Oleh:
(1908511026)
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
ANALISIS KOLESTEROL PADA DAGING DENGAN METODE GC DAN
HPLC
( KELOMPOK 1)
A. TEORI DASAR DAN PRINSIP
1. Prinsip dan teknik GC (Gas Chromatography
Kromatografi gas adalah teknik analisis yang digunakan untuk
identifikasi produk (dalam kondisi yang sangat terkontrol) dan harus
langsung digabungkan ke spektrometer massa ketika informasi
diperlukan, seperti identifikasi positif puncak pada kromatogram.
Prinsip dasar kromatografi gas adalah semakin besar afinitas
senyawa untuk fase diam, semakin banyak senyawa yang akan
ditahan oleh kolom dan akan semakin lama sebelum dielusi dan
dideteksi.
2. Prinsip dann teknik HPLC (High-Performance Liquid
Chromatography
Kromatografi cair kinerja tinggi (atau kromatografi cair tekanan tinggi,
HPLC) adalah bentuk khusus dari kromatografi kolom yang umumnya
digunakan dalam biokimia dan analisis untuk memisahkan,
mengidentifikasi, dan mengukur senyawa aktif. HPLC terutama
menggunakan kolom yang menampung fase diam, pompa yang
menggerakkan fase gerak melalui kolom, dan detektor yang
menunjukkan waktu retensi molekul. Prinsip kerja dari HPLC : Teknik
kromatografi yang didasarkan pada perbedaan distribusi molekul-
molekul komponen di antara dua fasa (fasa gerak dan fasa diam)
yang berbeda kepolarannya, digunakan untuk keperluan pemisahan,
pengidentifikasian, maupun analisis kuantitaif yang didasarkan pada
pengukuran luas puncak analit dalam kromatogram yang
dibandingkan dengan luas area standar. Waktu di mana analit
tertentu terelusi (keluar dari ujung kolom) disebut waktu retensi.
D. HASIL
1. HASIL DARI METODE HPLC
Berdasarkan hasil kualitatif, uji presisi instrumen HPLC
dengan menggunakan larutan kolesterol standar 50 µg/mL dapat
dilihat pada tabel disamping. Dari tabel tersebut dapat diketahui
bahwa presisi luas puncak maupun waktu retensi dari puncak
kolesterol masing-masing sebesar 2,23 dan 0,59%. Waktu retensi
puncak kolesterol ratarata 1,52 menit. Batas keberterimaan presisi
instrumen adalah 2,0%, maka hasil presisi waktu retensi dapat
diterima, sedangkan presisi luas puncak sedikit lebih tinggi daripada
batas tersebut. Uji spesifisitas dilakukan dengan membandingkan
puncak kolesterol yang diperoleh dari hasil injeksi larutan standar
kolesterol, injeksi larutan hasil persiapan sampel telur saja, dan
injeksi larutan hasil persiapan sampel telur yang diberi tambahan
standar kolesterol.
Hasilnya ditunjukkan pada Gambar 1-3. Dalam gambar, kolesterol
terdeteksi pada waktu retensi 1,51−1,53 menit. Dalam Gambar 2.
terlihat bahwa sampel telur mempunyai puncak kolesterol yang sama
dengan standar kolesterol dalam Gambar 1. Tinggi puncak kolesterol
tersebut meningkat apabila ke dalam sampel yang sama
ditambahkan standar kolesterol (Gambar 3). Dengan demikian,
kolesterol dapat terdeteksi dalam matriks sampel telur dengan baik.
Sedangkan hasil uji kuantitatif dilakukan dengan metode
linearitas. Pengujian linearitas motede analisis kolesterol
menggunakan instrumen HPLC – ELSD dan matriks sampel telur
menunjukkan linearitas yang baik, yaitu peningkatan respons
instrumen yang proporsional dengan peningkatan konsentrasi
kolesterol dalam sampel telur. Ini berarti semakin tinggi konsentrasi
kolesterol standar yang ditambahkan semakin tinggi dan luas puncak
kolesterol yang diperoleh. Konsentrasi kolesterol standar yang
ditambahkan pada pengukuran linearitas ini 50-3000 µg/g sampel.
Hasil pengukuran linearitas metode dapat dilihat pada Gambar 4.
Kurva liniearitas metode yang diperoleh mempunyai nilai R² sebesar
0,997. Nilai ini masuk dalam batas keberterimaan R²≥ 0,990. Dengan
mengetahui nilai R² tersebut, disimpulkan bahwa metode analisis
kolesterol menggunakan HPLC-ELSD ini memiliki linearitas yang
baik.
➢ HASIL
▪ Hasil Kualitatif
Hasil kualitatif pada metode GC-MS dapat dilihat berdasarkan waktu
retensi dimana waktu retensi paling lama dihasilkan oleh komponen
PFBOA n-butyraldoxime, yaitu 12.31. sedangkan waktu retensi
tercepat, yaitu pada komponen PBFOA formaldoxime sebesar 6.47
▪ Hasil Kuantitatif
1. Konsentrasi Aldhehida dalam Air Keran
Konsentrasi aldehida dalam air keran: formaldehida, 0,7-3,3 g/l;
asetalde hidrat. ND-1.1 µg/l; propionaldehyde dan n-butyral
dehyde, di bawah batas deteksi. Kromatogram aldehida dalam air
keran diberikan pada Gambar. 7. Kromatogram GC/MS dari
turunan PFBOA yang diperoleh dengan ekstraksi pelarut diketahui
menampilkan puncak besar yang sesuai dengan PFBOA, yang
tumpang tindih dengan puncak asetaldoksim. Sebaliknya, pada
kromato gram pada Gambar 7 setiap puncak tajam dan terdefinisi
dengan jelas.
