Kelas : IV E
Obat Antivirus
1. Lamivudin
Lamivudin adalah obat yang digunakan bersama obat HIV lainnya bertujuan membantu-
Mengendalikan infeksi HIV. Obat ini mengurangi terkena komplikasi HIV(seperti infeksi baru,k
Kanker) dan meningkatkan kualitas hidup. Lamivudin termasuk kelas obat nucleoside reverse
a. Efek samping
Mual,muntah,sakit kepala, peningkatan kadar ALT dan AST dapat terjadi pada 30-40% persen
b. Dosis
Per oral 100mg perhari(dewasa), untukk anak-anak 1mg/kg. Lama terapi yang dianjurkan adalah
c. Resistensi
Lamvudin digunakan untuk mengobati hepatitis B kronis dengan dosis yang lebih rendah-
Daripada untuk mengobati HIV/AIDS.obat ini meningkatkan serokonversi dari e-antigen
Positif pada hepatitis B. Penggunaan lamivudin dalam jangka panjang dapat menyebabkan
Resistensi obat pada virus hepatitis B.Walau demikian,lamivudin masih digunakan secara luas
d. Struktur kimia
Kelas : IV E
(asam karboksilat)
Obat Antivirus
1. Oseltamivir
NAMA KIMIA
(3R, 4R, 5S)-4-acethylamino-5-amino-3(1-ethylpropoxy)-1-cyclohexene-1-carboxylic
acid. sebagai basa, BM sebagai basa 312,4, BM sebagai garam fosfat 410,4.
STRUKTUR KIMIA
C16H28N2O4
Digunakan sebagai garam fosfat. Oseltamivir adalah prodruk yang akan dihidrolisis di
hati menjadi bentuk aktif oseltamivir karboksilat.
Oseltamivir merupakan bentuk etil ester yang memerlukan perubahan menjadi bentuk
aktif karboksilat, karboksilat ini merupakan asam lemah yang bekerja dengan cara
menghambat neuraminidase, yaitu protein enzim yang berada pada permukaan virus.
Dalam menghambat neuraminidase, oseltamivir menempel pada sisi aktif enzim tersebut
sehingga enzim neuraminidase menjadi tidak aktif. Neuraminidase berperan dalam
melepaskan virus yang baru terbentuk sehingga virus baru ini bisa menyebar dan
menginfeksi sel yang lain. Virus yang baru terbentuk sebagai hasil perkembangbiakan di
dalam sel awalnya masih menempel pada permukaan sel melalui residu asam sialat.
Untuk melepaskan virus dari membran sel inang, neuraminidase memotong residu asam
sialat tersebut. Jika aktivitas neuraminidase dihambat oleh oseltamivir, virus yang baru
terbentuk tidak bisa lepas untuk menyebar sehingga perkembangbiakan virus bisa
dihentikan. Kondisi ini akan membantu sistem pertahanan tubuh untuk memenangi
pertarungan melawan virus influenza yang tengah menyerang sehingga orang yang
terinfeksi bisa sembuh.
Oseltamivir adalah obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi virus influenza tipe A
(misalnya flu burung) atau B. Gejala-gejala seperti batuk, hidung tersumbat, radang
tenggorokan, meriang, hingga lemas, bisa diatasi dalam waktu lebih cepat atau dipangkas
sebanyak 1-2 hari dengan mengonsumsi obat ini. Oseltamivir juga dikonsumsi untuk
mencegah flu pada pasien yang baru terpapar oleh virus influenza, dari penderita atau
lingkungan yang sedang terjangkit virus ini.
Oseltamivir tergolong ke dalam obat antivirus yang bekerja dengan cara menghentikan
aktivitas virus untuk berkembang. Seperti obat antivirus lainnya, oseltamivir tidak efektif
dalam mencegah infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Interaksi Obat
Di samping manfaat yang diberikan, tiap obat juga menimbulkan efek samping bagi
orang yang mengonsumsi atau menggunakannya. Sejumlah efek samping yang dapat
terjadi setelah mengonsumsi oseltamivir adalah: Sakit kepala dan perut, diare, mual dan
muntah, batuk dan hidung tersumbat merasa tidak enak badan.
