Anda di halaman 1dari 59

BETA BLOCKERS

BETA BLOCKERS + SSRIS


Fluoxetine menghambat sitokrom P450 isoenzim CYP2D6 → me↑ serum pindolol dan carvedilol (kurang signifikan secara klinik).
Fluvoxamine menghambat propranolol melalui CYP1A2 → me↑ kadar propranolol, tdk atenolol, sotalol (kurang berpotensi).
Paroxetine, Citalopram and escitalopram menghambat sitokrom P450 isoenzim CYP2D6 → me↑ kadar propranolol, metoprolol,
carvedilol .
paroxetine + metoprolol untuk gagal jantung → hindari.
metoprolol + fluoxetine; propranolol + fluoxetine / fluvoxamine → lethargy dan bradycardia.
beta blockers + fluoxetine, fluvoxamine → hati hati; hindari beta blocker (spt.atenolol) ; sertraline dan escitalopram (alternatif).
fluoxetine tunggal → bradikardi (jarang) → ganti beta bloker.
Sertraline tidak berinteraksi dengan atenolol.
Indeks terapi metoprolol sempit → hati hati, adjustment dosis escitalopram (Inggris).

waktu paruh dan metabolitnya panjang fluoxetine→ efek interaksi tetap ada beberapa hari setelah fluoxetine dihentikan.
Pindolol me↑ efek antidepresan fluoxetine melalui efek antagonis pada reseptor 5-HT1A → menguntungkan untuk pengobatan depresi
pada beberapa pasien.
BETA BLOCKERS + ASPIRIN OR NSAIDS
Sebagian besar NSAIDs me↑ TD pada pasien yang menggunakan antihipertensi (secara klinis tidak relevan)
indometacin menghambat sintesis dan pelepasan prostaglandin (PGA and PGE) yang mendilatasi arteri perifer → me↓ efek
beta bloker (juga piroksikam, Ibuprofen and naproxen)
keempat obat tersebut me↓ aktivitas renin plasma dan konsentrasi aldosterone → ?
Biasanya diclofenac, imidazole salicylate, oxaprozin, tenoxicam dan sulindac tidak berinteraksi.
Aspirin dosis ganda, dosis tinggi dan rendah tidak mengurangi efek beta bloker (satu studi : dosis tinggi tunggal aspirin
melawan efek beta bloker i.v.
aspirin mengurangi efek carvedilol pada gagal jantung.
Celecoxib (tidak rofecoxib) menghambat metabolisme metoprolol oleh sitokrom P450 isoenzim CYP2D6.
Efek NSAID lebih terlihat pada lansia dan seorang dengan asupan garam tinggi.

→ Jaga penggunaan NSAID pada hipertensi.


→ studi lebih lanjut.
BETA BLOCKERS + METOCLOPRAMIDE

Metoklopramida me↑ kecepatan absorpsi propranolol konvensional (tidak sediaan


lepas lambat).
metoklopramid intravena → bradikardia atau blok jantung dan hipotensi.
labetalol memperburuk efek metoklopramid → pe↓ kontraktilitas ventrikel karena
efek beta-adrenergik dan membatasi kompensasi vasokonstriksi karena efek alpha-
adrenergik; mungkin juga karena toksisitas anestesi local dan bukan interaksi obat.
BETA BLOCKERS + PHENYLPROPANOLAMINE

Beta blockers + dosis tunggal phenylpropanolamine → pe↑ sedikit TD.


1 pasien : oxprenolol, methyldopa + phenylpropanolamine → pe↑ sedikit TD.
Propranolol + phenylpropanolamine → mengurangi pe↑ TD.
BETA BLOCKERS + TOBACCO ± COFFEE AND
TEA
Nikotin mengurangi oksigen yang dibawa darah; menstimulasi enzim hati untuk beta bloker
(spt propranolol); kafein menstimulasi pelepasan katekolamin (spt. Adrenalin) ke darah →
iskemia miokardial parah, pe↑ kecepatan jantung dan TD.
pe↑ TD diperparah oleh beta bloker non selektif.
Rokok tembakau mengurangi efek beta blocker (kecepatan jantung dan TD) → pe↑ dosis
beta blocker.
Teh, kopi → kecil efeknya.
2 jam berikutnya TD me↑ 8.5/8 mmHg dengan propranolol; 12.1/9.1 mmHg dengan
oxprenolol; 5.2/4.4 mmHg dengan atenolol.
→ Stop merokok/tingkatkan dosis beta bloker.
→ Jangan mengkonsumsi terlalu banyak teh, kopi, minuman kola.
METOPROLOL + ACETYLCHOLINE

