LANDASAN TEORI
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang
dinyatakan dalam satuan persen. Kadar air juga merupakan karakteristik yang sangat
penting dalam bahan pangan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta
ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut. Kadar air
menyebabkan mudahnya bakteri, kapang dan khamir untuk berkembang biak sehingga
dan daya tahan bahan itu. Selain merupakan bagian dari suatu bahan makanan, air
merupakan pencuci yang baik bagi bahan makanan tersebut atau alat-alat yang akan
daya tahan bahan makanan terhadap serangan mikroba yang dinyatakan dengan Aw yaitu
jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya
(Winarno 2004).
Penetapan kandungan air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini
tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan
mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105 – 110 °C selama 3 jam atau sampai
didapat berat yang konstan. Untuk bahan yang tidak tahan panas, seperti bahan berkadar
gula tinggi, minyak, daging, kecap dan lain-lain pemanasan dilakukan dalam oven vakum
dengan suhu yang lebih rendah. Kadang-kadang pengeringan dilakukan tanpa pemanasan,
bahan dimasukkan ke dalam eksikator dengan H2SO4 pekat sebagai pengering, hingga
Prinsip penentuan kadar air dengan pengeringan adalah menguapkan air yang ada
dalam bahan dengan pemanasan. Kemudian menimbang bahan sampai berat konstan yang
berarti semua air sudah diuapkan. Cara ini relatif lebih murah dan mudah. Suatu bahan
yang telah mengalami pengeringan ternyata lebih bersifat higroskopis daripada bahan
asalnya. Oleh karena itu, selama pendinginan sebelum penimbangan, bahan selalu
ditempatkan dalam ruang tertutup yang kering, misalnya desikator atau eksikator yang
Penyerap air/uap air ini dapat menggunakan kapur aktif, asam sulfat, silika gel,
aluminium oksida, kalium khlorida, kalium hidroksida, kalium sulfat atau barium oksida.
Silika gel yang sering digunakan sering diberi warna guna memudahkan apakah bahan
tersebut sudah jenuh dengan air atau belum. Bila sudah jenuh akan berwarna merah muda
dan bila dipanaskan menjadi kering berwarna biru (Sudarmadji dkk, 1997). Nilai gizi
suatu produk perikanan dapat dipengaruhi oleh pengolahan dari produk tersebut, dimana
kadar air dari ikan merupakan salah satu penentu dari macam pengolahan yang akan
dilakukan. Apabila kadar air ikan tinggi, maka memerlukan penanganan dan pengolahan
yang lebih ekstra bila dibandingkan ikan yang kadar airnya rendah (Hadiwiyoto, 1993).
Garam merupakan faktor utama dalam proses penggaraman ikan. Sebagai bahan
pengawet dalam proses penggaraman, kemurnian garam sangat mempengaruhi mutu ikan
meningkatkan kandungan kadar garam pada ikan. Bila dibandingkan dengan produk
olahan yang tidak menggunakan garamGaram murni terdiri dari NaCl, tetapi garam
perdagangan yang terbuat dari air laut yang diuapkan pada umumnya tidak terdiri dari
NaCl saja, tetapi juga mengandung Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg). Ca dan Mg
mempunyai sifat higrofis dan kadar air yang lebih tinggi sehingga dapat menyebabkan
garam menjadi kering. Makin kecil kadar Ca dan Mg, maka akan lebih baik hasil
penggaraman. Sebaliknya bila kadar Mg tinggi, dapat menyebabkan ikan menjadi merah,
tetapi bila kadar Ca yang tinggi, dapat menyebabkan warna ikan menjadi keputih-
BAB IV
PROSEDUR KERJA
IV.1 Prosedur kerja penimbangan cawan kosong
IV.2 Prosedur kerja penimbangan cawan + sampel
IV.3 Data Pengamatan
a. Tabel Penimbangan Cawan Kosong Dan Cawan + Sampel
No. Sampel Berat sesudah Berat semula % kadar air % rata – rata
kering ( garam ) ( gram ) (%)
1 Garam bangau
biru
Cawan I
Cawan II 4,637 gram 5,0089 gram 7,42 % 7,29%
4,648 gram 5,0061 gram 7,15%
2 Gk”garam
mas”
Cawan I
Cawan II 4,5419 gram 5,0059 gram 9,27% 8,46%
4,6188 gram 5,0021 gram 7,66%
3 Gh”dolphin”
Cawan I
Cawan II
4,9281 gram 5,0042 gram 1,52% 1,56%
4,9261 gram 5,0038 gram 1,60%
4 Gk”indomekar”
Cawan I
Cawan II
4,8545 gram 5,0025 gram 2,96% 2,24%
4,9261 gram 5,0023 gram 1,52%
5 Gh”segitiga”
Cawan I
Cawan II
4,8966 gram 5,0023 gram 2,11% 2,08%
4,9014 gram 5,0017 gram 2,05%
6 Gh”refina”
Cawan I
4,9448 gram 4,9448 gram 1,28%
Cawan II
4,9635 gram 4,9635 gram 0,87%
1,07%
7 Gh”garuda
mas”
Cawan I
Cawan II 4,8805 gram 5,0049 gram 2,47% 2,65%
4,8624 gram 5,0042 gram 2,83%
2. % kadar air
Untuk semua sampel ( garam halus dan kasar ) rumus yang digunakan % kadar air = berat
semula – berat sesudah kering
Berat sampel
Sehingga :
Garam kasar “ bangau biru ”
1. % kadar air = berat semula – berat sesudah kering
Berat sampel
= 5, 0089 – 4,637 x 100 %
5,0089
= 7,42 %
2. % kadar air = 5,0061 – 4,648 x 100%
5,0061
= 7,15%
% kadar air rata – rata = % kadar I + % kadar II
2
= 7,42 % + 7,15%
2
= 7,28 %
VII. Pembahasan
pada tempe setelah dilakukan pengeringan yaitu 1,6912 gram, sehingga diperoleh
persen kadar air (dry basis) sebesar 66,51%,. Hasil yang didapatmerupakan hasil yang
diambil dari berat konstan bahan, artinya telah dilakukan beberapa kali pengeringan
dan penimbangan.Dilihat dari hasil yang telah diperoleh dapat diketahui bahwa kadar
air yang dimiliki oleh tempe tersebut telah melewati batas maksimal seperti yang
dicantumkan dalam SNI untuk tempe. Meskipun jumlahnya tidak terlalu jauh untuk
Kadar air yang tinggi yang terdapat pada pangan dapat dikatakan bukan bahan
pangan yang segar dan sehat, sehingga sebaiknya tempe yang memiliki kadar air yang
tinggi harus dihindari untuk menghindari dampak buruk untuk konsumen. Pada tempe
yang memiliki kadar air yang tinggi bakteri akan sangat mudah berkembang biak
didalam bahan pangan tersebut. Hal ini dipertegas oleh pernyataan Winarno (2004)
yang menyatakan bahwa kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri,
kapang, dan khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada
bahan pangan.
Hasil yang diperoleh dalam penentuan kadar abu pada tempe yaitu berat bahan
akan diketahui kadar abu sebanyak 5 gram. Sebelum dilakukan pengabuan sebesar
4,9701 gram dan setelah diabukan beratnya 0,05 gram, jadi total kadar abu pada
tempe 1,006 %. Hasil ini didapat dari proses pembakaran yang telah dilakukan
beberapa jam dan penimbangan secara berkala sehingga mencapai berat yang konstan.
Kadar abu dapat ditentukan dengan membandingkan berat tempe setelah mengalami
pembakaran yaitu 0,05 gram dengan berat tempe sebelum mengalami pembakaran
yaitu 4,9701 gram kemudian dikalikan 100 %, maka diperoleh kadar abu adalah
1,006%. Hasil yang didapat dari proses pengujian tersebut dapat membuktikan bahwa
dalam segi kandungan kada abu bahan pangan tersebut masih layak untuk dikonsumsi
karena tidak melewati batas maksimum. Hal ini dipertegas oleh anonim (2011b) yang
memaparkan bahwa Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk bahan pangan tempe
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang
dinyatakan dalam persen. Kadar air merupakan selisih antara berat bahan sebelum
dikeringkan dan setelah dikeringkan. Kadar air yang tinggi akan memudahkan
perubahan pada bahan pangan sepertu tekstur, penampakan, dan cita rasa pada bahan
pangan. Hal ini dipertegas oleh Anonim (2011c), bahwa kadar air yang terkandung
dalam bahan pangan sangat mempen ngat mempengaruhi tekstur, penampakan, dan
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu
atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan
tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar)
and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan
suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan
banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa
jenis gasdan banyak macam molekul organik.
Molekul air dapat diuraikan menjadi unsur-unsur asalnya dengan
mengalirinya arus listrik. Proses ini disebut elektrolisis air. Pada katoda,
dua molekul air bereaksi dengan menangkap dua elektron, tereduksi
menjadi gas H2 dan ion hidrokida (OH–). Sementara itu pada anoda, dua
molekul air lain terurai menjadi gas oksigen (O2), melepaskan 4 ion
H+ serta mengalirkan elektron ke katoda. Ion H+ dan OH– mengalami
netralisasi sehingga terbentuk kembali beberapa molekul air. Reaksi
keseluruhan yang setara dari elektrolisis air dapat dituliskan sebagai
berikut.
Air adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat kimia. Zat-zat
yang bercampur dan larut dengan baik dalam air (misalnya garam-
garam) disebut sebagai zat-zat “hidrofilik” (pencinta air), dan zat-zat
yang tidak mudah tercampur dengan air (misalnya lemak dan minyak),
disebut sebagai zat-zat “hidrofobik” (takut-air). Kelarutan suatu zat
dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi
kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-dipol) antara
molekul-molekul air. Jika suatu zat tidak mampu menandingi gaya tarik-
menarik antar molekul air, molekul-molekul zat tersebut tidak larut dan
akan mengendap dalam air.
Air menempel pada sesamanya (kohesi) karena air bersifat polar. Air
memiliki sejumlah muatan parsial negatif (σ-) dekat atom oksigen akibat
pasangan elektron yang (hampir) tidak digunakan bersama, dan
sejumlah muatan parsial positif (σ+) dekat atom oksigen. Dalam air hal
ini terjadi karena atom oksigen bersifat lebih elektronegatif dibandingkan
atom hidrogen—yang berarti, ia (atom oksigen) memiliki lebih “kekuatan
tarik” pada elektron-elektron yang dimiliki bersama dalam molekul,
menarik elektron-elektron lebih dekat ke arahnya (juga berarti menarik
muatan negatif elektron-elektron tersebut) dan membuat daerah di
sekitar atom oksigen bermuatan lebih negatif ketimbang daerah-daerah
di sekitar kedua atom hidrogen.Air memiliki pula sifat adhesi yang tinggi
disebabkan oleh sifat alami kepolarannya.
Air memiliki tegangan permukaan yang besar yang disebabkan oleh
kuatnya sifat kohesi antar molekul-molekul air. Hal ini dapat diamati saat
sejumlah kecil air ditempatkan dalam sebuah permukaan yang tak dapat
terbasahi atau terlarutkan (non-soluble); air tersebut akan berkumpul
sebagai sebuah tetesan. Di atas sebuah permukaan gelas yang amat
bersih atau bepermukaan amat halus air dapat membentuk suatu
lapisan tipis (thin film) karena gaya tarik molekular antara gelas dan
molekul air (gaya adhesi) lebih kuat ketimbang gaya kohesi antar
molekul air.
Dalam sel-sel biologi dan organel-organel, air bersentuhan dengan
membran dan permukaan protein yang bersifat hidrofilik; yaitu,
permukaan-permukaan yang memiliki ketertarikan kuat terhadap air.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Air).
B. Bentuk dan Tipe Air dalam Suatu Bahan
Air yang terdapat dalam suatu bahan makanan terdapat dalam tiga
bentuk:
1. Tipe I adalah tipe molekul air yang terikat pada molekul-molekul air
melalui suatu ikatan hydrogen yang berenergi besar. Molekul air
membentuk hidrat dengan molekul-molekul lain yang mengandung
atom-atom O dan N seperti karbohidrat, protein atau garam.
2. Tipe II adalah tipe molekul-molekul air membentuk ikatan hydrogen
dengan molekul air lain, terdapat dalam miro kapiler dan sifatnya
agak berbeda dari air murni.
3. Tipe III adalah tipe air yang secara fisik terikat dalam jaringan
matriks bahan seperti membran, kapiler, serat dan lain-lain. Air tipe
inisering disebut dengan air bebas.
4. Tipe IV adalah tipe air yang tidak terikat dalam jaringan suatu
bahan atau air murni, dengan sifat-sifat air biasa. (F.G. Winarno,
1999 : 3 – 14)
C. Kadar Air Dalam Bahan Makanan
Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah
dilakukan pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan dalam udara
terbuka kadar airnya akan mencapai keseimbangan dengan
kelembaban udara di sekitarnya. Kadar air bahan ini disebut dengan
kadar air seimbang. Setiap kelembaban relatif tertentu dapat
menghasilkan kadar air seimbang tertentu pula. Dengan demikian dapat
dibuat hubungan antara kadar air seimbang dengan kelembaban relatif.
Aw = ERH/100
Aw = aktivitas air
1. Bahan lain di samping air juga ikut menguap dan ikut hilang
bersama dengan uap misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri,
dan lain-lain.
2. Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air
atau zat mudah menguap lain. Contoh gula mengalami
dekomposisi atau karamelisasi, lemak mengalami oksidasi dan
sebagainya.
3. Bahan yang mengandung bahan yang dapat mengikat air secara
kuat sulit melepaskan airnya meskipun sudah dipanaskan.
4. Metode Destilasi (Thermovolumetri)
Prinsip penentuan kadar air dengan destilasi adalah menguapkan air
demgan “pembawa” cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi
daripada air dan tidak dapat campur dengan air serta mempunyai berat
jenis lebih rendah daripada air. Zat kimia yang dapat digunakan antara
lain: toluen, xylen, benzen, tetrakhlorethilen dan xylol.
1. Metode Khemis
A. Cara Titrasi Karl Ficher
B. Cara Kalsium Karbid
C. Cara Asetil Klorida
D. Metode Fisis
Ada beberapa cara penentuan kadar air cara fisis antara lain:
B. Pembahasan
Praktikum ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dalam suatu
sampel. Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah susu,
kacang hijau, kacang tanah dan kacang merah. Penetapan kadar air
dalam sampel – sampel tersebut dilakukan dengan menggunakan
metode oven pengering, yang mana pengeringan tersebut dengan cara
memasukkan sampel ke dalam oven pengering pada suhu 105˚ C
selama 8 jam atau sampai beratnya konstan atau tetap. Selisih berat
sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan
(kadar air).
Dari data berat yang kita peroleh antara lain ms (berat cawan dan tutup),
ms1 (berat cawan + tutup + sampel sebelum dikeringkan), ms2 (berat
cawan + tutup + sampel sesudah dikeringkan), maka dapat diketahui
kadar air sampel tersebut yaitu dengan persamaan:
kadar air = (ms1 – ms2 / ms1 – ms) x 100%
Keterangan :
Sampel = ms1 – ms
Selain itu kita juga bisa mencari berat keringnya yaitu dengan rumus
Pada sampel susu didapatkan kadar air yang negatif, hal ini mungkin
disebabkan karena adanya kesalahan prosedur salah satunya mungkin
disebabkan karena kurang ketelitian dalam melakukan penghitungan,
penimbangan, dan metode pemanasan.
