UNIVERSITAS YARSI
2019/2020
Jalan. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp.62.21.4244574 Fax. 62.21.4245
Daftar Isi
SKENARIO ….…………………………………………………………...……………………...2
KATA SULIT ….………………………………………………………………...………………3
PERTANYAAN …..…………………………………………………………………………...…4
JAWABAN…. ………………………………………………………………………………....... 5
HIPOTESIS ....…………………………………………………………………………………...6
SASARAN BELAJAR ...……………………………………………….……………………….. 7
LO 1 .…………………………………………………………..……………………………..8 - 11
LO 2 ..…………………………………………………………………………………….… 11 -14
LO 3 …………………………………………………………………………………..…… 15 - 22
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………...…………………………...23
1
SKENARIO 3
Medical check up
Seorang perempuan, 45 tahun, pekerjaan tenaga kerja wanita pada PT Amanah dianjurkan
melakukan medical check up di RS Yarsi, pasien diminta untuk melakukan pemeriksaan darah
rutin, gula darah, urin rutin dan feses rutin. Sebelum melakukan pemeriksaan dokter
memerintahkan untuk puasa. Kemudian pasien tersebut menanyakan kepada dokter apakah ia
mesti melakukan medical check up geriatri dikarenakan umurnya mendekati usia geriatri. Dokter
tidak menyarankan dikarenakan umurnya belum tergolong geriatri.
2
Kata Sulit
3
Pertanyaan
4
Jawaban
5
Hipotesis
Medical check up dapat dilakukan secara rutin untuk mendeteksi penyakit sejak dini.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil medical check up yaitu lingkungan, pekerjaan,
& kebiasaan sehari-hari. Medical check up meliputi pemeriksaan darah rutin, gula darah, urin rutin,
& feses rutin. Terdapat 2 macam medical check up yaitu medical check up biasa & medical check
up Geriatri. Medical check up Geriatri lebih fokus untuk mendeteksi penyakit pada lansia.
6
SASARAN BELAJAR
7
LO.1 Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Laboratorium
1.1 Definisi
Prosedur medis yang melibatkan pengujian sampel darah, urin, atau zat lain dari tubuh. Tes
laboratorium dapat membantu menentukan diagnosis, merencanakan perawatan, memeriksa
untuk melihat apakah perawatan bekerja, atau memantau penyakit dari waktu ke waktu.(NCI
Dictionary of Cancer Terms)
1.2 Klasifikasi
1. Mikrobiologi menerima usapan, tinja, air seni, darah, dahak, peralatan medis, begitupun
jaringan yang mungkin terinfeksi. Spesimen tadi dikultur untuk memeriksa mikroba
patogen.
2. Parasitologi, untuk mengamati parasit, contoh penyakit disentri dan diare yang disebabkan
oleh parasit alat pemeriksaan dengan mikroskop.
3. Hematologi, untuk mengetahui adanya kelainan darah seperti anemia (kurang darah),
adanya infeksi atau kelainan sel darah putih yang lain, alergi dan gangguan pembekuan
darah akibat kelainan jumlah trombosit
4. Kimia Klinik, mempunyai tujuan untuk mendeteksi awal adanya virus, memperkirakan
status imun seseorang dan juga dapat digunakan dalam rangka pemantauan respon pasca
vaksinasi.
5. Toksikologi, menguji obat farmasi, obat yang di salah gunakan, dan toksin lain. Untuk
pemeriksaan racun dan keracunan.
6. Imunologi, menguji antibodi contoh penyakit Hepatitis B.
7. Serologi, menerima sampel serum untuk mencari bukti penyakit seperti Hepatitis atau HIV.
8. Unirinalisis, menguji air seni untuk sejumlah anlit.
9. Patologi, bedah menguji organ, ekstremitas, tumor, janin, dan jaringan lain yang dibiopsi
pada bedah seperti masektomi payudara.
10. Sitologi, menguji usapan sel (seperti dari mulut rahim) untuk membuktikan kanker dan
lain-lain.