Asetilkolin intra ocular + metoprolol → brokospasma.


metoprolol + injeksi intra okular asetilkolin klorida, selama operasi katarak pada
lansia, obat tetes mata phenylephrine sebelum operasi dengan riwayat hipertensi,
paru obstruktif dan angina stabil → bronkospasme berat dan edema paru, TD me↑
cepat menjadi takikardi (relevansi klinis tidak pasti).
PROPRANOLOL + MISCELLANEOUS

ritonavir me↑ kadar propranolol.


Fluconazole, tolbutamide ,omeprazole,lansoprazole adalah inhibitor dan substrat
CYP2C19.
BETA BLOCKERS + MACROLIDES

Erythromycin me↑ talinolol dan nadolol serum (tidak signifikan secara klinis) → studi
lanjut.
Telithromycin tidak mempengaruhi sotalol dalam memperpanjang interval QT.
sotalol + erythromycin i.v. → memperpanjang interval T (aditif) → hindari.
erythromycin menghambat P-glycoprotein → ketersediaan hayati talinolol me↑
BETA BLOCKER + ANTASIDA ATAU
ANTIDIARRHOEALS
Beberapa antasida dan antidiare →sedikit pe↓ absorpsi atenolol, indenolol,
propranolol, atau sotalol,dan mungkin sedikit pe↑ absorpsi metoprolol.
Mekanisme tidak pasti : Pe↓ absorpsi mungkin terkait dengan penundaan
pengosongan lambung yang disebabkan antasida, peningkatan pH lambung, atau
pembentukan kompleks kedua obat tersebut di usus.
→ Jeda 2 jam.
BETA BLOCKERS + ANTICHOLINESTERASES

Laporan terbatas : beta blocker + antikolinesterase → bradikardia dan hipotensi selama periode
pemulihan dari anestesi dan blokade neuromuskular (Biasanya tidak terjadi reaksi yang
merugikan).
reaksi merugikan setelah operasi jarang terjadi → tetap waspada kemungkinan bradikardi atau
hipotensi sesaat setelah operasi.
efek bradikardi (aditif) : beta blocker + antikolinesterase.
beta bloker oral/topical tunggal → simptom myasthenic dan myasthenia gravis (mungkin karena
efek depresan beta blocker pada neuromuscular junction)
Hal ini tidak cukup dikontrol dengan atropin.
beta blocker oral atau topical melawan efek antikolinesterase dalam pengobatan myasthenia
gravis (Informasi terbatas).
satu penelitian : propranolol dapat diberikan pada pasien miastenia gravis dengan kondisi
darurat kardiovaskular, asalkan peralatan resusitasi dan antidot spesifiknya tersedia.
BETA BLOCKERS + BILE-ACID BINDING
RESINS
Kolestiramin dan kolestipol secara moderat me↓ absorpsi propranolol, tapi tidak
mengurangi efek.
Colesevelam tidak mempengaruhi absorpsi metoprolol.
Mekanisme tidak jelas : ?
→ jeda 1 jam sebelum atau 4-6 jam setelah kolestiramin
→ jeda 1 jam sebelum atau 4 jam setelah kolestipol.
BETA BLOCKERS + BUPROPION

metoprolol + bupropion → bradikardi, hipotensi.


bupropion menghambat metabolisme metoprolol oleh sitokrom P450 isoenzim
CYP2D6.
→ dosis metoprolol di↓ (juga untuk betabloker lain yang dimetabolisme oleh
sitokrom P450 isoenzim CYP2D6.
BETA BLOCKERS + FINASTERIDE

finasteride / dutasteride + beta blocker → tidak berinteraksi.


BETA BLOCKERS + FISH OILS

Minyak ikan me↑ efek hipotensi beta bloker.


BETA BLOCKERS + H2-RECEPTOR ANTAGONISTS;
FAMOTIDINE

Famotidine tidak berinteraksi dengan beta bloker.


