MODUL 4, 5, dan 6
Kelompok F1:
Desma Anindita Fitriani -10060319169
Dara Azalea Wahdah -10060319170
Difani Armandita Kh.- 10060319171
Syarah Nurhidayah G. - 10060319172
Aulia Tazki - 10060319173
PERCOBAAN 4
PEMERIKSAAN
KADAR BILIRUBIN
PENDAHULUAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pengukuran kadar bilirubin, tujuan
dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar bilirubin direct dalam serum
darah, menentukan metode yang digunakan untuk penentuan kadar bilirubin, dan
menginterpretasikan hasil pemeriksaan kadar bilirubin terhadap patofisiologis organ
hati.
Metabolisme bilirubin meliputi pembentukan bilirubin, transportasi bilirubin, asupan
bilirubin, konjugasi bilirubin, dan eksresi bilirubin. Langkah oksidase pertama adalah
biliverdin yang dibentuk dari heme, oleh enzim heme oksigenase (enzim dalam sel hati
dan organ lain). Biliverdin yang larut dalam air akan direduksi menjadi bilirubin oleh
enzim biliverdin reduktase. Bilirubin besifat lipofilik, dan terikat dengan hidrogen, serta
pada pH normal bersifat tidak larut. Bilirubin yang terikat pada alumin bersifat
nontoksik. Pada saat kompleks bilirubin-albumin mencapai membran plasma
hepatosit, albumin akan terikat ke resptor permukaan sel. Kemudian bilirubin
ditransfer melalui sel membran yang berikatan dengan ligandin (protein Y).
Berkurangnya kapasitas pengambilan hepatik bilirubin yang tak terkonjugasi, akan
berpengaruh terhada pembentukan ikterus fisiologis (Lubis, et al., 2013).
PENDAHULUAN
Ambil sampel
Sentrifuga darah vena
darah dari
tabung reaksi
menggunakan
PERHITUNGAN
PERHITUNGAN
PEMBAHASAN
Metode yang digunakan adalah metode kolorimetri. Prinsip dari metode ini yaitu berdasarkan
pengukuran serapan senyawa berwarna. Digunakan metode kolorimetri dikarenakan bilirubin yang
diperiksa yaitu bilirubin direct yang larut air, dimana pada direct bilirubin langsung dilakukan tanpa
adanya proses pemecahan bilirubin-albumin menjadi bilirubin bebas dan albumin karena bilirubin yang
diguankan adalah bilirubin terkonjugasi, dengan prinsip reaksi :
→
Asam Sulfanilat + Natrium Nitrit P-Diazobenzensulfonat
→
P-Diazobenzensulfonat + Bilirubin Azobirilubin
Serum darah yang sudah disentrifugasi digunakan sebagai sampel, digunakan serum karena
serum tidak mengandung fibrinogen sehingga ketika dianalisis akan menghasilkan nilai absorbansi
yang akurat. Kemudian disiapkan 3 buah tabung, tabung 1 berisi blanko reagen 1 (HCL + Asam
sulfanilat) dan reagen 2 (natrium nitrit) yang berfungsi untuk mengkalibrasi spektrofotmeter, tabung 2
berisi reagen 1 (HCl + Asam sulfanilat) dan sampel berfungsi untuk mengkonfirmasi hasil sehingga
pengujian yang dihasilkan menjadi lebih spesifik, dan tabung 3 berisi reagen 1, reagen 2, dan sampel.
Kemudian diukur menggunakan spektrofotometri UV-Vis single beam pada panjang gelombang 550
nm yang merupakan panjang gelombang maksimum azobilirubin. Azobilirubin dapat dianalisis
menggunakan spektrofotometer karena memiliki gugus kromofor.
