Anda di halaman 1dari 6

Nama : Syawvina Adri Yuningsih

BP : 18160033
Kelas : 5 Farmasi 1
FARMAKOLOGI II

KOAGULAN DAN ANTIKOAGULAN


HEMOSTATIS
Hemostasis merupakan proses penghentian pendarahan secara spontan pada pembuluh
darah yang cidera. Dalam proses hematosis berperan faktor-faktor pembuluh darah, trombosit
dan faktor pembekuan darah. Dalam proses ini pembuluh darah akan mengalami
vasokontriksi, kemudian trombosit akan beragregasi membentuk sumbat trombosit yang
dibentuk oleh fibrin melalui proses pembekuan darah akan memperkuat sumbat trombosit
yang telah terbentuk sebelumnya.
Proses Pembekuan Darah. Darah membeku karena fibrinogen yang larut berubah
menjadi fibrin yang tidak larut. Pada proses pembekuan darah beberapa protein dalam
sirkulasi berinteraksi dalam rangkaian reaksi proteolitik yang berurutan. Pada tiap langkah,
satu faktor pembekuan zymogen mengalami proteolysis terbatas dan menjadi suatu protease
yang aktif. Protease ini mengakibatkatkan faktor pembekuan berikutnya sampai akhirnya
suatu pembekuan fibrin yang padat terbentuk. Hingga kni dikenal 15 faktor pembekuan darah
yaitu:
I Fibrinogen
II Protrombin
III Tromboplastis jaringan
IV Ca++
V Faktor labil, Proakselerin, Ac-globulin
VII Faktor stabil, Prokonvertin, Akselerator Konversi Protrombin serum (SPCA)
VIII Globulin antihemofilik (AHG), faktor A antihemofilik
IX Faktor Christmast, Komponen tromboplastis plasma (PTC), faktor B
antihemofilik
X Faktor Stuart-Prower
XI Anteseden tromboplastin plasma (PTA), faktor C antihemofilik
XII Faktor Hageman
XIII Faktor penstabil fibrin
HMW-K Faktor Fitzgerald, Kininogen dengan berat molekul tinggi
Pre-K Prekalikrein, Faktor Fletcher
vWf Faktor van Willebrand
ANTIKOAGULAN
Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan
menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah.
Antikoagulan oral dan heparin menghambat pembentukan fibrin dan digunakan secara
profilatik untuk mengurangi insiden tromboemboli terutama pada vena. Kedua macam
antikoagulan ini juga bermanfaat untuk pengobatan trombosis arteri karena mempengaruhi
pembentukan fibrin yang diperlukan untuk mempertahankan gumpalan trombosit. Pada
trombus yang sudah terbentuk, antikoagulan hanya mencegah membesarnya trombus dan
mengurangi kemungkinan terjadinya emboli, tetapi tidak memperkecil trombus.
HEPARIN
Heparin endogen merupakan suatu mukopolisakarida yang mengandung sulfat. Zat ini
disintesis di dalam sel mast dan terutama banyak terdapat di paru.
Mekanisme Efek antikoagulan heparin timbul bareka ikatnnya dengan AT-III. AT-III
kerja berfungsi menghambat protease faktor pembekuan termasuk faktor IIa
(trombin), Xa dan Ixa, dengan cara membentuk kompleks yang stabil
dengan protease faktor pembekuan. Heparin yang terikat dengan AT-
III mempercepat pembentukan kompleks tersebut sampai 1000 kali. Bila
kompleks AT-III-protease sudah terbentuk heparin dilepaskan untuk
selanjutnya membentuk ikatan baru dengan antitrornbin.
Hanya sekitar 1/3 molekul heparin yang dapat terikat kuat dengan AT-
III. Heparin berat molekul tinggi (5.000 - 30.000) memiliki afinitas kuat
dengan antitrombin dan menghambat dengan nyata pembekuan darah.
Heparin berat molekul rendah efek antikoagulannya terutama melalui
penghambatan faktor Xa oleh antitrombin, karena umumnya
molekulnya tidak cukup panjang untuk mengkatalisis penghambatan
trombin.
Terhadap lemak darah, heparin bersifat lipo- tropik yaitu memperlancar
transfer lemak darah ke dalam depot lemak. Aksi penjemih ini terjacli
karena heparin membebaskan enzim-enzim yang menghi- drolisis lemak,
salah satu di antaranya ialah lipase lipoprotein ke dalam sirkulasi serta
menstabilkan aktivflasnya. Efek lipotropik ini dapat dihambat oleh
protamin.
Pengaruh Bila ditambahkan pada darah, heparin tidak mengubah hasil pemeriksaan
terhadap rutin kimia darah, tetapi heparin mengubah bentuk eritrosit dan leukosit.
pemeriksaan Uji fragilitas tidak dapat dilakukan pada darah berheparin karena heparin
darah mencegah hemolisis. Hitung leukosit darah yang dicampur heparin in
vitro harus dilakukan dalam dua jam, sebab setelah 2 jam leukosit dapat
menghilang. Nilai laju endap eritrosit (BSR) darah berheparin juga
berbeda dibandingkan darah dengan senyawa oksalat atau sitrat.
Sampel darah yang diambil melalui kanula IV, yang sebelumnya secara
intermiten dilalui larutan garam berheparin, mengandung kadar asam
lemak bebas yang mengikat. Hal ini akan menghambat ikatan protein
plasma dari obat-obat lipofilik misalnya propranolol, kuinidin, fenitoin
dan digoksin sehingga mempengaruhi pengukuran kadar obat-obat
tersebut.
Monitoring Agar obat efektif mencegah pembekuan dan tidak menimbulkan
