Anda di halaman 1dari 6

Nama : SYAWVINA ADRI YUNINGSIH

BP : 18160033
Kelas : 5 FARMASI 1
FARMAKOLOGI II

ANTIANEMIA
ANTIANEMIA DEFISIENSI
A. BESI (Fe) dan GARAM-GARMANYA
Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin (Hb), sehingga defisiensi Fe akan
menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dengan kandungan Hb
yang rendah dan menimbulkan anemia hiprokomik mikrositik.
Distribusi Dalam Tubuh
Fe yang terdapat dalam tubuh merupakan Fe fungsional atau esensial, dan
30% merupakan Fe nonesensial. Fe Esensial ini terdapat pada hemoglobin ±66%;
mioglobin 3%; enzim tertentu yang berfungsi dalam transfer elektron misalnya
sitokromoksidase, suksinil dehidrogenase dan xantin oksidase sebanyak 0,5%, dan
pada transferin 0,1%. Besi non-esensial terdapat sebagai cadangan dalam bentuk
feritin dan hemosiderin sebanyak 25%, dan pada parenkim jaringan kira-kira 5%.
Cadangan Fe pada wanita hanya 200-400 mg sedangkan pada pria kira-kira 1 gram.

FARMAKOKINETIK
Absorpsi Fe melalui saluran cerna berlangsung di duodenum dan jejunum proksimal;
makin ke distal absorpsinya makin berkurang. Lebih mudah diabsorpsi dalam bentuk
fero. Transportnya melalui sel mukosa usus terjadi secara transpor aktif. Ion fero yang
sudah di absorpsi akan diubah menjadi ion feri dalam sel mukosa. Selanjutnya ion feri
akan masuk ke dalam plasma dengan perantara transferin, atau diubah menjadi feritin
dan disimpan dalam sel mukosa usus. Bila cadangan dalam tubuh tinggi dan
kebutuhan akan zat besi rendah, maka lebih banyak Fe diubah menjadi feritin. Bila
rendah atau kebutuhan meningkat, maka yang baru diserap akan segera diangkut dari
sel mukosa ke sumsum tulang untuk eritropoesis.
Kadar Fe dalam plasma berperan dalam mengatur absorbsi. Absorpsi ini
meningkat pada keadaan defisiensi, berkurangnya depot Fe dan meningkatnya
eritropoesis. Selain itu, bila Fe diberikan sebagai obat, bentuk sediaan, dosis dan
jumlah serta jenis makanan dapat mempengaruhi absorpsinya.

Distribusi Fe dalam darah akan diikat oleh transferin (siderofilin) suatu beta 1-
globulin glikoprotein, kemudian diangkut ke berbagai jaringan terutama ke sumsum
tulang dan depot Fe. Kapasitas pengikatan total Fe dalam plasma sebanding dengan
jumlah total transferin plasma tetapi jumlah Fe dalam plasma tidak selalu
menggambarkan kapasitas pengikatan total Fe ini. Sel-sel retikulum dapat pula
mengangkut Fe, yaitu untuk keperluan eritropoesis. Sel ini juga berfungsi sebagai
gudang Fe.

Metabolisme bila tidak digunakan dalam eritropoesis, Fe mengikat suatu protein


yang disebut apoferitin dan membentuk feritin. Fe disimpan terutama pada sel mukosa
usus halus dan dalam sel-sel retikuloenditelial ( di hati, limpa dan sumsum tulang).
Ekskresi. Jumlah Fe yang diekskresi setiap hari biasanya sekitar 0,5-1 mg sehari.
Eksresi terutama berlangsung melalui sel epitel kulit dan saluran cerna yang
terkelupas, selain itu juga melalui keringat, urin, feses, serta kuku dan rambut yang
dipotong. Pada wanita usia subur denga siklus 28 hari, jumlah Fe yang diekskresi
sehubungan dengan haid diperkirakan sebanyak 0,5-1 mg sehari.

KEBUTUHAN BESI
Dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor umur, jenis kelamin ( sehubungan
dengan kehamilan dan laktasi pada wanita) dan jumlah darah dalam badan (Hb) dapat
mempengaruhi kebutuhan. Dalam keadaan normal, seorang laki-laki dewasa
memerlukan asupan sebesar 10 mg, dan wanita memerlukan 12 mg sehari guna
memenuhi ambilan sebesar masing-masing 1 mg dan 1,2 mg sehari. Sedangkan pada
wanita hamil dan menyusui diperlukan tambahan asupas 5 mg sehari.

SUMBER ALAMI
Makanan yang mengandung Fe dalam kadar lebih tinggi >5 mg/100 g adalah
hati, jantung, kuning telur, ragi kacang-kacangan dan buah-buahan kering tertentu.
Dalam jumlah sedang 1-5 mg/100 g diantaranya daging, ikan, unggas, sayuran yang
berwarna hijau dan biji-bijian. Sedangkan susu atau produknya, dan sayuran yang
kurang hijau mengandung besi dalam jumlah rendah <1 mg/100 g.