PEMBAHASAN
Reaksi yang terjadi adalah ketika reagen 1 (HCl + Asam sulfanilat) dan reagen 2 (natrium nitrit),
maka natrium nitrit dan HCl akan membentuk NaCl dan asam nitrit. Lalu, gugus NH2 dari asam sulfanilat
ketika di dalam air akan berubah menjadi NH3+. Produk hasil reaksi asam sulfanilat dan produk hasil
reaksi natrium nitrit dan HCl akan bereaksi membentuk ion diazo atau p-diazobenzensulfonat. Pada
percobaan ini asam sulfanilat berfungsi sebagai pembentuk suasana asam dan kompleks pembentuk
warna (Kosasih & Kosasih, 2015). Sedangkan natrium nitrit berfungsi sebagai dapar pH pada reaksi
diazotasi yang akan menghasilkan pdiazobenzensulfonat, yang mana senyawa tersebut merupakan zat
kromogen yang akan direaksikan dengan bilirubin terkonjugasi membentuk senyawa berwarna yaitu
diazobilirubin. Diazobilirubin kemudian diukur menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang
gelombang 550 nm.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh nilai rata-rata kadar direct bilirubin sebesar 0,5922 mg/dL.
Nilai tersebut tidak normal karena menurut (Kemenkes RI, 2011) kadar normal bilirubin direct sebesar ≤
0,4 mg/dL. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti makan malam yang mengandung tinggi
lemak sehingga mempengaruhi hasil pemeriksaan, sampel darah yang terpapar sinar matahari atau
terang lampu yang mengakibatkan pigmen empedunya menurun. Mengonsumsi obat-obatan tertentu
yang dapat meningkatkan atau menurunkan kadar bilirubin, sampel lisis, waktu inkubasi yang tidak
sesuai, volume sampel atau reagen yang tidak tepat atau kuvet yang digunakan terkontaminasi.
PEMBAHASAN
Untuk meihat seberapa presisi metode yang digunakan untuk mengukur kadar direct bilirubin
dapat dilakukan perhitungan nilai SBR, nilai SBR yang diperoleh adalah 0%. Dapat dikatakan metode
yang digunakan memiliki tingkat presisi yang sangat baik. Jika dikaitkan dengan kondisi penyakit
berlebihnya kadar bilirubin menunjukkan adanya kondisi hiperbilirubinemia. Hiperbilrubinemia adalah
kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah yang dapat disebabkan oleh pembentukan
bilirubin yang melebihi kemampuan hati normal atau disebabkan oleh kegagalan hati untuk
mengeksresikan bilirubin yang dihasilkan dalam jumlah yang normal (Chen, et al., 2018).
DAFTAR PUSTAKA
PERHITUNGAN
PERHITUNGAN
PERHITUNGAN
PERHITUNGAN
PEMBAHASAN
SGPT dan SGOT menjadi parameter untuk mendiagnosa adanya gangguan hati,
karena tingginya kadar SGPT di dalam darah yang menyebabkan rusaknya sel tersebut
dan keluarnya kompartemen di dalam sel tersebut termasuk SGPT. Tingginya tingkat
aktivitas enzim SGPT dalam darah dapat mencerminkan terjadinya kebocoran dari sel-
sel akibat cedera seluler, serta berhubungan dengan terjadinya perubahan
permeabilitas pembuluh darah hepatik. Parameter kerusakan hati, pemeriksaan kadar
SGPT lebih spesifik dibandingkan dengan pemeriksaan kadar SGOT, karena dapat
ditemukan di hati, jantung (otot jantung), otot rangka, ginjal, otak, dan sel-sel darah
merah, sedangkan SGPT lebih banyak ditemukan di hati (Reza & Rachmawati, 2017).
Prinsip dari pengukuran aktivitas SGPT dan SGOT adalah mengukur laju berkurangnya
jumlah NADH menjadi NAD+ pada reaksi enzim dan substrat yang dapat diukur pada
panjang gelombang 340 nm (Sujamitko, et al., 2021).
PEMBAHASAN
Pengujian metode enzimatis terdapat 2 rangkaian reaksi, yaitu reaksi transaminasi
dan reaksi indikasi. Reaksi transaminasi dilakukan untuk menghilangkan nitrogen dari
alanin, nitrogen dapat dihilangkan dengan cara ditransfer ke dalam α-ketoglutarat
sehingga dapat terbentuk glutamat. Pada reaksi sebagai katalisator digunakan enzim
alanin aminotransferase dan pada reaksi indikasi digunakan enzim LDH. LDH
mengkatalisa pemindahan suatu gugus amino dari alanin ke α-ketoglutarat untuk
menghasilkan glutamat dan piruvat (Daniel, 2010).