BETA BLOCKERS + H2-RECEPTOR
ANTAGONISTS; NIZATIDINE
Nizatidin me↑ efek bradikardi atenolol.
Signifikansi secara klinisnya tidak jelas, tapi mungkin penting untuk lansia.
→ studi lebih lanjut.
BETA BLOCKERS + PROTON PUMP
INHIBITORS
Omeprazole tidak berinteraksi dengan metoprolol or propranolol.
lansoprazole tidak berinteraksi dengan propranolol.
ATENOLOL + ALLOPURINOL

Dapat digunakan.
BETA BLOCKERS + BARBITURATES

 Barbiturate me↓ kadar plasma dan efek beta bolker (tu. yang dimetabolisme di hati, co.
alprenolol, metoprolol, timolol)
 Konsentrasi Alprenolol menjadi setengahnya (beta bloker yang lain tidak banyak)

Beta blocker yang tu. diekskresikan dalam bentuk tidak berubah dalam urin (misalnya atenolol,
sotalol, nadolol) tidak dipengaruhi oleh barbiturat.
Barbiturate adalah inducer enzim.
alprenolol + pentobarbital → tidak signifikan secara klinik (beta blocker untuk hipertensi dan
angina) → monitoring efek alprenolol, pe↑ dosis jika perlu, ganti barbiturate (mis.
benzodiazepines), ganti beta bloker.
pe↓ efek beta bloker akibat pe↑ metabolisme (AUCs metoprolol, timolol lebih kecil dipengaruhi
daripada alprenolol).
semua barbiturate dapat berinteraksi serupa, meski luasnya interaksi dapat bervariasi.
BETA BLOCKERS + CALCIUM-CHANNEL
BLOCKERS; DILTIAZEM
Diltiazem menghambat metabolisme propranolol dan metoprolol (mekanisme pastinya tidak jelas).
diltiazem + beta blocker → Efek depresan (aditif) → dapat bermanfaat → pantau.
Pasien (biasanya dengan kegagalan ventrikel yang sudah ada sebelumnya atau kelainan
konduksi) → mengembangkan bradikardia serius dan berpotensi mengancam jiwa.
Diltiazem me↑ kadar serum propranolol dan metoprolol (tidak atenolol) → tidak penting secara
klinis
Efek bradikardi dari beta blocker bisa aditif dengan penundaan dalam konduksi melalui nodus
atrioventrikular akibat diltiazem → menguntungkan karena me↑ efek antiangina pada
kebanyakan pasien, dapat juga memperparah kelainan jantung.
Faktor risiko utama : disfungsi ventrikel, atau kelainan konduksi nodular sinoatrial atau AV →
kontraindikasi penggunaan diltiazem .
Penggunaan bersamaan → pantau.
Perubahan farmakokinetik beta blocker bisa terjadi (tidak penting secara klinis).
BETA BLOCKERS + CALCIUM-CHANNEL
BLOCKERS; VERAPAMIL
beta blocker dan verapamil memiliki efek inotropik negatif pada jantung (aditif) → bradikardia dan menekan kontraksi ventrikel
sepenuhnya.
Verapamil menaikkan kadar beta blocker serum yang secara luas dimetabolisme di hati (misalnya metoprolol, propranolol), mungkin
dengan menghambat metabolisme mereka.
mekanisme tepatnya tidak jelas : verapamil mempengaruhi bioavailabilitas talinolol dengan memodulasi P-glikoprotein intestinal.
verapamil + beta blocker → aditif (depresan kardiak) →menguntungkan, depresan serius (kadang) : (bradycardia, asystole, sinus
arrest).
→ Monitoring ketat
Dapat juga bereaksi dengan beta blocker tetes mata.
Inggris, BNF :boleh jika fungsi miokard terpelihara dengan baik, dan itu verapamil
sebaiknya tidak disuntikkan segera setelah diberi beta blocker karena risiko hipotensi dan asistol → jeda 30 menit setelah injeksi
verapamil.
verapamil intravena + beta blocker intravena → kontraindikasi.
→ titrasi, pantau terutama selama beberapa hari pertama
BETA BLOCKERS + CALCIUM-CHANNEL
BLOCKERS; DILTIAZEM
diltiazem + beta blocker → Efek depresan (aditif) → dapat bermanfaat → pantau.
Pasien (biasanya dengan kegagalan ventrikel yang sudah ada sebelumnya atau kelainan konduksi) → mengembangkan
bradikardia serius dan berpotensi mengancam jiwa.
Diltiazem me↑ kadar serum propranolol dan metoprolol (tidak atenolol) → tidak penting secara klinis
Efek bradikardi dari beta blocker bisa aditif dengan penundaan dalam konduksi melalui nodus atrioventrikular akibat
diltiazem → menguntungkan karena me↑ efek antiangina pada kebanyakan pasien, dapat juga memperparah kelainan
jantung.
Diltiazem menghambat metabolisme propranolol dan metoprolol (mekanisme pastinya tidak jelas).
Faktor risiko utama : disfungsi ventrikel, atau kelainan konduksi nodular sinoatrial atau AV → kontraindikasi penggunaan
diltiazem .
Penggunaan bersamaan → pantau.
Perubahan farmakokinetik beta blocker bisa terjadi (tidak penting secara klinis).
beta blocker yang dimetabolisme secara ekstensif (misalnya metoprolol, propranolol) → risiko tambahan karena verapamil
meningkatkan tingkat serum mereka.
BETA BLOCKERS + DEXTROPROPOXYPHENE
(PROPOXYPHENE)
Dextropropoxyphene menghambat metabolisme metoprolol and propranolol oleh
sitokrom P450 isoenzim CYP2D6.
dextropropoxyphene me↑ bioavailabilitas metoprolol dosis tunggal.
bioavailabilitas propranolol juga meningkat (kecil).
Bukti terbatas :interaksinya mapan.
interaksi bisa terjadi dengan beta blocker yang dimetabolisme oleh CYP2D6 →
pantau respons yang meningkat (sedikit bukti)
Tidak ada interaksi dengan beta blocker yang sebagian besar diekskresikan tidak
berubah dalam urin.
BETA BLOCKERS + DRONEDARONE

