Anda di halaman 1dari 8

A.

PENGERTIAN SULFONAMIDA

Sulfonamida merupakan kemoterapeutik pertama yang efektif pada terapi


penyakit sistemik.Sekarang, penggunaannya terdesak oleh kemoterapeutik lain
yang lebih efektif dan kurang toksik. Banyak organisme yang menjadi resisten
terhadap sulfonamida.Penggunaannya meningkat kembali sejak ditemukan
kotrimoksazol yaitu kombinasi trimetoprim dengan sulfametoksazol.

Sulfonamida pertama diisolasi dari senyawa tar batubara analin, tahun 1900
an, digunakan pertama untuk mengatasi infeksi kokus tahun 1935. Pada tahun
1935, domagk telah menemukan bahwa suatu zat warna merah, prosontil rubrum,
bersifat bakterisid in vivo tapi inaktif in vitro. Ternyata zat ini dalam tubuh
dipecah menjadi sulfanilamida yang juga aktif in vitro. Berdasarkan penemuan ini
kemudian disintesis sulfapiridin yaitu obat pertama yang digunakan secara
sistemis untuk pengobatan radang paru-paru (1937).

Tidak termasuk antibiotik karena tidak dihasilkan dari substansi biologis.


Khasiat bakteriostatik melalui hambatan sintesis asam folat atau PGA bakteri.
Saat ini penggunaannya sudah banyak yang tergeser untuk infeksi saluran kemih.
Tak efektif untuk jamur dan virus.

Sulfonamida merupakan kelompok zat antibakteri dengan rumus dasar yang


sama yaitu H₂N-C₆H₄-SO₂NHR. Pada prinsipnya senyawa ini dapat digunakan
terhadap berbagai infeksi. Namun setelah ditemukan antibiotika dan zat-zat yang
lebih efektif ( kurang toksis) maka penggunaanya semakin berkurang.
Sulfonamida bersifat amfoter artinya dapat membentuk garam dengan asam
maupun dengan basa. Daya larutannya dalam air sangat kecil, garam alkalinya
lebih baik, walaupun larutan ini tidak stabil karena mudah terurai.
Di bawah ini merupakan berbagai variasi pada radikal R gugus amida (-SO₂NHR)
dan gugus amino (NH₂) menyebabkan perubahan fisik, kimia, dan daya
antibakteri sulfonamida.
B. FARMAKOKINETIK SULFONAMIDA

ABSORPSI
Absorpsi melalui saluran cerna mudah dan cepat, kecuali beberapa macam
sulfonamide yang khusus digunakan untuk infeksi local pada usus.Kira-kira 70-
100% dosis oral sulfonamide di absorpsi melalui saluran cerna dan dapat di
temukan dalam urin 30 menit setelah pemberian.Absorpsi terutama terjadi pada
usus halus, tetapi beberapa jenis sulfa dapat di absorpsi melalui lambung.

DISTRIBUSI
Semua sulfonamide terikat pada protein plasma terutama albumin dalam
derajat yang berbeda-beda.Obat ini tersebar ke seluruh jaringan tubuh, karena itu
berguna untuk infeksi sistemik. Dalam cairan tubuh kadar obat bentuk bebas
mencapai 50-80 % kadar dalam darah.

METABOLISME
Dalam tubuh, sulfa mengalami asetilasi dan oksidasi.Hasil inilah yang sering
menyebabkan reaksi toksik sistemik berupa lesi pada kulit dan gejala
hipersensitivitas, sedangkan hasil asetilasi menyebabkan hilangnya aktivitas obat.

EKSKRESI
Hampir semua di ekskresi melalui ginjal, baik dalam bentuk asetil maupun
bentuk bebas.Masa paruh sulfonamide tergantung pada keadaan fungsi ginjal.
Sebagian kecil diekskresikan melalui tinja, empedu, dan air susu ibu.

C. MEKANISME KERJA SULFONAMIDA


Kuman memerlukan PABA (p-aminobenzoic acid) untuk membentuk asam
folat yang di gunakan untuk sintesis purin dan asam nukleat. Sulfonamid
merupakan penghambat kompetitif PABA. Efek antibakteri sulfonamide di
hambat oleh adanya darah, nanah dan jaringan nekrotik, karena kebutuhan
mikroba akan asam folat berkurang dalam media yang mengandung basa purin
dan timidin.
Sel-sel mamalia tidak dipengaruhi oleh sulfanamid karena menggunakan
folat jadi yang terdapat dalam makanan (tidak mensintesis sendiri senyawa
tersebut). Dalam proses sintesis asam folat, bila PABA di gantikan oleh
sulfonamide, maka akan terbentuk analog asam folat yang tidak fungsional.

