Anda di halaman 1dari 13

KOMUTABILITAS BAHAN PEMANTAPAN MUTU

EKSTERNAL POINT OF CARE TESTING


GLUKOSA MENGGUNAKAN PENDEKATAN
CLSI DAN IFCC

ABSTRAK
TUJUAN: Tujuan penelitian adalah untuk menilai komutabilitas dari tiga bahan
Pemantapan Mutu Eksternal (PME) untuk glukosa Point of Care Testing (POCT)
menggunakan dua pendekatan untuk mengidentifikasi kesesuaian bahan PME
untuk evaluas dan pemantauan kualitas POCT.
METODE: Commercial Control Materials Samples (CCMs), Pooled Human
Serum Samples (PHSs), dan Homemade Human Whole Blood Samples (HWBs)
yang berasal dari 33 sampel menggunakan 5 instrumen POCT glukosa dan alat
analisis Hitachi 7600. Data dianalisis menggunakan analisis regresi Deming dengan
Prediction Interval (PI) sebesar 95% seperti yang dipaparkan oleh Clinical and
Laboratory Standards Institute (CLSI) EP30-A dan perbedaan analisis bias yang
digambarkan oleh International Federation of Clinical Chemistry (IFCC) tentang
komutabilitas.
HASIL: HWBs, CCMs, dan PHSs, memiliki komutabilitas dengan lima, satu, dan
dua instumen menggunakan pendekatan CLSI. HWBs memiliki komutabilitas
dengan dua instrumen, sedangkan CCMs dan PHSs tidak dapat disimpulkan atau
tidak memiliki komutabilitas dengan lima instrumen dengan pendekatan IFCC.
SIMPULAN: HWBs memiliki komutabilitas dengan semua instrumen
menggunakan pendekatan CLSI dan cocok sebagai material PME untuk uji POCT.
Beberapa hasil penelitian tampak berbeda ketika menggunakan pendekatan IFCC
dan CLSI, keduanya menunjukkan bahwa HWBs mempunyai sifat komutabilitas
yang lebih baik dibandingkan CCMs dan PHSs.

PENDAHULUAN
Point of Care Testing (POCT) menjadi pemeriksaan laboratorium yang
populer karena dapat dilakukan lebih dekat dengan tempat perawatan pasien. POCT
menjadi bagian penting dari kedokteran laboratorium karena portabilitas dan
kemudahan pengoperasiannya oleh personel non-laboratorium atau oleh pasien
sendiri. POCT mempunyai peran penting dalam tatalaksana dan pengelolaan
penyakit diabetes melitus karena memungkinkan kontrol kadar glukosa yang ketat
dan meningkatkan efisiensi layanan klinis untuk outcome pasien yang lebih baik.
Sebagian besar metode analisis menggunakan salah satu dari tiga reaksi enzimatik
untuk mengukur kadar glukosa: Glukosa Oksidase (GOD), Glukosa Dehidrogenase
(GDH), dan Heksokinase/ glukosa-6-fosfat dehidrogenase (HK). Aktivitas
enzimatik pada metode ini menghasilkan arus listrik atau perubahan warna yang

1
sebanding dengan konsentrasi glukosa. Isotope Dilution Gas Chromatography-
Mass Spectrometry (ID-GC/ MS) digunakan pada permintaan dalam jumlah banyak
di laboratorium rujukan, metode HK secara luas digunakan untuk kalibrasi rutin
dan evaluasi keakuratan alat.
Kriteria penilaian akurasi untuk pemantauan glukosa darah mandiri dan
berbasis rumah sakit telah diusulkan oleh banyak organisasi internasional, termasuk
International Standardization Organization (ISO) dan CLSI. Penerapan akurasi
POCT glukosa pada praktik klinis tetap belum memuaskan. Beberapa penelitian
menyebutkan bahwa masih terdapat perbedaan hasil pemeriksan yang dilakukan
oleh instrumen POCT yang berbeda atau antara instrumen POCT dengan alat
otomatis di laboratorium sentral. Spesifisitas yang lebih rendah dari enzim yang
digunakan (GOD dan GDH) menjadi penyebab utama kemungkinan terjadinya
interferensi.
Pemantapan Mutu Eksternal (PME) sangat penting untuk memastikan
bahwa laboratorium memiliki kualitas tinggi. Komutabilitas diperlukan agar hasil
PME dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja dan standarisasi laboratorium.
International Vocabulary of Metrology menetapkan Reference Material (RM)
komutabilitas sebagai kesepakatan antara penilaian kuantitas material yang diambil
dari dua prosedur pengukuran yang berbeda, atau adanya kesepakatan antara
beberapa pemeriksaan sampel pasien. Miller et all, menyatakan bahwa sistem
skoring PME memiliki 6 kategori, berdasarkan kemampuan PME untuk
mengevaluasi hasil pemeriksaan sampel dan kinerja alat. Kategori 1 adalah kategori
yang paling diinginkan, program kategori ini menggunakan sampel yang memiliki
komutabilitas sesuai nilai target yang ditetapkan oleh sistem referensi, dapat
digunakan untuk evaluasi laboratorium mandiri, sebagai prosedur pengukuran
untuk reprodusibilitas, telusur kalibrasi, keseragaman antar laboratorium dan antar
prosedur pengukuran. Komutabilitas yang kurang pada bahan PME secara
internasional diketahui sebagai hambatan utama dalam mencapai kategori I uji
POCT glukosa karena sering menghambat interpretasi.

Evaluasi komutabilitas bahan PME membutuhkan jenis sampel yang


konsisten (sampel kapiler) dan persyaratan ketat yang sulit diterapkan, pendekatan
evaluasi pragmatis diperlukan untuk memastikan interpretasi yang benar dari

2
laporan PME POCT. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai komutabilitas dari
tiga bahan PME untuk POCT glukosa menggunakan dua pendekatan, untuk
mengidentifikasi kesesuaian bahan PME dalam evaluasi dan Pemantauan kualitas
instrumen POCT.

MATERIAL DAN METODE


Desain Penelitian

Peneliti mengevaluasi Commercial Control Materials Samples (CCMs),


Pooled Human Serum Samples (PHSs), dan Homemade Human Whole Blood
Samples (HWBs) sebagai bahan PME dalam bentuk tiga konsentrasi (dilambangkan
1-3) menggunakan lima instrumen POCT dan alat berbasis laboratorium.
Komutabilitas bahan PME dinilai menggunakan analisis regresi Deming dengan
Prediction Interval (PI) sebesar 95% seperti yang dipaparkan oleh CLSI EP30-A
dan perbedaan pada analisis bias yang digambarkan oleh IFCC tentang
komutabilitas.

Instrumen Penelitian
Instrumen Pembanding

Alat Biokimia Otomatis Hitachi 7600 digunakan sebagai instrumen


pembanding menggunakan metode HK. Metode ini terdapat dalam standar NIST
(SRM917) dan merupakan metode referensi yang diterima secara umum untuk
pemeriksaan glukosa di laboratorium sentral. Alat analisis Hitachi 7600 yang biasa
digunakan pada PME dikelola oleh National Center for Clinical Laboratory
(NCCL) di Cina memberikan hasil yang cukup memuaskan. Alat analisis dikalibrasi
dengan kalibrator kimia yang sesuai sebelum dilakukan pemeriksaan.

POCT Glukosa

Lima instrumen POCT glukosa yang biasa digunakan dievaluasi dalam


penelitian ini (Tabel 1). Setiap instrumen POCT dioperasikan sesuai dengan
spesifikasi masing-masing. Peneliti melakukan pemeriksaan pada tiap instrumen
dengan menggunakan satu lot strip dan bahan kontrol internal. Pengukuran ini

3
berada dalam batas yang ditentukan untuk menjaga semua instrumen dalam keadan
stabil selama periode analisis.