INDIKASI
Diindikasikan untuk pencegahan pengobatan anemia defisiensi Fe.

EFEK SAMPING
Paling sering timbul berupa intoleransi terhadap sediaan oral, dan ini sangat
tergantung dari jumlah Fe yang dapat larut dan yang diabsorpsi pada tiap pemberian.
Gejala yang timbul dapat berupa mual dan nyeri lambung, konstipasi, diare dan kolik.
Pemberian secara IM dapat menyebabkan reaksi lokal pada tempat suntikan
yaitu berupa rasa sakit, warna coklat pada tempat suntikan, peradangan lokal dengan
pembesaran kelenjar inguinal. Lebih sering terjadi pada pemakaian IM dibandingkan
IV. Reaksi yang dpaat terjadi dalam 10 menit setelah suntikan adalah sakit kepala,
nyeri otot dan sendi, hemolisis, takikardi, flushing, berkeringat, mual, muntah,
bronkospasme, hipotensi, pusing dan kolaps sirkulasi. Sedangkan reaksi yang lebih
1
sering timbul dalam - 24 jam setelah suntikan misalnya, sinkop, demam, menggigil,
2
rash, urtikaria, nyeri dada, perasaan sakit pada seluruh badan dan ensefalopatia.
Intoksikasi akut sangat jarang terjadi pada orang dewasa, kebanyakan terjadi
pada anak akibat terlalu banyak menelan tablet FeSO4 yang mirip gula-gula.
Intoksikasi akut terjadi setelah menelan Fe sebanyak 1 g. Intoksikasi menahun dapat
mengakibatkan hemosiderosis.

SEDIAAN, DOSIS
Sediaan Oral
Preparat Tablet Elemen besi tiap Dosis lazim untuk
tablet dewasa (tablet/hari)
Fero sulfat (hidrat) 325 mg 65 mg 3-4
Fero glukonat 325 mg 36 mg 3-4
Fero fumarat 200 mg 66 mg 3-4
Fero fumarat 325 mg 106 mg 2-3

Sediaan Parenteral
Penggunaan sediaan untuk suntikan IM dalam dan IV hanya dibenarkan bila
pemberian oral tidak mungkin misalnya pasien bersifat intoleran terhadap sediaan
oral, atau pemberian oral tidak menimbulkan respons yang teraupetik.
Iron-dextran (imferon) mengandung 50 mg Fe setiap mL (larutan 5%) untuk
penggunaan IM atau IV. Dosis total yang diperlukan dihitung berdasarkan beratnya
anemia, yaitu 250 mg Fe untuk setiap gram kekurangan Hb.
B. VITAMIN B12
Sianokobalamin yang aktif dalam tubuh manusia adalah deoksiadenosil kobalamin
dan metilkobalamin.
FUNGSI METABOLIK
Vitamin b12 sangat penting untuk metabolisme intrasel. vitamin b12 dan asam
folat dibutuhkan untuk sintesis DNA yang normal, sehingga defisiensi salah satu
vitamin ini menimbulkan gangguan produksi dan maturasi eritrosit yang memberikan
gambaran sebagai anemia megaloblastik. Defisiensi vitamin B12 juga menyebabkan
kelainan neurologik.

DEFISIENSI VITAMIN B12


Kekurangan vitamin B12 dapat disebabkan oleh kurangnya asupan,
terganggunya absorpsi, terganggunya utilisasi, meningkatnya kebutuhan, destruksi
yang berkelebihan atau ekskresi yang meningkat. Defisiensi kobalamin ditandai
dengan gangguan hematopoesis, gangguan neurologi, kerusakan sel epitel, dan
debilitas umum. Defisiensi vitamin B12 menimbulkan anemia megaloblastik yang
disertai gangguan neurologik; bila tidak cepat diobati gangguan neurologik ini dapat
menyebabkan cacat seumur hidup. Penggunaan asam folat dapat memperbaiki
anemia, sedangkan kelainan neurologik tidak dipengaruhi. Defisiensi vitamin B12 pada
orang dewasa sering disebabkan oleh gangguan absorpsinya, misalnya pada defisiensi
vitamin B12 yang klasik yang disebut anemia pernisiosa Addison.

KEBUTUHAN VITAMIN B12


Bagi orang sehat kira-kira 1 µg sehari yaitu sesuai dengan jumlah yang
disekresi oleh tubuh.

SUMBER VITAMIN B12 ALAMI


Sumber asli satu-satunya untuk vitamin B12 adlah mikroorganisme. Jadi
sumber untuk memenuhi kebutuhan manusia adalah makanan hewani, sebab tumbuh-
tumbuhan tidak mengandung vitamin B12. Jenis makanan yang kaya akan vitamin B12
adalah jeroan (hati, ginjal, janrung) dan kerang. Kuning telur, susu kering bebas
lemak dan makanan yang berasal dari laut (ikan sardin, kepiting) mengandung
vitamin B12 dalam jumlah sedang.

FARMAKOKINETIK
Absorpsi. Diabsorpsi baik dan cepat setelah pemberian IM dan SK. Kadar dalam
plasma mencapai puncak dalam waktu 1 jam setelah suntikan IM. Hidroksokobalamin
dan koenzim B12 lebih lambat diabsorpsi, karena ikatannya lebih kuat dengan protein.
Absorpsi per oral berlangsung lambat di ileum; kadar puncak dicapai 8-12 jam setelah
pemberian 3 µg. Absorpsi ini berlangsung dengan dua mekanisme, yaitu dengan
perantaraan faktor instinsik Castle (FIC) dan absorpsi secara langsung.
Distribusi. Setelah semua vitamin B12 dalam darah terikat dengan protein plasma.
Sebagian besar terikat pada beta-globulin (transkobalamin II), sisanya terikat pada
alfa-glikoprotein (transkobalamin I) dan inter-alfa-glikoprotein (transkobalamin III).
Vitamin B12 yang terikat pada transkobalamin II akan diangkut ke berbagai jaringan,
terutama hati yang merupakan gudang utama penyimpanan vitamin B 12 (50-90%).
Kadar normal vitamin B12 dalam plasma adalah 200-900 pg/mL dengan simpanan
sebanyak 1-10 mg dalam hepar.

Metabolisme dan Ekskresi


Sianokobalamin dan hidroksokonalamin dalam jaringan dan darah terikat
dengan protein. Koenzim B12 ikatan dengan hidroksokobalamin lebih kuat sehingga
sukar dieksresi melalui urin. Pengurangan jumlah kobalamin dalam tubuh disebabkan
oleh daluran ekskresi melalui saluran empedu; sebanyak 3-7 µg sehari harus
direabsorpsi dengan perantaraan FIC. 80-95% vitamin B12 akan diretensi dalam tubuh
bila diberikan dalam dosis smapai 50 µg; dengan dosis yang lebih besar, jumlah yang
diekskresikan akan lebih banyak. Vitamin B12 dapat menembus sawar uri dan masuk
ke dalam sirkulasi bayi.

SEDIAAN DAN POSOLOGI


Vitamin B12 diindikasikan untuk pasien defisiensi vitamin B12 misalnya anemia
pernisiosa. Tersedia dalam bentuk tablet untuk pemberian oral dan larutan untuk
suntikan. Meskipun sediaan oral dapat bermanfaat sebagai suplement diet, namun
kecil manfatnya untuk pasien yang kekurangan faktor instinsik atau pasien dengan
gangguan ileum, karena absorpsi secara difusi tidak dapat diandalkan sebagai terapi
efektif. Maka cara pemberian yang terbaik adalah secara IM atau SK yang
disuntikkan dalam. Tiga jenis suntikan vitamin B12:
 Larutan sianokobalamin yang berkekuatan 10-1000 µg/mL
 Larutan ekstrak hati dalam air
 Suntikan depot vitamin B12.

Pada terapi awal diberikan dosis 100 µg sehari parenteral selama 5-10 hari.
Terapi penunjang dilakukan dengan memberikan dosis pemeliharaan 100-200 µg
sebulan sekali sampai diperoleh remisi yang lengkap yaitu jumlah eritrosit dalam
darah ±4,5 juta/mm3 dan morfologi hematologik berada dalam batas-batas normal.
Kemudian 100 µg sebulan sekali cukup untuk mempertahankan remisi.

C. ASAM FOLAT
FUNGSI METABOLIK
Asam folat (asam pteroilmonoglutamat, PmGA) merupakan prekusor inaktif
dari beberapa koenzim yang berfungsi pada transfer unit karbol tunggal. Mula-mula
folat reduktase mereduksi PmGA jadi THFA (asam tetrahidrofolat). THFA yang
terbentuk bertindak sebagai akseptor berbagai unit karbon tunggal dan selanjutnya
memindahkan unit ini kepada zat-zat yang memerlukan. Reaksi penting yang
menggunakan unit karbon tunggal:
 Sintesis purin melalui pembentukan asam inosinat
 Sintesis nukleotida pirimidin melalui metilasi asam deoksiurudilat menjadi
asam timidilat
 Interkonversi beberapa asam amino misalnya antera serin dengan glisin,
histidin dengan asam glutamat, homosistein dengan metionin (yang terakhir
ini memerlukan pula vitamin B12).
KEBUTUHAN FOLAT
Rata-rata 50 µg sehari, dalam bentuk PmGA, tetapi jumlah ini dipengaruhi
oleh kecepatan metabolisme dan laju malih sel (cell turn-over) setiap harinya.