D. GOLONGAN SULFONAMIDA
1. Berdasarkan lamanya masa kerja
Berdasarkan masa kerjanya sulfonamida sistemik dibagi menjadi 3 kelompok
yaitu sulfonamida dengan masa kerja pendek, sulfonamida dengan masa kerja
sedang, sulfonamida dengan masa kerja panjang.
a. Sulfonamida dengan masa kerja pendek; Waktu paruh lebih kecil dari 10
jam. Contoh: sulfetidol, sulfamerazin, sulfametazin, sulfatiazol, sulfasomidin
dan sulfaksasol.
b. Saulfonamida dengan masa kerja sedang; waktu paroh 10 – 24 jam
Contoh: sulfadiazin, sulfametoksasol dan sulfafenazo
c. Sulfonamida dengan masa kerja panjang; waktu paroh lebih besar 24
jam
Contoh: sulfadoksin, sulfalen, sulfametoksipiridazin dan sulfametoksidiazin.
Berdasarkan efek yang dihasilkan sulfonamida dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Efek sistemis, contohnya kotrimoksazol, trisulfa
1. Trisulfa
Indikasi Infeksi oleh kuman gram pos dan neg yang peka terhadap
obat ini misalnya infeksi saluran nafas dan saluran
pencernaan.
Kontra indikasi Hipersensitiv terhadap obat ini kehamilan dan masa
menyusui.
Efek samping Gangguan kulit, muntah, diare, kristal una dan gangguan
darah
Sediaan Tablet 500 mg (generik)
Cara Dalam wadah tetutup baik, terlindung dari sinar.
penyimpanan

2. Kotrimoksazol
Kotrimoksazol merupakan kombinasi antara trimetroprim dan
sulfametoksazol dengan perbandingan 1 : 5
Indikasi Antibakteri spectrum luas, infeksi saluran kemih, infeksi
THT, bronkitis kronis, demam tifoid dan shigellosis
Kontra indikasi Hipersensitiv terhadap sulfa, gagal ginjal, gangguan fungsi
hati yang berat
Perhatian Pada penggunaan jangka panjang perlu dilakukan hitung
jenis sel darah, hindari penggunaan pada bayi di bawah 6
minggu.
Efek samping Gangguan darah, mual, muntah, ruam (termasuk sindrom
Stevens – Johnson) reaksi allergi, diare dll.
Sediaan Cotrimoksazol (generik) Suspensi 240 mg/ 5 ml, Tablet
480 mg
Cara Wadah kedap udara, terlindung dari sinar
penyimpanan

2. Efek lokal, contohnya sulfacetami


1. Sulfacetamid
Adalah golongan sulfonamida yang digunakan dalam salep dan tetes mata.
Spesialite Obat-obat Sulfonamida
NO GENERIK DAGANG PABRIK
Sulfadiazin+Sulfamerazin Trisulfa Kimia Farma
1

Sulfamezatin Indo Farma


Sulfacetamida Natrium Albucid Nicholas
2
Cotrimoksazole Bactrim Roche
3
(Trimetoprim+ Bactricid
Sulfamethoxazole)

2. Berdasarkan kecepatan absorpsi dan ekskresinya, sulfonamid dibagi dalam


empat golongan besar:
a. Sulfonamid dengan ekskresi cepat, antara lain sulfadiazin dan
sulfisoksazol
b. Sulfonamid yang hanya diabsorpsi sedikit bila diberikan per oral dan
karena itu kerjanya dalam lumen usus, antara lain sulfasalazin
c. Sulfonamid yang terutama digunakan untuk pembrian topikal, antara
lain sulfasetamid, mafenid, dan Ag-sulfadiazin
d. Sulfonamid dengan masa kerja panjang,seperti sulfadoksin, absorpsinya
cepat dan ekskresinya lambat.

E. RESISTENSI SULFONAMIDA
1. Resistensi biasanya ireversibel tetapi tidak disertai resistensi silang
terhadap kemoterapeutik lain.
2. Resistensi kemungkinan disebabkan karena:
-Meningkatkan produksi PABA atau
-Mengubah struktur molekul enzim yang berperan dalam sintesis asam
folat.
3. Banyak galur gonococcus, stafilococcus, meningococcus,
pneumococcus, dan streptococcus yang sudah resisten.
F. EFEK SAMPING SULFONAMIDA

Efek samping sering timbul (sekitar 5%) pada pasien yang mendapat
sulfonamide.Reaksi ini dapat hebat dan kadang-kadang bersifat fatal.Efek
samping yang terpenting adalah kerusakan pada sel-sel darah yang berupa
agranulositosis, anemia aplastis dan hemolitik. Efek samping yang lain ialah
reaksi alergi, gangguan system hematopoetik, dan gangguan pada saluran
kemih dengan terjadinya kristal uria yaitu menghablurnya sulfa di dalam
tubuli ginjal.