Tabel 1. Alat POCT Glukosa yang Diujikan dan Pabriknya serta Laporan
Parameter Kinerja
Manufaktur Prinsip Range yang Sampel Hematokrit Lot
dilaporkan darah %
ACCU Roche GDH 0.6-33.3 C, V, A, 10.0-65.0 474910
CHEK Diagnostic N
perfroma
ACCU- Roche GDH 0.6-33.3 C, V, A, 20.0-70.0 234724
CHEK Diagnostic N 31
Active
StatStrip Nova GOD 0.6-33.3 C, V, A, Tidak 031724
Xpress Biomedical N terganggu 8249
CONTOUR Bayer Vital GDH 0.6-33.3 C, V, A, 0.0-70.0 DW6B
TS GmbH N M3E05
B
HORIBA HORIBA GOD 0.6-55.5 C, V, A, 20.0-60.0 657021
LP-150C STEC, Co. N
Keterangan : A=Arterial, C=Capillary, GDH : Glucose Dehydrogenase, GOD= Glucose
oxidase, N=Neonate, V=venous

SAMPEL
Patient Samples (PSs)

Sebanyak 33 sampel darah vena K2 Ethylenediaminetetraacetic Acid


(EDTA) diperoleh dari sampel sisa di Laboratorium Rumah Sakit Chao-Yang
Beijing, Fakultas Kedokteran tingkat tiga Capital Medical University (Beijing,
Cina). Sampel terdiri dari dari individu dengan dan tanpa diabetes melitus.
Konsentrasi glukosa plasma berkisar antara 3,19-21,94 mmol/L. Sampel dari pasien
dengan anemia, sepsis, syok, sampel yang keruh, ikterik, dan hemolitik
diekslusikan dari penelitian ini. Sampel pasien dibagi menjadi dua alikuot dan
disimpan tidak lebih dari 2 jam pada suhu 2-8 °C sebelum dilakukan pemeriksaan.
Satu alikuot dianalisis dengan lima instrumen POCT, kelima produsen menyatakan
bahwa instrumen mereka cocok menggunakan sampel whole blood vena. Aliquot
lainnya segera disentrifugasi pada 1600 g selama 5 menit untuk mengisolasi plasma
kemudian diperiksa menggunakan alat Hitachi 7600. Tidak ada gangguan yang
bermakna dari EDTA pada semua instrumen penelitian.

4
Commercial Control materials (CCMs)
Commercial Control materials (CCMs) konsentrasi rendah, sedang, dan
tinggi (2,0-4,0, 5,0-12,0, dan 13.0-20.0 mmol/L,) disiapkan dan disediakan oleh
Guangzhou WONDFO Biotech Co, China. CCMs cair terdiri dari air, glukosa, dan
alikuot hemoglobin manusia dijadikan alikuot (0,3 mL/tabung) stabil pada suhu 2-
8 °C selama 2 minggu sebelum dilakukan pemeriksaan. Homogenitas dan stabilitas
bahan dievaluasi menurut ISO 13528.

Pooled Human Serum Samples (PHSs)

Preparat PHS disiapkan dengan mengumpulkan serum yang berasal dari


sampel serum sisa di laboratorium Rumah Sakit Chao-Yang Beijing. Kriteria
inklusi dan eksklusi untuk sampel serum sama dengan sampel PSs. PHSs dengan
konsentrasi glukosa rendah, sedang, dan tinggi (<3,5, 4,0-6,0, dan 10,0 mmol/ L)
dikumpulkan ke dalam tabung reaksi 50 mL, kemudian dijadikan alikuot 0,3 mL/
tabung, dan disimpan pada suhu 2-8 °C selama 2 minggu. Pencairan sampel dibatasi
satu kali setelah pembuatan pool sera. Homogenitas dan stabilitas bahan dievaluasi
menurut ISO 13528.26 2.3.4.

Human Whole Bloods Samples (HWBs)


Human Whole blood samples (HWBs) disiapkan dengan mengumpulkan
sampel darah ABO kompatibel dengan tabung EDTA yang dikumpulkan dari
sampel klinis sisa di Laboratorium Rumah Sakit Chao-Yang Beijing. Kriteria
inklusi dan eksklusi untuk sampel darah ini sama dengan PSs. Sampel darah
lengkap dikumpulkan (10 mL/ tabung) dan dibiarkan untuk mengalami glikolisis
pada suhu 25 °C dalam satu malam untuk mencapai konsentrasi glukosa yang
mendekati nol. Sampel yang dikumpulkan kemudian disentrifugasi pada 1600 g
selama 5 menit untuk memisahkan sel darah dari plasma. Larutan glukosa 50%
ditambahkan ke pool plasma secara terpisah untuk menghasilkan konsentrasi akhir
sebanyak 6,0, 16,0, atau 28,0 mmol/L. Sel-sel yang dipisahkan difiksasi dalam
larutan 4,0% formaldehid dan 4,0% glutaraldehid selama 24-48 jam pada suhu 25
°C, diikuti oleh tiga kali pencucian dengan natrium klorida 0,9%, penyaringan, dan
sentrifugasi akhir pada 1600 g selama 5 menit untuk membuat pellet fixed cell.
Fixed cell dan pool plasma digabungkan kembali pada rasio 1:1 untuk

