Sebuah rumah sakit tipe C dengan jumlah tempat tidur 70 buah
dan jumlah pasien rawat jalan tiap hari 150 paseien. Rumah sakit ini memiliki instalasi farmasi dengan 2 apoteker dan 5 tenaga kerja kefarmasian. Analisis pengelolaan obat yang telah di lakukan : a. tahap seleksi Kesesuaian item obat dengan DOEN 11% b. tahap pengadaan Presentase anggaran untuk rumah sakit untuk obat yaitu 75% Interval pengadaan obat 9x dalam setahun apabila dianalisis dengan ROI 12x. Frekuensi ketidak cocokan fraktur 0,36% LANJUTAN c. tahap distribusi Kecocokan obat dengan kartu stok 43% Nilai obat yang kadaluarsa dan rusak 0,25% d. tahap penggunaan Rata-rata untuk melayani resep racikan 25 menit dan non racikan 20 menit Presentasi obat yang tidak dilayani 2% Soal jelaskan permasalahan pengelolaan obat di instalasi farmasi rumah sakit tipe tersebut ditinjau dari masing masing tahap. PEMBAHASAN Tahap seleksi Kesesuaian item obat dengan DOEN 11% Angka tersebut masih terlalu rendah dan terlalu jauh jika dibandingkan dengan standar yaitu 76%. Dampaknya adalah kurang tepat dalam menggunakan dana, karna dana tersebut dapat digunakan untuk obat yang lain yang lebih sering digunakan oleh pasien. Dan dapat membuat kerugian kepada rumah sakit itu sendiri. Solusi yang dapat diberikan adalah dengan saling bekerjasama antara dokter dan tenaga farmasi untuk dapat mengeluarkan obat-obat yang telah tertera oleh formularium rumah sakit. Tahap pengadaan Presentase anggaran untuk rumah sakit untuk obat yaitu 75% Dengan presentase 75% untuk anggaran pembelian obat kami rasa itu kurang tinggi dikarenakan sebagaian besar pendapatan rumah sakit adalah dari instalasi farmasi atau dari obat yang pasien gunakan. Dan ditakutkan tidak maksimal dalam pengadaan obat untuk pasien jika dana yang tersedia nanti kurang. Interval pengadaan obat 9x dalam setahun apabila dianalisis dengan ROI 12x. Frekuensi ketidak cocokan fraktur 0,36% Angka 0,36% dapat dibilang rendah karena ini menandakan bahwa ketidak cocokan fraktur itu sangat sedikit. Dan ini termasuk sudah baik walaupun yang diharuskan kecocokan fraktur itu adalah 100%. Hal ini bias saja terjadi karena beberapa faktor tertentu. Tahap distribusi Kecocokan obat dengan kartu stok 43% Presentase kecocokan obat ini sangat rendah karna seharusnya kecocokan obat dengan kartu stok adalah 100%. Hal ini bias saja dipengaruhi dari : Kurangnya pengawasan petugas gudang Kurang telitinya pegawai gudang Lupa tidak mencatat di kartu stok barang yang telah diambil dari gudang untuk pelayanan farmasi. Nilai obat yang kadaluarsa dan rusak 0,25% Presentase 0,25% sebenarnya tidak terlalu tinggi karna biasanya dalam rumah sakit akan ada saja obat yang kadaluarsa, tetapi kita juga dapat memperkecil lagi prosentase tersebut dengan cara : Petugas harus lebih teliti lagi ketika menerima barang dan mengecek tanggal kadaluarsa apakah masih lama atau tidak. Bias jadi obat yang kadaluarsa ini adalah obat yang jarang dipakai jadi lebih baik dalam pengadaan obat tersebut lebih diperkecil lagi. Tidak diberlakukannya sistem FIFO atau FEFO Meningkatkan waktu stok opname Tahap penggunaan Rata-rata untuk melayani resep racikan 25menit dan non racikan 20 menit Di lihat dari studi kasus ini, waktu yang digunakan sudah cukup baik dan tidak melebihi dari standar dimana dalam standar untuk waktu resep racikan adalah 30-60 menit dan untuk resep non racikan adalah 30 menit. Presentasi obat yang tidak dilayani 2% Hasil ini tidak terlalu besar karena resep yang dilayani adalah 98% tidak terlalu jauh dari standar yang seharusnya 100%. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, karna ketidak telitian tenaga kefarmasian dalam melayani resep atau bisa karena resep itu tertutupi oleh obat obat yang lain. bagaimana pengendalian obat yang harus diterapkan Petugas harus mengetahui obat mana yang paling dibutuhkan dalam instalasi farmasi, supaya ketersediaan obat itu tetap ada dan dana yang digunakan tidak terbuang percuma. Menerapkan FIFO dan FEFO serta pencatatan dan stok opname secara rutin untuk menghindari kadaluarsa obat dan kerugian rumah sakit