terapi perdarah- an maka diperlukan penentuan dosis yang tepat, pemeriksaan
darah berulang dan tes laboratorium yang dapat dipercaya hasilnya.
Monitoring pemeriksaan laboratorium mungkin diperlukan bila dosis
standar heparin diberikan secara intermiten IV atau secara infus IV.
Berbagai tes yang dianjurkan untuk memonitor pengobatan dengan
heparin ialah waktu pembekuan darah (whole blood clotting tlme),
partial thromboplastin time (PT), atau activated partial thromboplastin
time (aPTT). Tes aPTT ialah yang paling banyak dilaku- kan.
Trombosis umumnya dapat dicegah bila aPTI- 1,8-2,5 kali nilai normal.
Farmakokineti Heparin tidak diabsorpsi secara oral, karena itu diberikan secara SK atau
k IV. Pemberian secara SK bioavailabilitasnya bervariasi, mula kerjanya
lambat 1-2 jam tetapi masa kerjanya lebih lama. Heparin berat molekul
rendah diabsorpsi lebih teratur. Suntikan IM dapat menyebabkan
terjadinya hema- tom yang besar pada tempat suntikan dan absorpsinya
tidak teratur serta tidak dapat diramalkan. Efek artikoagulan segera
timbul pada pemberian suntikan bolus IV dengan dosis terapi, dan terjadi
kira-kira 20-30 menit setelah suntikan SK. Heparin cepat dimetabolisme
terutama di hati. Masa paruhnya tergantung dari dosis yang digunakan,
suntikan lV 100, 400, atau 800 unitkgBB memperlihatkan masa paruh
1
masing-masing kira-kira 1,2 2 dan 5 jam. Heparin diekskresi dalam
bentuk utuh melalui urin hanya bila digunakan dosis besar IV. Heparin
tidak melalui plasenta dan tidak terdapat dalam air susu ibu.
Efek samping Bahaya utama pemberian heparin ialah pendarahan. Terjadinya per-
dan intoksikasi darahan dapat dikurangi dengan mengawasi mengatur dosis obat;
menghindari penggunaan bersamaan dengan obat yang mengandung
aspirin; seleksi pasien; dan memperhatikan kontraindikasi pemberian
heparin. Perdarahan antara lain dapat berupa perdarahan saluran cema
atau hematuria. Perdarahan ringan akibat heparin biasanya cukup diatasi
dengan menghentikan pemberian heparin. Tetapi perdarahan yang cukup
berat perlu dihentikan secara cepat, dengan pemberiart protamin sulfat,
suatu antagonis heparin, yang dibenkan melalui infus IV secara lambat.
Protamin sulfat ialah suatu basa kuat yang dapat mengikat dan
menginaktivasi heparin, tetapi zat ini juga memiliki efek antikoagulan
dan memperpanjang waktu pembekuan karena protamin juga berinteraksi
dengan trombosit, fibrinogen dan protein plasma lainnya. Oleh karena itu
jumlah protamin yang diberikan untuk menetralkan heparin harus
seminimal mungkin, umumnya sekitar 1 mg protamin untuk tiap 100 U
heparin. Protamin digunakan secara rutin untuk melawan efek
antikoagulan heparin setelah operasi jantung dan tindakan lain pada
pernbuluh darah.
Indikasi Heparin diindikasikan untuk pencegahan aan pengobatan trombosis vena
dan emboli paru. Heparin digunakan untuk pengobatan trombosis vena
dan emboli paru karena mula kerjanya cepat. Penggunaan heparin jangka
panjang juga dapat berrnanfaat bagi pasien yang mengalami
tromboemboli berulang meskipun telah mendapat antikoagulan oral
Heparin digunakan untuk pengelolaan awal pasien angina tidak stabil
atau infark miokard akut, selama dan sesudah angioplasti koroner atau
pemasangan stent, dan selama operasi yang membutuhkan bypass
kardiopulmonar. Heparin Juga digunakan untuk pasien disseminated
intravascular coagulation (DIC) tertentu. Heparin dosis rendah efektif
untuk pencegahan tromboemboli vena pada pasien berisiko tinggi,
misalnya operasi tulang. Heparin merupakan obat terpilih untuk wanita
hamil yang memerlukan antkoagulan, karena berbeda dengan warfarin,
heparin tidak melalui plasenta dan tidak menimbulkan cacat bawaan.
Selain itu heparin nampaknya tidak meningkatkan insiden kematian janin
atau menyebabkan lahir prematur. Paling baik pemberiannya secara
subkutan. Bila memungkinkan, pemberian heparin dihentikan 24 jam
sebelum melahirkan untuk memperkecil perdarahan pascasalin.
Kontraindikasi Heparin dikontraindikasikan pada pasien yang sedang mengalami
perdarahan atau cenderung mengalami perdarahan misalnya pasien
hemofilia, permeabilitas kapiler yang meningkat, threatened abortion,
endokarditis baterial subakut, perdarahan intrakranial, lesi ulseratif
terutama pada saluran cerna, anestesia lumbal atau regional, hipertensi
berat, syok. Heparin tidak boleh diberikan selama atau setelah operasi
mata, otak atau rnedula spinal, dan pasien yang mengalami pungsi
lumbal atau anestesi blok. Heparin juga dikontraindikasikan pada
pasien yang mendapat dosis besar etanol, peminum alkohol dan pasien
yang hipersensitif terhadap heparin. Meskipun heparin lidak melalui
plasenta, obat ini hanya digunakan untuk wanita hamil bila memang
benar-benar diperlukan.

Posologi Untuk pengobatan trornboemboli vena dimulai dengan satu suntikan


bolus 5000 U, diikuti dengan 1200-1600 U/jam yang diberikan melalui
infus IV. Heparin secara subkutan dapat diberikan bagi pasen yang
memerlukan pengobatan antikoagulan jangka panjang tetapi warfarin
tidak boleh diberikan (misalnya selama kehamilan). Dosis total sekitar 35
000 U/hari diberikan sebagai dosis terbagi tiap 8 atau 12 jam biasanya
cukup urrtuk mencapai nilai aPTT 115 kali nilai kontrol. Untuk
mencegah trombosis vena dalam dan tromboemboli pada pasieri yang
peka, digunakan heparin dosis rendah, disarankan 5000 U heparin
diberikan secara subkutan tiap 8-12 jam. Preparat heparin berat molekul
rendah (misalnya enoksaparin, dalteparin, ardeparin, nadroparin)
diberikan dengan regimen dosis tetap atau disesuaikan dengan berat
badan secara suntikan subkutan, 1 atau 2 kali sehari. Dosis enoksaparin
untuk mencegah trombosis vena dalam setelah operasi pinggul adalah 30
mg dua kali sehari, sedangkan dosis dalteparin yang dianiurkan 2.500
unit subkutan 1 kali sehari.

ANTIKOAGULAN ORAL
MEKANISME KERJA. Antikoagulan oral merupakan antagonis vitamin K. Vitamin
K ialah kofaktor yang berperan dalam aktivasi faktor pembekuan darah II, VII, IX, X yaitu
dalam mengubah residu asam glutamat menjadi residu asam gama-karboksiglutamat. Untuk
berfungsi vitamin K mengalami siklus oksidasi dan reduksi di hati. Antikoagulan oral
mencegah reduksi vitamin K teroksidas sehingga aktivasi faktof-faktor pembekuan darah
terganggu/tidak terjadi.
INTERAKSI OBAT.
I. Obat yang Mengurangi Respons terhadap Antikoagulan Oral
A. Dengan menghambat absorpsi: griseofulvin
B. Dengan menginduksi enzim mikrosom hati: barbiturat, etklorvinol, glutetimid dan
griseofulvin*.
C. Dengan merangsang pembentukan faktor pembekuan darah: vitamin K.