Dronedarone me↑ AUC metoprolol pada pasien yang memiliki CYP2D6.


dosis terapeutik dronedarone → Pe↑ efek inotropik negatif.
Dronedarone secara struktural terkait dengan amiodarone → menghambat sitokrom
P450 isoenzim CYP2D6. metoprolol dimetabolisme oleh CYP2D6.
Interaksi farmakokinetik tidak relevan secara klinis (tidak pasti).
Efek inotropik negatif metoprolol hampir dua kali lipat dengan penambahan
dronedarone 1,6 g setiap hari.
dronedarone 800 mg efeknya kecil.
Beta bloker lainnya yang dimetabolisme oleh CYP2D6 akan berinteraksi sama.
BETA BLOCKERS + ERGOT DERIVATIVES

beta blocker + turunan ergot untuk migrain → tidak umum.


Kombinasi tsb → tiga kasus vasokonstriksi perifer parah dan satunya hipertensi.
Tidak pasti : vasokonstriksi aditif terjadi.
turunan ergot → vasokonstriksi.
beta blocker → memblokir vasodilatasi simpatik normal (beta2-stimulated).
beta blocker juga mengurangi aliran darah dengan mengurangi curah jantung.
hati-hati : pe↓sirkulasi perifer (dingin, mati rasa atau kesemutan tangan dan kaki).
BETA BLOCKERS + FLECAINIDE

flecainide + beta blocker → efek depresan jantung (aditif)


flecainide + sotalol → bradikardi dan blok AV fatal.
flecainide + tetes mata timolol → bradikardi.
10 subyek sehat : propranolol 80 mg tiga kali sehari + flecainide200 mg dua kali sehari
selama 4 hari → AUCs kedua obat me↑ 20 - 30%, dan beberapa efek inotropik negatif
tambahan.
flecainide 100 mg dua kali sehari mengembangkan bradikardi dan blok konduksi
atrioventrikular fatal 3 jam setelah dosis kedua sotalol 40 mg.
pasien dengan fibrilasi atrium kronis yang stabil selama 5 tahun yang mengkonsumsi
flecainide + verapamil →bdalam waktu 3 hari memulai timolol 0,1% tetes mata dua kali
sehari→ bradikardia dengan detak jantung 35 - 40 bpm → tetes mata dihentikan →16 jam
setelah dosis terakhir, detak jantungnya meningkat menjadi 90 - 100 bpm.
→ pantau.
BETA BLOCKERS + FOOD