5
menghasilkan HWB 3.0, 8.0, dan 14.0 mmol/L. Sampel di alikuotasikan (0,3 mL /
tabung) dan disimpan pada suhu 2-8 °C selama 2 minggu. Homogenitas dan
stabilitas bahan dievaluasi menurut ISO 13528.

PERNYATAAN ETIK
Penelitian ini menggunakan sampel klinis sisa anonim sehingga tidak
memerlukan persetujuan dari komite etik atau dewan peninjau etik.

PENGUKURAN
Patient Samples (PSs) dan tiga bahan PME diukur menggunakan lima
instrumen POCT dan alat analisis Hitachi 7600 pada hari yang sama. Semua sampel
dicampur dengan baik pada suhu kamar sebelum diperiksa sebanyak tiga kali.
Pemeriksaan triplo juga dilakukan pada bahan PME pada setiap instrumen. Sampel
dievaluasi oleh instrumen dalam urutan yang ditetapkan, dan waktu pemeriksaan
antara pengukuran pertama dan terakhir adalah selama <30 menit. Semua
pengukuran dilakukan diruang laboratorium dengan suhu ruang terkontrol (23 ± 5
°C) dan kelembaban sesuai dengan anjuran.

ANALISIS DATA
Microsoft Excel 2013 digunakan untuk memproses data, menggunakan
rumus yang disediakan dalam CLSI EP30-A dan IFCC WG tentang komutabilitas.
Nilai outlier diekslusikan berdasarkan CLSI EP30-a bagian 6.3.5 dan bagian kedua
dari panduan IFCC. Sebanyak 30 dari 33 sampel pasien sesuai untuk dilakukan
analisis statistik.

PRESISI DAN PERBANDINGAN ANTAR INSTRUMEN


Evaluasi presisi dari masing masing POCT pada penelitian ini
menggunakan Coefficient Variation (CV) yang dikalkulasikan menggunakan
penilaian triplikasi dari PSs. Analisis regresi passing-bablok digunakan untuk
memperkirakan slope dan intercept POCT dengan alat analisis Hitachi 7600, dan
analisis korelasi Spearmen rank juga turut dilakukan.