II. Obat yang Meningkatkan Respons terhadap Antikogulan Oral


A. Dengan menggeser antikoagulan dari ikatannya dengan plasma albumin:
kloralhidrat, klofibrat*, asam mefenamat, fenilbutazon dan diazoksid.
B. Dengan meningkatkan afinitas terhadap resptor: d-tiroksin*.
C. Dengan menghambat enzim mikrosom hati: kloramfenikol dan klofibrat.
D. Dengan menghambat availabilitas vitamin K: steroid anabolik*, klofibrat*, d-
tiroksin* dan antibiotik spektrum luas.
E. Dengan menghambat pembentukan faktor pembekuan darah: steroid anabolik*,
glukagon*, kuinidin* dan salisilat*.
F. Dengan meningkatkan katabolisme faktor pembekuan darah: steroid anabolik*
dan d-tiroksin*.
(*) mekanisme belum diketahui dengan pasti
FARMAKOKINETIK. Semua derivaT 4-hidroksikumarin dan derivat indan-1,3-dion
dapat diberikan per oral, warfarin dapat juga diberikan IM dan IV. Absorpsi dikumarol dari
saluran cerna larnbat dan tidak sempuma, sedangkan warfarin diabsorpsi lebih cepat dan
hampir sempurna. Dalam darah dikurnarol dan warfarin hampir seluruhnya terikat pada
albumin plasma; ikatan ini tidak kuat dan mudah digeser oleh obat tertentu misalnya
fenilbutazon dan asam mefenamat. Masa paruh dikumarol sangat bergantung dosis dan ber-
dasarkan faktor genetik berbeda pada masing- masing individu. Efek terapi baru tercapai 12-
24 jam setelah kadar puncak obat dalam plasma, karena diperlukan waktu untuk
mengosongkan faktor-faktor pembekuan darah dalam sirkulasi. Ekskresi dalam urin terutama
dalam bentuk metabolit; anisindion dapat manyebabkan urin berwarna merah jingga.
EFEK SAMPING. Efek toksik yang paling sering akibat pemakaian antikoagulan oral
ialah perdarahan dengan frekuensi kejadian 2-4%. Perdarahan paling sering terjadi di selaput
lendir, kulit, saluran cerna dan saluran kemih. Hematuria sering terjadi tanpa gangguan fungsi
ginjal, dapat disertai kolik dan hematom intrarenal. Gejala perdarahan yang rnungkin timbul
ialah ekimosis, epislaksis, perdarahan gusi, hemoptisis, perdarahan serebral., perdarahar paru,
uterus dan hati. Kurang lebih 25% dari kematian akibat panggunaan antikoagulan kumarin
disebabkan oleh perdarahan berat di saluran cerna, biasanya berasal dari tukak peptik atau
neoplasma. Dikumarol atau warfarin dapat menyebabkan anoreksia, mual, muntah, lesi kulit
berupa purpura dan urtikaria, alopesia, nekrosis kelenjar mama dan kulit; kadang-kadang jari
kaki menjadi ungu.
INDIKASI. Berguna untuk pencegahan dan pengobatan tromboemboli. Antikoagulan
oral digunakan untuk mencegah progresivitas atau kambuhnya trombosis vena dalam atau
emboli paru setelah terapi awal dengan heparin. Antikoagulan oral juga efektif untuk
mencegah tromboemboli vena pada pasien yang mengalami operasi tulang atau ginekologik,
dan mencegah terjadinya emboli pada pasien infark miokard akut, katup jantung buatan, atau
flbrilasi atrium kronik.
KONTRAINDIKASI. Antikoagulan oral dikontraindikasikan pada penyakit-penyakit
dengan kecenderungan perdarahan, diskrasia darah, tukak saluran cerna, divertikulitis,
kolitis, endokarditis bakterial sub akut, keguguran yang mengancam, operasi otak dan medula
spinalis, anestesi lumbal, defisiensi vitamin K serta penyakit hati dan ginjal yang berat.
POSOLOGI. Natrium warfarin: oral, IV. Pengobatan umumnya dimulai dengan
dosis kecil 5-10mg/hari, selanjutnya didasarkan pada masa protrombin. Dosis pemeliharaan
umumnya 5-7mg/hari. Dikumarol: oral, dosis dewasa 200-300 mg pada hari pertama,
selanjutnya 25-100 mg/hari tergantung hasil pemeriksaan waktu protrombin. Dosis
pemeliharaan 25-150 mg/hari. Anisindion: oral, dosis dewasa 300 mg oada hari pertama, 200
mg pada hari kedua dan 100 mg pada hari ketiga. Dosis pemeliharaan biasanya 25-250
mg/hari.
ANTIKOAGULAN PENGIKAT ION KALSIUM
Natrium sitrat dalam daah akan mengikat kalsium menjadi kompleks kalsium sitrat
Bahan ini banyak digunakan dalam darah untuk transfusi karena tidak toksik. Asam oksalat
dan senyawa oksalat lainnya digunakan untuk antikoagulan in vitro, sebab terlalu toksik
untuk penggunaan in vivo. Natrium edetat mengikat kalsium menjadi suatu kompleks dan
bersifat sebagai antikoagulan.

Anda mungkin juga menyukai