Makanan dapat me ↑/ ↓/ tidak mempengaruhi bioavailabilitas beta bloker (tidak


signifikan secara klinis).
BETA BLOCKERS + GRAPEFRUIT AND OTHER
FRUIT JUICES
Jus grapefruit dan jeruk me↓ bioavailabilitas celiprolol.
Jus jeruk me↓ bioavailabilitas atenolol secara moderat.
Jus grafefruit me↓ bioavailabilitas talinolol.
+ Acebutolol : tidak signifikan
+ Atenolol: tidak signifikan
+ seliprolol : pH intraduodenal dan kelarutan lemak dari celiprolol, pembentukan
kompleks antara seliprolol atau jus jeruk ,penghambatan protein transpor diusus →
mengganggu absorpsi seliprolol → interaksi ini mungkin bermakna secara klinis
pada beberapa pasien.
+Talinolol : tidak signifikan
BETA BLOCKERS + H2-RECEPTOR
ANTAGONISTS; CIMETIDINE
simetidin menghambat aktivitas enzim sitokrom P450 isoenzim CYP2D6 → me↓ metabolisme
Beta blocker (misalnya metoprolol, nebivolol dan propranolol, Labetolol, bisoprolol, pindolol)
→?
Pindolol sebagian disekresikan melalui tubulus ginjal.
Beta bloker yang diekskresikan dalam bentuk tidak berubah dalam urin (mis. atenolol,
nadolol) → tidak terpengaruh oleh simetidin.
 Tidak ada interaksi klinis yang signifikan (meski kadar metabolit (mis. metoprolol,
propranolol) me↑ dua kali lipat.
simetidin + atenolol, metoprolol, atau labetalol → bradikardia, denyut jantung tidak teratur,
atau hipotensi.
Kombinasi tidak perlu dihindari.
pasien dengan gangguan fungsi hati→ pantau hipotensi, atau menggunakan antagonis
reseptor H2 yang tidak berinteraksi seperti ranitidin.
BETA BLOCKERS + H2-RECEPTOR
ANTAGONISTS; RANITIDINE
Ranitidine tidak mengubah kadar plasma steady-state atau efek atenolol, nebivolol,
propranolol atau tertatolol.
ranitidine me↑ kadar metoprolol (tidak signifikan secara klinis)
mekanisme tidak jelas.
BETA BLOCKERS + DIPHENHYDRAMINE

Diphenhydramine menghambat metabolisme metoprolol (tidak signifikan secara


klinis).
individu yang tidak memiliki aktivitas CYP2D6 yang signifikan → ?
BETA BLOCKERS + HORMONAL
CONTRACEPTIVES
ethinylestradiol mempengaruhi metabolisme beta bloker : Konjugasi prpanolol dan
oksidasinya di↑.
Kontrasepsi oral me↑ kadar metoprolol (tidak signifikan secara klinis).
 Acebutolol, oxprenolol and propranolol (sedikit).
→ kenaikan moderat yang lebih signifikan pada pasien gagal jantung yang
menggunakan beta blocker + kontrasepsi oral gabungan → hati hati.
BETA BLOCKERS + CHLOROQUINE OR
HYDROXYCHLOROQUINE
Hydroxychloroquine , chloroquine → me↑ kadar metoprolol (tidak signifikan secara
klinis)
Hydroxychloroquine mungkin menghambat metabolisme metoprolol.
beta blocker lainnya yang dimetabolisme seperti metoprolol, tetapi yang
diekskresikan tidak berubah dalam urin tidak berinteraksi.
→ studi lebih lanjut
BETA BLOCKERS + HYDRALAZINE

hydralazine me↑ propranolol dan beta bloker lainnya (seperti metoprolol serta
oxprenolol) tapi tidak ada laporan pe↑ efek merugikan.
Mekanisme tidak jelas : Hydralazine me↑ ketersediaan hayati beta bloker yang
tidak dieksresikan dalam urin sebagai bentuk utuh : mempengaruhi aliran darah
kehati/menghambat enzim hepatic, atau kemungkinan lainnya → efek tidak
signifikan secara klinik.
BETA BLOCKERS + ITRACONAZOLE

Itraconazole me↑ ketersediaan hayati celiprolol, atenolol (sedikit), tanpa


mempengaruhi kecepatan jantung dan tekanan darah → tidak relevan secara klinis,
karena range terapetiknya luas.
itraconazole diduga ↑ absorpsi celiprolol dengan menghambat P-glycoprotein pada
dinding usus
BETA BLOCKERS + HALOPERIDOL

