Anda di halaman 1dari 6

IMPLEMENTASI 5Q FRAMEWORK PADA PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH

ABO RESUS DENGAN METODE SLIDE TEST


Meningkatkan kualitas atau mutu laboratorium untuk tercapainya mutu
pelayanan laboratorium diperlukan strategi dan perencanaan manajemen mutu, mutu
pelayanan laboratorium kesehatan haruslah baik dan bermutu agar dapat memberikan
hasil pemeriksaan laboratorium yang tepat, teliti, benar, dapat dipercaya dan
memuaskan pengguna jasa. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah Total
Quality management yang memperkenalkan dengan suatu strategi 5 Q framework.
Manfaat dari memahami topik strategi 5Q framework yaitu dapat mengetahui kesalahan
yang terjadi pada proses pra analitik, analitik dan pasca analitik. Selain itu dapat pula
mengetahui cara penyelesaikan masalah dengan menggunakan strategi 5Q
Framework. Berikut adalah contoh penerapannya dalam salah satu kasus atau masalah
yang terjadi di laboratorium klinik.
LATAR BELAKANG
Salah satu pemeriksaan di laboratorium imunoserologi adalah pemeriksaan
golongan darah. Sistem golongan darah ABO yang ditemukan oleh Karl Landsteiner
pada tahun 1901, dan saat itu baru ditemukan golongan darah A, B, dan O. penemuan
ini dikakukan dengan memeriksakan darahnya sendiri dan beberapa orang temannya
dengan memisahkan darah tersebut atas serum dan sel darah, kemudian mencampur
setiap sel darah merah dengan serum-serum tersebut dan atas dasar reaksi aglutinasi,
maka ditetapkan tiga golongan tersebut. Kemudian golongan darah AB ditemukan
pada tahun 1902 oleh Karl Landsteiner, Sturli dan Decastello.
Pemeriksaan golongan darah ABO dilakukan dengan memisahkan
pemeriksaan antara sel ( forward grouping = sel grouping) dan plasmanya (reverse
grouping = serum grouping). Seringkali pada saat pemeriksaan golongan darah, terjadi
ketidak cocokan golongan darah sehingga pemeriksaan perlu diulang kembali dengan
contoh darah yang dicuci terlebih dahulu.
Prinsip pemeriksaan golongan darah adalah adanya reaksi antara antibody dan
antigen yang terlihat dalam tampilan aglutinasi. Kemudian tujuan pemeriksaan
golongan darah adalah untuk mencocokkan antigen dan antibody antara resipien
dengan donor agar antibody dan antigen yang sama tidak bertemu yang dapat
mengakibatkan aglutinaasi.
Terdapat dua metode pada pemeriksaan golongan darah, yaitu slide test dan
tube test. Perbedaan keduanya terdapat pada sampel, Pada metode slide test,
darah yang digunakan bisa darah tanpa antigkoagulan yang diambil dari darah kapiler
atau darah dengan antikoagulan. Sementara pada metode tube test, digunakan darah
yang sel dan serum / plasmanya telah dipisahkan. Metode tube test digunakan untuk
menguatkan hasil yang didapat dari pemeriksaan slide test. Jika ada reaksi semu dalam
metode slide test, maka metode tube test dapat memperjelas antigen dan antibodinya.
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya
perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membrane sel darah merah.
Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan
Rhesus (factor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain
antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Tranfusi darah dari golongan
yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat
anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian. Maka dari itu diperlukan
pemeriksaan golongan darah dengan baik dan benar untuk menghindari adanya reaksi
tranfusi.
PERMASALAHAN
• Pada tanggal 20 Agustus 2018, seorang pria berusia 23 tahun mengunjungi
Laboratorium A untuk melakukan pemeriksaan golongan darah untuk kedua kalinya.
Namun terjadi perbedaan hasil pemeriksaan.
1. Hasil pemeriksaan 1 → golongan darah AB (+)
2. Hasil pemeriksaan 2 → golongan darah O (+)
ANALISA KESALAHAN
Untuk mencapai laboratorium yang bermutu yakni tercapainya pemeriksaan yang
Bermutu maka diperlukan strategi dan perencanaan Quality Management Science
Dengan suatu model 5 Q Framework yaitu :
 Quality Laboratory Processes (QLP)
 QLP yaitu menentukan standart suatu proses untuk melakukan sesuatu (pedoman
atau prosedur pemeriksaan laboratorium)
 Pengendalian mutu di kelompokkan menjadi 3 tahap:
1. Pra Analitik (Pengendalian yang dilakukan sebelum sampel diperiksa)
2. Analitik (Pengendalian selama proses pemeriksaan)
3. Pasca Analitik (Pengendalian sebelum hasil pemeriksaan diserahkan ke pasien)
Prosedur Pra Analitik:
1. Persiapan sampel : (whole blood)
2. Persiapan reagen
3. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan
Analitik:
1. Teteskan darah yang keluar pada objek glass / kertas pemeriksaan dengan
dibagi menjadi 3 bagian
2. Meneteskan anti-A, anti-B, anti-AB dan anti - D pada objek glass / kertas
pemeriksaan.
3. Aduk dengan batang pengaduk masing-masing campuran darah dengan reagen
pemeriksaan dan menggoyang-goyangkan.
4. 4. Mengamati ada tidaknya aglutinasi secara makroskopis
setelah pencampuran
Post Analitik:
1. Pencatatan hasil
2. Interpretasi hasil dan pelaporan
 QC (Quality Control)
 Melakukan pengawasan sistematis periodik terhadap alat, metode, reagen yang
berfungsi untuk mendeteksi ketika terjadi kesalahan
 Uji akurasi dan presisi dalam pengambilan sampel
 Uji akurasi dan presisi dalam pemeriksaan sampel dan penanganan kualitas reagen
 Uji akurasi dan presisi dalam penentuan dan pembacaan intrepetasi hasil, penulisan
hasil serta pelaporan hasil
 QA (Quality Assesment)
 Ditujukan kepada performance atau kinerja suatu Laboratorium sehingga QA
merupakan pengamatan keseluruhan input-proses-output untuk menjamin
pelayanan dan mencegah terjadinya kesalahan
 Dengan membandingkan laboratorium analis dengan laboratorium lain yang telah
terstandarisasi