6
PENILAIAN KOMUTABILITAS
Dua pendekatan berbeda digunakan untuk evaluasi komutabilitas. Beragam
plot dibuat secara terpisah untuk perbandingan antara masing-masing instrumen
POCT dan Hitachi 7600. Perubahan logaritma ditentukan jika terjadi peningkatan
konsentrasi.
Menurut CLSI EP30-A, hasil PSs yang diubah menjadi log10 dianalisis
dengan regresi Deming. 95% PI di sekitar garis regresi ini dihitung menggunakan
rumus yang dijelaskan dalam CLSI EP30-A Lampiran C dan diplot bersama dengan
hasil perubahan log10 dari tiga bahan PME. Jika hasil dari setiap bahan PME berada
dalam rentang 95% PI, dianggap memiliki komutabilitas, sebaliknya di luar rentang
ini dianggap tidak memiliki komutabilitas sebagai bahan PME.
Menurut rekomendasi dari IFCC WG tentang komutabilitas, perbedan pada
pendekatan bias turut digunakan. Pada pendekatan ini, bias dari masing masing PSs,
Bin(psi) dihitung sebagai selisih antara hasil rata-rata ln-transformasi yang diperoleh
oleh masing-masing instrumen POCT dibandingkan dengan alat Hitachi 7600 [ln
(PSi, POC)-In (PSi, 7600)]. Bln (PS) digunakan sebagai perkiraan bias untuk PS.
Ketidakpastian terkait u(Bln (PS)), dihitung sebagai Standar Deviasi (SD) dari nilai
Bln (Psi) dibagi dengan akar kuadrat dari jumlah PS (n = 30).
Bias dari masing masing bahan PME, Bln (Mj), dihitung sebagai selisih antara
hasil rerata In transformasi yang diperoleh oleh masing-masing instrumen POCT
dibandingakan alat analisis Hitachi 7600 [ln (Mj, POC)-ln (Mj, 7600)]. Rerata varian untuk
setiap instrumen POCT dikumpulkan dan dihiting untuk memperkirakan
ketidakpastian Bln (M), SD antara hasil replikasi bahan PME. SD2 (ln ((M)POC), dan
untuk Hitachi 7600, SD2(ln (M), 7600. u (Bln (M)) dihitung menggunakan persamaan:
akar kuadrat dari (S2 (In(M), POC) + SD2 (ln (M), 7600) ∕ p, di mana p adalah jumlah
pengukuran ulang untuk setiap bahan PME. SD yang dikumpulkan dari bahan PME
mengasumsikan SD yang sama, yang dievaluasi menggunakan profil presisi seperti
yang dijelaskan dalam Bagian kedua dari dokumen IFCC.
Perbedaan bias, DMj, diperkirakan sebagai Bin(Mj) −Bin(PS). Hubungan dari
expanded uncertainty U(DM) dihitung dengan menggunakan persamaan 1,9 × dikali
akar u2Bln (M) + u2 Bin(PS). Faktor cakupan 1,9 digunakan untuk mendapatkan
setidaknya 90% cakupan. Komutabilitas bahan PME dievaluasi dengan DMj dan U

7
(DM) dibandingkan dengan kriteria C, yang ditetapkan sebesar 10,0% (1/2 dari bias
yang diinginkan) berdasarkan ISO15197.
Tiga kemungkinan hasil pada evaluasi komparabilitas menurut pendekatan
IFCC WG:
1. Interval ketidakpastian DMj ± U (DM) berada seluruhnya dalam 0 ± C →
bahan PME memiliki komutabilitas
2. Interval ketidakpastian DMj ± U (DM) jatuh seluruhnya di luar 0 ± C →
bahan PME tidak memiliki komutabilitas
3. Interval ketidakpastian DMj ± U (DM) jatuh sebagian tumpang tindih dengan
0 ± C → komutabilitas bahan PME tidak dapat disimpulkan.
Perbedaan bias (Dmj) dan hasil hubungan ketidakpastian (U(Dm)) dapat
ditemukan pada file tambahan.

HASIL PENELITIAN
Presisi dan Perbandingan Berbagai Instrumen

Median CV dari lima instrumen POC bervariasi dari 1,36% (HORIBA LP-
150 C) hingga 4,13 (StatStrip Xpress) seperti yang di gambarkan pada tabel 2. Slope
Passing-Bablok dan intercept serta koefisien korelasi Spearman untuk setiap
perbandingan POCT dengan alat analisis Hitachi 7600 ditunjukkan pada Tabel 2.
Hasil dari kelima instrumen POCT tersebut menunjukkan korelasi linier yang baik
dengan koefisien Spearman berkisar antara 0,987 hingga 0,992. Slope garis regresi
Passing-Bablok bervariasi dari 0,891-1,166, dan intercept bervariasi dari -0,385
hingga -0,065.