1.3 Tujuan
a. Quality Planning(QP)
Quality planning adalah untuk menentukan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan di
laboratorium, perlu merencanakan dan memilih jenis metode, reagen, bahan, alat, sumber
daya manusia dan kemampuan yang dimiliki laboratorium.
b. Quality Laboratory Practice(QLP)
8
Quality laboratorium practice adalah membuat pedoman, petunjuk dan prosedur tetap yang
merupakan acuan setiappemeriksaan laboratorium. Standar acuan ini digunakan untuk
menghindari atau mengurangi terjadinya variasi yang akan mempengaruhi mutu pemeriksaan.
c. Quality Control(QC)
Quality control untuk pengawasan sistematis periodik terhadap : alat, metode dan
reagen. QC lebih berfungsi untuk mengawasi, mendeteksi persoalan dan membuat koreksi
sebelum hasil dikeluarkan. Quality controladalah bagian dari quality assurance, dimana
quality assurancemerupakan bagian dari total quality manajement.
d. Quality Assurance(QA)
Quality assurance adalah mengukur kinerja pada tiap tahap siklus tes laboratorium:
pra analitik, analitik dan pasca analitik. Jadi, QA merupakan pengamatan keseluruhan
input-proses-output/outcome, dan menjamin pelayanan dalam kualitas tinggi dan memenuhi
kepuasan pelanggan. Tujuan QA adalah untuk mengembangkan produksi hasil yang dapat
diterima secara konsisten, jadi lebih berfungsi untuk mencegah kesalahan terjadi (antisipasi
error).
e. Quality Improvement(QI)
Quality improvement adalah penyimpangan yang mungkin terjadi akan dapat dicegah dan
diperbaiki selama proses pemeriksaan berlangsung yang diketahui dari quality controldan
quality assessment. Masalah yang telah dipecahkan, hasil akan digunakan sebagai dasar
proses qualityplanningdan quality process laboratory berikutnya.
1.4 Prosedur
9
1. Pada surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan laboratorium sebaiknya memuat
secara lengkap:
a. Tanggal permintaan
b. Tanggal dan jaminan pengambilan
c. Identitas pasien (Nama, umur, jenis kelamin, alamat ) atau identitas spesimen
d. Identitas pengirim (Nama, alamat, nomor telpon).
e. Diagnosa/keterangan klinis.
f. Obat-obatan yang telah diberikan dan lama pemberian.
g. Jenis spesimen, lokasi pengambilan spesimen, dan volume spesimen.
h. Pemeriksaan laboratorium yang diminta.
i. Nama pengambilan spesimen.
j. Transpor media/ pengawet yang digunakan
5. Penerimaan spesimen
6. Pengambilan spesimen
10
a. Waktu pengambilan, umumnya pengambilan spesimen dilakukan pada pagi hari
tertentu untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi dan imunologi karena
umumnya nilai normal berdasarkan nilai pada pagi hari. Namun ada beberapa
pemeriksaan yang waktu pengambilan spesimen harus disesuaikan
denganperjalanan penyakit dan fluktuasi harian, misalnya pemeriksaan enzim-
enzim jantung.
c. Cara pengambilan spesimen harus dilaksanakan oleh tenaga yang kompeten dengan
cara yang benar, agar spesimen tersebut mewakili keadaan yang sebenarnya.
7. Wadah spesimen
Wadah spesimen harus memenuhi syarat:
a. Terbuat dari gelas atau plastik.
b. Tidak bocor atau tidak merembes.
c. Harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir.
d. Besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen.
e. Bersih dan kering.
f. Tidak mempegaruhi sifat zat-zat dalam spesimen.
g. Untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak atau terurai karena
sinar matahari, maka perlu digunakan botol berwarna coklat(aktinis).
h. Untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman, wadah harus steril.
i. Untuk wadah spesimen urin, sputum, tinja sebaiknya menggunakan wadah
bermulut lebar.
8. Pengawet spesimen
Beberapa spesimen memerlukan bahan tambahan berupa bahan pengawet atau anti
koagulan. Kesalahan dalam pemberian bahan tambahan tersebut dapat mempegaruhi hasil
pemeriksaan. Bahan tambahan yang dipakai harus memenuhi persyaratan yaitu tidak
menggangu atau mengubah zat yang diperiksa.
9. Pengiriman spesimen
Laboratorium yang akan melakukan pengiriman spesimen yang telah terkumpul, agar
kualitas dari spesimen dapat terjamin. Disamping itu, analisa kesehatan yang akan melakukan
pengiriman spesimen harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
11
a. Sebelum mengirim spesimen ke laboratorium pastikan bahwa spesimen telah
memenuhi persyaratan seperti yang tertera dalam persyaratan masing-masing
pemeriksaan. Lakukan pengambilan ulang pada spesimen yang tidak memenuhi
persyaratan.
b. Pengiriman spesimen harus disertai formulir permintaan yang di isi lengkap. Pastikan
bahwa identitas pasien pada label dan formulir permintaan sudah sama.
e. Penyimpanan spesimen
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan memperhatikan
jenis pemeriksaan yang akan diperiksa. Persyaratan penyimpanan beberapa spesimen untuk
beberapa pemeriksaan harus memperhatikan jenis spesimen, antikoagulan/pengawet dan
wadah serta stabilitasnya. Beberapa cara penyimpanan spesimen yaitu :
f. Pengolahan spesimen
Waktu antara pengambilan spesimen dengan pengolahan spesimen harus dilakukan sesegera
mungkin. Penundaan pengelohan spesimen selambat-lambatnya 2 jam setelah pengambilan
spesimen. Penundaan yang terlalu lama akan menyebabkan perubahan fisik, kimiawi dan dapat
menjadi sumber kesalahan dalam pemeriksaan.
2. Analitik
12
b. Kualitas Reagen
Reagen memegang peran penting terutama dalam interpretasi hasil pemeriksaan
laboratorium. Sebelum digunakan dalam pemeriksaan setiap reagen harus dilakukan uji
mutu untuk melihat apakah suatu reagen baik digunakan dalam pemeriksaan sehingga
tidak terjadi kesalahan dalam pemeriksaan dan didapatkan hasil yang baik.
c. Metode
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih metode yaitu:
1) Tujuan pemeriksaan, misalnya uji saring diagnostik dan evaluasi hasil pengobatan.
Maka dibutuhkan metode yang memiliki sensitifitas dan spesifitas yang tinggi .
3) Rekomendasi resmi
yaitu berbagai metode pemeriksaan laboratorium dapat dipilih berdasarkan rekomendasi dari suatu
lembaga/badan yang diakui atau organisasi profesi antara lain Word Health Organization(WHO).
Dalam praktek sehari-hari, klinik meminta suatu pemeriksaan diulang karna tidak
yakin dengan hasilnya. Nilai ketelitian menunjukan seberapa dekat suatu hasil pemeriksaan
bila dilakukan berulang dengan sampel yang sama. Ketelitian terutama dipengaruhi oleh
kesalahan acak yang tidak dapat dihindari.
13
b. Pelaporan hasil : format hasil berisi, tidak ada transkrip, tulisan jelas, dan tidak ada
kesalahan penulisan angka dan satuan yang digunakan, pencantuman nilai normal,
pencantuman keterangan yang penting bila dilakukan pengulangan pemeriksaan,
penyampaian hasil segera dilakukan setelah pemeriksaan dilakukan, mempunyai dokumen
atau arsip yang lengkap jelas dan mudah dimengerti, disiapkan buku ekspedisi ( Santoso,
2008). Untuk menjaga kerahasiaan hasil pasien sebaiknya hasil yang diberikan tersegel.
Hasil pemeriksaan harus memiliki rekaman dokumen yang dapat disimpan untuk
pembuktian, memastikan ketertelusuran dalam pemberian hasil pasien. ( Siregar C, 2007).
14
LO.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tahapan Pra-Analitik
a. Faktor Diet
Makanan dan minuman dapat mempengaruhi hasil beberapa jenis
pemeriksaan laboratorium baik langsung maupun tidak langsung, misalnya pemeriksaan
glukosa darah dan trigliserida. Pemeriksaan ini dipengaruhi secara langsung oleh makanan dan
minuman. Karena pengaruhnya yang sangat besar, maka pada pemeriksaan glukosa darah,
pasien perlu dipuasakan 10 – 12 jam dan untuk pemeriksaan trigliserida, pasien dipuasakan
sekurang-kurangnya 12 jam sebelum pengambilan darah.
b. Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan baik secara oral maupun cara lainnya akan
menyebabkan respon tubuh terhadap obat tersebut. Disamping itu pemberian obat secara intra
muskular akan menimbulkan jejas pada otot, sehingga menyebabkan enzim yang dikandung
dalam otot tersebut akan masuk ke dalam darah, yang selanjutnya dapat mempengaruhi hasil
beberapa pemeriksaan. Obat-obatan yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium misalnya :
c. Merokok
Merokok dapat menyebabkan perubahan cepat dan lambat pada kadar zat tertentu yang
diperiksa. Perubahan dapat terjadi dengan cepat hanya dalam 1 jam dengan merokok 1 – 5
batang dan akibat yang ditimbulkan adalah peningkatan kadar asam lemak, epinefrin, gliserol
bebas, aldosteron dan kortisol. Perubahan lambat terjadi pada hitung lekosit, lipoprotein,
aktifitas beberapa enzim, hormon, vitamin, petanda tumor dan logam berat.
d. Ketinggian
Perubahan tingkat beberapa konstituen dalam darah terjadi ketika diukur di permukaan laut
sebagai kebalikan dari pengukuran di ketinggian yang lebih tinggi (Tabel 2). Sebagai contoh,
kadar hematokrit dan hemoglobin dapat mencapai 8% lebih tinggi pada ketinggian 1.400 m.
Peningkatan 65% protein C-reaktif telah dilaporkan pada 3.600 m. Konsentrasi beberapa
analit, seperti plasma renin, transferin serum, kreatinin urin, dan estriol, dan tingkat
pembersihan kreatinin menurun dengan meningkatnya ketinggian.
15
e. Alkohol
Konsumsi alkohol juga menyebabkan perubahan cepat dan lambat beberapa kadar analit.
Perubahan cepat terjadi dalam waktu 2-4 jam setelah konsumsi alkohol dan terlihat akibatnya
berupa peningkatan pada kadar glukosa, laktat, asam urat, dan terjadi asidosis metabolik.
Perubahan lambat berupa peningkatan aktifitas aglutamyltransferase, AST, ALT, trigliserida,
kortisol, dan MCV (mean corpuscular volume) sel darah merah.
f. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dapat menyebabkan terjadinya pemindahan cairan tubuh antara
kompartemen di dalam pembuluh darah dan interstitial, kehilangan cairan karena berkeringat
dan perubahan kadar hormon. Akibatnya akan terdapat perbedaan yang besar antara kadar gula
darah di arteri dan di vena serta terjadi perubahan konsentrasi gas darah, kadar asam urat,
kreatinin, aktivitas CK, AST, LDH, LED, Hb, hitung sel darah dan produksi urin.
g. Demam
Pada waktu demam akan terjadi :
1. Peningkatan gula darah pada tahap permulaan, dengan akibat terjadi peningkatan kadar
insulin yang akan menyebabkan terjadinya penurunan kadar gula darah pada tahap lebih lanjut.
2. Terjadi penurunan kadar kolesterol dan trigliserida pada awal demam karena terjadi
peningkatan metabolisme lemak, dan terjadi peningkatan asam lemak bebas dari benda-benda
keton karena penggunaan lemak yang meningkat pada demam yang sudah lama.
3. Lebih mudah menemukan parasit malaria dalam darah.
4. Lebih mudah mendapatkan biakan positif.
5. Reaksi anamnestik yang akan menyebabkan kenaikan titer Widal.
a. Trauma
Trauma dengan luka perdarahan akan menyebabkan antara lain penurunan kadar substrat
maupun aktifitas enzim, termasuk juga hemoglobin, hematokrit dan produksi urine. Hal ini
terjadi karena terjadi pemindahan cairan tubuh ke dalam pembuluh darah yang menyebabkan
pengenceran darah. Pada tingkat lanjut akan terjadi peningkatan ureum dan kreatinin serta
enzim-enzim yang berasal dari otot.
Dalam tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat-zat tertentu dari waktu ke waktu yang
disebut variasi circadian rhythms. Perubahan kadar zat yang dipengaruhi oleh waktu dapat
bersifat linear (garis lurus) seperti umur, dan dapat bersifat siklus seperti siklus harian (variasi
diurnal), siklus bulanan (menstruasi) dan musiman.
Variasi diurnal yang terjadi antara lain : Besi serum. Besi serum yang diambil pada sore hari
akan lebih tinggi kadarnya daripada pagi hari.
16
Glukosa. Kadar insulin akan mencapai puncaknya pada pagi hari, sehingga apabila tes
toleransi glukosa dilakukan pada siang hari, maka hasilnya akan lebih tinggi daripada bila
dilakukan pada pagi hari.
Enzim. Aktifitas enzim yang diukur akan berfluktuasi disebabkan oleh kadar hormon yang
berbeda dari waktu ke waktu.
Eosinofil. Jumlah eosinofil menunjukkan variasi diurnal, jumlahnya akan lebih rendah
pada malam hari sampai pagi hari daripada siang hari.
Kortisol, kadarnya akan lebih tinggi pada pagi hari daripada pada malam hari
Kalium. Kalium darah akan lebih tinggi pada pagi hari daripada siang hari.
Selain yang sifatnya harian, dapat terjadi fluktuasi kadar zat dalam tubuh yang bersifat bulanan.
Variasi siklus bulanan umumnya terjadi pada wanita karena terjadi menstruasi dan ovulasi
setiap bulan. Pada masa sesudah menstruasi akan terjadi penurunan kadar besi, protein dan
fosfat dalam darah disamping perubahan kadar hormon seks. Demikian juga, pada saat ovulasi
terjadi peningkatan aldosteron dan renin serta penurunan kadar kolesterol darah.
c. Umur
Umur berpengaruh terhadap kadar dan aktifitas zat dalam darah. Hitung eritrosit dan kadar
hemoglobin jauh lebih tinggi pada neonatus daripada dewasa. Fosfatase alkali, kolesterol total
dan kolesterol-LDL akan berubah dengan pola tertentu sesuai dengan pertambahan umur.
d. Ras
Jumlah lekosit pada orang kulit hitam Amerika lebih rendah daripada orang kulit putihnya.
Demikian juga pada aktifitas creatin kinase. Keadaan serupa juga dijumpai pada ras bangsa
lain, seperti perbedaan aktifitas amylase, kadar vitamin B12 dan lipoprotein.
e. Jenis Kelamin
Berbagai kadar dan aktifitas zat dipengaruhi oleh jenis kelamin. Kadar besi serum dan
hemoglobin berbeda pada wanita dan pria dewasa. Perbedaan ini akan menjadi tidak bermakna
lagi setelah umur lebih dari 65 tahun. Perbedaan lain berdasarkan jenis kelamin adalah aktifitas
CK dan kreatinin.
Perbedaan ini lebih disebabkan karena massa otot pria relatif lebih besar daripada wanita.
Sebaliknya, kadar hormon seks wanita, prolaktin, dan kolesterol-HDL akan dijumpai lebih
tinggi pada wanita.
f. Kehamilan
Bila pemeriksaan dilakukan pada wanita hamil, pada saat interpretasi hasil perlu
mempertimbangkan masa kehamilan wanita tersebut. Pada kehamilan akan terjadi hemodilusi
(pengenceran darah) yang dimulai pada minggu ke-10 kehamilan dan terus meningkat sampai
minggu ke-35 kehamilan.
Volume urine akan meningkat 25% pada trimester ke-3.
17
Selama kehamilan akan terjadi perubahan kadar hormon kelenjar tiroid, elektrolit, besi, ferritin,
protein total, albumin, lemak, aktifitas fosfatase alkali, faktor koagulasi dan kecepatan endap
darah.
Perubahan tersebut dapat disebabkan karena induksi oleh kehamilan, peningkatan protein
transport, hemodilusi, peningkatan volume tubuh, defisiensi relative karena peningkatan
kebutuhan atau peningkatan protein fase akut.
g. Durasi Puasa
Idealnya, subjek harus diinstruksikan untuk berpuasa semalaman setidaknya 12 jam
sebelum pengumpulan spesimen (Tabel 5). Alasan penetapan 12 jam didasarkan pada fakta
bahwa peningkatan kadar trigliserida serum setelah makan berlemak dapat bertahan hingga 9
jam, tetapi ada sedikit efek pada kadar kolesterol total atau apolipoprotein AI dan AII.
Efek puasa yang berkepanjangan, bagaimanapun, dapat mempengaruhi beberapa hasil
laboratorium. Dengan demikian, selama puasa 48 jam, pembersihan bilirubin hepatik bisa
sekitar 240% lebih dari nilai nominal. Dengan puasa yang berkepanjangan, terjadi penurunan
kadar protein spesifik, seperti komponen komplemen C3, prealbumin, dan albumin. Kadar
protein normal ini dipulihkan dengan cepat dengan suplementasi protein.
Efek puasa, bagaimanapun, bervariasi tergantung pada massa tubuh. Pada orang kurus,
penggunaan lemak seperti yang tercermin oleh peningkatan konsentrasi asam asetoasetat
dalam darah minimal selama puasa 1 hari tetapi meningkat cepat dengan puasa yang
berkepanjangan. Namun, pada orang yang obesitas, kadar asam asetoasetat meningkat tajam
selama puasa 1 hari. Sebaliknya, sementara lipolisis, sebagaimana tercermin oleh peningkatan
3 kali lipat dalam konsentrasi serum gliserol dengan 3 hari puasa diamati pada orang kurus,
sedikit perubahan dicatat pada orang gemuk.
h. Menstruasi
Pada awal menstruasi, kadar estrogen yang rendah memicu pelepasan hormone perangsang
folikel dari kelenjar hipofisis. Dengan demikian, indung telur distimulasi untuk menghasilkan
estrogen, dan kadarnya mulai meningkat secara nyata dari hari keenam atau ketujuh setelah
menstruasi; level puncak dicapai pada sekitar hari ke-13. Sehari kemudian, ledakan hormon
luteinizing dilepaskan dari kelenjar hipofisis menandakan ovulasi. Dengan timbulnya ovulasi,
tingkat progesteron terus meningkat sampai berkurang bersama dengan tingkat estrogen, tepat
sebelum dimulainya siklus menstruasi berikutnya. Dengan demikian, interval referensi untuk
estradiol, hormon perangsang folikel, hormon luteinizing, dan progesteron dipengaruhi oleh
tahapan siklus menstruasi (yaitu fase folikel, pertengahan siklus, dan luteal)
Bersamaan dengan ovulasi, kadar kolesterol serum lebih rendah dari pada fase siklus
menstruasi lainnya. Selama pertengahan siklus atau fase luteal, konsentrasi aldosteron sekitar
2 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan nilai selama fase folikuler. Aktivitas renin dapat
meningkat selama fase luteal dari siklus. Sebaliknya, kadar fosfat dan zat besi serum menurun
selama menstruasi.
18
LO. 3 Memahami dan menjelaskan Medical Check Up Geriatri
3.1 Definisi
Medical check up geritari adalah pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh pada lansia.
Melalui pemeriksaan ini diharapkan suatu penyakit atau gangguan kesehatan bisa dideteksi
sejak dini. Lansia dengan gangguan penyakit tertentu atau berada pada peningkatan risiko
untuk masalah kesehatan tertentu, sebaiknya lebih sering untuk memeriksakan diri pada dokter
dan sebisa mungkin menjalani tes tertentu.
3.2 Klasifikasi
1. Osteoporosis
Keadaan yang terutama menyebabkan gangguan intelektual pada pasien lanjut usia adalah
delirium dan demensia. Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat
yang disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat
kesadaran. Demensia tidak hanya masalah pada memori. Demensia mencakup berkurangnya
kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau mengingat pengalaman yang lalu dan
juga kehilangan pola sentuh, pasien menjadi perasa, dan terganggunya aktivitas . (Geddes et
al.,2005; Blazer et al., 2009).
19
gangguan pendengaran pada geriatri adalah dengan cara memasangkan alat bantu dengar atau
dengan tindakan bedah berupa implantasi koklea (Salonen, 2013).
Terapi pengobatan pada pasien usia lanjut secara signifikan berbeda dari pasien pada usia
muda, karena adanya perubahan kondisi tubuh yang disebabkan oleh usia, dan dampak yang
timbul dari penggunaan obat-obatan yang digunakan sebelumnya. Masalah polifarmasi pada
pasien geriatri sulit dihindari dikarenakan oleh berbagai hal yaitu penyakit yang diderita
banyak dan biasanya kronis, obat diresepkan oleh beberapa dokter, kurang koordinasi dalam
pengelolaan, gejala yang dirasakan pasien tidak jelas, pasien meminta resep, dan untuk
menghilangkan efek samping obat justru ditambah obat baru. Karena itu diusulkan prinsip
pemberian obat yang benar pada pasien geriatri dengan cara mengetahui riwayat pengobatan
lengkap, jangan memberikan obat sebelum waktunya, jangan menggunakan obat terlalu lama,
kenali obat yang digunakan, mulai dengan dosis rendah, naikkan perlahan-lahan, obati sesuai
patokan, beri dorongan supaya patuh berobat dan hati- hati mengguakan obat baru (Setiati
dkk.,2006).
5. Fungsional
IADL adalah sekumpulan aktifitas sehari - hari yang lebih komplek dibandingkan
dengan ADL dan mengarah pada kemampuan lansia dalam berinteraksi dengan lingkungan
dan komunitasnya (Mauk, 2006). IADL terbagi dalam 5 kelompok aktivitas, yang
membentuk suatu instrumen pengkajian sederhana untuk mengkaji lansia mana yang
membutuhkan pengkajian lebih lanjut. Instrumen pengukuran IADL memiliki komponen
menarik Pertama, ketidakmampuan melaksanakan tugas berhubungan dengan angka
20
mortalitas. Kedua, apabila item pertanyaan diukur secara vertikal, maka lansia yang dapat
melakukan tugas dengan baik akan dapat melakukan daftar tugas yang ada di bawahnya.
Advanced activity of daily living (AADL) terdiri dari aktivitas yang menggambarkan
peran seseorang dalam kehidupan sosial, keluarga dan masyarakat termasuk kegiatan
okupasional dan rekreasional. Instrumen pengukuran AADL jarang digunakan oleh
perawat namun sering digunakan oleh terapis aktivitas okupasional untuk mengkaji tugas
sosial. Salah bentuk instrumen yang digunakan untuk pengukuran aktivitas adalah the
Canadian Ocupational Performance Measure (COPM). Isi dari COPM merupakan
gabungan dari pengukuran ADL, IDL dan AADL Pengkajian Penampilan Fisik Salah satu
bentuk kelemahan instrumen pengukuran aktivitas adalah subjektifitasnya tinggi,
bergantung pada persepsi lansia (termasuk anggota keluarga) atau persepsi tenaga
kesehatan yang cenderung konservatif dalam memperkirakan kemampuan lansia.
Pengukuran penampilan fisik meliputi observasi langsung dalam pelaksanaan aktifitas oleh
lansia. Dengan mengkaji penampilan fisik kita dapat mengetahui hubungan antara
kemampuan fisik dan kemampuan fungsional. Beberapa penelitian menyebutkan
pengkajian penampilan fisik dapat memberikan informasi yang berguna untuk
mengidentifikasi lansia yang beresiko mengalami kemunduran kemampuan fungsional dan
lansia yang beresiko jatuh.
3.3 Tujuan
6. tetap memberikan bantuan moril dan perhatian sampai akhir hayatnya agar kematiannya
berlangsung dengan tenang
3.4 Prosedur
a. Darah Lengkap
b. Gula Puasa
21
Skrining dan diagnosis diabetes melitus (DM), pemantauan terapi DM, serta mendukung
dalam kontrol DM2) Diagnosis dan penanganan beberapa gangguan metabolik seperti
asidosis, ketosis, dehidrasi, dan koma diabetic
c. Gula 2 jam PP
Skrining dan diagnosis diabetes melitus (DM), pemantauan terapi DM, serta mendukung dalam
kontrol DM2) Diagnosis dan penanganan beberapa gangguan metabolik seperti asidosis,
ketosis, dehidrasi, dan koma diabetic
d. Kolesterol Total
Mendeteksi gangguan metabolisme lemak, dan menentukan faktor risiko penyakit jantung
coroner
e. Asam Urat
f. SGPT
Evaluasi awal pada gangguan hati.Pada SGOT yang meningkat untuk membedakan
apakah peningkatan karena gangguan hati atau jantung
g. Trigliserid
Evaluasi awal pada gangguan hati.Pada SGOT yang meningkat untuk membedakan
apakah peningkatan karena gangguan hati atau jantung
h. EKG
i. PCR
Merupakan pemeriksaan dengan menggunakan teknologi amplifikasi asam nukleat virus,
untuk mengetahui ada atau tidaknya virus atau DNA virus, untuk memperkirakan jumlah
dalam tubuh dan untuk mengetahui jenisnya.
22
Daftar Pustaka
Kamus Dorland
Joyco Le Fever Kee, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Diagnostik, EGC, Jakarta,2007
Sheshadri Narayanan, The Preanalytic Phase: An Important Component of Laboratory Medicine,
American Journal of Clinical Pathology, Volume 113, Issue 3, March 2000, Pages 429–452
NCI Dictionary of Cancer Terms
https://books.google.co.id/books?id=3FmACAAAQBAJ&lpg=PA36&dq=pemeriksaan%20gero
ntik&pg=PA36#v=onepage&q=pemeriksaan%20gerontik&f=fals
Kee, Joyce LeFever. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. Jakarta : EGC
Mengko R. 2013. Instrumen Laboratorium Klinik. ITB, Bandung.
RI, Peraturan Menteri Kesehatan. 2013. Cara Penyelenggaraan Laboratorium Klinik yang Baik,
Nomor 43, Jakarta.
repository.ung.ac.id
23