BP : 18160033
Kelas : 5 FARMASI 1
FARMAKOLOGI II
ANTIBIOTIK
SULFONAMID, CONTRIMOXAZOLE DAN ANTISEPTIK SALURAN KEMIH
Sulfonamid
Sulfonamide adalah kemoteraupetik yang pertama digunakan secara sistemik untuk
pengobatan dan pencegahan penyakit infeksi pada manusia.
Kimia: Sulfonamide berbentuk Kristal Putih yang umumnya sukar larut dalam air tetapi garam
natriumnya mudah larut.
Aktivitas antimikroba: Sulfonamid mempunyai spektrum antibakteri yang luas meskipun
kurang kuat dibandingkan dengan antibiotik dan strain mikroba yang resisten makin
meningkat. Golongan obat ini umumnya hanya bersifat bakteriostatik, namun pada kadar yang
tinggi dalam urine sulfonamid dapat bersifat bakterisid.
Mekanisme kerja: Kuman memerlukan PABA (para aminobenzoic acid) untuk membentuk
asam folat yang digunakan untuk sintesis Purin dan asam nukleat. Sulfonamid merupakan
penghambat kompetitif PABA. Efek antibakteri sulfonamid dihambat oleh adanya darah,
nanah dan jaringan nekrotik karena kebutuhan mikroba akan asam folat berkurang dalam media
yang mengandung basa purin dan timidin.
Kombinasi dengan trimetoprim: Yang memperlihatkan efek sinergistik paling kuat bila
digunakan bersama-sama ialah trimethoprim. Senyawa ini merupakan penghambat enzim
dihidrofolat reduktase yang kuat dan selective. Enzim ini berfungsi mereduksi asam
dihidrofolat menjadi asam tetrahidrofolat jadi pemberian sulfonamid bersamaan trimethoprim
menyebabkan hambatan berangkai dalam reaksi pembentukan asam tetrahidrofolat.
Resistensi bakteri: Timbulnya resistensi merupakan faktor yang membatasi manfaat
sulfonamide dalam pengobatan penyakit infeksi terutama infeksi yang disebabkan oleh
gonokokus, staphylococcus, meningokokus, streptokokus dan beberapa galur shigella.
Farmakokinetik: Absorpsi melalui saluran cerna mudah dan cepat kecuali beberapa macam
sulfonamid yang khusus digunakan untuk infeksi lokal pada usus. Kira-kira 70 sampai 100%
dosis oral sulfonamid diabsorpsi melalui saluran cerna dan dapat ditemukan dalam urine 30
menit setelah pemberian.
Distribusi: Semua sulfonamid terikat pada Protein plasma terutama albumin dalam derajat yang
berbeda-beda. Dalam cairan tubuh kadar obat bentuk bebas mencapai 50 sampai 80% kadar
dalam darah. Dapat melalui sawar Uri dan menimbulkan efek antimikroba dan efek toksik pada
janin.
Metabolisme: Zulfa mengalami asetilasi dan oksidasi.
Ekskresi: Hampir semua di ekskresi melalui ginjal baik dalam bentuk asetil maupun bentuk
bebas.
Klasifikasi, sediaan dan posologi: Cara pemberian yang paling aman dan muda ialah peroral
ini cepat dan kadar yang cukup dalam darah segera tercapai.Berdasar kecepatan absorpsi dan
ekskresi sulfonamid dibagi dalam 4 golongan besar:
• Sulfonamid dengan absorpsi dan ekskresi cepat antara lain sulfadiazine dan
sulfisoksazol.
• Sulfonamid yang hanya diabsorpsi sedikit bila diberikan per oral dan karena itu
kerjanya dalam lumen usus, antara lain ftalilsulfatiazol dan sulfasalazin.
• Sulfonamid yang terutama digunakan untuk pemberian topikal antara lain sulfasetamid,
mafenid dan Ag-sulfadiazin.
• Sulfonamid dengan masa kerja panjang seperti sulfadoksin, absorpsi nya cepat dan
ekskresinya lambat.
Sulfonamid dengan Absorpsi dan Ekskresi Cepat
Sulfisoksazol
Merupakan prototipe Golongan ini dengan efek antibakteri kuat. Sulfisoksazol hanya
didistribusikan ke dalam cairan ekstrasel dan sebagian besar terikat pada Protein plasma.
