Nama Kelompok: Ulyatul Khoiroh (16613066 ) Meylin Anggun Lestari ( 16613067 ) Dwi Nursita Lestari ( 16613068 ) Reneiza Cornelia ( 16613069 ) Chica Dwi Cahya ( 16613070 ) Nevi Andiani ( 16613071 ) Proses Pembekuan Darah Pengertian Anti koagulan adalah obat yang digunakan untuk mengobati dan mencegah trombosis vena ('trombus merah') dan emboli paru. Namun, ada banyak hubungan antara aktivasi trombosit dan kejadian koagulasi, sehingga tidak heran antikoagulan juga dapat memiliki efek menguntungkan dalam pencegahan penyakit arteri koroner. Trombosis disebabkan karena adanya cedera pada dinding pembuluh darah, stasis dan aktivasi proses koagulasi (trombosit dan aliran koagulasi). Koagulasi melibatkan aktivasi berurutan dari aliran faktor pembekuan yang memperkuat kejadian awal untuk menghasilkan plug fibrin makroskopik KLASIFIKASI OBAT
HEPARIN
WARFARIN Gol. LMWH
Gol.lainnya Gol. DTI
Heparin Heparin adalah mucopolysaccharide asam sulfat yang banyak didistribusikan di dalam tubuh. Obat ini memiliki struktur yang bervariasi, dosisnya dinyatakan dalam satuan unit dalam aktivitas biologisnya Heparin banyak digunakan pada terapi trombosis akut seperti venous thromboembolism (VTE) dan acute coronary syndrome (ACS), untuk mencegah pembentukan thrombus, mencegah perluasan thrombus, emboli arteri, pengobatan angina tidak stabil, peningkatan non ST-infark miokard (NSTEMI), koagulasi intravascular diseminata (DIC) sebagai suatu tambahan oleh spesialis koagulasi. Mekanisme Aksi
Obat ini bekerja dengan mengikat antithrombin III, penghambat
trombin dan protease serin lainnya yang terjadi secara alami (faktor IXa, Xa, XIa dan XIIa). Konsentrasi yang lebih rendah diperlukan untuk menghambat faktor Xa dan faktor-faktor lain di awal kaskade daripada yang diperlukan untuk me-antagonis aksi trombin, maka dari itu digunakan heparin dosis rendah dalam profilaksis. Heparin juga memiliki aksi kompleks pada platelet. Sebagai obat antitrombin, obat ini menghambat aktivasi platelet oleh trombin, tetapi juga dapat menyebabkan aktivasi platelet dan trombosis paradoksal disebabkan mekanisme kekebalan tubuh Profil farmakokinetik A D M E Oral, rektal:rute Tidak melewati Hepatik, dapat secara t1/2 eliminasi administrasi yang tidak placenta dan tidak parsial dimetabolisme Dose dependent : I.V. selalu digunakan masuk dan bercampur di sIstem retikulo- bolus : 25 unit/Kg (30 sebagai yang terbaik pada ASI endotelia menit); 100 unit/Kg (60 Subkutan :juga menit); 400 unit/Kg merupakan rute yang (150 menit) tidak selalu digunakan tetapi bisa menjadi Rata-rata : 1,5 jam pemilihan sebagai rute range:1-2 jam; yang dapat diterima dipengaruhi oleh untuk profilaksis. obesitas, fungsi ginjal, malignasi, kemunculan emboli paru dan infeksi. ADR’s Monitoring – Pendarahan – Pemeriksaan Activated Partial – Trombositopenia dan trombosis Thromboplastin Time (aPTT) – monitoring jumlah trombosit untuk penentuan dosis yang tepat dalam pemberian heparin – Unfractionated heparin : untuk mempertimbangkan dalam pemilihan jenis heparin bagi pasien karena resiko pendarahan tinggi. WARFARIN Warfarin adalah antikoagulan yang efektif dan telah diterapkan sebagai profilaksis thrombosis dalam beberapa kondisi seperti fibrilasi atrium dan tromboemboli seluruh dunia. Warfarin paling banyak digunakan untuk antikoagulasi oral pada trombosis vena dalam dan emboli paru, fibrilasi atrium, stenosis mitral, dan pada pasien dengan penggantian katup prostetik. Mekanisme Aksi Warfarin bertindak dengan menghambat vitamin K epoksida reduktase (VKORC1). Enzim Vitamin K Epoxide Reductase Subunit complex 1 (VKORC1) bertanggung jawab untuk regenerasi pengurangan vitamin K yang penting untuk kofaktor glutamyl karboksilase. Bentuk fungsional faktor II, VII, IX, dan X mengandung residu asam γ-karboksi glutamat. Profil farmakokinetik
• Warfarin memiliki bioavailabilitas tinggi, cepat diserap dari saluran GI.