8
Tabel 2. Presisi instrumen POCT Dan Korelasinya Dengan Alat
Analisis Hitachi 7600 Menggunakan Hasil PS
Alat Within run CV, hambatan Slope (95% CI) Koefiesien
%median (q1,q3) (95% CI) korelasi
ACCU-CHEC 2.91 (1.92, 4.05) −0.066 (−0.339 0.897 (0.841-0.942) 0,992
performa to 0.254)
ACCU-CHEK 3.13 (1.34, 5.73) −0.385 (−0.882 1.166 (1.096-1.255) 0,987
Active to 0.056)
StatStrip Xpress 4.13 (2.03, 6.23) −0.227 (−0.462 0.904 (0.858-0.942) 0,989
to 0.074
CONTOUR TS 3.82 (2.37, 5.08) −0.087 (−0.349 0.891 (0.850-0.935) 0,990
to 0.162)
HORIBA LP- 1.36 (0.49, 2.55) −0.065 (−0.231 1.002 (0.966-1.027) 0.991
150C to 0.146)
Hitachi 7600 0.64 (0.44, 0.87) N/A N/A N/A
Catatan: Parameter regresi (slope dan intercept) antara instrumen POCT dan alat
analisis hitachi 7600 yang dikalkulasikan menggunakan analisis regresi passing-
block. Singkatan : CI=confidence interval; CV=coefficient of variation; N/A=not
applicable.

Komutabilitas Bahan PME Berdasarkan Pendekatan CLSI


Penilaian Komutabilitas dari tiga bahan PME berdasarkan pendekatan CLSI
ditunjukkan pada Gambar 1. CCM -1, -2, dan -3 memiliki komutabilitas pada
instrumen 3/5, 2/5, dan 4/5. PHS -1 -2, dan -3 memiliki komutabilitas pada
instrumen 4/5, 3/5, dan 5/5. HWB pada tiga konsentrasi memiliki komutabilitas
pada kelima instrumen POCT, menunjukkan kinerja terbaik di antara tiga bahan
PME dengan pendekatan ini.

Gambar 1: Komutabilitas bahan PME menggunakan pendekatan CLSI. Penilaian


komutabilitas tiga bahan PME,CCMs,PHSs), dan HWBs dengan
pendekatan EP30-A. Kadar glukosa bahan PME dan sampel pasien (PS)
diperiksa dengan lima instrumen POCT dan alat analisis Hitachi 7600. Hasil
transformasi log yang diukur oleh Hitachi 7600 dan instrumen POCT diplot
pada sumbu x dan y. Garis padat dan putus-putus mewakili garis regresi dan
batas 95% PI dari regresi Deming. Lingkaran hitam mewakili hasil
transformasi log dari PS, dan kotak biru, segitiga hijau, dan lingkaran merah
yang merupakan lambang dari HWBs, CCMs, dan PHSs.

9
Komutabilitas Bahan PME Berdasarkan Pendekatan IFCC

Penilaian komutabilitas dari tiga bahan PME` menurut pendekatan IFCC


ditunjukkan pada Gambar 2. HWB-1, -2, dan -3 mempunyai sifat komutabilitas
pada instrumen 3/5, 4/5, dan 3/5. CCM dan PHS tidak dapat disimpulkan sifat
komutabilitasnya pada kelima instrumen POC. Ketiga konsentrasi HWB dapat
diubah pada ACCU-CHEK Performa dan HORIBA LP-150C.

Gambar 2: Komutabilitas dari tiga bahan PME (bahan kontrol CCMs,PHSs HWBs)
dengan pendekatan IFCC. Kadar glukosa dari bahan PME PS diperiksa
dengan lima instrumen POCT dan alat analisis Hitachi 7600. konsentrasi
rerata dari POCT dan Hitachi 7600 diplot pada sumbu x. Bias perbedaan
antara bahan PME da PS diplot pada sumbu y. Garis hitam solid mewakili
garis bias rerata dari PS, dan garis putus-putus merah mewakili kriteria
komutabilitas. Lingkaran hitam mewakili bias PS. Kotak biru, segitiga hijau,
dan lingkaran merah mewakili rerata bias antara masing-masing POCT dan
Hitachi 7600 untuk HWB, CCM, dan PHS. Bar merah mewakili adanya
ketidakpastian luas pada perbedaan bias antara bahan PME dan bias rerata PS.

Perbandingan Komutabilitas Bahan PME Menggunakan Dua Pendekatan


Yang Berbeda
Rangkuman hasil penelitian individu untuk setiap bahan PME dan setiap
instrumen POCT dengan pendekatan CLSI dan IFCC terdapat pada tabel 3. Sekitar
47% dari hasil konsisten antara kedua pendekatan, sementara 47% tidak konsisten.
Hasil CCM-3 sangat tidak konsisten, karena mempunyai sifat komutabilitas pada
tiga instrumen POCT menggunakan pendekatan CLSI, tetapi tidak mempuntai sifat
komutabilitas pendekatan IFCC.

