Anda di halaman 1dari 79

 Nama : Libertus Tintus H

 No HP : 0853 1201 0769


 E-mail : tintus_farmasi@yahoo.com
 Pendidikan terakhir : Program Profesi
Apoteker Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
 Tugas : 30%
 UTS : 30%
 UAS : 40%
 A ≥ 79
 68> B ≥ 78.9
 56> C ≥ 67.9
 41> D ≥ 55.9
 E < 40
 Pendahuluan
 Teori Singkat
 Isi
 Klasifikasi Obat
 Struktur Kimia
 Pengaruh lingkungan terhadap obat tersebut
 Mekanisme aksi
 Sifat Obat
 Cara Pembuatan/Sintesis
 Kesimpulan
 Kondisi penyimpanan yang baik
 Daftar Pustaka
 Min ada 1 text book, lainnya up to you
 Ditemukan tahun 1921 oleh Banting dan Best
 Merupakan hormon polipetida yang
diproduksi oleh sel β pada pulau Langerhans
di kelenjar pankreas.
 Mengontrol metabolisme dengan menginduksi
defosforilasi pada beberapa enzim pengatur
jalur utama katabolik dan anabolik.
 Efek yang ditimbulkan insulin diantagonis oleh
hormon lainnya yaitu glukagon dan adrenalin.
 Secara kimia, insulin adalah protein kecil
sederhana yang terdiri dari 51 asam amino.
 30 di antaranya merupakan satu rantai
polipeptida.
 21 lainnya yang membentuk rantai kedua.
 Kedua rantai dihubungkan oleh ikatan
disulfida
 Insulin manusia berbeda dengan insulin babi
pada 1 asam amino ( Thr sebagai ganti Ala)
pada terminal C residu dari rantai B.
 Fakta: aktivitas protein tidak terlalu
berpengaruh pada perbedaan yang kecil, maka
dimulailah berbagai teknologi untuk
memanusiakan insulin babi.
 Karena jangka waktu kerja insulin sangat
singkat, maka sediaan insulin dibuat dengan
kerja yang terpanjang.
 Insulin dilepaskan lambat dari lokasi
penyuntikan ke dalam darah melalui
pengurangan kelarutan insulin dengan cara:
 Pengikatan insulin pada senyawa basa, misal:
protamin, globin, atau amino kinurid
 Pembuatan suspensi-hablur-insulin seng atau
dengan penambahan garam seng
 Transformasi kimia insulin, dengan fenil isosianat
menjadi turunan ureum
 Insulin kerja sangat cepat (rapid acting),
merupakan suatu insulin analog
 Insulin kerja cepat (short acting)
 Insulin kerja menengah (intermediate acting)
 Insulin kerja panjang
Nama Spesies Bentuk Lama Kerja
Larutan Bening
Insulin Sapi 6 jam
CR-insulin
Larutan Bening
Insulin S Babi 6 jam
CS-insulin
Larutan bening
Insulin Novo Babi 6-7 jam
MC-insulin

 Keterangan:
 CR-insulin: Insulin sapi yang dimurnikan secara kromatografi
 CS-insulin: Insulin babi yang dimurnikan secara kromatografi
 MC-insulin: Insulin monokomponen
 Digunakan bila terjadi DM ketoasidosis
 Insulin Bolus
 Menurunkan GD postprandial
 Disuntikan 30 menit sebelum makan
 Dapat digunakan untuk drip intravena
Lama
Nama Spesies Bentuk
Kerja
Depot Insulin Sapi Larutan bening CR-insulin 10-16 jam
Depot Insulin S Babi Larutan bening CS-insulin 10-16 jam
Kombinasi Insulin Sapi Larutan bening 1/3 alt. 2/3 depot 9-14 jam
Kombinasi Insulin S Babi Larutan bening 1/3 alt 2/3 depot 9-14 jam
Larutan bening CR-insulin Globin
HG. Insulin Sapi 12-16 jam
manusia
Larutan bening CS-insulin Globin
HG. Insulin S Babi 12-16 jam
manusia
Insulin Novo
Babi Suspensi MC-insulin amorf 12-16 jam
Semilente
Suspensi 30% MC-insulin amorf
Insulin Monotard Babi dan suspensi 70% MC-insulin 18-22 jam
kristal
 Insulin Basal
 Menurunkan GD puasa
 Disuntikan sebelum tidur malam hari atau pagi
hari
 Tidak dapat digunakan untuk drip intravena
Nama Spesies Bentuk Lama Kerja
Long Insulin Babi Suspensi CS-insulin 18-25 jam
Suspensi 30% MC-insulin
amorf babi
Insulin Novo Lente Babi/sapi >24 jam
Suspensi 70% MC-insulin
kristal sapi
Suspensi 100% MC-insulin
Insulin Novo Ultralente Sapi >24 jam
kristal sapi

 Sediaan insulin menurut Farmakope Eropa:


“Dibuat dari insulin kristal yang mengandung
sekurang-kurangnya 23 UI/mg dan dicampur
dengan seng klorida dengan jumlah yang berbeda-
beda, larutan dibuat isotonic pH disesuaikan dengan
persyaratandan ditambah dengan bakterisida.”
 Larutan suntik insulin, pH 3.0 - 3.5, kadar seng tidak melebihi 4
g/UI
 Injeksi suspensi insulin-seng amorf, kadar seng total maksimal
0.0095% pada 40 UI/ml dan maksimal 0.0140% pada 80 UI/ml
 Injeksi suspensi insulin-seng kristal, pH 7.3 kadar seng total pada
sediaan dengan 40 UI/ml 0.0133% pada 80 UI/ml maksimum
0.0266%
 Campuran injeksi suspensi insulin: 3 bagian volume injeksi
insulin-seng amorf dan 7 bagian volume injeksi suspensi insulin
kristalin pH 6.9 – 7.5
 Injeksi suspensi protamin insulin seng, protamin sulfat 1.0 – 1.7
mg/100 UI; kadar seng 0.2 mg/100 UI; pH 6.9 – 7.5
 Injeksi suspensi isofat-protamin-insulin, protamin sulfat 0.3 – 0.6
mg/100 UI; kadar seng: maksimum 0.04 mg/100 UI; pH 6.9 - 7.5
 Massa mol relative insulin adalah ± 5700 tapi
hanya dapat mencapai ± 6000 dengan adanya
hidratasi. Tapi hanya berlaku untuk larutan
yang sangat encer pada pH 2 – 3, pada larutan
pekat dan pH >> terjadi agregasi menjadi
dimer, tetramer, heksamer, dan oktamer.
 Sediaan insulin stabil dalam suhu ruangan
selama berbulan-bulan sehingga bisa dibawa
kemana-mana.
 Pancreas babi/sapi mula-mula didinginkan -20oC
untuk menghindari penguraian proteolitik
 Kemudian dihaluskan dan diekstraksikan dengan
etanol 70% dalam HCl pH 1 – 2, ekstrak ditambah
amoniak sampai pH 8.
 Lalu disentrifugasi untuk mengendapkan putih telur.
 Filtrat diasamkan sampai pH 3, dipekatkan dalam
hampa udara, yang diperoleh insulin kasar.
 Lalu dilakukan dengan penggaraman NaCl,
diendapkan pada titik isolistrik dan dikristalisasi
dengan adanya seng klorida akan diperoleh insulin
kristal, yang masih mengandung sejumlah besar
protein pengiring (insulin berbagai spesies dikerjakan
terpisah).
 Insulin
 Kortikosteroid
 Obat Saluran Cerna
 Obat untuk menangani Diare
 Obat Saluran Pernafasan
 Kemoterapika Antiparasit
 Antibiotika
 Sulfonamid
 AntiTBC & AntiLepra
 DM tipe I
 Koma Ketoasidosis/Hiperosmolar
 DM dengan stress (infeksi, operasi)
 Gagal dengan OHO
 DM dengan berat badan under
 DM Hamil
 Pasien dengan ketonuria tanpa stress
 Sulphonylureas (Glibenclamid, Gliclazide,
Glipizide, Glimepiride) bekerja terutama
dengan menstimulasi sel-sel pada pankreas
untuk membentuk insulin lebih banyak.
Beberapa juga dapat membantu insulin untuk
bekerja lebih efektif di dalam tubuh.
 Biguanides (Metformin) membantu
menghentikan hati menghasilkan glukosa baru
dan membuat insulin membawa glukosa ke
dalam sel otot dan lemak lebih efektif.
 Sulphonylureas

 Glibenclamid
Obat Tuberculosis & Leprae
 Mela Junita
 Perbedaan Obat TBC & Lepra?
 Apakah obat Anti TBC bisa untuk penyakit Anti Lepra
atau sebaliknya?
 Esti Anisah
 Bagaimana Cara Pengobatan Anti Lepra dan berapa lama
jangka waktu pengobatannya?
 Kalo udah sembuh terus kambuh, bagaimana terapinya?
 Cyntia Devi Firdaus
 Bagaimana cara menggunakan vaksin BCG?
 Mekanismenya bagaimana kok bisa untuk 2 penyakit?
 Tujuan pengobatan kombinasi (dari slide), kok
digunakan dosis tunggal?
 Azmil Umaira
 Bentuk – bentuk lepra ada 3, tadi cuman di jelaskan
masing – masing gejalanya saja. Bisakah anda jelaskan
secara rinci perbedaan ketiganya terutama penyebabnya
dan bagaimanakah cara pengobatannya masing – masing
serta apa saja obatnya ?
 Ratna Juwita
 Obat apa saja yang boleh dikombinasi dengan obat TBC?
 Mengapa TBC dapat menyebabkan/menjadi penyakit
meningitis pada anak – anak?
 Mengapa efek samping Etambutol dapat menyebabkan
buta warna dan hanya warna merah dan hijau saja?
 Shinta
 Pada pencegahan penyakit TBC dan Lepra sama – sama
di gunakan Vaksin BCG. Terus bagaimanakah dosis
pemberian vaksin pada TBC dan Vaksin pada Lepra?
 Penggunaanya di suntikkan atau seperti apa? kemudian
penggunaan vaksin BCG cukup 1 kali saja (1 kali bias
mencegah penyakit TBC & Lepra) atau penggunaanya 1
kali untuk TBC dan digunakan lagi untuk Lepra?
 Sebagaimana penjelasan kelompok pengobatan TBC
memerlukan jangka waktu 2 bulan + 7 bulan. Tetapi
setahu kita pengobatan TBC itu memerlukan waktu 2 + 4
bulan atau 2 + 5 bulan. Jelaskan bagaimana kalian bisa
menyimpulkan bahwa pengobatan TBC butuh waktu 2
bulan + 7 bulan ( 9 bulan ) dan berikan alasannya?
 Trisnawati
 Mengapa pada obat streptomisin sulfat
menyebabkan kerusakan saraf cranial dan
menyebabkan ketulian?
 Jelaskan perbedaan antara tipe 1 dan tipe 2 pada
obat lepra. Apakah obat yang digunakan sama
antara tipe 1 dan tipe 2?
 Obat TBC yang sering digunakan:
 Isoniazid
 Rifampin (Rifadine, Rimactane)
 Ethambutol (Myambutol)
 Pyrazinamid
 Pada pasien TBC yang sudah resistant dengan pengobatan
di atas bisa menggunakan kombinasi dengan
fluoroquinolones dan zat injeksi seperti amikacin,
kanamycin.
 Obat baru yang bisa digunakan untuk terapi TBC, misalnya:
 Bedaquiline
 Delamanid
 Linezolid
 Sutezolid
 Pengobatan Leprae bisa dilakukan dengan:
 Rifampicin & Dapson selama 6 bulan untuk Lepra
Pausibasiler
 Clofazimine & Dapson selama 12 bulan untuk Lepra
Multibasiler
 Lepra Multibasiler: Infeksi berat yang ditandai
dengan ditemukannya lebih dari 5 bercak anestetik
 Lepra Pausibasiler: Infeksi dalam derajat yang
lebih ringan ditandai dengan ditemukannya 5
bercak atau kurang.
 Terapi Leprae dengan satu jenis obat antilepra
dapat menyebabkan peningkatan resistensi dari
obat tersebut.
 Vaksin BCG merupakan vaksin beku
kering yang mengandung Mycobacterium
bovis hidup yang dilemahkan.
 Mekanisme dari BCG adalah dengan
merangsang tubuh membentuk antibodi.
 Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus
dilarutkan dengan 4 ml pelarut NaCl 0,9%.
Melarutkan dengan menggunakan alat suntik
steril dengan jarum panjang.
 Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali,
untuk bayi.
 Lepra Tuberkuloid: muncul ruam pada kulit, yang
terdiri dari satu atau beberapa area putih yang datar
dan mati rasa.
 Lepra Lepromatosa: muncul banyak benjolan kecil atau
ruam yang menonjol dengan berbagai ukuran dan
bentuk pada kulit. Terdapat lebih banyak bagian tubuh
yang mati rasa, dan dapat terjadi kelemahan pada
bagian otot tertentu. Dapat terjadi kerontokan rambut
tubuh termasuk alis dan bulu mata. Ginjal, hidung,
dan testis dapat terkena lepra jenis ini.
 Lepra perbatasan (borderline): memiliki gambaran
kedua bentuk lepra. Jika keadaannya membaik, maka
akan menyerupai Lepra Tuberkuloid. Jika sebaliknya,
maka akan menyerupai Lepra Lepromatosa.
 Meningitis merupakan inflamasi dari membran
(meninges) yang ada disekitar otak dan tulang
belakang.
 Penyebab utama meningitis yaitu infeksi virus.
Namun infeksi bakteri dan jamur juga bisa
memicu terjadinya meningitis.
 Meningitis yang terjadi akibat virus bisa pulih
dengan sendirinya, namun meningitis yang
terjadi akibat bakteri dan jamur perlu ditangani
dengan cepat menggunakan antibiotik.
 Efek samping Ethambutol yang tersering adalah toksisitas
yang terjadi pada mata.
 Penelitian pada hewan ditemukan bahwa ethambutol
memiliki efek toksik pada serabut saraf di ganglion retina.
 Onset terjadinya keluhan pada mata biasanya lambat,
bisa berbulan-bulan setelah mulai terapi (rata-rata antara 3-
5 bulan, bahkan ada yang sampai 12 bulan), jarang sekali
yang muncul secara akut.
 Pasien yang terkena akan mengeluh penurunan tajam
penglihatan pada kedua mata tanpa disertai rasa sakit,
penurunan terhadap kontras dan sensitivitas warna serta
gangguan lapang pandang.
 Pada pemeriksaan fisik, gangguan yang terjadi pada kedua
mata didapatkan simetris.
 Biasanya masih dapat bersifat reversibel apabila
pengobatan dihentikan. Tapi hal ini juga masih
menjadi issue yang kontroversial.
 Belum ada dosis yang dikatakan sebagai dosis
aman yang tidak menimbulkan toksisitas pada
mata. Dosis ethambutol yang digunakan pada
pengobatan TB 15-25mg/kgBB/hari. Namun
komplikasi toksik ini masih ada dilaporkan
bahkan pada dosis kurang dari 12.3 mg/kgBB/hr.
 Proses ekskresi ethambutol adalah melalui ginjal,
maka pasien dengan fungsi ginjal yang buruk
memiliki risiko lebih besar terkena komplikasi
pada mata. Faktor-faktor predisposisi lain adalah
diabetes, merokok dan alkohol.
 Mekanisme aminoglikosida ototoxicity diperantarai oleh gangguan
sintesis protein mitokondria, dan pembentukan radikal oksigen bebas.
 Mekanisme awal aminoglikosida dalam merusak pendengaran adalah
penghancuran sel-sel rambut koklea, khususnya sel-sel rambut luar.
 Aminoglikosida muncul untuk menghasilkan radikal bebas di dalam
telinga bagian dalam dengan mengaktifkan nitric oksida sintetase yang
dapat meningkatkan konsentrasi oksida nitrat. Radikal oksigen kemudian
bereaksi dengan oksida nitrat untuk membentuk radikal peroxynitrite
destruktif, yang dapat secara langsung merangsang sel mati. Apoptosis
adalah mekanisme utama kematian sel dan terutama diperantarai oleh
kaskade mitokondria intrinsik. Diduga aminoglikosida berinteraksi
dengan logam transisi seperti sebagai besi dan tembaga mungkin terjadi
pembentukan radikal bebas tersebut.
 Akhirnya fenomena ini menyebabkan kerusakan permanen pada sel-sel
rambut luar koklea, yang mengakibatkan kehilangan pendengaran
permanen
 Di dalam telinga dalam terdapat saluran
koklear yang bersambung dengan saccule,
utricle dan saluran semicircular mereka
membentuk sebuah sistem tertutup yang
mengandung endolimfe yang merupakan
turunan dari otocyst.
 Kelainan koklear sejatinya bisa berpengaruh
terhadap sistem vestibular dan begitu juga
sebaliknya.
 Reaksi Lepra merupakan suatu periode di
mana terjadi peradangan yang dapat mengenai
saraf.
 Reaksi Tipe 1 disebut juga reaksi reversal.
 Reaksi ini disebabkan peningkatan aktifitas
sistim kekebalan tubuh dalam melawan basil
lepra, atau bahkan sisa basil yang mati.
 Peningkatan aktifitas ini menyebabkan terjadi
peradangan di mana pun terdapat basil lepra
pada tubuh, terutama kulit dan saraf
 Penderita lepra pausibasiler (PB) dan multibasiler
(MB) semuanya dapat mengalami reaksi Tipe 1.
 Sekitar seperempat dari seluruh penderita lepra
kemungkinan akan mengalami reaksi Tipe 1.
 Paling sering terjadi dalam enam bulan setelah
mulai makan obat.
 Ciri-ciri klinis reaksi Tipe 1 yang paling sering
ditemukan adalah peradangan pada bercak kulit
berupa pembengkakan, kemerahan dan teraba
panas. Bercak biasanya tidak terasa sakit, tapi
mungkin terdapat rasa tidak nyaman.
 Sebagian besar reaksi Tipe 1 mereda dalam enam
bulan, namun tanpa pengobatan semua efek pada
saraf akan menyebabkan penurunan fungsi yang
menetap.
 Reaksi tipe 2 disebut juga reaksi erythema
nodosum leprosum (ENL). Reaksi ini terjadi bila
basil lepra dalam jumlah besar terbunuh dan
secara bertahap dipecah. Protein dari basil yang
mati mencetuskan reaksi alergi. Oleh karena
protein ini terdapat di aliran darah, reaksi Tipe 2
akan mengenai seluruh tubuh dan menyebabkan
gejala sistemik.
 Hanya penderita MB yang mengalami reaksi Tipe
2.
 Reaksi Tipe 2 terjadi terutama pada tiga tahun pertama
pengobatan, meski dapat juga terjadi lebih cepat.
 Oleh karena butuh waktu lama bagi tubuh untuk
membuang basil yang mati, reaksi Tipe 2 masih mungkin
terjadi bertahun-tahun setelah pengobatan selesai.
 Ciri reaksi Tipe 2 berupa gejala-gejala erythema nodosum,
yaitu benjolan di bawah kulit. Juga terjadi peradangan,
sehingga benjolan bawah kulit terasa sakit dan tampak
merah.
 Benjolan dapat sedikit atau banyak, dapat terjadi pada
anggota gerak dan kadang-kadang pada batang tubuh.
 Benjolan tidak disertai lesi kulit lepra.
 Benjolan dengan nyeri tekan merupakan tanda utama ENL
Kemoterapika Antiparasit
Ira Nuru Shofa
a. Pada Turunan Vinilpiperidin salah satu contoh
obatnya adalah pirantel pamoat. Sebutkan
mekanisme kerja dari pirantel pamoat?
b. Pada obat malaria golongan schizontisid darah
misalnya kuinin. Kuinin ini memiliki banyak sekali
efek samping yaitu oksitoksik yaitu abortus. Apakah
digunakan obat lain untuk menangani efek
samping itu?
c. Sebutkan obat dari golongan Antiparasit yang
paling efektif untuk digunakan?
d. Mengapa pemberian obat klorokuin itu diberikan
berbeda setiap jam ?
Aprilianti
a. Apakah pengaruh lingkungan itu sama dengan
penyimpanan obat?
b. Mengapa pada asam salisilat efek samping berupa
gejala saluran cerna lebih menonjol ?
c. Pada obat kloroquin efek sampingnya yaitu overdosis,
sangat toksik. Apa maksud dari kata tsb?
Cyntia devi Firdaus
a. Pada klorokuin sangat toksik. Apa yang harus
dilakukan untuk mencegah ketoksikan dari klorokuin?
b. Pada Obat cacing apakah ada kontraindikasi dengan
obat lain?
c. Pada Efek samping dari Emetin Hcl dapat
menyebabkan kardiovaskular. Mengapa hal tsb bisa
terjadi?
1. a. Mekanisme kerja pirantel pamoat adalah
pelumpuhan cacing dengan jalan menghambat
penerusan impuls neuromuskular. Lalu parasit
dikeluarkan oleh peristaltik usus tanpa
memerlukan laksans.
b. Tidak perlu digunakan obat lain untuk
menangani efek samping yang bersifat ringan.
Karena dengan penambahan obat lain hanya
akan memperberat kerja ginjal. Jika efek sampingnya
sudah parah maka pemakaian obat harus dihentikan.
Pada kuinin obat dapat bekerja secara oksitosis
yakni kerja kontraksi atas rahim yang
mengandung, terkenal sebagai obat pengguguran
(abortivum). Tetapi efeknya sangat tidak dapat
dipercaya, bahkan pada dosis tinggi bersifat letal.
1.c. Obat antiparasit yang paling efektif :
Antelmintik : untuk obat cacing yang paling efektif adalah harus
menyesuaikan dengan tubuh yang terinfeksi baik penyerapan bahannya
ataupun dosisnya. Untuk obat yang sering digunakan adalah pirantel pamoat
dan albendazole karena infeksi oleh cacing ascaris lumbricoides yang sering
ditemukan di tanah sewaktu nyangkul atau apaling sering ditumpukan
sampah. Kemudian traziquantel terhadap infeksi trichuris dan taenea. Obat ini
paling efektif digunakan untuk infeksi-infeksi tersebut.
- Anti Malaria : klorokuin dan artemisin
-Anti Amuba : Metronidazole, Tinidazole dan Ornidazole merupakan obat
terbaik untyk pengobatan amubiasis pada anak dan efek samping yang
berarti tidak dijumpai.
- Anti Fungi : pengobatan infeksi jamur juga harus diperhatikan terhadap
jamur yang menginfeksi sehingga baru dapat ditentukan obat yang
digunakan, misalnya :
1. Amphotericin B : infeksi candida albicans
2. Nistatin : untuk mengobati kandidiasis mulut, kandidiasis pada esofagus dan
vaginitis
1.c. 3. Golongan azole (ketokonazole) : infeksi C.
Albicans, C. Tropicalis, C. Neoformans, Histoplasma
Capsulatum, Aspergilus spp.
4. Griseofulvin : infeksi jamur pada rambut , kaki
dan kuku dan.
- Antitrokomoniasis : Mertronidazole
1.d Mengapa pemakian obat klorokuin berbeda tiap
jam ?
Obat malaria diberikan dengan dosis yang berbeda
beda, berdasarkan jenis malaria yang menyerang
penderita. Beberapa pengobatan malaria berdasarkan,
sebagai tahap untuk pencegahan, untuk serangan akut,
dan untuk ekstraintestinal amubiasis. Untuk pemberian
obat malaria (ex:Klorokuin) yang berbeda tiap jam
dikarenakan penderita dalam masa pengobatan untuk
serangan malaria akut. Sehingga diperlukan dosis obat
yang efektif dan segera efek terapinya.
2. a.Beda akan tetapi memiliki hubungan
karena cara penyimpanan obat dapat
mempengaruhi lingkungan yang memiliki
pengaruh terhadap obat
b.Karena mekanisme kerja dari asam
salisilat adalah menghambat sintesis dari
prostaglandin sehingga meningkatkan
sekresi asam lambung dan dapat
menyebabkan iritasi lambung
c. Maksudnya jika klorokuin diberikan tidak
sesuai dosis (overdosis) maka akan
menyebabkan toksik
3. a. Untuk mencegah ketoksisikan dari klorokuin
maka dosis yang diberikan harus tepat karena
pemberian dengan dosis yang tinggi dapat
menyebabkan toksisitas.
b. Obat antelmintik Ada kontarindikasi dengan obat
lain yaitu :
-Ivermaktin pada wanita hamil jangan diberikan
bersama-sama barbiturat, benzodiazepin, atau asam
valproat.
-Prazikuantel sebaiknya jangan diberikan
bersama dengan kortikosteroid karena dapat
mengurangi kadar plasma sampai 50%
c. Efek samping kardiovaskular bisa terjadi akibat
pemberian emetin Hcl dikarenakan pemberian
secara intravena.
 Pyrantel Pamoate bekerja sebagai agen
penghambat depolarisasi neuromuskular,
sehingga menyebabkan kontraksi secara tiba-
tiba, dilanjutkan dengan paralisis dari cacing
tersebut.
 Hal tersebut menyebabkan cacing kehilangan
daya cengkramnya pada dinding intestinal dan
keluar melalui proses alami dalam tubuh.
 Apa bedanya Lepra Multibasiler dengan
Pausibasiler?
 Mengapa Efek Samping Obat Asam Salisilat
yang menonjol pada saluran cerna?
 Mengapa saat diare, feses menjadi lebih cair
dari kondisi normal?
Obat Saluran Pencernaan
 Salah satu golongan obat Diare
yaitu Loperamide merupakan golongan Opioid
(candu).
 Bekerja dengan cara memperlambat motilitas
saluran cerna dengan mempengaruhi otot
sirkuler dan longitudinal usus.
 Obat diare ini berikatan dengan reseptor
Opioid sehingga diduga efek konstipasinya
diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan
reseptor tersebut.
 Gerakan peristaltik normal yaitu 5-35
kali/menit.
OH

N Cl

O N
 Opium adalah salah satu getah bahan baku suatu
narkotika yang dapat dibuat dari buah Candu
(Papaver somniferum L. atau P. paeoniflorum) yang
belum matang
 Opium merupakan tanaman semusim yang hanya
bisa dibudidayakan di pegunungan kawasan
subtropis.
 Buah dari Opium tersebut akan mengeluarkan
getah kental yang berwarna putih.
 Opium mentah dapat diproses secara sederhana
hingga menjadi candu siap konsumsi. Jika getah
tersebut di ekstrak lagi, akan menghasilkan Morfin
yaitu sebagai obat penghilang rasa nyeri yang luar
biasa.
 Lalu limbah ekstrasi dari hal tersebut jika diolah
lagi akan menjadi Narkotika murah seperti Sabu.
 Alkalosis mengacu pada proses mengurangi
konsentrasi ion hidrogen pada plasma darah arteri
(alkalemia).
 Berlawanan dengan acidemia (dimana serum pH
7.35 atau lebih rendah), alkalemia terjadi ketika
serum pH lebih tinggi dari kondisi normal (di atas
7.45).
 Alkalosis is usually divided into the categories of
respiratory alkalosis and metabolic alkalosis or a
combined alkalosis.
 Metabolic alkalosis can be caused by repeated
vomiting, resulting in a loss of hydrochloric acid
with the stomach content
 Severe dehydration, and the consumption of
alkali are other causes.
 Empedu mengandung asam empedu dan konjugatnya.
 Asam-asam empedu meningkatkan sekresi empedu
dan disebut zat koleretik, garam empedu kurang
memperlihatkan aktivitas koleretik.
 Zat empedu yang penting untuk manusia ialah garam
natrium asam kolat dan asam kenodeoksikolat.
 Selain penting untuk penyerapan lemak, empedu juga
penting untuk absorpsi zat larut lemak misalnya
vitamin A, D, E dan K.
 Dalam jumlah besar, garam empedu dapat
menetralkan asam lambung yang masuk ke
duodenum.
 Pada keadaan normal hati mensekresi ± 24 g garam
empedu atau 700 - 1000 ml cairan empedu/hari. Kira-
kira 85 % empedu diabsorpsi pada usus kecil bagian
bawah (sirkulasi enterohepatik), sehingga hanya 80 mg
garam empedu yang harus disintesis perharinya.
Obat Saluran Nafas
 Cegukan atau hiccup (baca ‘hikap’) yang istilah
medisnya singultus adalah kontraksi tiba-tiba
yang tak disengaja pada diafragma, dan umumnya
terjadi berulang-ulang setiap menitnya.
 Udara yang tiba-tiba lewat ke dalam paru-paru
menyebabkan glottis (ruang antara pita suara)
menutup, serta menyebabkan terjadinya suara hik.
 Istilah ‘hiccup’ muncul dan digunakan orang untuk
menirukan suara yang dikeluarkan saat cegukan
(hik..hik..). Sedangkan nama lainnya, yaitu
‘singultus’ berasal dari bahasa latin singult yang
berarti menarik nafas saat seseorang sedang
menangis terisak-isak.
 Sebagian besar/umumnya, tidak ada penyebab yang
jelas untuk cegukan. Namun, ada beberapa hal yang
umum dikenal sebagai penyebab cegukan.
Beberapa hal yang menjadi penyebab cegukan antara
lain :
 Makan terlalu cepat dan menelan udara bersama dengan
makanan.
 Makan terlalu banyak (khususnya lemak atau makanan pedas)
atau minum terlalu banyak (minuman berkarbonasi atau
alkohol) dapat menekan perut dan mengiritasi diafragma,
sehingga dapat menyebabkan cegukan.
 Beberapa obat yang memungkinkan mempunyai efek samping
cegukan, misalnya:
 obat untuk refluks (membaliknya) asam lambung
 Kebanyakan benzodiasepines, termasuk diazepam
(Valium), alprazolam (Xanax), dan lorazepam (Ativan)
 levodopa, nikotin, dan ondansetron (Zofran)
 Gas beracun juga dapat memicu cegukan
 Cegukan normal terjadi 4-60 kali/menit
dengan interval yang teratur, dan berlangsung
selama 10-30 menit.
 Namun apabila cegukan tidak berhenti dalam
beberapa jam hingga berhari-hari, sangat
disarankan untuk konsultasi dengan dokter,
karena hal tersebut merupakan gejala penyakit
yang serius.
 Dalam tubuh kita ada 5 jenis antibodi atau
imunoglobulin antara lain G, A, M, E, & D.
 Yang paling berperan dalam reaksi alergi adalah
Imunoglobulin E.
 Dalam tubuh penderita alergi, mempunyai kadar
Imunoglobulin E tinggi yang spesifik terhadap zat-
zat tertentu yang menimbulkan reaksi alergi.
 Di dalam tubuh, Imunoglobulin E yang bereaksi
pada alergen menempel pada sel mast (sel yang
berperan pad reaksi alergi dan peradangan).
 Bila imunoglobulin E ini kontak lagi dengan zat
alergen, maka sel mast akan mengalami
degranulasi dan mengeluarkan zat-zat seperti
histamin, kinin, dan bradikinin yang terkandung
dalam granulnya yang berperan pada reaksi alergi.
N O N O
N N

N N
N N
H

O O
Sulfonamid
 Acetanilide is an odourless solid chemical of
leaf or flake-like appearance.
 It is also known as N-phenylacetamide,
acetanil, or acetanilid, and was formerly
known by the trade name Antifebrin.
 Acetanilide can be produced by reacting acetic
anhydride with aniline:
 C6H5NH2 + (CH3CO)2O → C6H5NHCOCH3 +
CH3COOH
 Acetanilide is slightly soluble in water, and
stable under most conditions.
 Pure crystals are plate shaped and colorless to
white.
O

N
H
 Amfoter/amfoterik adalah kemampuan suatu
zat yang dapat berpindah sifat keasaman dari
sifat asam ke sifat basa, atau sebaliknya.
 Tergantung dari kondisi atau lingkungan
dimana zat tersebut bereaksi.
 Bila zat tersebut berada pada lingkungan asam
kuat, maka zat tersebut bersifat basa, dan
sebaliknya.
Kortikosteroid dan Analog Sintetik
 Glucocorticoids (GCs) are a class of steroid
hormones that bind to the glucocorticoid receptor
(GR), which is present in almost every vertebrate
animal cell.
 Glucocorticoids bind to the cytosolic
glucocorticoid receptor (GR), a type nuclear
receptor that is activated by ligand binding.
 After a hormone binds to the corresponding
receptor, the newly formed complex translocates
itself into the cell nucleus, where it binds to
glucocorticoid response elements (GRE) in the
promoter region of the target genes resulting in the
regulation of gene expression.
 This process is commonly referred to as
transcriptional activation, or transactivation.
 The effects of mineralocorticoids are mediated by
slow genomic mechanisms through nuclear
receptors as well as by fast nongenomic
mechanisms through membrane-associated
receptors and signaling cascades.
 Mineralocorticoids bind to the cytosolic
mineralocorticoid receptor, being able to cross the
lipid bilayer freely.
 This type of receptor becomes activated upon
ligand binding.
 After a hormone binds to the corresponding
receptor, the newly formed receptor-ligand
complex translocates into the cell nucleus, where it
binds to many hormone response elements (HREs)
in the promoter region of the target genes in the
DNA.
 Dexamethasone is a type of steroid
medication.
 It has anti-inflammatory and
immunosuppressant effects.
 It is 25 times more potent than cortisol in its
glucocorticoid effect, while having minimal
mineralocorticoid effect.
 Betamethasone is a potent glucocorticoid
steroid with anti-inflammatory and
immunosuppressive properties.
 Unlike other drugs with these effects,
betamethasone does not cause water retention.
 Glukokortikoid meningkatkan kadar glukosa
darah sehingga merangsang pelepasan insulin dan
menghambat masuknya glukosa ke dalam sel otot.
 Peningkatan produksi glukosa ini diikuti oleh
bertambahnya ekskresi nitrogen, dimana hal
tersebut menunjukkan terjadinya katabolisme
protein menjadi karbohidrat.
 Glukokortikoid juga merangsang lipase yang
sensitif dan menyebabkan lipolisis.
 Peningkatan kadar insulin merangsang lipogenesis
dan sedikit menghambat lipolisis sehingga hasil
akhirnya adalah peningkatan deposit lemak,
peningkatan pelepasan asam lemak, dan gliserol
ke dalam darah.
kolesterol

pregnenolon

progesteron prasteron

17OH-progesteron kortikosteron Testoteron + Estradiol +


androgen estrogen lainya
lainya
kortisol aldosteron
 Pada waktu memasuki jaringan, glukokortikoid berdifusi atau
ditranspor menembus sel membran dan terikat pada kompleks
reseptor sitoplasmik glukokortikoid heat-shock protein kompleks.
 Heat shock protein dilepaskan dan kemudian kompleks hormon
reseptor ditranspor ke dalam inti, dimana akan berinteraksi
dengan respon unsur respon glukokortikoid pada berbagai gen
dan protein pengatur yang lain dan merangsang atau
menghambat ekspresinya.
 Pada keadaan tanpa adanya hormon, protein reseptor dihambat
dari ikatannya dengan DNA; jadi hormon ini tidak menghambat
kerja reseptor pada DNA.
 Perbedaan kerja glukokortikoid pada berbagai jaringan dianggap
dipengaruhi oleh protein spesifik jaringan lain yang juga harus
terikat pada gen untuk menimbulkan ekspresi unsur respons
glukokortikoid utama.
 Selain itu, glukokortikoid mempunyai beberapa efek
penghambatan umpan balik yang terjadi terlalu cepat untuk
dijelaskan oleh ekspresi gen.
 Efek ini mungkin diperantarai oleh mekanisme nontranskripsi.
Insulin dan Antidiabet Oral
 Pancreas babi/sapi mula-mula didinginkan -20oC
untuk menghindari penguraian proteolitik
 Kemudian dihaluskan dan diekstraksikan dengan
etanol 70% dalam HCl pH 1 – 2, ekstrak ditambah
amoniak sampai pH 8.
 Lalu disentrifugasi untuk mengendapkan putih telur.
 Filtrat diasamkan sampai pH 3, dipekatkan dalam
hampa udara, yang diperoleh insulin kasar.
 Lalu dilakukan dengan penggaraman NaCl,
diendapkan pada titik isolistrik dan dikristalisasi
dengan adanya seng klorida akan diperoleh insulin
kristal, yang masih mengandung sejumlah besar
protein pengiring (insulin berbagai spesies dikerjakan
terpisah).
 The cells in your body need sugar for energy.
 However, sugar cannot go into most of your
cells directly.
 After you eat food and your blood sugar level
rises, cells in your pancreas (known as beta
cells) are signaled to release insulin into your
bloodstream.
 Insulin then attaches to and signals cells to
absorb sugar from the bloodstream.
 Insulin is often described as a “key,” which
unlocks the cell to allow sugar to enter the cell
and be used for energy.

Anda mungkin juga menyukai