2. Konsentrasi Aldhehida dalam Air Keran
Konsentrasi aldehida dalam air mineral komersial. Formaldehida
terdeteksi pada tingkat ND-59 ug/l, asetaldehida, ND-260 ug/l,
propionaldehida, ND-0,9 ug/l, dan n-butiraldehida, ND-0,3 ug/l.
Nilai pengamatan maksimum untuk formaldehida (59 g/l)
mendekati batas Jepang yaitu 80 ug/l. Beberapa air mineral
memiliki konsentrasi asetaldehida lebih dari 100 kali lebih tinggi
dari tingkat di air keran. telah disarankan bahwa kontaminasi
formaldehida air mineral adalah hasil dari penggunaan botol PET.
Dideteksi asetaldehida dalam 19 dari 24 sampel air mineral yang
terkandung dalam botol PET, tetapi konsentrasi aldehida dalam air
mineral yang dikemas dalam wadah kaca dan kertas berada di
bawah tingkat yang dapat dideteksi. Dari 19 sampel yang memiliki
kadar asetaldehida yang terdeteksi, 13 sampel melebihi 100 ug/l.
Namun, lima sampel (3 produk Prancis, 2 produk Jepang) yang
dikemas dalam wadah PET memiliki konsentrasi asetaldehida yang
tidak terdeteksi.
➢ PEMBAHASAN
Dalam analisis aldehida dengan menggunakan GC-MS pada
metode NCI akan menghasilkan fragmentasi sederhana dan
menghasilkan lebih banyak puncak yang berasal dari struktur
karakteristik, memungkinkan konfirmasi setiap aldehida dari spektrum
yang diperoleh setelah derivatisasi dengan PFBOA. Secara khusus,
metode NCI adalah metode yang berguna untuk konfirmasi identitas
majemuk karena mengungkapkan spektrum massa karakteristik. Selain
itu, NCI lebih selektif mendeteksi metode kemudian EI karena
menyediakan ion terkait molekuler, ion fragmen tertentu, dan
memungkinkan pemantauan beberapa ion fragmen. Metode SIM HS-
GC/MS (NCI) menunjukkan 5-Sensitivitas 20 kali lebih tinggi dari HS-
GC/MS (EI)metode SIM, dan kurva kalibrasi menunjukkan linearitas .
Batas deteksi yang ditunjukkan pada Tabel 3 adalah didefinisikan
menurut "Metode untuk penentuan tetra-melalui octa-
chlorodibenzofurans dan coplanar polychlorobiphenyls dalam air dan
limbah industri air (JIS K0312)”. Standar deviasi ditentukan diperoleh
dari 0,5 g/l larutan standar dari masing-masing senyawa pound
➢ KESIMPULAN
• Gas Chromatography Mass Spectrometry merupakan gabungan dua
buah alat yaitu kromatografi gas dan spektrometri massa. Dimana
Kromatografi gas berfungsi sebagai alat pemisah berbagai
komponen campuran dalam sampel dengan prinsip kerja dari
kromatografi gas adalah terkait dengan titik didih senyawa yang
dianalisis serta perbedaan interaksi analit dengan fase diam dan
fase gerak. Senyawa dengan titik didih yang tinggi memiliki waktu
retensi yang lama. Senyawa yang lebih terikat dalam fase cair pada
permukaan fase diam juga memiliki waktu retensi yang lebih lama.
Sedangkan spektrometri massa berfungsi untuk mendeteksi masing-
masing molekul komponen yang telah dipisahkan pada sistem
kromatografi gas dan dengan prinsip kerja spektrometri massa
adalah menembak bahan yang sedang dianalisis dengan berkas
elektron dan secara kuantitatif mencatat hasilnya sebagai suatu
spektrum 9 fragmen ion positif. Fragmen-fragmen tersebut
berkelompok sesuai dengan massanya.
• Aldehid dalam air keran memiliki baku mutu sekitar 90 µg/L menurut
WHO. Adapun aldehid jika berada dalam tubuh dalam jumlah yang
berlebih dapat menimbulkan beberapa masalah kesehatan seperti
contohnya formalin (metanal) yang mengandung gugus fungsi
aldehid jika terpapar dalam jangka pendek (akut) akan
menyebabkan saluran pernapasan teritiasi serta pada kulit akan
menyebabkan gatal, iritasi dan kulit terbakar,. Dan jika terpapar
dalam jangka panjang (kronis) dapat merusak saluran pencernaan,
serta peradangan di mulut, kerongkongan, lambung dan usus
maupun kerusakan hati, limpa, pankreas dan ginjal juga dapat
meningkatkan resiko terkena kanker. Dan dalam kasus parah dapat
menyebabkan koma hingga kematian
DAFTAR PUSTAKA
A. Keszler, K. Heberger, M. Gude. 1998. Quantitative Analysis of Aliphatic
Aldehydes by Headspace SPME Sampling and Ion-Trap GC-MS.
Chromatographia. Vol.48, No. ½.
Giacomo Baccolo, Beatriz Quintanilla-Casas, Stefania Vichi, Dillen
Augustijn, Rasmus Bro. 2021. From untargeted chemical profiling
to peak tables e A fully automated AI driven approach to
untargeted GC-MS. Trends in Analytical Chemistry.
Naeko Sugaya, Tomoo Nakagawa, Katsumi Sakurai, Masatoshi Morita, and
Sukeo Onoderac. 2001. Analysis of Aldehydes in Water by Head
Space-GC/MS. Journal of Health Science. Volume 47(1) 21-27
(KELOMPOK 4)
➢ METODE
A. Alat