10
Tabel 3. Komutabilitas HWB, CCM, Dan PHS Dengan 5 instrumen POCT
dibandingkan Dengan Alat Hitachi 7600 Menggunakan Dua
Pendekatan.
Instrumen
ACCU- ACCU- StatStrip HORIBA CONTOUR
CHEK CHEK Xpress LP-150C TS
performa active
Material A B A B A B A B A B
HWB-1 C C C C C I C C C I
HWB-2 C C C C C C C C C I
HWB-3 C I C C C C C C C I
CCM-1 NC NC C I C I NC NC C I
CCM-2 NC NC NC NC C C C I NC NC
CCM-3 NC NC C NC C NC C I C NC
PHS-1 C I C I C I NC I C I
PHS-2 NC NC C I NC NC C C C C
PHS-3 C I C I C I C I C I
Catatan : A: Analisis regresi deming dengan interval prediksi 95% seperti yang dijelaskan
dalam CLSI EP30-A.22 B: Perbedaan dalam analisis bias, seperti yang
dijelaskan dalam rekomendasi dari IFCC WG.
Singkatan: C= mem; CCM, bahan kontrol komersial; HWB, darah utuh manusia
buatan sendiri; I, tidak meyakinkan; NC, tidak dapat diubah; PHS, kumpulan
darah manusia

DISKUSI
Penggunaan POCT dalam kedokteran laboratorium saat ini sedang
berkembang sebagai dasar keputusan perawatan medis. Penilaian akurasi dan
reliabilitas klinis POCT sangat penting dilakuka, jika masuk kategori I PME,
konsistensi hasil antara sistem pengukuran yang berbeda dapat dinilai
menggunakan nilai sebenarnya, yang akan meningkatkan harmonisasi dan
standarisasi POCT. Masalah utama bagi penyelenggaraan PME adalah kurangnya
komutabilitas bahan PME pada instrumen POCT yang berbeda. Penelitian ini
bertujuan untuk menilai komutabilitas tiga bahan PME menggunakan lima
instrumen POCT glukosa dan platform laboratorium sentral dengan dua pendekatan
berbeda untuk mengidentifikasi bahan PME semirip mungkin dengan PS asli.
Peneliti mengevaluasi presisi dan komparabilitas dari beragam instrumen
dengan PS, sebelum menilai komutabilitas dari ketiga bahan PME. Dalam rangka
menilai imprecision error alat POCT glukosa, Skeie et al menyatakan bahwa CV
dalam jangka <5,0% memenuhi kebutuhan klinis dari 75,0% pasien kecuali

11
penderita hipoglikemia. HORIBA LP-150C dalam penelitian ini memiliki presisi
terbaik, dan kelima instrumen POC dapat diterima dengan CV <5,0%, dan hasilnya
menunjukkan korelasi linier yang baik pada setiap perbandingan.
Penilaian komutabilitas dari tiga bahan PME pertama kali dilakukan dengan
menggunakan pendekatan CLSI EP30-A, yang menganalisis sampel dengan
pasangan MP dan menentukan bahannya masuk dalam PI 95%. Bukve dkk baru-
baru ini menunjukkan bahwa bahan HWBs memiliki sifat komutabilitas dengan
ketiga alat POCT glukosa menggunakan pendekatan ini. Penelitian ini
menunjukkan bahwa HWB mempunyai sifat komutabilitas pada kelima
instrumen POCT pada ketiga konsentrasi yang dianalisis. CCM dan PHS
mempunyai sifat komutabilitas dengan satu dan dua instrumen di ketiga level secara
berurutan. Pendekatan CLSI biasa digunakan untuk penilaian komutabilitas RM
walaupun pendekatan ini memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan yang
pertama, 95% PI ditentukan oleh seberapa baik korelasi kinerja analisis dari metode
yang dibandingkan dan semakin pendaran hubungan keduanya menjadikan bahan
semakin memiliki komutabilitas. RM dapat mempunyai sifat komutabilitas
menggunakan metode yanganalisisnya buruk namun tidak mempunyai sifat
komutabalitas menggunakan metode yang kinerja analisisnya baik. Kedua,
pendekatan ini tegantung pada inspeksi visual dimana point data pada masing
masing bahan berada pada batas PI. Pendekatan ini tidak memberikan saran
tentang menginterpretasikan hasil pada batas PI. Pendekatan CLSI kemungkinan
tidak ideal ideal untuk menilai komutabilitas bahan PME.
Perbedaan dalam analisis bias untuk mengevaluasi direkomendasikan oleh
IFCC WG untuk mengatasi keterbatasan dari Pendekatan CLSI. Pendekatan IFCC
menentukan apakah perbedaan bias antara sampel ditambah ketidak pastian
memenuhi kriteria tetap untuk menyimpulkan komutabilitas suatu bahan.
Pendekatan ini mengukur kedekatan kesepakatan dan ketidakpastian terkait RM
dan sampel klinis. Kriteria komutalitas tetap berdasarkan pada persyaratan aplikasi
klinis dan tujuan penggunaan RM. Kriteria yang digunakan dalam validasi
komutabilitas pada bahan kontrol lebih ketat dibandingkan untuk bahan PME.
Sebagian besar instrumen POCT glukosa mengalami penurunan presisi dan akurasi
pada range hipoglikemik dibandingkan dengan alat otomatis di laboratorium pusat,