Yang termasuk golongan ini adalah: Suhu (Makin tinggi suhu udara
maka pengeringan akan semakin cepat), Kecepatan aliran udara
pengering (Semakin cepat udara maka pengeringan akan semakin
cepat), Kelembaban udara (Makin lembab udara, proses pengeringan
akan semakin lambat), Arah aliran udara (Makin kecil sudut arah udara
terhadap posisi bahan, maka bahan semakin cepat kering)
Yang termasuk golongan ini adalah: Ukuran bahan (Makin kecil ukuran
benda, pengeringan akan makin cepat), Kadar air (Makin sedikit air yang
dikandung, pengeringan akan makin cepat).
BAB V
SIMPULAN
A. Simpulan
Daftar Pustaka
Anonim. 2010. Air. Diakses tanggal 26 November 2010, jam 09.00
WIB. http://id.wikipedia.org/wiki/Air
Astuti. 2007. Petunjuk Praktikum Analisis Bahan Biologi. Yogyakarta :
Jurdik Biologi FMIPA UNY
Fardiaz, Srikandi, FG. Winarno, dan Dedi Fardiaz. 1980. Pengantar
Teknologi Pangan. Jakarta : Gramedia
Sudarmadji, Slamet, Suhardi dan Bambang Haryono. 1989. Analisis
Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta : Liberti Yogyakarta
TINJAUAN PUSTAKA
Air berfungsi sebagai bahan yang dapat mendispersikan senyawa yang terdapat dalam
bahan makanan. Untuk beberapa bahan, air berfungsi sebagai pelarut. Air dapat melarutkan
berbagai bahan seperti garam, vitamin yang larut air, mineral dan senyawa citarasa.
Banyaknya kandungan air dalam bahan pangan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kecepatan dan aktifitas enzim, aktifitas mixroba dan aktifitas kimiawi, yaitu
penampakan, tekstur dan cita rasa gizi yang berubah. Air bebas adalah air yang secara fisik
terikat dalam jaringan matriks bahan, membran, kapiler, serat dan lain – lain, jika air ini
diuapkan seluruhnya maka kandungan air bahan berkisar antara 12 – 25 % tergantung jenis
Kadar air dalam suatu bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan daya
simpan dari bahan pangan tersebut. Apabila kadar air bahan pangan tersebut tidak memenuhi
syarat makabahan pangan tersebut akan mengalami perubahan fisik dan kimiawi yang
ditandai dengan tumbuhnya mikroorganisme pada makanan sehingga bahan pangan tersebut
tidak layak untuk dikonsumsi.penentuan kadar air dari suatubahan pangan sangat penting
agar dalam proses pengolahan dan pendisribusian mendapat penanganan yang tepat. Dengan
memanaskan suatu bahan pangan dengan suhu tertentu maka air dalam bahan pangan tersebut
akan menguap dan berat bahan pangan akan konstan. Berkurangnya berat bahan pangan
tersebut berati banyaknya air yang terkandung dalam bahan pangan tersebut (Saputra, 2015).
Parameter kadar air merupakan pengukuran kandungan air yang berada di dalam
bahan yang bertujuan untuk memberikan batasan minimal atau rentang besarnya kandungaan
air dlam bahan. Metode penetapan kadar air dengan menggunakan destinasi toluen,
kandungan air dalam bahan yang dinyatakan dalam % v/b terhadap berat ekstrak. Kadar air
bahan berpengaruh terhadap masa simpan. Kadar air yang tinggi menyebabkan kerentanan
terhadap aktifitas mikroba. Kandungan air dalam ekstrak merupakan media tumbuhnya
suhu 105˚C selama 3 jam. Kemudian berat sampel ditimbang kadar air dalam bahan dapat
berat awal
Penentuan kadar air berguna untuk mengetahui ketahanan suatu bahan dalam
penyimpanannya dan merupakan cara penanganan yang baik bagi suatu bahan untuk
menghindari pengaruh aktifitas mikroba. Jumlah kadar air yang rendah membuat bahan akan
lebih tahan disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama (Malangi, 2015).