Haloperidol + propranolol → hipotensi berat dan cardiopulmonary arrest


Kadar plasma haloperidol tidak berubah secara signifikan dengan propranolol.
sotalol + haloperidol → me↑ risiko perpanjangan QT → hindari.
propranolol 40 - 80 mg + haloperidol 10 mg → tiga episode hipotensi berat dalam 30 -
120 menit pada wanita paruh baya dengan skizofrenia dan hipertensi, 2 kali
cardiopulmonary arrest ,pingsan setiap kali, menjadi Sianotik, denyut nadi tidak teraba dan
mengalami hipotensi berat, namun dengan cepat menanggapi resusitasi kardiopulmoner →
tidak menderita konsekuensi yang merugikan.
Alasan untuk hipotensi berat tidak dipahami, walaupun Kedua obat itu saja bisa
menimbulkan hipotensi.
kadar plasma haloperidol 15 mg setiap hari tidak berubah secara signifikan pada 3 pasien
dengan propranolol; 480 mg per hari (satu kasus interaksi).
BETA BLOCKERS + MORPHINE

Morphine secara moderat me↑ kadar serum esmolol (tidak signifikan secara klinik).
BETA BLOCKERS + PENICILLINS

1 g ampisilin me↓ kadar atenolol plasma setengahnya (tidak signifikan secara


klinik).Atenolol diberikan dengan ampisilin 250 mg setiap 6 jam → interaksi penting.
Reaksi anafilaksis terhadap penisilin mungkin lebih parah pada pasien yang
memakai beta blocker
Mekanisme tidak pasti : Ampisilin mempengaruhi penyerapan atenolol.
Pasien yang memakai beta blocker mungkin resisten terhadap pengobatan dengan
adrenalin (epinephrine).
BETA BLOCKERS + PHENOTHIAZINES

klorpromazin + propranolol / thioridazin + pindolol me↑ kadar plasma kedua obat


→ pantau, kurangi dosis bila perlu.
Propranolol me↑ plasma thioridazine.
beta blocker dan fenotiazin → hipotensi (aditif) → kadang ini bisa serius.
sotalol + fenotiazin → memperpanjang interval QT → hindari.
hewan : propranolol + klorpromazin saling menghambat metabolisme.
Mekanisme interaksi antara propranolol dan thioridazin mungkin serupa.
BETA BLOCKERS + QUINIDINE

quinidine + tetes mata timolol → bradikardi → tidak perlu dihindari (bermanfaat


dalam pengobatan fibrilasi atrium).
quinidine + atenolol or propranolol → hipotensi ortostaik (tidak pasti)
Quinidine me↑ plasma metoprolol, propranolol, and timolol (tidak signifikan secara
klinik).
sotalol juga quinidine memperpanjang interval QT → kombinasi → me↑resiko
torsade de pointes.
quinidine dan beta blocker memiliki efek inotropik negative (aditif) → kardiodepresi
yang tidak diinginkan → perawatan.
BETA BLOCKERS + PROPAFENONE

Propafenon me↑ kadar plasma metoprolol and propranolol 2-4X → toksisitas ↑.


propafenon me↓ metabolisme metoprolol dan propranolol oleh hati → bersihan
me↓, kadar serum↑.
→ turunkan dosis metoprolol dan propranolol, monitoring.
Beta bloker lain yang dimetabolisme hati akan berinteraksi sama.
Propafenone dan beta blocker memiliki efek inotropik negative (aditif) →
kardiodepresi.
Omeprazol tidak berinteraksi dengan metoprolol atau propranolol.
lansoprazole tidak berinteraksi dengan propranolol.
BETA BLOCKERS + QUINOLONES

Ciprofloxacin me↓ bersihan metoprolol (tidak penting secara klinik).


 sotalol + quinolone → memperpanjang interval QT interval → hindari.
ciprofloxacin menghambat aktivitas isoenzim sitokrom P450 (berkaitan dengan
metabolisme dan pembersihan metoprolol).
Namun metabolisme metoprolol didominasi oleh CYP2D6 sementara ciprofloxacin
menghambat CYP1A2.
Sotalol memiliki efek antiarrhythmic kelas III dan memperpanjang interval QT→
aditif dengan efek kuinolon yang memperpanjang interval QT (misalnya
gatifloksasin, moksifloksasin, sparfloxacin → hindari.
BETA BLOCKERS + RIFAMPICIN (RIFAMPIN)

Rifampisin me↑ bersihan bisoprolol, carvedilol, celiprolol, metoprolol, propranolol,


tertatolol and talinolol → me↓ kadar serum → pe↓ efek beta bloker mungkin kecil.
Sama untuk atenolol + rifampicin (jarang signifikan secara klinis).
Rifampisin adalah inducer enzim hati, me↑ ekspresi usus → me↑ bersihan talinolol
(yang tidak dimetabolisme).
→ me↑ dosis beta bloker jika respon terapeutiknya tidak memadai.
BETA BLOCKERS + SEVELAMER

Dosis tunggal 2.418 g sevelamer tidak mempengaruhi AUC dosis tunggal 100 mg
metoprolol pada 3 sukarelawan sehat.
BETA BLOCKERS + SULFINPYRAZONE

Efek dapat dikurangi atau dihilangkan oleh sulfinpyrazone me↓ atau


menghilangkan efek antihipertensi oxprenolol
Farmakokinetik metoprolol tidak terpengaruh oleh sulfinpyrazone.
Mekanisme tidak dipahami : sulfinpyrazone menghambat produksi vasodilator
prostaglandin (antihipertensi) oleh ginjal. → menentang oxprenolol.
sulfinpyrazone + oxprenolol untuk hipertensi → pantau,, naikkan dosis oxprenolol
→ perlu konfirmasi.
Efek pada beban kerja jantung kurang penting, tapi tetap pantau jika oxprenolol
digunakan untuk angina.
Metoprolol mungkin alternatif yang cocok untuk oxprenolol karena tidak
berinteraksi dengan sulfinpyrazone.
BETA BLOCKERS + POTASSIUM-DEPLETING
DRUGS
Penggunaan diuretic potassium-depleting (spt. hydrochlorothiazide) mempercepat
perkembangan torsade de pointes pada pasien yang memakai sotalol >320 mg
sehari (signifikan secara klinik) kecuali kadar potassium terawat ( juga potassium
depleting lainnya seperti kortikosteroid, obat pencahar, dan intravena amfoterisin).
Chlortalidone dan hidroklorotiazida mengurangi bioavailabilitas seliprolol (jarang).
Potassium-depleting → hipokalaemia → me↑torsade de pointes dengan obat yang
memperpanjang interval QT, termasuk sotalol.
chlortalidone dan hydrochlorothiazide dengan celiprolol (signifikansi secara klinis
tidak jelas).
BETA BLOCKERS + X-RAY CONTRAST MEDIA

penggunaan beta blockers adalah faktor resiko untuk reaksi anafilaktoid terhadap X-ray contrast media.
beta blockers + sodium meglumine amidotrizoate ; atenolol + iohexol → hipotensi berat.
Iodinated contrast media berkaitan dengan pelepasan histamin
Disarankan penghentian beta blocker 2 - 3 hari sebelum penggunaan media kontra (pertimbangkan juga
resiko dan manfaat).
 Pretreatment dengan antihistamin seperti diphenhydramine dan kortikosteroid seperti prednison dapat
mengurangi risiko (Efedrin dan simetidin juga telah dicoba, namun kontroversial).
media kontras non-ionik (osmolalitas rendah) mengurangi resiko, tapi tetap bisa terjadi.
Bila reaksi anafilaksis terjadi pada pasien yang menggunakan beta blocker → gunakan bronkodilator beta-
agonis seperti isoprenalin bukan adrenalin (epinefrin).
Glukagon, yang memiliki aktivitas inotropic dan chronotropik yang antagonis sedikit dengan beta blocker →
mungkin juga efektif dalam memulihkan shock anafilaktoid pada pasien mengambil beta blocker.
PROPRANOLOL + ASCORBIC ACID (VITAMIN
C)
Vitamin C me↓ bioavailabilitas propranolol (tidak signifikan secara klinis).
Vitamin C me↓ sedikit penurunan denyut jantung.
Vitamin C me↓ absorpsi dan metabolic konjugasi propranolol.
PROPRANOLOL + DEXTROMORAMIDE

propranolol + dekstromoramida → dua pasien mengembangkan bradikardia dan


hipotensi berat
signifikansi dari interaksi ini tidak jelas
PROPRANOLOL + MISOPROSTOL

Misoprostol tidak signifikan mempengaruhi farmakokinetik propranolol.


PROPRANOLOL + NEFAZODONE

Nefazodone tidak signifikan mempengaruhi farmakokinetik propranolol


PROPRANOLOL + SUCROSE POLYESTERS

sucrose polyesters (e.g. Olestra) tidak berinteraksi dengan propranolol.


SOTALOL + TERFENADINE

wanita mengambil sotalol + terfenadine → torsade de pointes arrhythmia.


efek aditif kedua obat → memperpanjang interval QT → pengembangan torsade
depointes → hindari.
TALINOLOL + SULFASALAZINE

Sulfasalazine me↓ absorpsi talinolol.


Mekanisme tidak diketahui : talinolol diadsorpsi ke sulfasalazine → ?
mungkin interaksi yang penting secara klinis : khasiat talinolol berkurang secara
nyata→ jeda 2 - 3 jam.
→ studi lebih lanjut
BETA BLOCKERS + INOTROPES AND VASOPRESSORS
Adrenalin (epinephrine) merangsang reseptor alpha dan beta pada system kardiovaskular : vasokonstriksi
(terutama alpha1), vasodilatasi (terutama beta2) dan stimulasi jantung (terutama beta1) → pe↑ sederhana
kecepatan jantung dan tekanan darah.
jika reseptor beta diblok oleh bloker beta non-selektif (spt.propranolol atau nadolol)→ tekanan darah ↑
diikuti refleks bradikardia.
Beta bloker kardioselektif untuk reseptor beta1 (spt. atenolol dan metoprolol) tidak mencegah efek adrenalin
pada reseptor beta2 (vasodilator)→ efeknya interaksi rendah.
Beta blocker kardioselektif (spt. atenolol dan metoprolol) berinteraksi minimal.
carvedilol dosis rendah + dobutamin → hipotensi pada 1 pasien.
phenylephrine + beta blocker → secara klinis tidak penting (fenilefrin dalam bentuk siap pakai,obat batuk
dan pilek tanpa resep dan dekongestan hidung).
propranolol + phenylephrine → reaksi hipertensi fatal.
propranolol + adrenalin (epinefrin) → serius dan berpotensi mengancam jiwa, tergantung dosis adrenalin.
beta bloker non selektif seperti propranolol hanya boleh diberikan adrenalin dalam jumlah sangat kecil
(rendah dengan beta bloker kardioselektif (spt. atenolol dan metoprolol).
* Anestesi lokal pada operasi gigi biasanya mengandung adrenalin sangat rendah (5 sampai 20 µg /mL, yaitu
1: 200.000 sampai 1:50 000) dengan volume kecil → tidak terjadi reaksi yang tidak diinginkan.
hipertensi akut dapat dikontrol dengan klorpromazin atau phentolamine (keduanya
adalah alpha blocker) (juga Hydralazine, nifedipinedan aminofilin).
refleks bradikardia dapat dikelola dengan atropin dan penggunaan
glowcopyrrolate.
dobutamin +dosis rendah carvedilol → hipotensi → pantau dengan hati-hati.
beta blocker dan mungkin resisten terhadap pengobatan dengan adrenalin
(epinephrine) → Anaphylaxis
BETA BLOCKERS + CALCIUM-CHANNEL BLOCKERS;
DIHYDROPYRIDINES
Mekanisme tidak jelas : perubahan aliran darah kehati → mempengaruhi metabolisme beta
bolker.
beta blocker + felodipine, isradipine, lacidipine, nicardipine, nimodipine, nisoldipine → efektif
dan aman.
beta blocker + nifedipine or nisoldipine → hipotensi, gagal jantung.
Beta blockers + calcium-channel blocker → perubahan farmakokinetik (tidak signifikan secara
klinis)
Nifedipin mengurangi kontraksi otot jantung.
→ dilawan oleh pen↑ refleks simpatik dalam denyut jantung karena keluaran ventrikel tetap
sama atau bahkan meningkat → beta blocker dapat melawan hal ini sampai batas tertentu
dengan memperlambat denyut jantung → efek inotropik negatif nifedipin tidak terkendali.
beta blockers + calcium channel blockers : dihydropyridine → √.
beta blocker + nifedipine atau nisoldipine → hipotensi berat dan gagal jantung pada
beberapa
paling berisiko pada pasien dengan gangguan fungsi ventrikel kiri (→ peringatan
penggunaan nifedipine) dan yang menggunakan beta blocker dosis tinggi.
Penggunaan beta blocker (seperti timolol tetes mata) dapat mengurangi denyut jantung dan
tekanan darah.
Perubahan dalam farmakokinetik beta blocker dan calcium-channel blocker mungkin terjadi,
tapi tidak penting secara klinis.
satu kasus reaksi merugikan akibat beta blocker dan nifedipine terjadi pada formulasi
'short-acting' → sekarang dianggap tidak sesuai untuk pengelolaan angina atau hipertensi
jangka panjang, terkait variasi tekanan darah dan detak jantung yang lebih besar.
Kasus lain berkaitan penggunaan pelepasan nifedipin extended-release.

Anda mungkin juga menyukai