12
kriteria komutabilitas ditetapkan pada 10,0%. HWB mempunyai sifat komutabilitas
pada 2 dari 5 instrumen POCT pada ketiga konsentrasi, sedangkan CCM dan PHS
sebagian besar tidak dapt disimpulkan atau tidak memiliki komutabilitas pada
kelima instrumen POCT dengan pendekatan ini. Hasil ini menunjukkan bahwa
HWB memiliki komutabilitas yang lebih tinggi daripada CCM dan PHS.
Studi terbaru juga melaporkan kesimpulan yang berbeda untuk penilaian
komutabilitas bahan PME menggunakan kedua pendekatan ini. Penelitian ini
mengungkapkan beberapa inkonsistensi antara dua pendekatan. Ketiga konsentrasi
HWB memiliki komutabilitas pada kelima instrumen POCT pada pendekatan
CLSI, tetapi lima hasil yang tidak dapat disimpulkan didapatkan menggunakan
pendekatan IFCC. CCM dan PHS menunjukkan beberapa komutabilitas
menggunakan pendekatan CLSI, sedangkan hasil dari pendekatan IFCC tidak dapat
disimpulkan. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh ketidakpastian perbedaan
yang terlalu besar untuk memenuhi kriteria komutabilitas. Ketidakpastian yang
berlebihan dapat disebabkan oleh disain eksperimental yang tidak sesuai (replikasi
sampel yang kurang), presisi dan/atau selektivitas yang buruk. Karakteristik
komutabilitas yang buruk juga dapat disebabkan oleh analit dan matriksnya, serta
konsentrasinya juga dapat mempengaruhi ketidakpastian saat pengukuran.
Berdasarkan studi ini, peneliti menyarankan untuk meningkatkan jumlah
pengukuran ulang bahan PME untuk mengurangi ketidakpastian. Batasan utama
penelitian ini adalah menggunakan alat analisa Hitachi 7600 sebagai metode
perbandingan. Menurut rekomendasi terbaru IFCC tentang penilaian komutabilitas,
hasil dari setiap metode rutin harus dibandingkan dengan menggunakan metode
referensi tingkat tinggi. Metode HK masih terdaftar sebagai metode referensi untuk
pengukuran glukosa, ID-GC / MS dapat memberikan titik referensi yang lebih baik
dibandingkan alat lain.
Kesimpulan penelitian ini HWBs dibandingkan dengan CCMs dan PHSs
memiliki komutabilitas dengan instrumen POCT dengan dua pendekatan yang
berbeda, mengindikasikan bahwa bahan atau material ini sesuai dengan bahan PME
untuk mengevaluasi dan memonitor kualitas analitik POCT glukosa. Penelitian ini
juga menyarankan pendekatan IFCC untuk evaluasi komutabilitas bahan PME
untuk uji POCT.

13

Anda mungkin juga menyukai