 QI (Quality Improvement)
 QI untuk mengidentifikasi masalah dan kegiatan menerapkan bentuk proses
pemecahan masalah yang diketahui dari QC dan QA
 Dugaan masalah : kesalahan mengarah pada faktor human error/ SDM, Tusukan
yang kurang dalam, sehingga darah harus diperas -peras keluar, sehingga terjadi
hemolisis (penekanan terlalu keras)
 Terjadi bekuan darah karena terlalu lambat bekerja
 Kulit yang ditusuk masih basah dengan alkohol (darah terencerkan & tetesan darah
melebar diatas kulit sehingga sukar untuk melakukan pemeriksaan
 Tetesan darah pertama dipakai untuk pameriksaan & lacet yang tidak steril
 Darah diambil dari tempat yang terdapat gangguan peredaran darah
 QP (Quality Planning)
 QP adalah Menstandarisasi pemecahan, menetapkan ukuran ukuran untuk menilai
kinerja suatu laboratorium serta mendokumentasikan langkah langkah pemecahan
masalah dan untuk diimplementasikan pada QLP.
 Perencanaan metode, sampel, SDM dan alat serta menentukan ukuran untuk
menilai suatu kinerja Laboratorium.
 Berikut ini merupakan upaya yang dilakukan pada QP :
- Menguji kemampuan calon tenaga medis saat melakukan rekruitmen dengan memilih
pegawai yang berkompeten, handal dan profesional
- Memperbaiki SOP :
1. Bagian kulit yang akan ditusuk harus didesinfeksi terlebih dahulu dengan alkohol
70% atau povidine iodine kemudian dikeringkan dengan kapas yang steril
2. Kulit setempat ditegangkan dengan memijatnya antara dua jari
3. Lakukan penusukan dengan gerakan yang cepat dengan memakai lancet steril.
Tusukan dilakukan dengan arah tegak lurus pada garis sidik jari
4. Tetesan darah yang pertama kali keluar dihapus dengan menggunakan kapas
streril dan tetasan berikutnya baru boleh digunakan untuk pemeriksaan
- Tenaga medis (Ahli Technology Laboratorium Medis) wajib mengikuti pelatihan atau
workshop secara berkala mengenai pemeriksaan golongan darah bisa dengan bekerja
sama dengan PMI daerah setempat.
- Pembuataan SOP (Standart Operasional Prosedur) mengenai pengambilan sampel
untuk pemeriksaan golongan darah yang benar.
KESIMPULAN
1. 5Q framework untuk tercapainya mutu pemeriksaan seharusnya diterapkan pada
setiap laboratorium dan Kualitas laboratorium dapat diketahui dari seberapa jauh
laboratorium tersebut menerapkan konsep 5Q framework.
2. Karena dengan 5Q framework kita bisa menganalisa dan mengevaluasi
kesalahan yang terjadi dimana pelayanan laboratorium harus selalu
mengutamakan kepuasan pasien dan keselamatan pasien.
3. Melakukan upaya pengendalian mutu suatu laboratorium sehingga dengan
adanya kegiatan tersebut dapat berfungsi untuk meminimalisir dan mencegah
kesalahan yang terjadi baik pada tahap pra analitik, analitik maupun pasca
analitik

DAFTAR PUSTAKA

Siregar, Maria Tuntun dkk. 2018. Bahan Ajar Teknik Laboratorium Medik (TLM) Kendali
Mutu. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai