26/07/2017aldilagn16
Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk
menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium. Kegiatan ini terdiri atas
empat komponen penting, yaitu : pemantapan mutu internal (PMI), pemantapan mutu eksternal
(PME), verifikasi, validasi, audit, dan pendidikan dan pelatihan.
Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh
setiap laboratorium secara terus-menerus agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat. Kegiatan
ini mencakup tiga tahapan proses, yaitu pra-analitik, analitik dan paska analitik.
Beberapa kegiatan pemantapan mutu internal antara lain : persiapan penderita, pengambilan dan
penanganan spesimen, kalibrasi peralatan, uji kualitas air, uji kualitas reagen, uji kualitas media,
uji kualitas antigen-antisera, pemeliharaan strain kuman, uji ketelitian dan ketepatan, pencatatan
dan pelaporan hasil.
PME adalah kegiatan pemantapan mutu yang diselenggaralan secara periodik oleh pihak lain di
luar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai penampilan suatu
laboratorium di bidang pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan PME dilaksanakan oleh pihak
pemerintah, swasta atau internasional dan diikuti oleh semua laboratorium, baik milik
pemerintah maupun swasta dan dikaitkan dengan akreditasi laboratorium kesehatan serta
perizinan laboratorium kesehatan swasta.
PME harus dilaksanakan sebagaimana kegiatan pemeriksaan yang biasa dilakukan oleh petugas
yang biasa melakukan pemeriksaan dengan reagen/peralatan/metode yang biasa digunakan
sehingga benar-benar dapat mencerminkan penampilan laboratorium tersebut yang sebenarnya.
Setiap nilai yang diperoleh dari penyelenggara harus dicatat dan dievaluasi untuk
mempertahankan mutu pemeriksaan atau perbaikan-perbaikan yang diperlukan untuk
peningkatan mutu pemeriksaan.
3. Verifikasi
Verifikasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam
melakukan kegiatan laboratorium mulai dari tahap pra-analitik, analitik sampai dengan pasca-
analitik. Setiap tahapan tersebut harus dipastikan selalu berpedoman pada mutu sesuai dengan
bakuan mutu yang ditetapkan.
4. Validasi hasil
Validasi hasil pemeriksaan merupakan upaya untuk memantapkan kualitas hasil pemeriksaan
yang telah diperoleh melalui pemeriksaan ulang oleh laboratorium rujukan. Validasi dapat
mencegah keragu-raguan atas hasil laboratorium yang dikeluarkan.
5. Audit
Audit adalah proses menilai atau memeriksa kembali secara kritis berbagai kegiatan yang
dilaksanakan di laboratorium. Audit ada dua macam, yaitu audit internal dan audit eksternal.
Audit internal dilakukan oleh tenaga laboratorium yang sudah senior. Penilaian yang dilakukan
haruslah dapat mengukur berbagai indikator penampilan laboratorium, misalnya kecepatan
pelayanan, ketelitian laporan hasil pemeriksaan laboratorium dan mengidentifikasi titik lemah
dalam kegiatan laboratorium yang menyebabkan kesalahan sering terjadi.
Audit eksternal bertujuan untuk memperoleh masukan dari pihak lain di luar laboratorium atau
pemakai jasa laboratorium terhadap pelayanan dan mutu laboratorium. Pertemuan antara kepala-
kepala laboratorium untuk membahas dan membandingkan berbagai metode, prosedur kerja,
biaya dan lain-lain merupakan salah satu bentuk dari audit eksternal.
Pendidikan dan pelatihan bagi tanaga laboratorium sangat penting untuk meningkatkan mutu
pelayanan laboratorium melalui pendidikan formal, pelatihan teknis, seminar, workshop,
simposium, dsb. Kegiatan ini harus dilaksanakan secara berkelanjutan dan dipantau
pelaksanaannya.
Laboratorium klinik sebagai subsistem pelayanan kesehatan menempati posisi terpenting dalam
diagnostik invitro. Dengan pengukuran dan pemeriksaan laboratorium akan didapatkan data
ilmiah yang tajam untuk digunakan dalam menghadapi masalah yang diidentifikasi melalui
pemeriksaan klinis dan merupakan bagian esensial dari data pokok pasien. Indikasi permintaan
laboratorium merupakan pertimbangan terpenting dalam kedokteran laboratorium. Informasi
laboratorium dapat digunakan untuk diagnosis awal yang dibuat berdasarkan riwayat penyakit
dan pemeriksaan fisik. Analisis laboratorium juga merupakan bagian integral dari penapisan
kesehatan dan tindakan preventif kedokteran.
Prof. dr. Hardjoeno, SpPK-K dalam bukunya : Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik,
Bagian dari Standar Pelayanan Medik, mengemukakan tujuan dilakukannya pemeriksaan
laboratorium adalah :
1. Menyaring berbagai penyakit dan mengarahkan tes ke penyakit tertentu misalnya dengan
urinalisis ditemukan bilirubin dan urobilin positif yang berarti ikterus, maka tes
selanjutnya adalah untuk melihat gangguan faal hati.
2. Menegakkan atau menyingkirkan diagnosis misalnya anemia, malaria, tbc, DM.
3. Memastikan diagnosis dari diagnosis dugaan, misalnya tifoid, hepatitis B, HIV.
4. Memasukkan/mengeluarkan dari diagnosis diferensial misalnya pasien dengan panas;
tifoid, malaria, dengue hemorrhagic fever (DHF).
5. Menentukan beratnya penyakit, misalnya hepatitis, infeksi saluran kemih
6. Menentukan tahap penyakit, misalnya penyakit kronis: tbc paru, sirosis hati.
7. Menyaring penyakit dalam seleksi calon donor darah.
8. Membantu menentukan rawat inap, misalnya observasi tifoid, observasi leukemia.
9. Membantu dalam menentukan terapi atau pengelolaan dan pengendalian penyakit,
misalnya leukemia, diabetes.
10. Membantu ketepatan terapi, misalnya tes kepekaan kuman.
11. Memonitor terapi, misalnya tes HbA1c pada diabetes, widal pada tifoid.
12. Menghindari kesalahan terapi dan pemborosan obat setelah ditemukan diagnosis.
13. Membantu mengikuti perjalanan penyakit, misalnya diabetes, hepatitis.
14. Memprediksi atau menentukan ramalan (prognosis) penyakit, misalnya dislipidemia
dengan penyakit jantung, kanker dengan kematian.
15. Membantu menentukan pemulangan pasien rawat inap, misalnya bila hasil pemeriksaan
laboratorium kembali normal.
16. Membantu dalam bidang kedokteran kehakiman, misalnya tes untuk membuktikan
perkosaan.
17. Mengetahui status kesehatan umum (general check up)
Oleh karena itu laboratorium klinik menempati kedudukan sentral dalam pelayanan kesehatan.
Karena kedudukan yang penting itulah maka tanggung jawab laboratorium klinik bertambah
besar, baik tanggung jawab professional (professional responsibility), tanggung jawab teknis
(technical responsibility) maupun tanggung jawab pengelolaan (management responsibility).
Dinamika Globalisasi
Usaha pelayanan kesehatan saat ini baru dalam keadaan transformasi yang cepat untuk
memenuhi permintaan dan kebutuhan masyarakat yang meningkat terus menerus. Selain
pentingnya peran dan kedudukan laboratorium klinik dalam upaya pelayanan kesehatan, terdapat
faktor lain yang mengharuskan setiap laboratorium berkomitmen terhadap penjaminan mutu.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran laboratorium
serta pesatnya arus informasi, tingkat pendidikan masyarakat yang semakin maju, dan adanya
peraturan perundang-undangan dan hukum kesehatan telah mendorong tingginya tuntutan akan
mutu pelayanan laboratorium klinik.
Hasil pemeriksaan laboratorium klinik yang terbaik adalah apabila tes tersebut teliti, akurat,
sensitif, spesifik, cepat, tidak mahal dan dapat membedakan orang normal dari abnormal.
Teliti atau presisi adalah kemampuan untuk mendapatkan nilai yang hampir sama pada
pemeriksaan yang berulang-ulang dengan metode yang sama. Namun teliti belum tentu akurat.
Tepat atau akurat adalah kemampuan untuk mendapatkan nilai yang sama atau mendekati nilai
biologis yang sebenarnya (true value), tetapi untuk dapat mencapainya mungkin membutuhkan
waktu lama dan biaya yang mahal.
Sensitif adalah kemampuan menentukan substansi pada kadar terkecil yang diperiksa. Secara
teoritis tes dengan sensitifitas tinggi sangat dipilih namun karena nilai normalnya sangat rendah
misalnya enzim dan hormon, atau tinggi misalnya darah samar, dalam klinik lebih dipilih tes
yang dapat menentukan nilai abnormal.
Contoh :
Guaiac tes untuk menentukan darah samar dalam feses lebih dipilih daripada benzidin
atau orthotoluidin tes yang lebih sensitive. Dalam keadaan normal kedua tes terakhir
dapat positif karena + 3cc darah samar terdapat dalam faeses, sedangkan tes pertama
positif dalam keadaan abnormal saja.
Tes KED dan CRP sensitive untuk perubahan abnormal tetapi tidak spesifik untuk
penyakit tertentu.
Spesifik adalah kemampuan mendeteksi substansi pada penyakit yang diperiksa dan tidak
dipengaruhi oleh substansi yang lain dalam sampel tersebut, misalnya TPHA (Treponema
Palidum Haemaglutination Test). Secara teoritis spesifisitas sebaiknya 100% hingga tidak ada
positif palsu (false positive).
Contoh :
Pewarnaan Ziehl Nelson sputum, biakan Lowenstein Jensen dan PCR untuk tbc paru
spesitifitasnya 100% tetapi sensitifitasnya misalnya berturut-turut adalah 70%, 100% dan 98%.
Tes yang baik adalah bila sensitivitas dan spesitifitasnya 100% atau mendekati 100%.
Cepat berarti tidak memerlukan waktu yang lama dan lekas diketahui oleh dokter yang merawat.
Tidak mahal dan tidak sulit, artinya dapat dimanfaatkan oleh banyak laboratorium dan
penderita/orang yang memerlukan pemeriksaan laboratorium.
Pada umumnya untuk tes saring diperlukan tes yang sensitif, cepat dan tidak mahal, sedangkan
untuk diagnosis pasti diperlukan tes spesifik yang biasanya lebih mahal. Ketepatan dalam
pemanfaatan tes laboratorium untuk mendapatkan diagnosis akurat dan cepat serta jaminan
kualitas hasil pemeriksan laboratorium akan menghemat pembiayaan, baik untuk diagnosis,
terapi maupun lama rawat inap.
Nilai normal harus ditetapkan oleh masing-masing laboratorium dan dilaporkan bersama-sama
dengan hasil pemeriksan. Biasanya praktisi laboratorium melaporkan rentang normal
berdasarkan umur dan jenis kelamin, dan dokter menginterpretasi hasil tersebut lebih jauh
dengan melihat faktor spesifik lain (mis. diet, aktivitas fisik, kehamilan, dan pengobatan)
Hasil pemeriksan laboratorium dapat mengalami variasi dan bila variasi ini besar (lebih dari 2
SD), maka dianggap menyimpang. Penyebab variasi hasil pemeriksaan laboratorium secara garis
besar dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. Pengambilan spesimen, seperti : antikoagulan, variasi fisiologis pasien (puasa dan tidak
puasa, umur, jenis kelamin, latihan fisik, pengobatan, kehamilan, konsumsi tembakau,
dsb), cara pengambilan, kontaminasi, dsb.
2. Perubahan spesimen, seperti : suhu, pH, lisis, bekuan darah lama tidak dipisahkan dari
serum, dsb. Perubahan bisa terjadi di dalam laboratorium atau selama pengiriman ke
laboratorium.
3. Personel. Faktor personel yang dapat menimbulkan variasi yang besar pada hasil
laboratorium misalnya :
o Kesalahan administrasi, tertukar dengan pasien lain, kesalahan menyalin pada formulir hasil
o Suhu tidak sesuai dengan suhu yang dianjurkan untuk penentuan tes.
o Reagensia yang tidak baik, tidak murni, rusak atau kadaluwarsa. Bahan standard kurang baik
atau tidak ada.
5. Kesalahan sistematis (systematic error), yaitu berkaitan dengan metode pemeriksan (alat,
reagensia, dsb)
6. Kesalahan acak (random error). Variasi hasil yang tidak dapat dihindarkan apabila
dilakukan pemeriksaan berturut-turut pada sampel yang sama walaupun prosedur
pemeriksaan dilakukan dengan cermat.
Manajemen Mutu
Laboratorium klinik bagaikan sebuah industri, dimana sampel yang diterima merupakan bahan
bakunya, sedangkan hasil pemeriksaan yang dikeluarkan merupakan produk yang dihasilkan.
Hasil pemeriksaan yang dikeluarkan harus dapat dijamin mutunya. Untuk meningkatkan dan
mempertahankan mutu pemeriksaan, maka perlu penataan faktor-faktor sebagai berikut :
Program kontrol dalam laboratorium (intralab) atau Pemantapan Mutu Internal (PMI) ialah
program pemantapan mutu, pengecekan dengan nilai baku, penggunaan metode, alat, reagen dan
prosedur yang benar untuk melihat ketelitian, keakuratan, sensitifitas dan spesitifitas
pemeriksaan hingga menghasilkan hasil yang secara klinis dapat dipercaya.
Program kontrol kualitas ekstralab atau Pemantapan Mutu Eksternal (PME) ialah program
pemantapan mutu yang dikoordinasikan oleh Depkes atau perkumpulan profesi misalnya PDS-
PATKLIN sehingga hasil-hasil laboratorium tersebut dapat dipercaya kebenarannya.
Hasil yang baik juga menunjukkan mutu laboratorium tersebut baik, termasuk semua yang
berkaitan dengan tes yaitu dokter, teknisi, metode, reagensia, peralatan dan sarana lainnya. Di
pihak lain, mutu laboratorium klinik yang baik menunjukkan kepercayaan dokter terhadap hasil
tes laboratorium tersebut.
o Penerapan manajemen mutu pelayanan laboratorium, seperti akreditasi, ISO 9001 (Quality
Management System), ISO 15189 yang merupakan perpaduan ISO 9001 dengan ISO/IEC 17025
(International Electrotechnical Commission)
Pada saat akan menentukan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan di laboratorium, perlu
merencanakan dan memilih jenis metode, reagen, bahan, alat, sumber daya manusia dan
kemampuan yang dimiliki laboratorium.
Membuat pedoman, petunjuk dan prosedur tetap yang merupakan acuan setiap pemeriksaan
laboratorium. Standar acuan ini digunakan untuk menghindari atau mengurangi terjadinya variasi
yang akan mempengaruhi mutu pemeriksaan.
Pengawasan sistematis periodik terhadap : alat, metode, dan reagen. QC lebih berfungsi untuk
identifikasi ketika sebuah kesalahan terjadi
Mengukur kinerja pada tiap tahap siklus tes laboratorium: pra analitik, analitik dan pasca
analitik. Jadi, QA merupakan pengamatan keseluruhan input-proses-output/outcome, dan
menjamin pelayanan dalam kualitas tinggi dan memenuhi kepuasan pelanggan. Tujuan QA
adalah untuk mengembangkan produksi hasil yang dapat diterima secara konsisten, jadi lebih
berfungsi untuk mencegah kesalahan terjadi (antisipasi error).
o Manajemen proses : turn around time (waktu tunggu), STAT atau cyto, pelaporan hasil,
pemeliharaan alat
o Keselamatan kerja : kecelakaan jarum suntik (needle stick injury), kimiawi & biologis.
Dengan melakukan QI, penyimpangan yang mungkin terjadi akan dapat dicegah dan diperbaiki
selama proses pemeriksaan berlangsung.
Langkah-langkah Five Q merupakan implementasi manajemen mutu laboratorium yang berujung
pada Continous Quality Improvement (CQI), menjamin pelayanan berstandar tinggi dan
terwujudnya kepuasan pelanggan. Hal ini membutuhkan komitmen pimpinan (Top
Management).
Mutu adalah mendapatkan hasil yang benar secara langsung setiap saat dan tepat waktu,
menggunakan sumber daya yang efektif dan efisien. Ini penting dalam semua tahap proses, mulai
dari penerimaan sampel hingga pelaporan hasl uji.
Untuk mencapai mutu hasil laboratorium yang memiliki ketepatan dan ketelitian tinggi maka
seluruh metode dan prosedur operasional laboratorium harus terpadu mulai dari perencanaan,
pengambilan contoh uji, penanganan, pengujian sampai pemberian laporan hasil uji laboratorium
ke pelanggan. Mutu suatu produk atau jasa bukan hanya penting bagi pemakai namun juga bagi
pemasok. Pada pelayanan jasa laboratorium kesehatan rendahnya mutu hasil pemeriksaan pada
akhirnya akan menimbulkan penambahan biaya untuk kegiatan pengerjaan ulang dan klaim dari
jasa pelanggan.
Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah semua kegiatan yang ditujukan
untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium (Depkes, 1997)
Kegiatan ini terdiri atas empat komponen penting, yaitu : pemantapan mutu internal (PMI),
pemantapan mutu eksternal (PME), verifikasi, validasi, audit, dan pendidikan dan pelatihan.
2. Pemantapan Mutu
2.1 Pemantapan Mutu Internal ( PMI )
Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan
oleh setiap laboratorium secara terus-menerus agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat serta
mendeteksi adanya kesalahan dan memperbaikinya.
Kegiatan ini mencakup tiga tahapan proses, yaitu pra-analitik, analitik dan paska analitik.
Beberapa kegiatan pemantapan mutu internal antara lain : persiapan penderita, pengambilan dan
penanganan spesimen, kalibrasi peralatan, uji kualitas air, uji kualitas reagen, uji kualitas media,
uji kualitas antigen-antisera, pemeliharaan strain kuman, uji ketelitian dan ketepatan, pencatatan
dan pelaporan hasil.
Pemantapan mutu eksternal adalah kegiatan pemantapan mutu yang diselenggaralan secara
periodik oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai
penampilan suatu laboratorium di bidang pemeriksaan tertentu.
Penyelenggaraan PME dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta atau internasional dan diikuti
oleh semua laboratorium, baik milik pemerintah maupun swasta dan dikaitkan dengan akreditasi
laboratorium kesehatan serta perizinan laboratorium kesehatan swasta.
PME harus dilaksanakan sebagaimana kegiatan pemeriksaan yang biasa dilakukan oleh petugas
yang biasa melakukan pemeriksaan dengan reagen/peralatan/metode yang biasa digunakan
sehingga benar-benar dapat mencerminkan penampilan laboratorium tersebut yang sebenarnya.
Setiap nilai yang diperoleh dari penyelenggara harus dicatat dan dievaluasi untuk
mempertahankan mutu pemeriksaan atau perbaikan-perbaikan yang diperlukan untuk
peningkatan mutu pemeriksaan.
Setiap selesai siklus pemeriksaan serum kontrol ketepatan dari program PME, kemudian
dilakukan feed back oleh pihak penyelenggara berupa hasil pemeriksaan yang telah dilaporkan
terhadap nilai target atau nilai laboratorium rujukan dengan kriteria baik, sedang dan buruk dan
disertai dengan pemberian sertifikat telah mengikuti PME dari Pusat Laboratorium Kesehatan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
3. Pencatatan Hasil
Ketepatan atau akurat adalah kemampuan untuk mendapatkan nilai yang sama atau mendekati
nilai biologis yang sebenarnya (true value), tetapi untuk dapat mencapainya mungkin
membutuhkan waktu lama dan biaya yang mahal.
Inakurasi adalah perbedaan antara nilai yang diperoleh dengan nilai sebenarnya (true value).
Ketepatan pemeriksaan terutama dipengaruhi oleh spesifisitas metode pemeriksaan dan kualitas
larutan standar. Agar pemeriksaan hasilnya tepat, maka harus dipilih metode pemeriksaan yang
memiliki spesifisitas analitis yang tinggi.
Ketelitian / Presisi
Ketelitian atau presisi adalah kemampuan untuk mendapatkan nilai yang hampir sama pada
pemeriksaan yang berulang-ulang dengan metode yang sama. Namun teliti belum tentu akurat.
Suatu pemeriksaan umumnya lebih mudah dilihat ketidaktelitian (impresisi) daripada ketelitian
(presisi). Impresisi dapat dinyatakan dengan besarnya SD (Standard Deviasi) atau CV (Koefisien
variasi).
Makin besar SD dan CV makin tidak teliti. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketelitian
yaitu : alat, metode pemeriksaan, volume/kadar bahan yang diperiksa, waktu pengulangan dan
tenaga pemeriksa.
4. Serum Kontrol
Pool serum adalah pool serum yang terbuat dari serum-serum penderita yang tersisa, namun
tidak hemolitik dan lipemik.
Sedangkan kontrol cair komersial adalah serum kontrol yang siap pakai. Didalamnya terkandung
stabilisator dan zat-zat anti bakteri , serum kontrol cair komersial merupakan bahan kontrol
untuk analisa rutin di laboratorium klinik.
Liofilsat adalah cara pengeringan dibawah suhu yang sangat rendah (dibawah titik beku larutan)
dengan tekanan yang sangat rendah.
Kesalahan ini merupakan kesalahan dengan pola yang tidak tetap. Penyebab kesalahan ini adalah
ketidak-stabilan, misalnya pada penangas air, reagen, pipet, dan lain-lain. Kesalahan ini
berhubungan dengan presisi/ketelitian.
Kesalahan Sistematik
Kesalahan sistematik ini merupakan kesalahan yang terus menerus dengan pola yang sama. Hal
ini dapat disebabkan oleh standar kalibrasi atau instrumentasi yang tidak baik. Kesalahan ini
berhubungan dengan akurasi.
6. Intepretasi Hasil Pemantapan Mutu Internal
10 (x) Sepuluh kontrol berturut pada 1 sisi diatas atau dibawah nilai mean, merupakan
“ketentuan penolakan” yang mencerminkan kesalahan sistematik.
IEC.