Piruvat yang merupakan hasil reaksi transaminasi tersebut direduksi menjadi laktat
oleh enzim LDH serta NADH akan teroksidasi menjadi NAD+ Penurunan laju NADH
secara langsung seimbang dengan laju pembentukan piruvat, kemudian diukur dengan
fotometer pada panjang gelombang 340 nm (Isselbacher, et al., 2014). NADH dapat
diukur dengan spektrofotometer UV-Vis karena memiliki gugus krmofor. Gugus
kromofor adalah gugus yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi (Sari & Hastuti,
2020).
PEMBAHASAN
Berikut adalah reaksi enzimatis yang terjadi:
NADH ditambahkan sebagai senyawa yang akan diukur absorbansinya, pendapar berfungsi
sebagai dapar yang menjaga pH serum selama reaksi pemeriksaan agar menjaga kestabilan
aktivitas GPT karena enzim sangat sensitif terhadap perubahan pH. L-Alanin berfungsi sebagai
asam amino yang akan diubah menjadi L-glutamat dengan dikatalisis oleh enzim Glutamat Piruvate
Transaminase (GPT) (Isselbacher, et al., 2014). Banyaknya NADH yang dioksidasi menjadi NAD+
sebanding dengan banyaknya enzim GPT. NADH menjadi parameter yang penting dalam pengujian
kadar SGPT karena berkurangnya laju jumlah NADH dapat menengetahui reaksi sudah berjalan
dengan sempurna atau belum yang dapat dilihat dari nilai absorbansi yang menurun, dimana
semakin nilai absorbansi menuju 0 menandakan reaksi NADH menjadi NAD sudah sempurna.
PEMBAHASAN
Hasil dari pengukuran kesatu sampai keenam berturut-turut didapatkan sebesar 5,489
IU/L; 14,0291 IU/L; 3,660 IU/L; 7,929 IU/L; 4,880 IU/L; dan 7,319 IU/L. Sehingga, didaptkan
nilai aktivitas GPT yang diperoleh sebesar 7,218 IU/L. Nilai rujukan untuk SGPT/ALT adalah
laki-laki 0 - 50 U/L dan perempuan 0 - 35 U/L pada suhu 30 ℃ (Rosida, 2016). Menurut
(Bishop, et al., 2010) rentang normal kadar ALT/SGPT dalam darah adalah 7-55 U/L. Dilihat
dari hasil data yang didapat dengan nilai rujukan yang diperoleh, kadar ALT dalam darah
yang diperoleh pada percobaan kali ini berada pada rentang normal.
Pada percobaan kali ini dilakukan juga perhitungan nilai standar deviasi pada sampel dan
diperoleh hasil sebesar 3,688 yang artinya bahwa perbedaan nilai sampel tersebut terhitung
sebesar 3,688 dimana nilai ini menunjukan keakuratan data yang digunakan dalam
pengukuran (Gandjar & Rohman, 2007). Nilai SBR yang diperoleh pada percobaan kali ini
diperoleh sebesar 51,094%. Nilai SBR jauh dari nilai dalam ketentuan yang artinya metode
analisis tidak cukup akurat dikarenakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya.
Faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu
faktor praanalitik, faktor analitik, dan faktor pasca analitik (Guyton & J E Hall, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Popper, H. & Scaffner, F., 1990. Progress In Liver Disease. 5 (Grunne ana
Strattum.).
Reza, A. & Rachmawati, B., 2017. Perbedaan Kadar SGOT dan SGPT Atara
Subyek Dengan dan Tanpa Diabetes Melitus. Jurnal Kedokteran
Diponegoro , 6(2), pp. 159-166.
Rosida, Azma, 2016. Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Hati, Berkala
Kedokteran, Volume 12 No. 1, Februari 2016, hal 123-131.
Sari, D. K. & Hastuti, S., 2020. Analisis Flavonoid Total Ekstrak Etanol
Daun Seligi (Phyllanthus Buxifolius Muell. Arg) Dengan Metode
Spektrofotometri UV-Vis. Indonesian Journal on Medical Science , 7(1),
pp. 55-62.