DEFISIENSI FOLAT
Defisiensi folat sering merupakan komplikasi dari gangguan usu kecil;
alkoholisme yang menyebabkan asupan makanan buruk; efek toksik alkohol pada sel
hepar; dan anemia hemolitik yang menyebabkan laju malih eritrosit tinggi.
Gejala Klinik
Gejala defisiensi folat yang paling menonjol adalah hepmatopoesis
megaloblastik (yang menyerupai anemia defisiensi vitamin B 12). Selain itu, terjadi
juga glositis, diare dan penurunan berat badan. Perbedaan klinik yang nyata antara
defisiensi folat dengan defisiensi vitamin B12 ialah bahwa yang pertama tidak terdapat
kerusakan sarung mielin sehingga tidak ada gangguan neurologik.

FARMAKOKINETIK
Pada pemberian oral absorpsi folat baik sekali, terutama 1/3 bagian proksimal
usus halus. Dengan dosis oral yang kecil, absorpsi memerlukan enegi, sedangkan pada
kadar tinggi absorpsi dapat berlangsung secara difusi. 2/3 dari asam folat yang terdpat
dalam plasma darah terikat pada protein yang tidak difiltrasi ginjal. Distribusinya
merata ke semua sel jaringan dan terjadi penumpukkan dalam cairan serebrospinal.
Eksresi berlangsung melalui ginjal, sebgaian besar dalam bentuk metabolit.

INDIKASI
Penggunaan folat yang rasional adalah pada pencegahan dan pengobatan
defisiensi folat. Kebutuhan asam folat meningkat pada wanita hamil, dan dapat
menyebabkan defisiensi asam folat bila tidak atau kurang mendpatkan asupan asam
folat dari makanannya. Wanita hamil mebutuhkan sekurang-kurangnya 500 µg asam
folat per hari. Efek toksik pada penggunaan folat untuk manusia hingga sekarang
belum pernah dilaporkan terjadi. Dosis yang digunakan tergantung dari beratnya
anemia dan komplikasi yang ada.

SEDIAAN DAN POSOLOGI


Asam folat tersedia dalam bentuk tablet yang mengandung 0,4; 0,8 dan 1 mg
asam pteroilglutamat dan dalam larutan injeksi asam folat 5 mg/ml. Selain itu,
terdapat dalam berbagai sediaan multivitamin atau digabung dengan antianemia
lainnya. Asam folat injeksi biasanya hanya digunakan sebagai antidotum pada
intoksikasi antifolat (antikanker).

D. OBAT LAIN
Riboflavin
Vitamin ini dalam bentun flavin mononukleotida (FMN) dan flavin adenine di
nukleotida (FAD) yang berfungsi sebagai koenzim dalam metabolisme flavor protein
dalam pernafasan sel. Riboflavin dapat memperbaiki anemia normokromik-
normositik (pure red cell aplasia). Dan dosis yang digunakan 10 mg sehari secara oral
dan bisa pula secara IM.
Piridoksin
Vitamin B6 berfungsi sebagai koenzim yang merangsang pertumbuhan
heme. Defisiensi piridoksin akan menimbulkan anemia mikrositik hipokromi, pada
sebagian besar penderita akan mengalami anemia normoblastik sideroakrestik dengan
jumlah Fe non hemoglobin yang banyak dalam prekursor eritrosit, dan pada
beberapa penderita terdapat anemia megaloblastik. Pada keadaan ini absorpsi Fe
meningkat, Fe binding protein menjadi jenuh dan terjadi hiperteremia, sedangkan
daya regenerasi darah menurun. Akhirnya akan didapatkan gejala hemosiderosis.
Kobal
Kobal merangsang pembentukan aritropoeitin yang berguna untuk
meningkatkan Fe oleh sumsum tulang .penggunaan kobal dosis besar akan
menekan pembentukan eritrosit. Kobal sering terdapat dalam campuran sediaan Fe,
karena ternyata kobal meningkatkan absorpsi Fe melalui usus. Kobal memiliki efek
toksik berupa erupsi kulit, struma, angina, tinitus, tuli, payah jantung, sianosis,
koma, malaise, anoreksia, mual dan muntah
Tembaga
Seperti telah diketahui kedua unsur ini terdapat dalam sitokrom oksidase,
maka ada sangkut-paut antara metabolisme tembaga (Cu) dan Fe. Hingga sekarang
belum ada kenyataan yang menunjukkan pentingnya penambahan Cu baik dalam
makanan atau sebagai obat, dan defisiensi Cu pada manusia sangat jarang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai