Anda di halaman 1dari 108

KULIAH FARMAKOGNOSI

DAFTAR PUSTAKA
• Youngken : 1950 Pharmacognosy.
• Trease, Evans : 1987 Pharmacognosy.
• Tyler VE : 1986 Pharmacognosy.
• Asean Countries : 1993, Standard of Asean
Herbal Medicine.
• M. M. I : 1978 – 1986 – 1995, jilid I - VI
• Prosea :2000-2003 Medicinal and Poisonous
Plants I – III
Crude drug atau raw material
(obat gubal)
• Obat nabati atau hewani yang terdiri dari
bahan bahan alami tanpa mengalami proses
lain kecuali pengeringan.
FARMAKOGNOSI
• Asal kata : Pharmacon : obat
Gnosis : Pengetahuan
• Definisi : ilmu yang mempelajari tentang
produksi pengolahan, kualitas, kegunaan
produk – produk hayati yang digunakan dalam
bidang kefarmasian /pengobatan.
• Ruang lingkup :
- Identifikasi simplisia secara makros dan
mikroskopis.
- Isi kandungan zat berkhasiat dan cara
isolasinya, dan ekstraksinya.
- Penetapan mutu dan kualitas.
- Kegunaan dalam pengobatan.
- Pengumpulan, pengolahan, penyimpanan.
Perkembangan Farmakognosi

• Selain identifikasi makros – mikroskopi

• Isolasi , identifikasi, ekstraksi bahan


berkhasiat (Fitokimia).

• Biakan jaringan (Bioteknologi).

• Formulasi sediaan obat tradisional.


Bahan Obat Hayati (Materia Medika)

1. Bahan segar.
2. Bahan kering (simplisia).
3. Sediaan Galenik.
4. Bahan kimia / senyawa murni.
5. Mineral.
SEJARAH
• 1815 – Seydler mempresentasikan disertasi dengan
judul ANALECTA PHARMACOGNOSTICA
• Asal kata Farmakognosi
Pharmacon : Obat
Gnosis : Pengetahuan
• Pengetahuan obat berkembang sejak zaman “Purba”
• 2500 tahun S. M di Timur Tengah ada peninggalan
tertulis : tablet tanah liat dengan tulisan huruf paku
dan telah dibudidaya ± 250 tanaman obat.
• 1500 tahun S.M dilembah sungai Nil ada
tulisan pada kertas papyrus yang dikenal
dengan Papyrus Ebers tentang 20 macam obat
antara lain : cera alba, mel,. adeps, oleum
olivae, mastix, aloe, henna, ol. ricini dsb.
• 500 tahun S.M Theopratus menulis historia
plantanum 10 jilid tanaman obat.
• Abad pertengahan : Hippokrates menulis buku
obat-obatan dikenal di Eropa “ Sumpah
Hippocrates “.
• Di Romawi : Dioskorides, dokter pribadi
kaisar Nero menulis buku 5 jilid “De Materia
Medica” memuat ± 600 jenis tumbuhan obat.
• Plinius menulis 47 jilid “ Naturales Historia “
memuat 1000 jenis tanaman obat.
• Galenos dari Yunani dijuluki bapak Famasi
menganjurkan :
- obat dengan komposisi.
- bobot komponen.
- meracik.
- takaran.
• Galenika – sediaan galenika.
• Abad 13 : Ibnu A.B doktor dari Spanyol
menyusun buku tentang bahan obat sederhana.
• Tahun 1840 : Kaisar Frederika II membuat undang-
undang yang memisahkan profesi dokter dan
apoteker.
Dokter : terapi (mendiagnosa)
Apoteker : meracik
• Abad 16 : Paracelsus meneliti zat murni digunakan
sebagai bahan obat. Selain tumbuh-tumbuhan juga
barang galian. Ahli ini disebut Bapak Kimia Farmasi.
• Tahun 1723 : Linnaeus “ Binomial System
Nomenclatur ”
Tata nama tumbuh tumbuhan
Simplisia
• Bahan tanaman atau bagian tanaman maupun hewan
yang belum mengalami pengolahan mempunyai
khasiat dalam pengobatan, jika tidak dikatakan lain
adalah bahan yang telah dikeringkan.
• Syarat :
- Bebas dari serangga dan kotoran.
- Bau dan warna tidak boleh meyimpang dari bahan
segarnya.
- Tidak megandung lendir dan cendawan serta bahan
beracun dan berbahaya.
Macam macam simplisia
1. Herba 13. Rhizoma
2. Folium 14. Tubera
3. Flos 15. Bulbus
4. Petala 16. Exudar
5. Stigma 17. Lendir
6. Fructus 18. Getah
7. Semen 19. Arilus
8. Gemma 20. Trikoma
9. Stipites 21. Spora
10. Lignum 22. Thalus
11. Cortexs 23. Amylum.
12. Radix
Tata nama
• Terdiri dari dua kata :
• Kata I : asal dari tanamannya (genetivus)
• Kata II : bagian tanaman (nominativus)
• Contoh : . Abri Folium
»Zingiberis Rhizoma
»Colae Semen
Pembuatan simplisia
• Yang harus diperhatikan pada pembuatan
simplisia :
- cara pemanenan
- cara pengeringan
- cara penyimpanan
• Cara pemanenan :
• Biji : dilakukan pada saat buah masak mulai
mengering atau sebelum pecah
• Buah : dilakukan pada saat menjelang masak (Piper
nigrum, setelah benar benar masak (Adas) atau
dengan cara melihat perubahan warna buah (jeruk,
pepaya dll)
• Bunga : dilakukan pada saat penyerbukan, saat bunga
masih kuncup (melati) atau saat bunga mulai mekar
(mawar).
• Daun atau herba : dilakukan pada saat proses
fotosintesis berlangsung maksimal yaitu pada saat
tanaman mulai berbunga atau berbuah. Untuk
mengambil pucuk daun dilakukan pada saat warna
pucuk daun berubah menjadi daun tua.
• Kulit batang : dilakukan pada saat tanaman
sudah cukup umur, paling baik awal musim
kemarau.
• Umbi lapis : dilakukan pada saat akhir
pertumbuhan.
• Rimpang : dilakukan pada saat awal musim
kemarau.
• Akar : dilakukan pada saat proses
pertumbuhan berhenti atau tanaman sudah
cukup umur.
Sortasi basah
• Hasil pemanenan dilakukan sortasi terhadap
pengotor seperti tanah dan kerikil, rumput
rumputan, bagian lain tanaman yang tidak
digunakan dan bagian tanaman yang rusak
akibat dimakan ulat atau serangga.
Pencucian

• Digunakan air dari PAM atau air sumur yang


bebas pencemaran agar bebas dari peptisida
dan mikroba.
Proses pengeringan
• Tujuannya :
• - Menurunkan kadar air sehingga tidak mudah
ditumbuhi jamur dan bakteri.
• -Menghilangkan aktivitas enzim yang bisa
menguraikan kandungan zat aktif.
• - Memudahkan pengelolaan proses
selanjutnya.
Berikut faktor yang mempengaruhi
pengeringan
• Waktu pengeringan. Semakin lama dikeringkan akan
semakin kering bahan tersebut.
• Suhu pengeringan.Semakin tinggi suhunya semakin
cepat kering,tetapi harus dipertimbangkan daya tahan
kandungan zat aktif di dalam sel yang kebanyakan
tidak tahan panas.
• Kelembapan udara di sekitarnya dan kelembapan
bahan atau kandungan air dari bahan.
• Ketebalan bahan yang dikeringkan.
• Sirkulasi udara.
• Luas permukaan bahan.Semakin luas permukaan
bahan semakin mudah kering.
Pengeringan

Matahari Cepat Oven maksimum


600 C

Lambat
Fermentasi

Langsung Tak langsung


Cara pengeringan bahan-bahan tertentu
• Untuk tanaman rendah,misalnya
lumut,jamur,thallus,agar-agar,dan rerumputan laut
dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar
matahari.Setelah kering,disimpan dalam kantung kedap
udara.
• Untuk bahan berupa akar,pengeringan dilakukan dengan
cara dirajang atau dipotong-potong pendek, kemudian
dijemur langsung dibawah sinar matahari.Oleh karena
akar termasuk bahan keras maka sebaiknya dijemur di
bawah matahari langsung atau tanpa pelindung.
• Untuk bahan berupa buah seperi jeruk bisa dibelah
terlebih dahulu,baru dijemur.Dapat pula buah diperam
(misalnya asam),baru dijemur.Sementara untuk buah
pala ( Myristica fragranns ) atau cabai merah
(Capsicm annuum) bisa langsung dijemur atau
dioven.Syarat pengeringan menggunakan oven adalah
panasnya tidak boleh lebih dari 60 derajat Celsius.
• Untuk bahan berupa bunga hanya diangin-
anginkan ditempat yang teduh atau jika
menggunakan oven maka suhu diatur rendah
sekitar 25 – 350 Celsius.
• Untuk bahan berupa kulit batang umumnya
dibelah terlebih dahulu,diserut,atau
dipecah,kemudian langsung dijemur dibawah
matahari langsung.
• Untuk bahan berupa rimpang harus dirajang terlebih
dahulu untuk memperluas permukaan,kemudian di
jemur dibawah matahari tidak langsung.(ditutup kain
hitam ).Tujuannya untuk menghindari penguapan
yang terlalu cepat yang dapat berakibat menurunkan
mutu minyak atsiri di dalam bahan.Penjemuran tidak
langsung bertujuan untuk menghindari kontak
l;angsung dengan pancaran gelombang ultra violet.
• Bahan – bahan eksudat seperti getah ( opium dan
sebagainya ),daging daun lidah buaya,dan biji jarak
(Ricinus communis ) yang akan diambil minyak
lemaknya tidak perlu dilakukan proses pengeringan.
• Untuk bahan berupa daun atau bunga y ang akan
diambil minyak atsirinya maka cara pengeringan
yang dianjurkan adalah menghindari penguapan
terlalu cepat dan proses oksidasi udara.
Sortasi kering
• Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah
mengalami proses pengeringan. Pemilihan
dilakukan terhadap bahan-bahan yang terlalu
gosong, bahan yang rusak akibat terlindas roda
kendaraan (misalnya dikeringkan ditepi jalan
raya), atau dibersihkan dari kotoran hewan.
Pengepakan dan penyimpanan
• Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering
selesai maka simpisia perlu ditempatkan dalam
suatu wadah tersendiri agar tidak saling
bercampur antara simplisia satu denggan
lainnya.
• Selanjutnya, wadah-wadah yang berisi
simplisia disimpan dalam rak pada gudang
penyimpanan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengepakan
dan penyimpanan simplisia adalah sebagai berikut

• Cahaya
• Oksigen atau sirkulasi udara.
• Reaksi kimia yang terjadi antara kandungan
aktif tanaman dengan wadah.
• Penyerapan air.
• Kemungkinan terjadinya proses dehidrasi.
• Pengotoran dan pencemaran, baik yang
diakibatkan oleh serangga, kapang, bulu-bulu
tikus atau binatang lain.
Sementara persyaratan wadah yang akan digunakan
sebagai pembungkus simplisia sebagai berikut.
• Harus inert, artinya tidak mudah bereaksi
dengan bahan lain.
• Tidak beracun bagi bahan yang diwadahinya
maupun bagi manusia yang menanganinya.
• Mampu melindungi bahan simplisia dari
cemaran mikroba, kotoran, dan serangga.
• Mampu melindungi bahan simplisia dari
penguapan.
• Mampu melindungi bahan simplisia dari
pengaruh cahaya, oksigen, dan uap air.
Pada gudang-gudang industri jamu, wadah simplisia
yang umum dipakai adalah karung goni, plastik, peti
kayu, karton, kaleng dan alumunium. Untuk bahan
cair digunakan botol kaca dan atau guci porselen.
Sementara untuk bahan-bahan beraroma digunakan
peti kayu yang dilapisi timah atau kertas timah.
Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam penyimpanan simplisia kering.
• Disimpan pada suhu kamar, yaitu pada suhu antara
150 – 300 C.
• Disimpan ditempat sejuk, yaitu pada suhu antara 50 –
150C.
• Disimpan ditempat dingin, yaitu pada suhu antara 00
– 80 C.
• Kelembaban diatur serendah mungkin.
• Penyimpanan dilakukan disuatu ruang atau gudang yang
terpisah dan kegiatan prosesing lain.
• Situasi gudang atau ruang penyimpan harus bersih, baik
didalam ruang penyimpanan maupun lingkungannya.
• Sirkulasi udara harus lancar, tetapi tidak boleh terlalu
terbuka. Harus dicegah masuknya angin langsung yang
terlalu kencang dan dicegah pula masuknya cahaya dan
sinar atau sinar matahari langsung yang berlebihan. Juga
perlu dicegah masuknya serangga atau hewan-hewan
penganggu lainnya.
• Prinsip penyimpanan dianjurkan mengunakan sistem
first in-first out ( yang masuk awal harus dikeluarkan
lebih dahulu dibandingkan dengan yang masuk
belakangan.
• Penyimpanan simplisia seyogyanya tidak
terlalu lama. Dalam jangka waktu tertentu
harus dilakukan pengecekan dan pengujian
mutu.
• Untuk simplisia yang mudah rusak atau
tercemar harus dikeluarkan dan dimusnahkan.
Sementara simplisia yang beracun
(mengandung bahan aktif keras) harus
disimpan terpisah, dikunci, dan diberi label
( tanda).
Beberapa catatan tentang penyimpanan simplisia
dijelaskan sebagai berikut :
• Jenis-jenis simplisia yang tahan disimpan adalah kulit
kayu, kayu, akar, serta bahan-bahan yang mengandung
damar, resin, dan sejenisnya. Ini dikarenakan bahan-
bahan tersebut relatif kurang menyerap air.
• Simplisia yang mudah menyerap air adalah daun, herba
kering, bahan yang banyak bulu-bulunya serta tipis,
dan umbi-umbian yang banyak mengandung amilum,
bahan-bahan ini mampu menyerap air hingga 10-15%
dari bobot bahan.
• Pengaruh kadar air terhadap glikosida dapat
mengakibatkan penguraian dari glikosida yang
bersangkutan jika kadar airnya mencapai lebih dari 8
%.
• Kadar air simplisia yang paling layak adalah kurang
dari 5%.
Pemeriksaan mutu simplisia
Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan
dengan pemeriksaan mutu simplisia adalah sebagai
berikut :
• Simplisia harus memenuhi persyaratan umum edisi
dari buku-buku resmi yang dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan RI seperti Farmakope
Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia, dan Materia
Medika Indonesia. Jika tercantum maka harus
memenuhi persyaratan seperti yang disebut pada
paparannya (monografinya).
• Tersedia contoh sebagai simplisia pembanding
yang setiap periode tertentu harus
diperbaharui.
• Harus dilakukan pemeriksaan mutu fisis secara
tepat yang meliputi :
• - kurang kering atau mengandung air.
• - termakan serangga atau hewan lain.
• - ada tidaknya pertumbuhan kapang, dan
• - perubahan warna atau perubahan bau.
• Dilakukan pemeriksaan lengkap yang terdiri dari :
• - pemeriksaan organoleptik, meliputi pemeriksaan
warna, bau,dan rasa dari bahan,
• - pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik,
meliputi pemeriksaan ciri-ciri bentuk luar yang
spesifik dari bahan (morfologi) maupun ciri-ciri
spesifik dari bentuk anatominya.
• Pemeriksaan fisika dan kimiawi, meliputi tetapan
fisika (indeks bias, titik lebur, dan kelarutan) serta
reaksi-reaksi identifikasi kimiawi seperti reaksi warna
dan pengendapan.
• Uji biologi, penetapan angka kuman, pencemaran,
dan percobaan terhadap binatang.
Untuk mencapai kualitas tanaman obat yang setinggi-
tingginya maka diupayakan cara-cara sebagai berikut :

• Pengumpulan bahan baku (panen) dilakukan dari sumber


yang jelas serta pada waktu dan cara yang tepat.
• Penyediaan dan pengerjaan bahan dilakukan melalui
prosedur baku, meliputi sortasi, pembersihan,
pengubahan bentuk, pengeringan, pengepakan, dan
penyimpanan.
• Pengawetan dan penyimpanan dilakukan secara tepat
terhadap bahan yang sudah bersih, kering, dan tidak
tercampur bahan lain serta dijaga dari pencemaran debu,
basah, lembab, jamur, kotoran, serangga, dan gangguan
binatang pengerat.
Identifikasi :
• Untuk bisa mengenal kembali bahan-bahan
baku obat alam yang biasanya berada dalam
bentuk kering maka perlu dilakukan prosedur
identifikasi.
Identifikasi

Makros/mikroskopis
Organoleptik
Mikrobiologi
Fisika

Kelarutan Kromatografi
Kimia
Indeks bias HPLC
Reaksi warna
Bobot jenis KLT
Penendapan
Titik lebur Kolom
Penggaraman
Rotasi optik Kertas
Reaksi kompleks
Rekristalisasi Gas

Mikrosublimasi
Persyaratan simplisia berdasarkan M.M.I

Suatu simplisia tidak dapat dinyatakan bermutu


bila tidak memenuhi syarat baku M.M.I.
1. Pemerian
2. Identifikasi
3. Isi simplisia
4. Pengunaan simplisia
Pemeriksaan yang dilakukan
1. Pemeriksaan makros-mikroskopik
2. Pemeriksaan kimiawi
- Reaksi warna
- KLT
- Kadar zat berkhasiat Tugas:
- Isi simplisia -Apa yang dimaksud/
3. Pemeriksaan Fisika Kimia tujuannya apa
- Kadar abu - bagaimana cara
menetapkannya?
- Kadar abu tidak larut dalam asam
Sampai menghitungnya
- Kadar abu larut dalam air
- persyaratan secara
- Kadar sari larut dalam air umum
- Kadar sari larut dalam etanol
Lihat MMI
- Kadar air
- Susut pengeringan
- Bahan organik asing
- Derajat halus serbuk
Standarisasi
Adalah penetapan kualitas simplisia
Tujuan : agar didapat simplisia yang ter “standar“
yang berarti keseragaman kualitas yang
meliputi :
1. Pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis :
- untuk mendapatkan kepastian
- untuk mengetahui kemurnian
- untuk mengetahui pemalsuan
- untuk mengetahui mutu
2. Pemeriksaan Fisika - Kimia
• Kadar air
• Susut pengeringan
• Kadar abu
• Kadar abu tak larut dalam asam
• Kadar sari larut dalam air
• Kadar sari larut dalam etanol.

3. Pemeriksaan secara Kimia


• KLT
• HPLC
• GC
• Densitometri
4. Pemeriksaan mikrobiologi
• Uji lempeng total = Angka Lempeng Total
• MPN Coliform = Most Probable Number
• Uji kapang kamir = Angka Kapang-khamir (AKK)
• Uji aflatoksin = toksin yg dihasilkan a.l. Asp. flavus
(macam aflatoksin?)

5. Farmakologi
• Khasiat
Pemeriksaan simplisia

Maksud pengenalan simplisia.


1. Untuk mendapat kepastian bahwa simplex
yang kita hadapi betul-betul bahan yang
dimaksud, dengan melihat tanda-tanda yang
khas secara makroskopis maupun
mikroskopis.
2. Untuk mengetahui jika simplex itu tercampur
3. Untuk mengetahui adanya pemalsuan
4. Untuk mengetahui mutu dari simplex
(kwalitasnya baik apa jelek sudah rusak atau
masih baik)
Pengenalan secara umum dapat dilakukan bertahap :

1. Dengan melihat bentuk luarnya (secara morphologi), jadi


diamati sifat-sifatnya secara kasar / morfologi.
2. Secara anatomis : dengan membuat irisan-irisan kemudian
dilihat dengan mikroskop. Selain irisan dilihat juga
serbuknya.
3. Pemeriksaan secara kimia baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
- kualitatif dengan menggunakan reagensia tertentu.
- kuantitatif, diisoler dulu zat kandunganya kemudian
ditentukan kadarnya.
4. Secara biologi: dengan ini bisa dilihat pharmakologisnya
dengan mengunakan hewan-hewan percobaan.
Cara biologis ini dapat juga untuk pemeriksaan kualitatif
maupub kuantitatif
Pengenalan secara khusus
1. Herba dan folia
Pengenalannya dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Pengamatan secara morphologi : mula –mula dilihat
bentuknya.
- bila masih utuh dapat dilihat kedudukan daunnya.
- kalau berikut bunganya dapat dilihat kedudukan
bunganya.
- dilihat daun itu majemuk/tunggal, daun lengkap
atau tidak
- bentuk dan ukuran-ukuran daun, berambut,
kasar/halus.
b. Secara anatomi :
Untuk herba dan folia yang dilihat secara anatomi pada
umumnya hanya folianya saja.
Bagian-bagian daun dikotil pada umumnya sebagai
berikut.
1. Apex
2. Margo
3. Costa
4. nervi
5. Petiolus
6. Centrum
7. Basis
• Intervenium=mesophyl=daging daun : bagian daun
disebelah dalam antara epidermis atas dan
epidermis bawah.
• Secara anatomis ini dilakukan irisan. Terutana
irisan melalui costa (tegak lurus costa)
1. Cuticula
2. Epidermis
3. Hipodermis
Arti & fungsinya
4. Palisade
5. Spons
6. Colenchym
7. Sclerencym
8. Xylem
9. Phloem
10. Epidermis bawah
STOMATA

I. Type Ranunculaceae (Anomositis) sel tetangga jumlahnya


lebih dari dua dan tidak bisa dibedakan dengan sel
epidermis.
II. Type Solanaceae (Anisositis) sel tetangga jumlahnya lebih
dari dua, satu lebih dari satu dengan yang lain
III. Type Caryophyllaceae (Diacytis) :
Sel tetangga berjumlah dua yang satu biasanya lebih kecil
dan letaknya bersilangan (diagonal) dengan letak sel
penutup ; disebut juga type Labiatae, ini terdapat pada
Thymi Herba, Orthosiphonis Folium, Menthae piperitae
Folium.
IV. Type Rubiaceae (Paracytis) :
Sel tetangga berjumlah dua dan letaknya pararel/ sejajar
dengan sel penutup. Contohnya Cocae Folium, Sennae
Folium dll.
V. Type Actinocytis :
Sel tetangga letaknya radiair symetris, type ini jarang
terdapat.
Tipe stomata
• Selain hal-hal tersebut diatas masih ada lagi
pegangan untuk penyelidikan simplex daun
yaitu Palisade Ratio = jumlah
palisade/jaringan tiang yang terletak dibawah
1 sel epidermis. Tanda-tanda anatomis lain
yang dipakai sebagai petunjuk simplex ialah
dengan adanya Tricomata (rambut-rambut)
yang terdapat pada daun, flos dan semen.
• Menurut fungsinya rambut dibagi 2 :
a. Rambut penutup (non grandulair).
b. Rambut kelenjar (grandulair).
A. Rambut penutup dapat dibagi menjadi :
1. Yang bersel satu : ada kalanya rambut penutup ini
baik ukuran dan bentuknya hampir bersamaan dari
beberapa simplisia, tetapi ada juga yang
mempunyai ciri-ciri yang khas. Ciri-ciri tersebut
antara lain.
- bentuk dan ukuran yang berbeda.
- permukaan ada yang halus (Malvae Folium)
- permukaan ada yang kasar (Senae Folium) dan
berbintik-bintik.
- ada kalanya mengandung zat kayu, misalnya pada
Strophanti Semen, Strychni Semen.
- rambut cystholit, misalnya pada Cannabis indicae
Herba.
2. Rambut yang bersel lebih dari satu (banyak sel), ini
dibedakan antara lain :
A. Rambut penutup (non granduler)
B. Rambut kelenjar (glandulair)
A. Rambut penutup dapat dibagi menjadi :
1. yang bersel satu.
Bentuk dan ukuran yang berbeda , permukaanya
ada yang halus ada yang kasar dan ada yang
mengandung zat kayu /lignin. Rambut dengan
sistolit.
2. yang bersel lebih dari satu.
- Berbentuk biasa.
- Berbentuk khusus : bengkok, kolaberasi, bentuk
T, bintang atau agregasi tersusun bertingkat.
B. Rambut kelenjar (glanduler)
1. Terdiri dari satu sel dengan satu sel kepala.
2. Terdiri dari banyak sel dengan satu sel kepala.
3. Terdiri dari satu sel dengan kepala lebih dari
satu sel (berkepala banyak) sering disebut
dengan sisik kelenjar ada dua tipe : Labiatae
dan tipe Compositae.
Berkas pembuluh
• Terdiri dari :
1. pembuluh kayu (Xylem) : trakeida dan trakea.
2. Pembuluh ayak (Floem).

Jaringan penguat
Terdiri dari :
1. Jaringan kolenkim, ini terdapat pada tanaman
yang masih muda.
2. Jaringan sklerenkim, dibedakan :
- serabut sklerenkim
- sklereida atau sel batu
KARBOHIDRAT
• Definisi :
Polihidroksi aldehid/ polihidroksi keton yang
mengandung unsur : hidrogen dimana perbandingan
antara hidrogen dan oksigen 2:1 seperti air.

Dalam tanaman KBH merupakan produk pertama


yang terbentuk dalam proses fotosintesa, oleh
karena itu sangat sesuai untuk digunakan sebagai
titik tolak setiap pembicaraan mengenai konstituen
obat nabati. Proses lebih lanjut dapat disintesa
menjadi senyawa lain. Dengan cara biosintesa.
Prosesnya sebagai berikut, gas CO2 yang diserap dari
udara dalam daun bereaksi dengan H2O membentuk
monosakarida misalnya glukosa dengan mengunakan
katalisator klorofil dan energi sinar matahari. Dari
glukosa ini dapat dibentuk senyawa lain misalnya
selulosa yang merupakan kerangka penunjang untuk
tubuh tanaman, senyawa lain yang dibentuk
misalnya amilum (pati) yang disimpan sebagai
cadangan makanan, dan dimanfaatkan oleh manusia
untuk makanan merupakan sumber energi bagi
manusia. Jadi KBH sangat penting untuk kehidupan
manusia.
Dalam bidang farmasi pada umumnya digunakan
sebagai bahan tambahan, misalnya sebagai sirup,
emulgator, bahan tambahan pembuatan tablet (bahan
pengisi, disintegran), dll
Klasifikasi : menurut susunan kimianya dibagi menjadi
3 golongan besar :
1. Monosakarida : tidak dapat dihidrolisa lagi menjadi
senyawa yang lebih sederhana tanpa kehilangan
sifatnya sebagai gula :
- triosa misalnya gliseraldehida
- tetrosa contoh eritrosa
- pentosa contoh arabinosa
- heksosa : aldoheksosa,
ketokheksosa
2. Oligosakharida (2-10)
- homoglikan
- heteroglikan
3. Polisakharida : lebih banyak dari 10 sisa sisa
monosakarida:
- amilum : amilosa
amilopektin
- inulin
- gom dan musilago : patologis
fisiologis
- selulosa
- hemilosa
- pektin
BIOSINTESA
Dalam tanaman hijau dapat terjadi dan ini
terdiri dari 2 reaksi :
1. Reaksi cahaya yaitu terjadinya pengubahan
energi elektromagnetik menjadi energi
kimia.
2. Reaksi enzimatik dimana terjadi pengubahan
CO2 (karbon dioksida) menjadi gula dengan
menggunakan energi dari reaksi cahaya tadi.
Adapun reaksinya sebagai berikut :
CO2 dari udara + H2O dari akar, bereaksi dengan
ribulosa difosfat (RuDP) membentuk molekul
intermediat (C6 yang tidak stabil). Kemudian gugusan
karboksil dari PGA di reduksi menjadi aldehida, dan
senyawa ini disebut Three Phospho Glyceral dehyde
(TrP). Lima molekul dari TrP mengadakan
kondensasi, dismutasi, dan re-arrangement
membentuk 3 molekul gula sederhana yang
mempunyai C5 (ribose 5 phosphate), xylulose 5
phosphate dan ribulose diphosphate sebagai aseptor
CO2 dari udara. Sebagian dari 2 molekul TrP
mengadakan kondensasi menjadi 1 molekul fructose
1,6 diphosphate, dari molekul inilah nantinya akan
berubah bentuk menjadi monosakarida yang lain
misalnya glukosa, dan dari monosakarida akan
membentuk polisakarida
Beberapa reaksi penunjukan gula :
Meskipun (1) gula mudah larut dalam air dan
terdapat dalam sel tanaman hidup tetapi sangat
jarang yang mengkristal pada tanaman yang sudah
kering, oleh sebab itu untuk mendapatkannya
harus diekstraksi dulu dengan air sehingga gulanya
larut. Baru larutan tersebut dilakukan reaksi
terhadap gula; reaksi reaksi ini antara lain :
1. Reaksi Molisch : campur 5 tetes larutan ekstraksi
tadi dengan 2 tetes 15% larutan alfa naftol dalam
alkohol, kemudian tambahkan dengan volume
yang sama asam H2SO4 pekat diaduk aduk, adanya
gula (monosakarida, disakarida, polisakarida) akan
terjadi warna violet tua.
2. Reaksi Phenyl Hydrazine :
ada 2 reagens yang perlu disiapkan, yaitu :
- fenil hidrazin HCl dalam gliserin perbandingan
1:10
- natrium asetat dalam gliserin perbandingan 1:10
Keduanya dicampur dan ditambahkan kedalam
larutan yang diselidiki lalu ditambah larutan
pereaksi 1-2 tetes, akan terjadi kristal ozazone
yang bentuknya tergantung dari gula yang
dikandungnya. Reaksi ini hanya positif untuk mono
dan disakharida saja.
3. Reaksi barfoed :
test ini untuk membedakan antara mono dan
disakharida. Caranya yaitu 2 atau 3 tetes reagens
(terdiri dari asam cuka glasial, cupri asetat, dan
aquadest) dimasukan kedalam tabung reaksi,
tambahkan beberapa tetes larutan yang diselidiki,
akan terjadi endapan coklat kemerahan. Untuk
dekstroksa dan levulosa akan terjadi endapan
setelah 1-2 menit dan endapan banyak. Maltosa dan
laktosa terjadi setelah 4 menit dan endapan sedikit.
Sedangkan saccharose baru akan terjadi endapan
setelah 10 menit atau lebih dan endapan sedikit.
4. Reaksi seliwanoff :
reaksi ini untuk membedakan antara KETOSE dan
ALDOSE; 2 tetes reagens yang terdiri dari 50 mg
resorsionol dalam 1000 ml HCl dipanasi diatas
waterbath, kemudian ditambahkan 2-3 tetes larutan
yang diselidiki.
- fructose akan menunjukkan warna rose pink
setelah 30-60 detik.
- saccharose akan terjadi warna rose pink setelah 1-2
menit
- glukose dan maltose setelah 3-4 menit
- lactose setelah lebih dari 5 menit
Macam-macam karbohidrat yang penting dalam bidang
farmasi antara lain : glucose, fructose, saccharose,
madu, gummi arabicum, tragacantha, amylum dll.
SACCHARUM
(Saccharose, Sucrose, Madu, Cane sugar, Beet sugar, Gula pasir)

Tanaman asal :
1. Saccharum officinarum, Suku : Poaceae bagian
tanaman yang menghasilkannya yaitu cairan dari
batang, menghasilkan gula tebu (gula pasir, cane
sugar), termasuk eksport non migas.
2. Beta vulgaris, suku Chenopodiaceae
bagian yang menghasilkannya adalah akarnya
(umbi akar), menghasilkan gula beet.
3. Tanaman lain yang tidak populer/penting :
3.1. Acer saccharum, Suku Aceraceae
menghasilkan gula mapel (maple sugar)
3.2. Sorgum vulgare var. saccharatum, Suku :
Poaceae
menghasilkan Chinese cane sugar
3.3. Arenga saccharifera, arenga pinnata, Suku :
Arecaceae
menghasilkan gula aren (gula merah).
SACCHARUM OFFICINARUM
merupakan tanaman daerah tropis, diperkebunan antara lain
di Indonesia, terutama di Jawa, Phillipina, Hawai, Texas, Cuba,
Puertorico, Argentina, India, dan lain lain daerah tropis.
Cara Produksi : Biasanya secara besar besaran dipabrik gula;
batang tebu setelah dibersihkan/dipotong akar dan daunnya,
digiling dengan gilingan besi. Cairan keluar dikumpulkan lalu
direbus + CaO untuk menetralkan asam asam dalam tanaman
(dengan adanya asam gulanya akan diubah menjadi gula
invert) ,
Selain itu dapat juga untuk menggumpalkan albumin,
gumpalan tadi mengapung sehingga mudah dipisahkan.
Kemudian disaring, larutannya merupakan larutan
gula.
kadang kadang diputihkan dengan cara dialiri
gas SO2, lalu disentrifuge kristalnya terpisah
dan cairannya berupa merah coklat kadang
kadang kehitaman yang disebut tetes (molase)
tetes ini biasanya untuk membuat etanol (etil
akohol) sering digunakan untuk makanan
ternak. Kristal kristal yang terbentuk diatas
dikeringkan.
BETA VULGARIS
tanaman ini dibudidayakan di daerah sub tropis antara
lain di Jerman, Prancis, Rusia, Amerika serikat,
Australia.
cara produksi : umbi akar dipanen kemudian dicuci
bersih diiris tipis kemudian dicampur air panas
gulanya akan larut dalam air kemudian dikristalkan
dan dimurnikan.
guna : korigen, rasa terutama keperluan anak.
untuk pemanis makanan dan minuman.
LIQUID GLUCOSE
didapat dengan cara menghidrolisa amilum secara
tidak sempurna, hasilnya masih merupakan
campuran dari dextrose, dextrin, maltosa dan air. Di
Amerika Serikat dibuat dari amylum maydis
sedangkan di Eropa dari amylum solani.
Cara pembuatan : amylum dicampur dengan air yang
mengandung HCl 1% (5 x berat).
mula mula dipanasi pada suhu 450C lalu dialiri uap air
dibawah tekanan dan suhu dinaikan sampai 1200C
selama 1 jam sampai tes terhadap amylum negatif.
Kemudian asamnya dinetralkan dengan kalsium
karbonat, disaring dan dijernihkan dengan arang,
larutan dipekatkan dengan vakum sampai kekentalan
tertentu.
cairan yang didapat merupakan cairan seperti
sirup tidak berwarna hampir tidak berbau dan
rasanya manis.
Kandungannya : 30 – 40% dextrose campur
dengan dextrin, sedikit maltose.
Guna : - korigen rasa sebagai penganti gula.
- untuk penganti dextrosa pada
pemakaian oral.
DEXTROSE (GLUKOSA)
Cara memperolehnya seperti pada pembuatan
liquid glukosa, kemudian dikristalkan.
Guna :- dapat diberikan secara oral maupun
parenteral karena absorbsinya sama
cepat. Biasanya diberikan pada
penderita kekurangan cairan tubuh
(pendarahan, dehidrasi, dsb)
Sediaan : larutan 5% isotonik
FRUCTOSA
Merupakan monosakarida yaitu ketoheksosa yang
dalam alam terdapat pada buah, madu, mempunyai
sifat larut dalam air, rasa sangat manis.
Cara memperolehnya :
memecah larutan sakarosa dengan asam encer,
kemudian fructosanya dipisahkan dengan
mengendapkanya sebagai larutan kompleks,
endapan dipisahkan ditambah air dan dialiri gas CO2,
akan terjadi endapan kalsium karbonat, larutan
mengadung fructosa lalu dikristalkan.
Guna : sebagai penganti glukosa pada penderita
diabetes.
SACCHARUM LACTIS (LACTOSE/GULA SUSU)
Bila dihidrolisa menjadi glukosa dan galaktosa.
Hewan asal : Bos taurus, Suku : Bovidae
Cara pembuatan : susu dibiarkan sehingga lemaknya
akan memisah dan mengapung keatas. Larutan
disebut skimmed milk ditambah dengan larutan
asam HCL encer untuk mengendapkan caseinnya
untuk pembuatan keju. Larutan dipisahkan
mengandung latosa dan garam mineral, lalu larutan
dibuat dengan ph 6,2 dengan penambahan CaO,
dipanaskan sisa albumin akan mengumpal lalu
disaring larutannya dikristalkan menjadi lactosa,
yang merupakan kristal warna putih tidak berbau
rasanya sedikit manis, stabil diudara
Guna : untuk bahan pengisi pembuatan serbuk dan
tablet
MALTOSA (MALT SUGAR)
Bila dihidrolisa akan terurai menjadi dua
molekul glukosa, diperoleh dengan cara
menghidrolisa amylum dengan enzim
diastase. Merupakan kristal tak berwarna, tak
berbau, manis, mudah larut dalam air.
Guan : untuk pemanis dan merupakan makanan
yang mudah dicerna/diserap.
Sediaan : ekstrakstum malti.
MEL DEPURATUM (MADU)
Hewan asal : Apis mellifera,
Suku : Apidae
Diperoleh dengan cara memeras indung madu, cairan
yang keluar disaring untuk memisahkan bagian yang
padat. madu merupakan cairan sirup kental
berwarna kuning muda sampai coklat, rasanya manis
bau khas madu.
Kandungan : gula invert 65-80%, air, sakarosa, dextrin,
asam formiat, minyak atsiri yang berfungsi sebagai
anti bakteri dan garam mineral.
Guna : laksan lemah, campuran makanan minuman
anak-anak, bahan tambahan pembuatan pil.
PHOENIX DACTYLIFERA (KURMA)
Suku : Arecaceae
Kandungan : gula invert sampai 70%
CARICA
Tanaman asal : Ficus carica,
Suku : Moraceae
buah masak yang telah dikeringkan
kandungan dextrosa (glukosa) 60-70%, lemak,
protein, amilum.
Guna : laksan lemah dan sebagai makanan.
SORBITOL
Tanaman asal : Sorbus aucuparia,
Suku : Rosaceae
diperoleh dengan cara mereduksi atau
hidrogenasi glukosa, merupakan serbuk warna
putih, higroskopis, rasa manis, mudah larut
dalam air, alkohol, metanol dan asam acetat.
Guna : untuk penganti gula pada penderita
diabetes. Juga sebagai korigen rasa dan
diuretika.
SIMPLISIA YANG MENGANDUNG GULA
DAN ASAM
TAMARINDI PULPA :
Asal tanaman : Tamarindus indica,
Suku : Caesalpiniaceae
Merupakan mesocarp buah yang sudah masak.
Kandungan : asam organik 12-15% antara lain asam
tartrat, asam malat, asam laktat.
- gula invert 42%
- pektin dan tanin
Guna : laksansia lemah, sering dikombinasi dengan
senae folium.
SUCCUS CERASI (CHERRY JUICE)
Tanaman asal : Prunus cerasus
Suku : Rosaceae
Yang digunakan adalah perasan buah masak
yang masih segar, merupakan cairan jernih,
bau khas, rasa asam, warna oranye
kemerahan.
Kandungan : asam malat dan asam sitrat 2%,
sakarose 1%, gula invert 9%, pektin, enzim
emulsin, dan glukosida amygdalin.
Guna : koregen rasa.
RUBI IDAEI FRUCTUS (RED RASPBERRY)
Tanaman asal : Rubus idaeus,
Suku : Rosaceae
merupakan buah masak yang dikeringkan.
Kandungan : asam malat, asam sitrat, zat samak,
pektin, gula invert.
Guna : pembuatan sirup, flavouring agent dan
astrigentia lemah
POLISAKHARIDA
Yang termasuk golongan ini adalah macam
macam amilum, inulin, gom, selulose dan
pektin.
AMILUM (PATI)
Merupakan polisakarid dengan rumus (C6H10O6) n. berfungsi
sebagai cadangan makanan terutama terdapat pada umbi,
akar, rimpang, biji dan empulur tanaman, tidak larut air dingin
pada pemanasan akan mengalami gelatinasi pada suhu 60-
800C.
Guna : sebagai makanan, pembuatan gel, pasta, perekat.
Butir pati terdiri dari campuran polisakarid yaitu amilosa dan
amilopektin.
Amilosa : merupakan komponen pati yang tersusun oleh alfa-D-
glukopiranosa dengan rantai lurus. Dengan jodium menjadi
biru tua didegradasi oleh enzim amilase mejadi maltosa.
Amilopektin : merupakan komponen pati, yang merupakan
ikatan alfa-D-glukopiranosa dengan struktur bercabang
banyak dengan jodium menjadi ungu
AMILUM MAYDIS
Tanaman asal : Zea mays,
Suku : Poaceae
Biji jagung direndam setelah lunak digiling kemudian
dipisahkan kulit biji kemudian endospermiumnya
digiling lagi disaring, diendapkan hingga menjadi
amylum May dis. Sedankan embrionya digunakan
menjadi minyak jagung
Guna : untuk pembuatan tablet, pembuatan glukosa
cair, untuk supositoria, untuk campuran bedak tabur,
dan antidotum keracunan J dan Br
AMYLUM TRITICI
Tanaman asal : Triticum vulgare,
Suku Poaceae
Cara pembuatan : biji digiling dengan air lalu
diragikan untuk menghilangkan aleuron dan
protein lalu disentrifuse
Guna : bahan pembuat makanan dan sebagai
campuran bedak tabur.
AMYLUM ORYZAE
Tanaman asal : Oryzae sativa,
Suku Poaceae
Guna : digunakan didalam kosmetika sebagai
campuran bedak baik sekali untuk menyerap
keringat.
AMYLUM MARANTAE
Tanaman asal : Maranta arundinacea,
Suku Marathaceae
Cara pembuatan : bahan digiling campur dengan
air, saring, larutan diendapkan.
Guna : bahan makanan, bahan tambahan
pembuatan tablet.
AMYLUM SAGO (SAGU)
Tanaman asal : Metroxylon rumpii,
Suku Arecaceae
Pembuatannya : batang diambil empulurnya
digiling dengan air, disaring, diendapkan.
Guna : sebagai makanan pokok.
AMYLUM MANIHOT (KANJI, TAPIOKA)
Tanaman asal : Manihot utilisima,
Suku Euphoebiaceae
Cara pembuatan : umbi dikupas, digiling dengan
air, saring, diendapkan.
Guna : bahan makanan dan bahan pengisi tablet
AMYLUM SOLANI
Tanaman asal : Solanum tuberosum,
Suku Solanaceae
Pembuatan : umbi kentang dikupas digiling
dengan air disaring diendapkan.
Guna : bahan makanan.
bahan pembuatan unguentum
gliserini

Anda mungkin juga menyukai