Kadar air merupakan parameter mutu sosis yang penting karna sosis merupakan
produk yang masa simpannya di pengaruhi oleh kadar air. Kadar air sosis fermentasi lele
berkisar antara 59,22-55,65%. Hal ini sesuai dengan SNI 01-3820-1995 tentang sosis yaitu
kadar air maksimal 67,0%. Hal ini disebabakan karena penambahan bahan baku dan
penguapan selama proses pengasupan dari fermentasi. Pada saat sebelum fermentasi sebagian
karbohidrat, protein, garam dan senyawa organik lainnya sehingga air yang terikat berubah
PEMBAHASAN
Kadar air merupakan sejumlah air yang terkandung dalam suatu bahan termasuk
bahan pangan. Kadar air merupakan presentase kandungan air suatu bahan yang dinyatakan
berdasarkan berat basah (wet basis) dan berat kering (dry basis) kadar air ini
adalah parameter penentu mutu bahan. Air dalam bahan pangan sangat berpengaruh terhadap
kualitas dan daya simpan. Selain itu juga sebagai penentu dalam proses pengolahan dan
pendistribusian agar ditangani secara tepat. Penentuan kadar air dalam suatu bahan pangan
dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya metode pengeringan atau Oven
(thermogravimetri), metode oven vakum, metode destilasi, metode kemis, metode fisis,
metode khusus dengan kromatografi, rapid mosture dilakukan dengan metode Oven. Metode
pengeringan untuk penentuan kadar air prinsipnya adalah penguapan air atau menguapkan air
yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan, kemudian menimbang bahan sampai berat
Penentuan kadar air dilakukan pada beberapa bahan pangan yakni kedelai dan tempe.
Kedelai adalah salah satu tanaman jenis polong – polongan yang dapat dijadikan bahan dasar
makanan karna mengandung sumber gizi yang baik bagi manusia. Kedelai terkenal dengan
nilai gizinya, kedelai merupakan sumber protein dan merupakan salah satu makanan yang
mengandung 8 asam amino yang penting dan di perlukan tubuh. Komposisi gizi kedelai
bervariasi tergantung Varietas yang dikembangkan, warna kulit maupun kotiledon. Salah satu
makanan olahan dari kidelai adalah tempe. Tempe adalah makanan yang dibuat dari
vermentasi biji kedelai yang menggunakan jenis kapang Rhizopus, seperti rhizopus
oligosponus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer. Kapang yang tumbuh pada kedelai
dicerna manusia secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang
yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Tempe kaya
akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Selain itu juga mengandung Protein,
lemak dan karbohidrat yang lebih mudah dicerna di bandingkan dengan kedelai.
Hasil pengamatan penentuan kadar air menunjukkan bahwa kedelai memiliki kadar
air sebesar 3,699%, tempe yang dibungkus dengan pelstik memiliki kadar air sebesar
0,9353% dan tempe yng dibungkus dengan daun memiliki kadar air sebesar 8, 2352%
menurut astawan (2013), kedelai memiliki kadar air yang berbeda – beda tergantung jenis
dari kedelai itu sendiri, proses penanganan, pengeringan, penyimpanan dan pendistribusian.