• Setelah pemberian oral, penyerapan hampir selesai dan konsentrasi plasma maksimum dicapai dalam dua hingga delapan jam. • Sekitar 97% terikat dengan albumin plasma. • Warfarin memang mendapatkan akses ke janin, tetapi tidak muncul dalam ASI dalam jumlah yang relevan secara klinis. • Ada variasi antara individu dalam warfarin t1 / 2. • Warfarin terikat dengan protein plasma (terutama albumin) ADR’s Monitoring – Pendarahan – Jika terjadi perdarahan efek antikoagulan warfarin dapat dicegah – Trombosis dengan pemberian vitamin K – Ruam (phytonadione), fresh frozen plasma – teratogenesis (FFP) atau konsentrat kompleks protrombin (PCC). – Tes PT untuk pemantauan terapi antikoagulan oral. Gol. LMWH LMWH (Low-Molecular-weight Heparins) merupakan fragmen dari UFH (heparin yang tidak terfraksi sehingga LMWH sendiri telah sebagian menggantikan UFH dalam terapi antikoagulan. LMWH diindikasikan dalam penanganan sindrom koroner akut, DVT, PE, dan pencegahan VTE pada beberapa populasi berisiko tinggi, selain itu LMWH dapat mencegah DVT (deep-vein thrombosis) (sekitar sepertiga kejadian penyakit yang dikonfirmasi) Obat-obatan yang termasuk ke dalam golongan LMWH (Low-Molecular- weight Heparins) antara lain Enoxaparin, dalteparin dan tinzaparin. Keunggulan GOL. LMWH
Beberapa keunggulan Gol.LMWH dibandingkan UFH:
• Lebih dapat diprediksi untuk respon dosis antikoagulan
• Waktu paruh biologis lebih lama • Insiden trombositopenia yang lebih rendah • Berkurangnya kebutuhan untuk pemantauan laboratorium rutin Mekanisme Aksi LMWH memiliki aksi yaitu menghambat langsung faktor Xa, sehingga aPPT tidak dapat diperpanjang. Jika dilihat dari aktivitas dan keefektifannya sama dengan heparin yang tidak terfraksi dalam meningkatkan dan mempercepat aktivitas antitrombin maupun mencegah pertumbuhan dan penyebaran trombi yang terbentuk. Profil farmakokinetik
Efek antikoagulan puncak terlihat dalam 3 sampai 5 jam
setelah pemberian subkutan dan juga sebagian besar di eliminasi melalui ekskresi pada ginjal ADR’s Monitoring – Ibu menyusui : terekskresi melalui – Sebelum memulai terapi, nilai dasar PT ASI, maka masih / rasio normalisasi internasional (INR), dikontraindikasikan terhadap ibu aPTT, jumlah sel darah lengkap (CBC) dengan jumlah trombosit, dan serum penyusui. kreatinin harus diperoleh. – Trombositopenia – Pemantauan CBC, jumlah trombosit – Jangka Panjang: risiko patah tulang secara berkala maupun darah tinja maupun keropos tulang lebih jarang dianjurkan selama terapi diteliti dan tidak jelas Gol. DTI Direct Trombin Inhibitor bekerja dengan mengikat langsung thrombin tanpa memerlukan kofaktor seperti antithrombin untuk mengerahkan efeknya. Saat ini, ada 4 obat DTI yang digunakan sebagai antikoagulan di Indonesia yaitu, lepirudin, desirudin, bivalirudin, dan agratroban. DTI semakin banyak digunakan pada pasien yang menderita heparin-induced thrombocytopenia (HIT) dan membutuhkan antikoagulasi untuk gangguan tromboemboli, selama dialisis pada pasien-pasien yang menjalani bypass kardiopulmoner. DTI juga digunakan sebagai pengganti heparin selama coroner angioplasti dan dalam manajemen koroner akut sindrom Mekanisme Aksi Setelah terjadi cedera pada dinding pembuluh, factor jaringan terpapar pada permukaan endhotelium yang rusak. Interaksi factor jaringan dengan plasma factor VII akan mengaktifkan koagulasi, menghasilkan thrombin dengan aktivasi bertahap pada proenzim. Trombin sangat penting dalam proses pembekuan. Mengubah fibrinogen yang dapat larut menjadi fibrin. Mengaktifkan factor V, VIII, dan XI yang menghasilkan lebih banyak thrombin dan merangsang pengeluaran trombosit. Selanjutnya, dengan mengaktifkan factor XIII, dapat membentuk ikatan silang diantara molekul-molekul fibrin serta menghasilkan gumpalan. Profil farmakokinetik
Direct Trombin Inhibitor dengan clearance ginjal yang dominan seperti
hirudin, melagatran, dan dabigatran cenderung menumpuk pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Waktu paruh pada sebagian obat seperti bivalirudin, diperpanjang pada penderita gangguan ginjal berat dan dibutuhkan penyesuaian dosis. Sebagian besar obat-obat DTI dimetabolisme dihati. ADR’s Monitoring – Perdarahan Berdasarkan waktu paruh sebagian besar – Trombositopenia obat-obat DTI yang cenderung pendek, maka obat-obat antikoagulan utama dari – Jangka Panjang: risiko patah tulang DTI harus memiliki efek pada 12-24 jam maupun keropos tulang lebih jarang setelah penggunaan dosis terakhir. diteliti dan tidak jelas Monitoring resiko pendarahan pada pasien juga sangat diperlukan. TERIMAKASIH :)