzensulfonat + bilirubin azobilirubin

Bilirubin didalam plasma tidak larut air karena berikatan dengan albumin. Penggunaan
surfaktan pada reaksi tersebut berfungsi sebagai akselelator untuk menghilangkan ikatan
bilirubin-albumin sehingga dihasilkan bilirubin yang bebas yang larut air dan dapat beraksi.
Sedangkan penambahan asam sulfanilat berfungsi untuk memberikan suasana asam untuk
membantu pembentukan kompleks warna. Natrium nitrit juga digunakan sebagai dapar pH
pada reaksi diazotasi untuk mempertahankan suasan asam yang akan menghasilkan p-
diazobenzensulfonat, dimana senyawa tersebut merupakan zat kromogen. Kromogen
merupakan suatu gugus fungsi senyawa kimiawi yang dapat membentuk senyawa berwarna
bila bereaksi dengan senyawa tertentu. Kromogen membentuk warna agar dapat dilihat
dibawah spektrofotometri UV. Setelah itu akan direaksikan dengan bilirubin yang akan
mengubah bilirubin menjadi azobilirubin. Pada pengukuran bilirubin dewasa, bilirubin harus
dirubah menjadi azobilirubin karena pada kandungan serum selain bilirubin terdapat juga
kandungan lain seperti karoten, xantofil, dan hemoglobin yang dapat mengganggu absorbansi.
Digunakan sampel berupa serum karena bilirubin ditransportasikan didalam serum yang mana
serum tidak mengandung antikoagulan.
Senyawa azobilirubin yang terbentuk kemudian diukur intensitasnya menggunakan
spektrofotometer UV pada panjang gelombang 546 nm. Panjang gelombang 546 nm digunakan
karena sesuai dengan kadar bilirubin dalam sampel. Keuntungan pengukuran dengan
menggunakan spektrofotometer UV yaitu mempunyai sensitivitas yang relatif tinggi,
pengerjaan yang mudah sehingga pengukuran yang dilakukan cepat, dan mempunyai
spesifisitas yang cukup tinggi. Spesipisitas diperoleh dengan mereaksikan sampel yang
diperiksa dengan pereaksi yang sesuai, kemudian membentuk warna yang berbeda, atau dengan
pemisahan analitis menjadi reaksi pembentukan warna.

Pada pecobaan ini dilakukan pengujian terhadap kadar bilirubin total dan bilirubin
terkonjugasi (direct). Pada pengujian dibuat blanko dan uji, blanko berfungsi sebagai standar
dimana hal ini digunakan sebagai pembanding. Pada blanko tidak ditambahkan natrium nitrit
karena tidak diharapakan terjadinya reaksi diazotasi. Sedangkan pada uji ditambahkan karena
diharapkan terjadi reaksi diazotasi. Pada pegujian bilirubin total setelah dimasukkan serum,
akselelator dan reagen diazo kemudian diinkubasi pada suhu ruang (25oC) selama 10 menit
kemudian diukur absorbansi pada panjang gelombang 546 nm. Sedangkan pada pengujian
bilirubin direct inkubasi hanya dilakukan selama 5 menit, hal ini dilakukan karena pada
pemeriksaan bilirubin total diperlukan waktu agar surfaktan dapat memisahkan ikatan antara
bilirubin-albumin agar menjadi bilirubin bebas, sedangkan pada pengujian bilirubin
terkonjugasi tidak diperlukan pemisahan bilirubin-albumin.

Setelah dilakukan tes terhadap pengujian bilirubin total dan terkonjugasi (direct) dilihat
nilai rata-rata absorbansi bilirubin tes tersebut. Dari rata-rata absorbansi bilirubin tes ( bilirubin
total dan terkonjugasi) tersebut, kemudian dilakukan perhitungan dengan faktor, dimana faktor
bilirubin total adalah 45 sedangkan faktor untuk bilirubin terkonjugasi ( direct) adalah 5. Faktor
tersebut didapat dari perhitungan yang telah dilakukan oleh pihak pabrik yang memproduksi
bahan baku percobaan kali ini. Setelah dilakukan perhitungan dengan faktor, maka didapatlah
kadar bilirubin total sebesar 1,485 mg/dl dan bilirubin terkonjugasi (direct) sebesar 0,12 mg/dl.
Bilirubin indirect tidak di uji secara langsung, tetapi bilirubin indirect diperhitungkan dari
selisih antara bilirubin total dan bilirubin direct. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, serum
uji (larutan tes) memiliki kadar bilirubin total diatas normal karena berada diluar rentang kadar
normal yaitu 0,1 – 1,2 mg/dl dan kadar bilirubin terkonjugasi yang normal karena berada dalam
rentang yaitu < 0,2 mg/dl. Kadar bilirubin uji yang tidak berada pada rentang normalnya dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Kesalahan pada saat praktikum, misalnya saja kesalahan pada saat memegang tabung
reaksi sehingga suhu tubuh dapat merusak bilirubin uji.
2. Terjadi hemolisis pada sampel darah.
3. Sampel darah yang terpapar sinar lampu yang terlalu terang.
4. Obat-oabtan tertentu dapat meniakkan atau menurunkan kadar bilirubin.
5. Beberapa makanan misalnya wortel dan lain-lain.
6. Gaya hidup yang kurang teratur/ tidak sehat.

Kesimpulan

Dari hasil praktikum diperoleh hasil yaitu:

Pemeriksaan bilirubin total hasilnya yaitu 1,485 mg/dl sehingga dikatakan tidak normal karena
berada diluar rentang normal, sedangkan bilirubin direct 0,12 mg/dl sehingga dikatakan normal
karena berada pada rentang normal

Anda mungkin juga menyukai