Anda di halaman 1dari 5

Nama : SYAWVINA ADRI YUNINGSIH

BP : 18160033
Kelas : 5 FARMASI 1
FARMAKOLOGI II

ANTIVIRUS
Siklus replikasi virus secara garis besar dapat dibagi menjadi 10 langkah: adsorpsi
virus ke sel (pengikatan, attachment), penetrasi virus ke sel, uncoating (dekapsidasi),
transkripsi tahap awal, translasi tahap awal, replikasi genom virus, transkripsi tahap akhir,
assembly virus pelepasan virus.
Obat Antivirus
Golongan besar antivirus yang akan dibahas dalam dua bagian besar yaitu
pembahasan mengenai antinonretrovirus dan antiretrovirus.
1. Antiretrovirus
 Antivirus untuk herpes
 Antivirus untuk influenza
 Antivirus untuk HBV dan HCV
2. Antiretrovirus
 Nucleoside reverse transkrip inhibitor (NRTI)
 Nucleotide reverse transkripsi better (NTRTI)
 Non ucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI)
 Protease inhibitor (PI)
 Viral entry inhibitor
A. Antinonretrovirus
1. Antivirus untuk herpes
Obat-obat yang aktif terhadap virus herpes umumnya merupakan antimetabolit yang
mengalami bioaktivasi melalui enzim kinase sel hospes atau virus untuk membentuk
senyawa yang dapat menghambat DNA.
 Asiklovir
Asiklovir adalah suatu produk yang baru memiliki efek anti virus setelah
dimetabolisme menjadi asiklovir trifosfat.
Mekanisme kerja: pembentukan asiklovir monofosfat yang dikatalisi oleh timidin
kinase pada sel hospes yang terinfeksi oleh virus herpes atau virecella zoster atau
oleh fosfotransterase yang dihasilkan oleh sitomegalovirus. Kemudian enzim
seluler menambahkan gugus fosfat untuk membentuk asiklovir difosfat dan
asiklovir trifosfat.
Resistensi: disebabkan oleh mutasi pada gen thymidine kinase virus atau pada gen
DNA polimerase.
 Valasiklovir: merupakan Ester dari asiklovir dan hanya terdapat dalam formulasi
oral.
Farmakokinetik: Bioavailabilitas oralnya 3 hingga 5 kali asiklovir dan waktu
paruh eliminasi nya 2 sampai 3 jam.
Mekanisme dan resistensi: sama dengan asiklovir.
Indikasi: efektif dalam terapi infeksi yang disebabkan oleh virus herpes simpleks,
vierus varicella-zoster dan sebagai profilaksi terhadap penyakit yang disebabkan
oleh sitomegalovirus.
Sediaan dan dosis: herpes genital per oral 2 kali sehari 500 mg tablet selama 10
hari. Herpes zoster 3 kali sehari 2 tablet 500 mg selama 7 hari.
Efek samping: Sama dengan asiklovir babkan mikroangiopati trombosit pada
pasien immunosuppressed.
 Gansiklovir
Gansiklovir berbeda dari asiklovir dengan adanya penambahan gugus hidroksi
metil pada posisi 3 rantai samping asiklik nya.
Mekanisme kerja: diubah menjadi gansiklovir monofosfat oleh enzim
fosfotransferase yang dihasilkan sel yang terinfeksi sitomegalovirus.
Resistensi: penurunan fosforilasi gansiklovir karena mutasi pada fosfotransferase
virus yang dikode oleh gen UL97 atau karena mutasi pada DNA polimerase virus.
Dapat terjadi resistensi silang terhadap sidovir atau foskarnet.
Indikasi: infeksi CMV, terutama retinitis pada pasien immunocompromised
(misal: AIDS), baik untuk terapi atau pencegahan.
Sedoaan dan dosis: induksi IV 10 mg/kg per hari (2 x 5 mg/kg, setiap 12 jam)
selama 14-21 hari, dilanjutkan dengan pemberian maintenance per oral 3000 mg
per hari (3 kali sehari 4 kapsul @250 mg). Implantasi intraokular 4,5 mg
gansiklovir sebagai terapi lokal CMV retinitis.
Efek samping: mielosupresi dapat terjadi pada terapi dengan gansiklovir.
Neutropenia terjad pada 15-40% pasien dan trombositopenia terjadi pada 5-20%.
 Valgansiklovir
Mekanisme kerja dan resistensi: sama dengan gansiklovir
Indikasi: Infeksi CMV. Valgansiklovir oral merupakan sediaan yang diharapkan
dapat menggantikan gansiklovir intravena.
Dosis: induksi diberikan per oral 2x900 mg per hari (2 tablet 450 mg per hari)
selama 21 hari, dilanjutkan dengan maintenance 1 x 900 mg/hari.
 Pensiklovir
Mekanisme kerja: Pada prinsipnya sama dengan asiklovir.
Resistensi: Resistensi terhadap ensiklopedi disebabkan oleh mutasi pada timidin
kinase atau DNA polimerase virus.
Dosis: Diberikan secara topikal dalam bentuk 1% krim. Obat ini tersedia dalam
bentuk larutan untuk pemberian intravena dengan kadar 2mg/ml.
2. Antivirus untuk influenza
 Amantadine dan rimantadine
Amantadine dan rimantadin yg memiliki mekanisme kerja yang sama.
Mekanisme kerja: Amantadine dan rimantadin merupakan antivirus yang bekerja
pada protein M2 virus, suatu kanal ion transmembran yang aktivasi oleh PH.
Resistensi: Mutasi pada domain terus membran protein M2 virus menyebabkan
resistensi virus terhadap amantadine dan rimantadine.
Indikasi: Cegahan dan terapi awal infeksi virus influenza A.
Dosis: Amantadine dan rimantadin tersedia dalam bentuk tablet dan sirup untuk
penggunaan oral.
 Inhibitor neuraminidase (oseltamivir dan zanamivir)
Mekanisme kerja: Hambatan neuraminidase menurunkan kemungkinan
berkembangnya influenza dan menurunkan tingkat keparahan jika penyakitnya
kemudian berkembang.
Indikasi: Terapi dan pencegahan infeksi virus influenza a dan b.
Dosis: zanamivir diberikan per inhalasi dengan dosis 20 mg per hari. Oseltamivir
diberikan per oral dengan dosis 150 mg per hari.
Efek samping: Gejala saluran napas dan gejala saluran cerna.
 Ribavirin
Mekanisme kerja: setelah mengalami fosforilasi intrasel, ribavirin trifosfat
mengganggu tahap awal transkripsi virus, seperti proses capping dan elongasi
mRNA, serta menghambat sintesis ribonukleoprotein.
Resistensi: belum ada catatan.
Spektrum aktivitas: virus DNA dan RNA, khususnya orthomyxivorus (influenza A
dan B), paramyxovirus (cacar air, respiratory syncytial virus (RSV) dan
arenavirus (lassa, junin, dll.))
Indikasi: terapi infeksi RSV pada bayi dengan risiko tinggi. Digunakan dalam
kombinasi dengan interferon-α atau pegylated interferon-α untuk terapi infeksi
hepatitis C.
Dosis: per oral 800-1200 mg per hari untuk terapi infeksi HCV; atau dalam bentuk
aerosol (larutan 20 mg/mL).
Efek samping: ribavirin aerosol dapat menyebabkan iritasi konjungtiva yang
ringan, ruam, mengi yang bersifat sementara.
3. Antivirus untuk HBV dan HCV
 Lamivudine
Resistensi: Resistensi terhadap lamivudine disebabkan oleh mutasi pada DNA
polimerase virus.
Farmakokinetik: Oral lamivudine adalah 80%.
Efek samping: Efek samping yang terjadi seperti sakit kepala dan mual.
 Adefovir
Mekanisme kerja dan resistensi: merupakan analog nukleotida asiklik. Aktif
terhadap mutan yang resisten terhadap lamivudin dan tidak resistensi setelah
terapi selama 48-60 minggu.
Farmakokinetik: Cover sulit diabsorpsi namun bentuk dipivoxil diabsorpsi secara
cepat dan dimetabolisme oleh esterase di mukosa usus.
Dosis: Per oral dosis tinggal 10 mg per hari.
 Entekavir
Mekanisme kerja dan resistensi: mengalami fosforilasi menjad bentuk trifosfat
yang aktif, yang berperan sebagai kompetitor substrat natural (deoksiguanosin
trifosfat) serta menghambat HBV polimerase. Pasien yang mengalami gagal terapi
lamivudin, ditemukan juga resistensi silnag dengan lamivudin.
Farmakokinetik: diabsorbsi baik per oral. Dimetabolisme dalam jumlah kecil dan
bukan merupakan substrat sistem sitokrom P450.
Indikasi: infeksi HBV.
Dosis: per oral 0,5 mg/hari keadaan perut kosong.
Efek samping: sakit kepala, infeksi saluran nafas atas, batuk, nasofaringitis,
fatigue, pusing, nyeri abdomen atas dan mual.
 Interferon
Mekanisme kerja: melalui penghambatan penetrasi virus, sintesis mRNA virus,
translasi virus, pembentukan virus, dan pelepasan virus.
Indikasi: Indikasi interveron adalah untuk infeksi kronis HBV, HCV, sarkoma
kaposi pada pasien HIV dan beberapa tipe malignansi dan multiple sclerosis.
Dosis: Pada infeksi HBV dewasa 5 MU/hari atau 10 MU/hari. Pada anak anak 6
MU/hari 3xperminggu selama 4-6 bulan.
Efek samping: gejala mirip flu, kelemahan, leukopenia, dan depresi.
B. Antiretrovirus
1. Nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitor (NtRTI)
Mengibah RNA virus menjadi DNA proviral sebelum bergabung dengan kromosom
hospes.
 Zidovudin
Mekanisme kerja: menghambat enzim reverse transkiptase virus, setelah gugus
azidotimidin (AZT) pada zidovudine mengalami fosforilasi.
Resistensi: disebabkan oleh mutasi pada enzim reservase transkiptase. Resistensi
silang dengan anlog nukleosida lainnya.
Indkasi: infeksi HIV
Dosis: tersedia dalam bentuk kapsul 100 mg, 300 mg dan sirup 5 mg/ml. Per oral
600 mg/hari.
Efek samping: anemia, neutropenia, sakit kepala, mual.
 Didanosin
Mekanisme kerja: bekerja pada HIV RT dengan menghentikan pembentukan
rantai DNA virus.
Resistensi: terhadap dianosin disebabkan oleh mutasi pada reservase transkriptase.
Indikasi: infeksi HIV.
Dosis: tablet dan kapsul salut enterik. Per oral 400 mg/hari.
Efek samping: diare, pankreatitis, neuropati perifer.
 Stavudin
Mekanisme kerja: bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan
rantai DNA virus.
Resistensi: terhadap stavudin disebabkan oleh mutasi pada RT kodon 75 dan 50.
Indikasi: infeksi HIV.
Dosis: per oral 80 mg/hari (satu kapsul 40 mg setiap 12 jam).
Efek samping: neuropati perifer.
2. Nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitor (NtRTI)
 Tenofovir disoproxi
Mekanisme kerja: Bekerja pada HIVRT dengan cara menghentikan pembentukan
DNA virus.
Indikasi: Infeksi HIV dalam kombinasi dengan efavirenz tidak boleh dikombinasi
dengan lamivudine dan abacavir.
Sediaan dosis: Per oral sekali sehari 300 mg tablet.
Efek samping: Mual, muntah dan diare.
3. Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI)
 Nevirapine
Resistensi: Resistensi terhadap nevirapine disebabkan oleh mutasi pada RT.
Indikasi: Infeksi HIV-1
Efek samping: Ruam, demam ,mual dan peningkatan enzim hati.
4. Protease inhibitor (PI)
Semua protease inhibitor bekerja dengan cara berikatan secara reversibel dengan situs
aktif HIV protease. HIV protease sangat penting untuk infektivitas virus dan
pelepasan poli protein virus.Resistensi terhadap protease inhibitor secara umum
berlangsung lewat akumulasi mutasi gen protease.
 Ritonavir
Metabolisme: merupakan penhambat kuat Cyp 3A4.
Resistensi: terhadap ritonavir disebabkan oleh mutasi awal pada protease kodon
82.
Indikasi: infeksi HIV.
Dosis: per oral 1200 mg/hari (6 kapsul 100 mg, 2 kali sehari bersama dengan
makanan).
Efek samping: mual, muntah, dna diare.
 Lopinavir
Resistensi: belum diketahui.
Indikasi: infeksi HIV dalam kombinasi dengan anti-HIV lain seperti NRTI.
Dosis: per oral 1000 mg/hari (3 kapsul 166,6 mg 2 kali sehari; setiap kapsul
mengandung 133,3 mg lopinavir + 33,3 mg ritonavir), diberikan bersamaan
dengan makanan.
Efek samping: mual, muntah, peningkatan kadar kolesterol dan trifliserida,
peningkatan ᵧ-GT.
5. Viral entry inhibitor
 Envufirtid
Mekanisme kerja: Menghambat masuknya HIV-1 ke dalam sel dengan cara
menghambat fusi virus ke membran sel.
Resistensi: Perubahan genotip pada gp41 asam amino 36-45 menyebabkan
resistensi terhadap enfuvirtid.
Indikasi: Terapi infeksi HIV 1 dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya.
Efek samping: reaksi lokal seperti nyeri, aritmia dan kista.

Anda mungkin juga menyukai