Kelarutan sulfisoksazol dalam urine jauh lebih tinggi daripada sulfadiazin sehingga jarang
menyebabkan hematuria atau kristaluria.
Sulfametoksazol
Obat ini merupakan derivat sulfisoksazol dengan absorpsi dan ekskresi yang lebih
lambat. Dapat diberikan pada pasien dengan infeksi saluran kemih dan infeksi sistemik.
Umumnya digunakan dalam bentuk kombinasi tetap dengan trimetoprim.
Sulfadiazin
Absorpsi di usus terjadi cepat dan kadar maksimal dalam darah dicapai dalam waktu 3
sampai 6 jam sesudah pemberian dosis tunggal. Kira-kira 15 sampai 40% dari obat yang
diberikan diekskresikan dalam bentuk senyawa asetil. Hampir 70% obat ini mengalami
reabsorpsi di tubuli ginjal dan pemberian alkali memperbesar clearance ginjal dengan
mengurangi reabsorpsi tubuli. Dosis oral pada orang dewasa 2 sampai 4 gram dalam 3 sampai
6 kali pemberian, lamanya pemberian tergantung dari keadaan penyakit.
Kombinasi Sulfa
Untuk mengurangi atau mencegah terjadinya kristaluria dibuat sediaan kombinasi tetap
beberapa macam sulfa misalnya sulfadiazine, sulfamerazin dan sulfamethazin. Kombinasi ini
hanya tersedia dalam bentuk tablet atau suspensi oral. Kombinasi sulfa ini tidak menghasilkan
potensi atau perluasan spektrum antibakteri.
Sulfonamid yang Hanya Diabsorpsi Sedikikit Diabsobsi oleh Saluran Cerna
Obat ini digunakan untuk pengobatan kolitis ulseratif dan enteritis regional dan
rheumatoid arthritis. Sulfasalazin dalam usus diuraikan menjadi sulfat piridin yang diabsorpsi
dan diekskresi melalui urin. Dosis awal ialah 0,5 gram sehari yang ditingkatkan sampai 2
sampai 6 gram sehari. Sulfasalazin tersedia dalam bentuk tablet 500 mg.
Sulfonamid Untuk Penggunaan Topikal
Sulfasetamid
Natrium sulfasetamid digunakan secara topikal untuk infeksi mata. Kadar tinggi dalam
larutan 30% tidak mengiritasi jaringan mata karena pH-nya netral dan bersifat bakterisid. Obat
ini tersedia dalam bentuk salep mata 10% atau tetes mata 30%. Pada infeksi kronik diberikan
1-2 tetes setiap 2 jam untuk infeksi yang berat atau 3-4 kali sehari untuk penyakit kronik.
Ag- sulfadiazin
In Vitro obat ini menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur, termasuk spesies yang
telah resisten terhadap sulfonamid. Ag-sulfadiazin digunakan untuk mengurangi jumlah koloni
mikroba dan mencegah infeksi luka bakar. Obat ini tidak dianjurkan untuk pengobatan luka
yang besar dan dalam. Walaupun jarang terjadi efek samping dapat timbul dalam bentuk rasa
terbakar, gatal dan erupsi kulit.
Mafenid
Mafenide asetat mengandung Alfa amino para toluen sulfonamid digunakan secara
topikal dalam bentuk cream untuk mengurangi jumlah koloni bakteri dan mencegah infeksi
luka bakar oleh mikroba gram positif dan gram negatif. Kadang-kadang dapat terjadi
superinfeksi oleh Candida.
Sulfonamid dengan Masa Kerja Panjang
Sulfadoksin
Sulfadoksin adalah sulfonamid dengan masa kerja 7 sampai 9 hari. Digunakan untuk
pencegahan bila resiko resistensi malaria cukup tinggi. Obat ini sekarang jarang dipakai di
Indonesia karena meluasnya resistensi plasmodium.
Efek Samping
Efek samping sering timbul sekitar 5% pada pasien yang mendapat sulfonamid. reaksi
ini dapat hebat dan kadang-kadang fatal karena itu pemakaiannya harus hati-hati.
Penggunaan klinik
Penggunaan sulfonamid sebagai obat pilihan pertama dan untuk pengobatan penyakit
infeksi tertentu makin terdesak oleh perkembangan obat antimikroba lain yang lebih efektif
serta meningkatnya jumlah mikroba yang resisten terhadap sulfa maupun kotrimoksazol.
Penggunaan topikal tidak dianjurkan karena kurang atau tidak efektif sedangkan risiko
terjadinya resistensi prestasi tinggi kecuali pemakaian lokal dari Natrium sulfasetamid pada
infeksi mata dan sulfadiazine perak untuk luka bakar. Infeksi saluran kemih sulfonamid pada
saat ini bukan lagi obat pilihan pertama untuk infeksi saluran kemih karena jumlah mikroba
yang resisten makin meningkat. Kombinasi trimetoprim - sulfametoksazol masih berguna
untuk pengobatan infeksi saluran kemih. Meningitis oleh meningokokus banyak strain telah
resisten terhadap sulfonamid sehingga obat terpilih adalah penisilin G, ampisilin, sefalosporin
generasi ketiga atau chloramphenicol.
Contrimoxazole
Spektrum antibakteri: Spektrum antibakteri trimethoprim sama dengan sulfametoksazol,
meskipun daya antibakteri nya 20 - 100 kali lebih kuat daripada sulfametoksazol.
Mekanisme kerja: Menghambat masuknya molekul PABA ke dalam molekul asam folat dan
trimetoprim menghambat terjadinya reaksi reduksi dari dihidrofolat menjadi bentuk aktif nya
yaitu tetrahidrofolat.
Resistensi bakteri: Resistensi terjadi pada bakteri gram negatif disebabkan oleh adanya plasmid
yang membawa sifat menghambat kerja obat terhadap enzim dihidrofolat reduktase.
Farmakokinetik: Rasio kadar sulfametoksazol dan trimetoprim yang ingin dicapai dalam darah
ialah sekitar 20:1 karena sifatnya yang lipofilik, trimethoprim mempunyai volume distribusi
yang lebih besar daripada sulfametoksazol.
Efek samping: Pada dosis yang dianjurkan tidak terbukti bahwa contrimoksazole menimbulkan
defisiensi folat pada orang normal.
Infeksi saluran napas: Contrimoxazole tidak dianjurkan untuk mengobati faringitis akut oleh
streptokokus pyogenes karena tidak dapat membasmi mikroba.
Antiseptik Saluran Kemih
Methenamine
Efek antimikroba: Methenamine aku terhadap berbagai jenis mikroba. Kuman gram negatif
umumnya dapat pula dihambat dengan M Amin kecuali proteus karena kuman dapat mengubah
urea menjadi amonium hidroksida yang menaikkan PH sehingga menghambat perubahan
methenamine menjadi formaldehid.
Tuberkulostatik dan leprostatik: Umumnya antibiotika bekerja lebih aktif terhadap kuman yang
dapat membelah dibandingkan dengan kuman yang lambat membelah. Pengobatan infeksi
kuman dan asam masih merupakan persoalan dan tantangan dalam bidang kemoterapi. Faktor
yang mempersulit pengobatan antara lain:
• Kurangnya daya tahan hospes terhadap mycobacteria
• Kurangnya daya bakterisid obat yang ada
• Timbulnya resistensi kuman terhadap obat
• Masalah efek samping obat
TUBERKULOSTATIK
Obat yang digunakan untuk tuberkolosis digolongkan atas dua kelompok. Kelompok
obat Lini pertama yaitu isoniazid, rifampisin, ethambutol, streptomisin dan pirazinamid. Anti
tuberkulosis Lini kedua adalah antibiotik golongan fluorokuinolon (siprofloksasin, ofloksasin,
levofloksasin), sikloserin, etionamid, amikasin, kanamisin, kapreomisin dan para
aminosalisilat.
Isoniazid
Mekanisme kerja: isoniazid belum diketahui ada beberapa hipotesis yang diajukan diantaranya
efek pada lemak, biosintesis asam nukleat dan glikolisis.
Resistensi: Penggunaan isoniazid juga dapat menyebabkan timbulnya strain baru yang resisten.
Farmakokinetik: Isoniazid mudah di absorpsi pada pemberian oral maupun parenteral. Kadar
Puncak dicapai dalam waktu 1 sampai 2 jam Setelah pemberian oral. Antara 75 sampai 95%
isoniazid diekstraksi melalui urine dalam waktu 24 jam dan hampir seluruhnya dalam bentuk
metabolit.