Nama : Wulandari Setio Ningrum
NIM :17080119
ACIKLOVIR
Asiklovir merupakan analog sintetik dari guanin yang digunakan dalam pengobatan
dan pencegahan penyakit infeksi akibat virus herpes simpleks atau varicella zoster. Asiklovir
bekerja spesifik terhadap virus herpes dengan mekanisme kerja mengganggu sintesis DNA
dan menghambat replikasi virus (Louisa dan Rianto, 2007) .
9-[(2-hydroxyethoxy)methyl]-guanin
o MEKANISME KERJA
suatu analog guanosin yang tidak mempunyai gugus glukosa, mengalami
monofosforilasi dalam sel oleh enzim yang di kode hervers virus, timidinkinase. Karena
itu, sel-sel yang di infeksi virus sangat rentan. Analokmonofofat diubah ke bentuk di-
dantrifosfat oleh sel pejamu. Trifosfatacyclovir berpacu dengan deoksiguanosintrifosfat
(dGTP) sebagai suatu subsrat untuk DNA polymerase dan masuk ke dalam DNA virus
yang menyebabkan terminasi rantai DNA yang premature. Ikatan yang irrevelsibel dari
template primer yang mengandung acyclovir ke DNA polymerase melumpuhkan enzim.
Zat ini kurang efektif terhadap enzim penjamu.
Asiklovir yang merupakan derivate guanosin berkhasiat spesifik terhadap virus herpes
tanpa mengganggu fisiologi sel tuan-tuan rumah. Asiklovirtrifosfat yang terbentuk
digunakan oleh virus untuk membangun DNA-nya. Dengan demikian, pembentukan
DNA virus dikacaukan dan terhenti sama sekali, sedangkan pembentukan DNA dari sel-
sel tuan rumah tidak terganggu. Terutama digunakan pada semua infeksi dengan herpes
simplex dan herpes zoster, tetapi tidak memusnahkannya.
Acyclovir aktif melawan virus herpes tapi tidak dapat memberantasnya. Aciclovir
digunakan pada infeksi cacar air (varicella zoster) atau infeksi herpes simpleks pada kulit
dan selaput lendir. Dapat dioleskan di mulut pada sariawan akibat virus herpes, dan
dioleskan di mata pada infeksi mata akibat herpes simpleks, dan dikombinasikan dengan
terapi sistemik pada herpes optalmika (infeksi oleh herpes zoster).
o EFEK SAMPING
Mual,muntah,nyeri perut, diare, sakit kepala, lemas, ruam, gatal-gatal, sensitive
terhadap cahaya. Sangat jarang: hepatitis, kuninga, sesak nafas, gangguan saraf, gagal
ginjal akut, anemia, trombositopenia, leukopenia dan pada pemakaian melalui infus
dapat terjadi peradangan local ringan sampai berat.
o INTERAKSI OBAT
Siklosporin : meningkatkan risiko kerusakan ginjal.
Sitotoksik : mycophenolate meningkatkan kadar aciclovir dalam darah.
Probenesid : menurunkan ekskresi aciclovir sehingga meningkatkan kadar aciclovir
dalam darah.
Tacrolimus : meningkatkan risiko kerusakan ginjal.
o KONTRAINDIKASI
Hati-hati penggunaan pada gangguan ginjal, lanjut usia.
Tidak diketahui bahayanya pada ibu hamil.
Dalam jumlah yang cukup signifikan dikeluarkan melalui ASI, namun cukup aman
untuk digunakan.
Nama : Maulida Yuniar Widya Putri
Nim :17080117
Amantadin
adamantan-1-amine
Rumus kimia : C10H17N
Obat ini mengandung senyawa organik 1-adamantilamin atau 1-aminoadamantan dengan
tulang punggung adamantan yang memiliki gugus amino disubstitusi pada salah satu dari
empat posisi gugus metiliden. Pada penyakit influenza mekanisme atau cara kerja
Amantadine pada pencegahan atau pengobatan influenza A ini adalah dengan cara mencegah
virus berkembang biak di dalam tubuh.
Mekanisme kerja:
bekerja pada protein M2 virus, suatu kanal ion transmembran yang diaktivasi oleh pH. Kanal
M2 merupakan pintu masuk ion ke virion selama proses uncoating. menyebabkan destabilisasi
ikatan protein serta proses transport DNA virus ke nucleus.
Indikasi :
Pencegahan dan terapi awal infeksi virus influenza A ( Amantadin juga diindikasi untuk terapi
penyakit Parkinson ).
Dosis :
Amantadin tersedia dalam bentuk tablet dan sirup untuk penggunaan oral.
Amantadin diberikan dalam dosis 200 mg per hari ( 2 x 100 mg kapsul ). Dosis harus
diturunkan pada pasien dengan insufisiensi renal
Efek samping :
a. Efek samping SSP seperti kegelisahan, kesulitan berkonsentrasi, insomnia, hilang nafsu makan.
b. Efek neurotoksik amantadin meningkat jika diberikan bersamaan dengan antihistamin dan obat
antikolinergik/psikotropik, terutama pada usia lanjut.
c. gastrointestinal ringan yang terganatung dosis.
d. Mual, muntah, sakit kepala, rasa mengantuk, mulut kering, depresi
a. Jangan menambah, mengurangi dosis obat atau menghentikan pengobatan secara tiba-
tiba tanpa ada saran dan anjuran dari dokter. Konsultasikan ke dokter jika Anda
memiliki riwayat alergi, riwayat mengkonsumsi obat-obatan dan riwayat penyakit
Anda terdahulu.
b. Karena obat ini memiliki efek samping mengantuk, sebaiknya hindari aktivitas seperti
mengemudi, mengoperasikan mesin dan aktivitas berat lainnya. Beritahu dokter jika
mengalami perubahan mood, pembengkakan ekstremitas, kesulitan buang air kecil,
atau sesak napas.
c. Hati-hati pemberian obat ini pada penderita gangguan fungsi hati dan ginjal. Hindari
mengkonsumsi alkohol saat menggunakan obat ini.
d. Amantadine dapat menyebabkan midriasis; obat tidak boleh digunakan pada pasien
dengan glaucoma sudut tertutup tidak diobati. Pengobatan dengan obat Amantadine
tidak direkomendasikan untuk ibu hamil dan menyusui.
Interaksi obat:
Nim : 17080116
Kelas : IV E
2. Dosis Lamivudine
Hepatitis B kronis
Dewasa: 100 mg, sekali sehari. Khusus pasien yang menderita hepatitis B dan HIV,
diberikan 150 mg 2 kali sehari, atau 300 mg sekali sehari.
Anak usia 2-17 tahun: 3 mg/kgBB, sekali sehari. Dosis maksimum adalah 100 mg per
hari.
3. Mengonsumsi Lamivudine dengan Benar
Lamivudine merupakan obat resep. Pasien harus mengikuti seluruh petunjuk dokter
selama mengonsumsi lamivudine.
Jika lupa mengonsumsi lamivudine, segera minum ketika ingat. Jika jadwal dosis
berikutnya sudah dekat, jangan menggandakan dosis lamivudine. Jangan mengubah
dosis lamivudine tanpa sepengetahuan dokter.
Lamivudine perlu disimpan di tempat sejuk dan kering. Jauhkan lamivudine dari
tempat yang panas, lembab, atau terkena sinar matahari langsung.
Diare
Mual
Sakit kepala
Lelah
Merasa tidak enak badan
Batuk
Hidung tersumbat.