G. PRODUK TUNGGAL DAN KOMBINASI BESERTA AKSINYA

a. Produk Tunggal Sulfonamide


Produk tunggal sulfonamide diantaranya: Sulfadiazin perak,
suksinilsulfatiazol, sulfasetamid, sulfadiazin, sulfametoksazol, sulfasalazin,
sulfisoksazol.
Adapun mekanisme kerja obat-obat golongan sulfa ialah dengan menjadi
impermeabel terhadap asam folat, banyak bakteri harus tergantung pada
kemampuannya untuk mensintesis asam folat dari PABA, pteridin dan glutamat.
Sebaliknya, manusia tidak dapat mensintesis asam folat dan folat didapat dari
vitamin dan makanannya. Karena strukturnya mirip PABA, sulfonamida
berkompetisi dengan substrat ini untuk sintetase enzim dihidropteroat. Hal ini
menghilangkan kofaktor esensial sel terhadap purin, pirimidin dan sintesis asam
amino.
Obat-obat golongan sulfa biasanya digunakan sebagai antibiotik yang
bersifat bakteriostatik. Obat-obat ini aktif terhadap enterobakteria, klamidia,
pneumocytis dan nokardia.
b. Produk Kombinasi Sulfonamid
Obat-Obat golongan sulfonamid biasa dikombinasikan dengan
trimetropim ataupun kombinasi trisulfa. Contoh obat kombinasi sulfonamid : Co-
trimazin yaitu kombinasi antara sulfadiazin dan trimetoprim, Co-Trimoxazol yaitu
kombinasi antara sulfametoxazol dengan Trimetoprim.
1. Kombinasi sulfonamid dengan Trimetoprim, menunjukan aksi sinergis karena
dapat menghambat biosintesis asam dihidrofolat melalui dua jalur. Sulfonilamid
dapat mempengaruhi penggabungan asam p-aminobenzoat dalam sintesis asam
dihidropteroat, sedangkan trimetoprim, yang merupakan bagian struktur analog
asam dihidrofolat, menghambat reduksi asam dihidrofolat menjadi asam
tetrahidrofola, melalui interaksinya dengan enzim dihidrofolat reduktase. Afinita
luas trimetoprim terhadap enzim dihidrofolat reduktase bakteri 50000 kali lebih
besar dibandingkan manusia. Kombinasi sulfonamid dengan
trimetoprimdigunakan secara luas terutama untuk infeksi pada saluran
seni,saluran nafas, saluran genital, infeksi kulit dan septikemi.
2. Trisulfa adalah kombinasi dari tiga sulfonamida, biasanya solfadiazin,
sulfamerazin,dan sulfametazin dalam perbandingan yang sama. Karena dosis obat
hanya sepertiga dari dosis biasa dan daya larutnya masing-masing tidak saling
mempengaruhi, maka bahaya kristaluria sangat diperkecil. Pemberian bikarbonat
tidak diberikan lagi, cukup dengan minum lebih dari 1,5 liter air sehari selama
pengobatan. Mekanisme kerjanya berdasarkan pencegahan sintesis (dehidro)Folat
dalam kuman dengan cara antagonisme saingan dengan PABA.
3. Co-trimoxazol adalah suatu kombinasi dari sulfametoxazol +trimetoprim
dalam perbandiungan 5:1 (400mg+80mg). Trimetoprim memiliki daya kerja
antibakteriil yang merupakan sulfonamid dengan menghambat enzim
dihidrofolate reduktase. Aktifitasnya terhadap enzim bakteri ini 50.000 kali lebih
besar dibanding dengan afinitasnya terhadap enzim manusia, yang merupakan
dasar dari daya kerja selektivitasnya. Walaupun kedua komponen masing-masing
hanya bersifat bakteriostatik, kombinasinya dapat berkhasiat bakterisid terhadap
bakteri yang sama, juga terhadap salmonella, proteus, H.Influinzae. Co-
trimoksasol biasa digunakan terutama untuk pengobatan infeksi saluran napas
karena dapat memperkuat khasiatnya dan juga menurunkan resiko resistennya
4. Kombinasi Sulfodoksin dan Pirimetamin ( Fansidar) digunakan sebagai
profilaksis dan pengobatan malaria tropikal yang disebabkan oleh Plasmodium
Falsiparum yang resisten terhadap Klorokuin.
5. Kombinasi Sulfonamid dan Penisillin sesuai dengan aturan kemoterapetik
sebetulnya penisillin tidak dapat dikombinasikan dengan bakteriostatik. Tetapi
tidak terjadi antagonisme
DAFTAR PUSTAKA

Ganiswara. 1995. “ Farmakologi dan Terapi”. Bagian Farmakologi. Fakultas


Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta.

Setiabudy, Rianto. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Fakultas Kedokteran.


Universitas Indonesia. Jakarta.

Rahardja, Drs. Kirana. 2007. Obat-obat penting ( khasiat, penggunaan, dan efek-
efek sampingnya). PT. Alex media komputindo : Jakarta.

http://www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2006-01-10-Antibiotik,-Si-Peluru-
Ajaib-(Bagian-Pertama).shtml

Anda mungkin juga menyukai