Kadar air kedelai yaitu < 13% sehingga dapat diketahui bahwa hasil poenentuan kadar air
yang dilakukan pada praktikumini telah memenuhi syarat atau sesuai kadar airnya berada
dibawah 13% yakni sebesar 3,669% sedangkan, untuk tempe, menurut Astawan (2013),kadar
air tempe harus < 60% dan dapat dikatakan bahwa hasil penentuan kadar air tempe yang telah
di uji telah sesuai dengan temperatur yaitu kadar air tempe plastik 0,9353% dan tempe daun
8,2352%.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kadar air tempe yang dibungkus dengan
plastik memiliki kadar air yang lebih rendah dibandingkan dengan kedelai dan tempe yang di
bungkus oleh daun. Seharusnya, tempe memiliki kadar air lebih tinggi dari kedelai. Kedelai
memiliki kadar air yang rendah karena memiliki ukuran yang kecil dan kadar airnya akan
terus menurun secara teratur sampai masak fisiologis sedangakan tempe memiliki kadar air
yang tinggi karena telah melewati proses pengolahan yang dapat menyebabkan kadar airnya
meningkat. Selain itu kadar air tempe juga di pengaruhi oleh aktifitas pertumbuhan kapang
pada tempe tersebut. Hasil pengamatan pada tempe yang di bungkus daun menunjukkan
kadar air yang lebih tinggi yaitu 8,2352% dibandingkan dengan kedelai 3,669%. Dapat di
lihat grafik batang atau histogram tingkat kadar air dari kedelai dan tempe berikut.
Menurut SNI -01-6231-2002 kadar air kedelai yang di persyaratkan adalah maksimal
11% sedangakan tempe kedelai menurut SNI 3144 : 2009 kadar air yang di persyaratkan
adalah maksimal 65%. Dengan demikian dapat diketahui kadar pada masing-masing bahan
masih berada di bahwa batas maksimum yang ditetapkan SNI. Kandungan air dalam bahan
pangan ikut menentukan kesegaran dan daya tahan bahan itu sendiri. Perbedaan kadar air
dalam bahan pangan disebabkan karena perbedaan bahan, kualitas bahan, metode yang
digunakan dan proses penyimpanannya. Pada sampel yang digunakan yaitu kedelai dan
tempe yang dibungkus plastik serta tempe yang dibungkus dengan daun.
Penentuan kadar air dengan metote pengeringan atau oven ini cukup mudah dan
murah namun memiliki kelemahan diantaranya bahan air selain air juga ikut menguap dan
ikut hilang bersama uap air. Selain itu, dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang
menghasilkan air dan zat mudah menguap lain. Dengan metode ini bahan yang mengandung
senyawa yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun sudah
dipanaskan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air suatu bahan pangan adalah daya
simpan bahan, air bebas dan air terikat, kadar air basis basah dan kering, aktifitas air,
kelembaban relatif dan kelembaban mutlak serta sifat fisik dari bahan.penentuan kadar air
suatu bahan pangan bergantung pada sifat bahan pangan itu sendiri. Penentuan ini terkadang
tidak mudah dilakukan karena terdapat bahan yang mudah menguap. Dari bahan yang telah di
uji kadar airnya maka bahan yang kadar airnya rendah memiliki daya simpan yang lebih baik.
Kedelai adalah bahan yang kadar airnya rendah dan daya simpanya lebih lama.
KESIMPULAN
1. Kadar air merupakan sejumlah air yang terkandung dalam suatu bahan termasuk bahan
pangan.
2. Penentuan kadar air dapat dilakaukan dengan metode pengeringan atau oven, oven
vakum, destilasi, kemis, fisis,rapid mosture analyzer dan nuclear magnetic resonance.
3. Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan diketahui bahwa kadar air kedelai yaitu
3,699%, tempe bungkus plastik yaitu 0,9353% dan tempe bungkus daun yaitu 8,2352%.
4. Menurut SNI (2002), kadar air kedelai maksimal 11% dan SNI (2009) mengatakan kadar
5. Faktor – faktor yang mempengaruhi kadar air bahan pangan yaitu daya simpan bahan, air
bebas dan air terikat, aktifitas air, kelembaban relatif dan kelembaban mutlak serta sifat
fisik bahan.
DAFTAR PUSTAKA
Amanu. F.N. 2014. Pembuatan tepung mocap di Madura ( kajian vanetas dan
lokasi penanaman) terhadap mutu dan rendemen jurnal pangan dan agroindustri vol. 2
(3) : 161 – 169.
Guntarti, A. 2015. Penentuan parameter NON spesifik Ekstrak Etanol Kulit
Buah Manggis (Garcinia Mangostana) pada Variasi asal daerah. Jurnal
Farmasains Vo. 2 (5)