Suchuppan, D. & Afdhal, N., 2008. Liver Cirrhosis. National Institute of
Health, pp. 371 (9615): 838-851.
Sujamitko, B., W. & Prayitno, D. I., 2021. Aktivitas Hepatoprotektor Dari
Ekstrak Etanol Kerang Ale-Ale (Meretrix sp.). Jurnal Laut Khatuliswa ,
5(1), pp. 50-55.
PERCOBAAN 6
PEMERIKSAAN
KADAR KREATININ
pendahuluan
Pada percobaan Pemeriksaan Kadar Kreatinin ini bertujuan untuk menentukan kadar kreatinin
dalam serum darah menggunakan metode Jaffee, tujuan dari pemeriksaan kadar kreatinin ini adalah
untuk mengetahui fungsi ginjal, sebab hanya kreatinin yang spesifik di eksresikan melalui ginjal selain
zat-zat metabolit lainnya. Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah menjadi salah satu parameter
yang digunakan untuk menilai fungsi ginjal dikarenakan konsentrasi dalam plasma dan ekskresinya
pada urin dalam 24 jam relatif konstan. Kreatinin diekskresikan oleh ginjal melalui kombinasi filtrasi
dan sekresi, konsentrasinya relatif konstan dalam plasma dari hari ke hari, kadar yang lebih besar
dari nilai normal yang mengisyaratkan adanya gangguan ginjal (Alfarisi, et al., 2012).
Ginjal merupakan organ tubuh yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Fungsi
ginjal antara lain, pengatur volume dan komposisi darah, pembentukan sel darah merah, membantu
mempertahankan keseimbangan asam basa, pengaturan tekanan darah, pengeluaran komponen asing
(obat, pestisida dan zat berbahaya lainnya) serta pengaturan jumlah konsentrasi elektrolit pada cairan
ekstra sel (Tarwoto & Wartonah, 2011).
pendahuluan
Kreatinin merupakan produk akhir dari metabolisme kreatin otot dan kreatin fosfat. Kreatinin
plasma disintesis di hati dan dapat ditemukan di otot rangka sehingga kadarnya bergantung pada
massa otot rangka dan berat badan (Sutedjo, 2010). Biosintesis kreatinin berlangsung di ginjal
sehingga akan diekskresikan melalui urin dan prosesnya melibatkan asam amino, arginin dan glisin.
Kreatin otot diubah menjadi kreatinin sebanyak 1,1% per- hari (Alfonso, 2016). Peningkatan kadar
kreatinin serum sebanyak dua kali lipat menandakan adanya penurunan fungsi ginjal sebesar 50%,
demikian juga peningkatan kadar kreatinin sebanyak tiga kali lipat menandakan adanya penurunan
fungsi ginjal sebanyak 75%. Parameter pemeriksaan kadar kreatinin merupakan salah satu kriteria
dalam diagnosis fungsi ginjal. Kreatinin dihasilkan selama kontraksi otot skeletal melalui pemecahan
kreatinin fosfat (Guyton & Hall, 2012).
Untuk pengukuran kreatinin dapat menggunakan metode jaffe dan metode enzimatik. Metode Jaffe
merupakan metode yang sederhana dan mudah berdasarkan pengembangan metode colorimetric/one
point. Prinsip pemeriksaan berupa reaksi antara kreatinin ditambahkan dengan asam pikrat dalam
suasana basa membentuk kompleks kreatinin pikrat berwarna kuning (Dewi & Sunarsih, 2011).
Absorbansi dapat diukur pada panjang gelombang tertentu menggunakan spektrofotometer (Dewi &
Sunarsih, 2011). Pada pemeriksaan kreatinin darah metode Jaffe pada fhotometer terdiri dari metode
one point dan two point.
PROSEDUR
Supernatan diambil
Ambil sampel
Sentrifuga darah vena
darah dari
tabung reaksi
menggunakan
ditambahkan 1000 µL
ditambahkan 1000 µL
gelombang 510 nm