Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA
A. Keluarga Berencana
1. Definisi
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan

preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita. Peningkatan dan perluasan

pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan

angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang

dialami oleh wanita (Depkes RI, 1998). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(1997), arti KB adalah: "Gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan

sejahtera dengan membatasi kelahiran." Dengan kata lain KB adalah perencanaan

jumlah keluarga.
KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda

kelahiran anak pertama (post poning), menjarangkan anak (spacing) atau

membatasi (limiting) jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan keamanan

medis serta kemungkinan kembalinya fase kesuburan (ferundity). ( BKKBN,

2008).

Setiap pasangan suami isteri dapat menentukan pilihannya dalam

merencanakan dan mengatur jumlah anak dan jarak antara kelahiran anak yang

berdasarkan pada kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap generasi sekarang

maupun generasi mendatang. Suami isteri juga mempunyai hak dan kewajiban

yang sama dalam menentukan cara pengaturan kelahiran (Gieles, 2001).

Akseptor adalah pasangan usia subur yang menggunakan satu atau lebih

cara kontrasepsi. Pasangan Usia Subur adalah pasangan yang istrinya berumur
15-49 tahun, dalam hal ini termasuk pasangan dimana istrinya berumur dibawah

15 tahun atau lebih dari 49 tahun dan tetap mendapatkan menstruasi

(Anonim,1990a).

2. Pelaksanaan Program Keluarga Berencana

1. Penerangan dan motivasi

Penerangan dan motivasi keluarga berencana ditujukan untuk memberikan

penerangan seluas-luasnya kepada masyarakat tentang terdapatnya kemungkinan

bagi mereka untuk melaksanakan perencanaan keluarga. Hal ini dilakukan baik

melalui Penerangan umum, penerangan kelompok, penyuluhan wawan-muka,

maupun melalui pendidikan kependudukan.

a) Penerangan umum.

Penerangan yang bersifat umum dilakukan terutama melalui surat-surat

kabar, majalah, siaran radio, spanduk-spanduk, papan bergambar, dan stempel pos

pada surat-surat.

b) Penerangan kelompok.

Penerangan kelompok terutama dilakukan melalui bantuan yang diberikan

berupa seminar berbagai kelompok masyarakat serta mengirimkan tenaga-tenaga

penerangan.

c) Penyuluhan wawan-muka.

Hal ini dilakukan melalui penyuluhan wawan-muka baik berupa

pendekatan secara langsung kepada calon akseptor maupun kepada mereka yang

telah menjadi akseptor. Dengan demikian diharapkan jumlah akseptor baru terus
bertambah dan bersamaan dengan itu kelangsungan akseptor yang telah ada dapat

terus dipertahankan.

2. Pelayanan medis keluarga berencana.

Klinik keluarga berencana pada dasarnya adalah Badan Kesejahteraan Ibu

dan Anak (BKIA) yang memberikan pelayanan keluarga berencana dan pada

umumnya diintegrasikan ke dalam Puskesmas.

http://digilib.petra.ac.id/ads-cgi/viewer.pl/jiunkpe/s1/ikom/2006/jiunkpe-ns-s1-2006-
51402165-3896-fiesta-chapter3.pdf

B. Reproduksi

Usia menikah yang umum dianjurkan ialah sekurang-kurangnya 20 tahun

untuk wanita dan 25 tahun bagi laki-laki. Anjuran ini didasarkan pemikiran bahwa

wanita dan pria sudah mempunyai kesiapan batin dan jasmani untuk melakanakan

proses reproduksi. Sedangkan kurun waktu yang paling aman untuk terjadi

kehamilan dan persalinan adalah umur 20-30 tahun, dengan memperhitungkan

jarak kelahiran tiap anak kurang lebih 4 tahun diharapkan ibu hanya akan

melahirkan dua kali. Kurun waktu 20-30 tahun itu disebut kurun reproduksi sehat.

(Rukanda dkk, 1993).

Masa reproduksi adalah masa antara awal seorang wanita mendapat haid

(menorrhea) sampai tidak haid lagi (menopause) (Anonim, 1990a).

1. Anatomi fisiologi alat reproduksi pria


Menurut Mardiya (1999) secara anatomis dan fisiologis alat reproduksi pria dapat

dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: alat reproduksi pria bagian luar dan alat

reproduksi pria bagian dalam.

2. Anatomi fisiologi alat reproduksi wanita

Organ penting saluran reproduksi wanita meliputi indung telur (ovarium),

saluran telur (tuba falopii), rahim (uterus), dan liang senggama (vagina) (Ganong,

1999).

3. Hormon reproduksi Wanita

Sistem reproduksi diatur oleh poros Hipotalamus-Pituitari-Gonad. Follicle

Stimulating Hormone (FSH) merupakan produksi kelenjar pituitari yang

distimulasi oleh Follicle Stimulating Hormone Releasing Hormone (FSHRH).

Tugas dari FSH adalah untuk menstimulasi perkembangan folikel-folikel di

indung telur yang memproduksi suatu hormon yang disebut estrogen

(Notodihardjo, 2002).

4. Fertilisasi

Fertilisasi merupakan proses bertemunya sel telur dan sel sperma di dalam

saluran telur (Mardiya, 1999). Hal ini dapat terjadi karena adanya sel telur dan sel

sperma yang subur, cairan sperma harus ada di dalam vagina sehingga sel sperma

dapat berenang menuju cervix kemudian sel telur yang sudah dibuahi harus

mampu bergerak dan turun ke rahim, di rahim sel telur tersebut akan melakukan

nidasi. Keempat, endometrium atau dinding rahim harus dalam keadaan siap

untuk menerima nidasi (Notodihardjo, 2002)

C. Kontrasepsi
1. Definisi

Secara umum kontrasepsi mengandung arti pencegahan kehamilan setelah

hubungan seksual. Prinsipnya dengan menghambat sperma bertemu dengan ovum

yang matang, (sebagai contoh metode yang bereaksi sebagai barier / pencegah

ovulasi) atau dengan mencegah ovum yang matang dari penanaman yang sukses

pada endometrium (sebagai contoh mekanisme yang membentuk lingkungan

uterin yang tidak nyaman) ( DiPiro, 2005).

2. Penggolongan

Strategi terapi yang digunakan ada dua yaitu secara non farmakolgis dan

farmakologis.

A. Secara non farmakologis

Dasar dari metode kontrasepsi ini adalah mencegah bertemunya sperma

dengan sel telur (Muchji, dkk 1999). Dilihat dari kata non-farmakologis, artinya

pada metode kontrasepsi ini tidak digunakan obat-obatan sebagai sarana pencegah

kehamilan. Terapi non-farmakologis terdiri dari beberapa metode seperti

penghitungan masa subur wanita (Keluarga berencana alami), penggunaan alat

pengaman, dan juga sterilisasi.

B. Secara farmakologis

Pada metode kontrasepsi ini digunakan obat-obatan sebagai sarana

pencegah kehamilan Yang termasuk dalam metode ini adalah :


1. Kontrasepsi dengan metode hormon

Kontrasepsi ini, misalnya menggunakan pil KB dan suntik KB. Pil KB

adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil/tablet yang berisi

gabungan hormon estrogen dan progesteron atau yang hanya berisi hormon

progesteron saja (Rukanda dkk, 1993).

Menurut Anonim (2001) cara kerja kontrasepsi suntik adalah mencegah

pematangan dan pelepasan sel telur, mengentalkan lendir mulut rahim sehingga

sperma tidak dapat masuk ke dalam rahim, dan menipiskan endometrium

sehingga tidak terjadi nidasi.

2. Kontrasepsi dengan spermicida

Spermisida, sebagian besar berisi nonoxynol-9, adalah surfaktan kimia

yang menghancurkan dinding sel sperma dan memberikan perlindungan melawan

kanker cervix. Spermisida tersedia dalam bentuk foam, krim, suppositoria, jeli dan

film. Spermisida tablet atau suppositoria membutuhkan waktu 10-30 menit untuk

larut. Spermisida dapat menyebabkan iritasi lokal baik pada wanita maupun pria.

Spermisida tambahan harus digunakan setiap kali intercourse diulangi (DiPiro,

2005).

Saat ini jenis alat kontrasepsi dapat digolongkan menjadi 6 kelompok.

1. Kontrasepsi tanpa menggunakan alat-alat/obat-obatan; termasuk di

dalamnya senggama terputus, pembilasan pascasenggama, perpanjangan

masa penyusui, dan pantang berkala.

2. Kontrasepsi secara mekanis; meliputi kondom dan pessarium (diafragma

vaginal dan carnival cap).


3. Kontrasepsi dengan obat-obatan spermatisida; seperti suppositorium, jelly

atau krim, tablet busa dan intravag (tissu KB)

4. Kontrasepsi hormonal (pil dan implan)

5. Kontrasepsi dengan Intra Uterine Device (IUD)

6. Kontrasepsi mantap (sterilisasi); termasuk di dalamnya vasektomi dan

tubektomi. (Lis Sinsin, 2008)

http://911medical.blogspot.com/2008/04/artikel-makalah-tentang-kb-
keluarga.html

3. Cara kerja kontrasepsi

Dasar atau cara kerja dari kontrasepsi adalah mencegah masuknya sperma

ke dalam vagina, mencegah masuknya sperma ke dalam uterus, membunuh atau

melemahkan sperma sehingga tidak dapat masuk ke dalam rahim, menghambat

terjadinya ovulasi, mengganggu dan mencegah terjadinya nidasi di dalam cavum

uteri, mencegah masuknya sel telur ke dalam tuba/rahim (Rukanda dkk, 1993).

D. Perilaku

Dharmmesta dan Handoko (2000) menjelaskan perilaku konsumen

dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor

eksternal meliputi kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial, kelompok referensi,

dan keluarga. Faktor intrenal meliputi motivasi, pengamatan, belajar, kepribadian

beserta konsep diri dan sikap.

Perilaku manusia dimulai dengan adanya motivasi, yaitu keadaan dalam

pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-

kegiatan tertentu guna mencapai tujuan tertentu. Selain dipengaruhi motivasi,


sikap dan perilaku seseorang dapat berubah dengan adanya pengetahuan atau

tambahan informasi yang diperolehnya (Sarwono, 1997).

1. Pengetahuan
Pengetahuan didefinisikan sebagai persepsi yang jelas mengenai sesuatu;

pemahaman; pembelajaran; pengalaman praktikal; kemahiran; pengecaman;

himpunan maklumat tersusun yang berguna untuk menyelesaikan masalah;

kebiasaan terhadap bahasa, konsep, ide, fakta-fakta, hubungan antara fakta,

maklumat, dan kemampuan menggunakannya dalam mencipatakan model-model

yang berbeda (Anonim, 2007b).


2. Sikap
Mengikuti skema triadik, struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang

saling menunjang yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif

(affective), dan komponen konatif (conative). Komponen kognitif merupakan

representasi yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen afektif

merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional, dan komponen konatif

merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang

dimiliki oleh seseorang (Azwar, 2007).


3. Tindakan
Tindakan dilakukan untuk memenuhi suatu kebutuhan. Terdapat dua

kondisi yang dapat memacu tindakan untuk pemenuhan kebutuhan, yaitu motivasi

dari dalam diri (intrinsic motivation) dan motivasi dari luar diri (extrinsic

motivation). Aspek dalam diri meliputi potensi, kemampuan, ketrampilan,

koordinasi motorik, pengalaman masa lalu, pelaksanaan kerja dan motivasi.

Sedangkan aspek luar diri meliputi jabatan, pekerjaan, dan upah (Anonim, 2007c).

E. Pendidikan
Pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor

18 tahun 2003, adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pegendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat bangsa dan negara (Suyuti, 2005). Berdasarkan definisi di atas dapat

disimpulkan bahwa adanya pendidikan akan mempengaruhi kepribadian dan

kecerdasan seseorang dalam hubungannya dengan perilaku.

Adapun definisi lain menyebutkan bahwa pendidikan merupakan

perbuatan (hal atau cara) mendidik, pengetahuan tentang mendidik, dan

pemeliharaan badan atau batin (Poerwadarminta, 1991). Dari definisi ini diketahui

bahwa pendidikan merupakan suatu perbuatan mendidik. Dalam proses

pendidikan ditanamkan mengenai konsep-konsep yang dapat dipraktekkan pada

situasi nyata. Di dalam pendidikan juga ditanamkan sikap dan nilai yang sesuai

dengan konsep-konsep tersebut (Semiawan, 1986).

Dengan demikian semakin lama masa pendidikan, kemungkinan

tertanamnya konsep-konsep yang dibentuk oleh pendidikan semakin baik.

Pendidikan juga dimaknai sebagai suatu proses belajar-mengajar dalam bidang

pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional, yang dilaksanakan oleh

lembaga pendidikan (Anonim, 2004c). Dengan demikian tingkat pendidikan dapat

dilihat dari aspek lembaga pendidikan, dalam hal ini sekolah.

Anda mungkin juga menyukai