BP : 18160033
Kelas : 5 FARMASI 1
FARMKOLOGI II
ANTIJAMUR
Infeksi jamur pada manusia dapat dibedakan menjadi infeksi sistemik, dermatofit, dan
mukokutan. Infeksi sistemik dibagi atas: infeksi dalam (internal), seperti aspergilosis,
blastomikosis, koksidiodomikosis, kriptokokosis, histoplasmosis, mukormikosis,
parakoksidiodomikosis, dan kandidiasis; dan infeksi subkutan misalnya kromomikosis,
midotema dan sporotrikosis. Infeksi dermatofit disebabkan oleh Trichophyton,
Epidermophyton dan Microsporum; yang menyerang kulit, rambut, dan kuku. Infeksi
mukokutan disebabakan oleh kandida, menyerang mukosa dan daerah lipatan kulit yang
lembab.
A. ANTIJAMUR UNTUK INFEKSI SISTEMIK
AMFOTERISIN B
Aktivitas Antijamur menyerang sel yang sedang tumbuh dan sel matang.
Aktivitas antijamurnya nyata pada pH 6,0-7,5: berkurang
pada pH yang lebih rendah. Dengan kadar 0,3-1,0 µg/ml
dapat menghambat aktivitas Histoplasma capsulatum,
Cryptococcus neoformans, Coccidioides immitis, dan
beberapa spesies Candida, Torulopsis glabrata,
Rhodotorula, Blastomyces dermatitidis,
Paracoccidioides braziliensis, beberapa spesies
Aspergillus, Sporotrichum schenckii, Microsporum
audiouini da spesies Trichophyton.
Mekanisme kerja berikatan kuat dengan ergosterol yang terdapat pada
membran sel jamur. Ikatan ini akan menyebabkan
membran sel bocor sehingga terjad kehilangan beberapa
bahan intrasel dan mengakibatkan kerusakan yang tetap
pada sel. Resistensi mungkin disebabkan terjadinya
perubahan reseptor sterol pada membran sel.
Farmakokinetik sedikit sekali diserap melalui saluran cerna. Waktu paruh
obat ini kira-kira 24-48 jam pada dosis awal yang diikuti
oleh eliminasi fase kedua dengan waktu peruh kira-kira
15 hari sehingga kadar mantapnya baru akan tercapai
setelah beberapa bulan pemakaian. Didistribusikan luas
ke seluruh jaringan. Kira-kira 95% obet beredar dalam
plasma, terikat pada lipoprotein. Ekskresi melalui ginjal
berlangsung lambat sekali, hanya 3% dari jumlah yang
diberikan selama 24 jam sebelumnya ditemukan dalam
urin.
Efek samping infus amfoterisin B menimbulkan kulit panas, keringatan,
sakit kepala, demam, menggigil, lesu, anoreksia, nyeri
otot, flebitis, kejang dan penurunan fungsi ginjal.
Indkasi sebagai antijamur berspektrum lebar bersifat fungisidal
dapat digunakan sebagai obat pilihan untuk hampir
seluruh infeksi jamur yang mengancam kehidupan.
Digunakan untuk pengobatan infeksi jamur seperti
koksidiomikosis, parakoksidioimikosis, aspergilosis,
kromoblastomikosis dan kandidiosis. Tetesan topikal
efektif untuk keratitis mikotik. Untuk endoftalmitis,
harus disuntikkan secra intraorbital.
Sediaan dan Injeksi vial berisi 50 mg bubuk liofilik, dilarutkan
posologi dnegan 10 ml akuades steril kemudian diencerkan
dengan larutan dekstrosa 5% dalam air sehingga
didapatkan kadar 0,1 mg/ml larutan.
Infus intrarektal bermanfaat untuk pasien meningitis
yang disebabkan coccidioides; 0,5 mg amfoterisin B
dilarutkan dalam 5 ml cairan spinal lalu disuntikkan 2-3
kali seminggu ke dalam cairan spinal lumbal, sisternal
atau ventrikular.
Amfoterisin B formulasi dispersi koloid adalah 3-4
mg/kgBB/hari, dalam bentuk infus 3-4 jam.
Amfoterisin B vesikel unilamelar adalah 3
mg/kgBB/hari.
Amfoterisin B kompleks lipid adalah 5 mg/kgBB/hari
dalam infus dekstrosa 5% selama 2 jam sekali sehari.
Sediaan bentuk krim, losio dan salep mengandung 3%
anfoterisin B.
FLUSITOSIN
Aktivitas antijamur Spektrum antijamur agak sempit. Efekitf untuk
pengobatan kriptokokosis, kandidiasis, kromomikosis,
torulopsis dan aspergilosis. Cryptococcus dan Candida
dapat menjadi resisten selama pengobatan dengan
flusitosin. Empat puluh sampai 50% Candida sudah
resisten sejak semula pada kadar 100 µg/ml.
Mekanisme kerja Masuk ke dalam sel jamur dengan bantuan sitosin
deaminase dan dalam sitoplama akan bergabung dengan
RNA setelah mengalami deaminase menjadi 5-
fluorourasil dan fosforilasi. Sintesis protein sel jamur
terganggu akibat penghambatan langsung sintesis DNA
oleh metabolit fluoroursil.
Farmakokinetik Diserap dengan cepat dan baik melalui saluran cerna.
Sembilan puluh persen flusitosin dikeluarkan bersama
melalui filtrasi glomerulus dalam bentuk utuh, kadar
dalam urin berkisar antara 200-500 µg/ml.
Dapatdikeluarkan melalui hemodialisis atau dialisis
peritoneal.
Efek samping Dapat menimbulkan anemia, leukopenia dan
trombositopenia terutama pada pasien dengan kelainan
hematologik yang sedang mendapat pengobatan radiasi
atau obat yang menekan fungsi sumsum tulang dan
pasien dengan riwayat pemakaian obat tersebut. Mual,
muntah, diare dan enterokolitis yang hebat; kira-kira 5%
pasien mengalami peninggian enzim SGOT dan SGPT,
hepatomegali dapat pula terjadi. Kadang-kadang sakit
kepala, kebingungan, pusing, mengantuk dan halusinasi.
Indikasi Untuk infeksi sistemik flusitosin kurang toksik daripada
amfoterisin B dan obat ini dapat doberikan per oral, tapi
cepat menjadi resisten.
Posologi Kapsul 250 mg dan 500 mg: 50-150 mg/kgBB/hari
terbagi dalam 4 dosis.
IMIDAZOL DAN TRIAZOL
1. KETOKONAZOL
Aktivitas antijamur Ketokonazol aktif sebagai antijamur baik sistemik
maupun nonsistemik efektif terhadap Candida,
Coccidioides innitis, Cryptococcus neoformans, H.
Capsulatum, B. dermatitidis, Aspergillus dan Sphorotirix
spp.
Farmakokinetik Antijamur sistemik per oral yang penyerapannya
bervariasi antar individu. Penyerapan melalui saluran
cerna akan berkurang pada pasien dengan pH lambung
yang tinggi, pada pemberian bersama antagonis H2 atau
bersama antasida. Ditemukan dalam urin, kelenjar lemak,
liur, juga pada kulit yang mengalami infeksi, tendo,
cairan sinovial dan cairan vaginal. Sebagian besar
diekskresikan bersama cairan empedu ke lumen usus dan
hanya sebagian kecil saja yang dkeluarkan bersama urin,
semuanya dalam bentuk metabolit yang tidak aktif.
Efek samping Mual dan muntah sering dijumpai. Yang lebih jarang
ialah sakit kepala, vertigo, nyeri epigastrik, fotofobia,
pruritus, parestesia, gusi berdarah, erupsi kulit dan
trombositopenia.
Indikasi Ketokonazol terutama efektif untuk histoplasmosis paru,
tulang, sendi dan jaringan lemak.
Interaksi obat Pemberian bersama obat yang menginduksi enzim
mikrosom hati dpaat menurunkan kadarnya. Sebaliknya,
dapat meningkatkan kadar obat yang dimetabolisme oleh
enzim CYP3A4 sitokrom P450.
Kontraindikasi Penggunaan bersama dengn astemizol
dikontraindikasikan karena dapat menyebabkan
perpanjangan interval QT dan dapat menyebabkan
aritimia ventrikel jantung.
Posologi Tablet 200 mg, krim 2% dan shampo 2%.
Dewasa: 1 x 200-400 mg sehari
Anak-anak: 3,3-6,6 mg/kgBB/hari.
2. ITRAKONAZOL
Aktivitas antijamur Dapat diberikan per oral dan IV. Aktivitas antijamurnya
lebih lebar sedangkan efek samping yang ditimbulkan
lebih kecil dibandingkan ketokonazol.
Farmakokinetik Diserap lebih sempurna melalui saluran cerna bila
diberikan bersama makanan.
Sediaan dan dosis Kapsil 100 mg dosis yang disarankan 200 mg sekali
sehari.
Indikasi Blastomikosis, histoplasmosis, koksidioidomikosis,
kandidiasis mulut dan tenggorokan serta tinea versikolor.
Memberikan efek terapi terhadap aspergilosis di luar
SSP.
3. FLUKONAZOL
Farmakokinetik Diserap sempurna melalui saluran cerna tanpa
dipengaruhi adanya makanan ataupun keasaman
lambung.
Sediaan dan dosis Tersedia untik pemakaian sistemik IV dalam formula
yang mengandung 2 mg/ml dan untuk pemakaian per oral
dalam kapsul yang mengandung 50, 100, 150, 200 mg.
Di Indonesia yang tersedia adalah sediaan 50 dan 150
mg. Dosis yang disarankan 100-400 mg/hari.
Efek smaping Gangguan saluran cerna.
4. VORIKONAZOL
Farmakokinetik Diserap baik melalui saluran cerna karena itu sedapat
mungkin obat ini harus diberikan per oral. Sekitar 60%
obat dalam darah terikat dengan protein. Farmakokinetik
obat ini tidak linier akibat terjadinya saturasi
metabolisme. Dimetabolisme oleh sitokrom P450 di hati
dan metabolit utamanya adalah N-oksida yang tidak
aktif. Sekitar 80% vorikonazol diekskresikan dalam urin.
Indikasi Untuk asperglosis sistemik dan infeksi jamur berat yang
disebabkan oleh Scedosporium apiospermun dan
Fusarium sp.
Efek samping Gangguan penglihatan sementara berupa penglihatan
kabur atau fotofobia yang terjadi pada sekitar 30%
pasien, reaksi fotosensitivitas dan kenaikan kadar
transaminase serum yang bersifat sementara.
Interaksi obat Tidak boleh diberikan bersama ridampisin,
karbamazepin, kuinidin, sirolimus,. Pemberian
bersamaan rifabutin, ranitidin, omeprazol, fenitoin,
benzodiazepin dan golongan statin memerlukan
penyesuaian dosis.
Sediaan dan dosis Tablet (50 dan 200 mg), suspensi oral (40 mg/ml), dan
bubuk untuk pemberian IV 200 mg. Bubuk ini dilarutkan
dulu dengan 19 ml air lalu diencerkan lagi dengan larutan
garam faal, ringer laktat atau dekstrosa 5% dan diberi
dengan infus IV selama 1-2 jam.
EKINOKANDIN
Spektrum antijamur Meliputi spesies Candida dan Aspergillus. Tidak ada
aktivitas antijamur terhadap Histoplasma capsulatum,
Cryptococcus neoformans dan Trichosporum.
Mekanisme kerja Menghambat enzim yang diperlukan untuk sintesis
dinding sel jamur yaitu komponen 1,3-β-D-glukan.
Hambatan tersebut menyebabkan kerusakan integritas
dinding sel jamur, indtabilitas ismotik dan kematian sel
tersebut.
Farmakokinetik Tidak diserap secara oral, hanya tersedia sebagai sediaan
intravena. Ikatan proteinnya >97% tidak menembus
sawar darah otak. Kaspofungin dimetabolisme secara
lambat dnegan cara hidrolisis dan asetilasi. Mikafungin
hanya dimetabolisme dalam jumlah kecil di hati. Tujuh
puluh satu persen yang diberikan IV ditemuka dalam
feses. Anidulafungin mengalami degradasi kimiawi
lambat tetapi tidak dimetebolisme di hati ataupun gunjal.
Masa kerja kaspofungin, mikafungin dan anidulafungin
berturut-turut ialah 9-11 jam, 11-15 jam dan 24-48 jam.
Indikasi Kaspofungin diindikasikan untuk infeksi kandida
mukokutaneous (esophagus dan orofaring), dan
diseminata dan terapi empiris febril neutropenia.
Mikafungin diindikasikan untuk kandidiasis invasif
dalam, yaitu: kandidiasis esofagus, kandidiasis
diseminata akut, serta peritonitis dan asbes karena
kandida. Indikasi anidulafungin sama dengan
mikafungin.
Dosis Dosis muat kaspofungin 70 mg sebagai dosis tunggal
disusul 50 mg sehari selama diperlukan. Dosis untuk
mikafungin 150 mg/hari (rentang: 100-200 mg/hari)
selama 10-30 hari. Dosis anidulafungin untuk kandida
esofageal 100 mg hari pertama disusul 50 mg/hari untuk
14 hari.
Efek samping Ditoleransi dengan baik. Sesekali terjad gangguan
gastrointestinal, flebitis, reaksi hipersensitivitas dan
flushing. Profil keamananny sebanding dengan
flukonazol.
TERBINAFIN
Farmakokinetik Diserap baik melalui saluran cerna. Dapat ditemukan
dalam plasma hingga 4-8 minggu setelah pengobatan
yang lama. Dimetabolisme di hati menjadi metabolit
yang tidak aktif dan diekskresikan di urin.
Aktivitas antijamur Bersifat keratofilik dan fungisidal. Mempengaruhi
bosintesis ergosterol dinding sel jamur melalui
penghambatan enzim skualen epoksidase pada jamur dan
bukan melalui penghambatan enzim sitokrom P450.
Efek samping Jarang terjadi, biasanya berupa gangguan saluran cerna,
sakit kepala atau rash.
Posologi Tablet oral 250 mg 1 x 250 mg sehari untuk pengobatan
onikomikosis.