Anda di halaman 1dari 3

Nama : Indriyani Syafitri

NIM : PO.71.34.1.19.015
Tngkat : 3A

Implementasi 5 Q Framework Pada Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit Metode Tabulasi

Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit Metode Tabulasi

Pemeriksaan hitung jenis leukosit (Differential Count) digunakan untuk mengetahui jumlah


berbagai jenis leukosit. Terdapat Enam jenis leukosit yang masing-masing memiliki fungsi yang
khusus. Sel-sel itu adalah basofil, eosinofil, neutrofil Batang, Segmen, limfosit dan monosit.
Leukosit atau sel darah putih adalah salah satu komponen darah yang berfungsi sebagai sistem
pertahanan tubuh kita dalam melawan benda asing dari luar tubuh. Perhitungan leukosit total
dan hitung jenis leukosit menjadi bagian pemeriksaan Darah lengkap dalam Pemeriksaan
Kesehatan oleh karena itu pemeriksaan hitung jenis leukosit digunakan sebagai  membantu
diagnosis suatu penyakit dan memonitor akan sebuah penyakit atau kondisi yang dapat
mempengaruhi nilai satu atau lebih dari jenis leukosit dengan melihat jumlah dari sel darah
putih, apakah lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai normal/referensi yang ada. Ada beberapa
factor yang menyebabkan tinggi atau rendahnya jumlah dari Leukosit seperti,

 Reaksi obat yang menambah produksi sel darah putih


 Peningkatan produksi sel darah putih untuk melawan infeksi.
 Kelainan sistem kekebalan tubuh yang meningkatkan produksi sel darah putih.
 Produksi sel darah putih tidak normal karena gangguan sumsumtulang.

Permasalahan

Didapatkan hasil dari keenam hitung jenis leukosit Basofil dan eosinofil berada pada nilai
normal, sedangkan N. Batang, Limfosit dan Monosit lebih tinggi dan N. Segmen Rendah

Analisa Kesalahan

Analisa kesalahan sebagai upaya mencapai laboratorium yang bermutu. Upaya mencapai
tujuan laboratorium klinik yakni tercapainya pemeriksaan yang bermutu diperlukan strategi dan
perencanaan Quality Management Science (QMS) dengan suatu model 5Q-Frame work yaitu :

QLP (Quality Laboratory Process )

Pada QLP dilakukan pengamatan terhadap prosedur, alat, sumber daya manusia, metode yang
digunakan dalam pemeriksaan hitung jenis leukosit Sehingga ditemukan beberapa hal sebagai
berikut :
 Pra analitik : Preparat yang di baca pewarnaannya tidak baik
 Analitik : Kesalahan petugas saat proses identifikasi jenis leukosit
 Pasca Analitik : Verifikasi dan validasi hasil karena dilakukan oleh orang yang sama
QC (Quality Control)

Pada QC dilakukan pengamatan terhadap hasil kontrol dan presisi serta akurasi dalam masing-
masing tahapan pemeriksaan, yaitu :

 Pra analitik : Uji kualitas reagen pewarnaan dan pengecatan


 Analitik : Presisi  dan  akurasi  proses identifikasi jenis leukosit yang diamati
 Pasca Analitik : Pengontrolan pencatatan hasil

QA (Quality Assessment)

Pada tahap ini dilakukan uji banding hasil pemeriksaan dengan kelompok lain, dan
dilakukannya validasi lebih dari satu orang serta dilakukannya penilaian terhadap kualitas
pewarnaan dan pembacaan dengan hasil berbeda terhadap sampel yang sama dan didapatkan
hasil yang sangat jauh berbeda

QI (Quality Improvement)

Pada QI menentukan bentuk proses pemecahan masalah untuk mengidentifikasi akar masalah
pada masing-masing tahapan pemeriksaan, yaitu:

1. Pra Analitik:  Pada tahap ini reagen pewarnaan yang digunakan tidak baik dan petugas
yang melakukan pembuatan apusan darah kurang terampil, sehingga sulit saat
melakukan proses pembacaan dan indentifikasi jenis Leukosit. Dalam hal ini reagen
harus di cek terlebih dahulu kualitas nya saat sebelum digunakan dan dibutuhkan
pelatihan terhadap petugas agar meningkatkan keterampilannya

2. Analitik: Pada tahap ini petugas laboratorium kurang baik atau pengetahuan terhadap
jenis jenis dari Leukosit sehingga terjadi kesalahan dalam proses indetifikasi dan
pembacaan. Dalam hal ini dibutuhkan pelatihan terhadap petugas agar meningkatkan
keterampilannya

3. Pasca Analitik: Pada tahap ini mahasiswa sebagai petugas laboratorium tidak


menyamakan/mencocokkan hasil dari pemeriksaan kelompok lain,yang bukan bagian
dari kelompok tersebut. Dalam hal ini diperlukannya validasi dengan melihat juga
bagaimana hasil pemeriksaan dari kelompok lain, karena dalam memvalidasi hasil
dibutuhkan juga rujukan dari orang lain apakah sesuai atau tidak.

QP (Quality Planning)

Dalam QP dilakukan standarisasi pemecahan masalah, menetapkan ukuran-ukuran untuk


menilai kinerja suatu laboratorium serta mendokumentasikan langkah-langkah pemecahan
masalah dan untuk diimplementasikan pada QLP. Selain itu dibuat pembaharuan pada
Standart Operasional Prosedur (SOP), yang meliputi :

 SOP Pembuatan Apusan Darah, ditambahkan tentang prosedur untuk melakukan


apusan yang benar dan contoh gambar apusan yang baik dan tidak.
 SOP Hitung Jenis Lukosit, memuat Gambar dari setiap jenis Leukosit

 SOP Pencatatan, Verifikasi, Validasi Hasil, ditambahkan prosedur untuk mencatat dan
kroscek hasil rutin dan verifikasi validasi hasil dilakukan oleh 2 orang yang berbeda

Kesimpulan :

1. Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang


dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus menerus agar diperoleh hasil
pemeriksaan yang tepat dan teliti, meliputi 3 tahapan yaitu pra analitik, analitik, pasca
analitik.
2. Penyelesaian masalah pada pra analitik. Analitik, dan pasca analitik dalam satu siklus 5
Q framework
3. Didapatkan hasil dari keenam hitung jenis leukosit Basofil dan eosinofil berada pada
nilai normal, sedangkan N. Batang, Limfosit dan Monosit lebih tinggi dan N. Segmen
Rendah
4. Pra Analitik:  Pada tahap ini reagen pewarnaan yang digunakan tidak baik dan petugas
yang melakukan pembuatan apusan darah kurang terampil, sehingga sulit saat
melakukan proses pembacaan dan indentifikasi jenis Leukosit. Dalam hal ini reagen
harus di cek terlebih dahulu kualitas nya saat sebelum digunakan serta keterampilan
petugas

5. Analitik: Pada tahap ini petugas laboratorium kurang baik atau pengetahuan terhadap
jenis jenis dari Leukosit sehingga terjadi kesalahan dalam proses indetifikasi dan
pembacaan. Dalam hal ini petugas membutuhkan prosedur yang jelas dan harus teliti
dalam melakukan sesuatu.

6. Pasca Analitik: Pada tahap ini mahasiswa sebagai petugas laboratorium tidak


menyamakan/mencocokkan hasil dari pemeriksaan kelompok lain,yang bukan bagian
dari kelompok tersebut. Dalam hal ini diperlukannya validasi dengan melihat juga
bagaimana hasil pemeriksaan dari kelompok lain, karena dalam memvalidasi hasil
dibutuhkan juga rujukan dari orang lain apakah sesuai atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai