Kelompok 13
inveksi virus adalah kondisi ketika virus masuk kedalam tubuh seseorang,
kemudian menyerang sel tubuh dan berkembang biak. Infeksi virus menular dari
orang ke orang, contohnya : flu, herpes, dan HIV.sedangkan beberapa jenis infeksi
virus lain menular melalui gigitan hewan atau benda yang terkontaminasi virus
Penggolongan obat antivirus:
1. Asiklovir
• Indikasi: Infeksi HSV-1 dan HSV-2 baik loksl maupun sistemik (keratitis, herpetik ensefalitis, herpes
genetalia, hepes neonatal, dan herpeslabialis) dan infeksi VZV (Varisela dan herpes zoster).
Dengan dosis yang lebih tinggi
• Efek samping
mual, diare, ruam, sakit kepala, sangat ngantuk
• Kontra indikasi
pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap asiklovir atau valasiklovir
• Interaksi obat
pemberian bersamaan dengan obat nefrotoksik lainnya (seperti amfoterisin B, neomisin, atau
siklosporin) meningkat kan resiko nefrotoksisitas.
Probenecid dan cimetidine menurunkan eliminasi asiklovir diduga akibat kompetisi dengan reseptor
pada tubulus ginjal.
• Indikasi: valasiklofir terbukti efektif dalam terapi infeksi yang disebabkan oleh virus
herpes simplek, virus varicella-zoster dan sebagian profilaksis terhadap penyakit yang
disebabkan sitomegalovirus.
• Dosis: untuk herpes genital peroral 2x sehari 500 mg tablet selama 10 hari. Untuk herpes
zoster 3x sehari 2 tablet 500 mg selama 7 hari.
• Kontra indikasi: memiliki riwayat hipersensitivitas atau alergi terhadap asiklovir atau
valasiklovir
• Interaksi obat: meningkatkan risiko kerusakan ginjal dengan adanya obat nefrotoksi
seperti aminoglikosida komponen organoplatinum, methotrexate, pentamidine,
ciclosporin, tarcolimus yang mengandung iodin.
3. Gancyclofir
• Efek samping : berkeringat, menurunnya kemampuan pengecapan, dan kehilangan nafsu makan
• Kontra indikasi : pasien yang hipersensitif terhadap obat ini, hamil dan laktasi, serta pasien dengan nilai
absolut <500 sel/micrometer
• Interaksi obat : kejang jika digunakan dengan imipenemcilastatin, peningkatan risiko munculnya efek
samping gancyclofir bila digunakan dengan probenecid, risiko keracunan obat jika digunakan dengan
pyrimethamine, amphotericin B, atau cotrimoxazole
4. Famcyclofir
• Indikasi : herpes genital, herpes simplex, herpes zoster, dan herpes simplex labialis.
• Dosisi :
Herpes genital : 250 mg secara oral 3x sehari selama 7-10 hari
Herpes simplex : 500 mg secara oral 2x sehari selama 7 hari
Herpes zoster : 500 mg secara oral setiap 8 jam selama 7 hari
Herpes simplex liabialis : 1500 m secara oral sebagai dosis tunggal
• Mekanisme kerja : -
• Kontra indikasi : -
• Interaksi obat : menurunkan ekskresi famcyclofir sehingga meningkatkan kadar famcyclofir dalam
darah.
5. Trifluridin
• Dosis : orang dewasa dan anak usia 6 th dan lebih tua 1 tetes setiap 2 jam
• Mekanisme kerja : menghambat timidilat sinteta secara irreversible dan merupakan penghambat
kompetettif dari trimidin trifosfat yg akan bergabung ke DNA oleh DNA polymerase
• Kontra indikasi : -
• Interaksi obat : -
6. Foskarnet
• Indikasi : retinitis sitomegalik pada pasien penderita HIV retinitis (radang retina)
• Dosis : obat ini tersedia dlm bentuk larutan dgn kadar 24 mg/ml dalam botol berisi 250 dan 500 ml
• Mekanisme kerja : menghambat polimerase DNA dan RNA secara reversibel yg mengakhiri perpanjanan rantai virus
• Dosis : (dewasa) 100 mg diminum 2x sehari selama 7 hari. (anak-anak) 5 mg/kg diminum 1x sehari
• Mekanisme kerja: akan bertindak sebagai antivirus yang bertugas mencegah serta membasmi
perkembangan virus.
• Efek samping: mulut kering, insomnia, pusing, sakit kepala, kecemasa, dan sulit berkonsentrasi.
• Kontra indikasi: -
• Interaksi obat: -
2. Oseltamivir
• Indikasi: terapi dan pencegahan infeksi virus influenza A misalnya flu burung) atau B
• Mekanisme kerja :-
• Efek samping: Zanamifir umumnya ditoleransi dengan baik, ES yang dilaporkan batuk bronkospame
dan penurunan fungsi paru reversibel. ES oseltamivir yaitu mual, muntah, nyeri abdomen, dan sakit
kepala.
• Kontra indikasi: -
• Interaksi obat : amoxicillin karena bias menurunkan efektivitas kedua obat dan probenecid karena
bias meningkatkan kadar oseltamivir di dalam darah
3. Zanamifir
• Dosis : gunakan 1 dosis ( 2 kemasan gelembung bubuk 10 mg) per 12 jam selama 5 hari. Khusus
hari pertama gunakan 2 dosis dengan jeda antar dosis minimal 2 jam
• Mekanisme kerja : obat ini berkerja dengan cara menghentikan sekaligus menghambat penyebaran
virus influenza dari sel terinfeksi ke sel lain yang sehat.
• Efek samping : Zanamifir umumnya ditoleransi dengan baik, ES yang dilaporkan batuk
bronkospame dan penurunan fungsi paru reversibel. ES oseltamivir yaitu mual, muntah, nyeri
abdomen, dan sakit kepala.
• Kontra indikasi:-
• Interaksi obat : obat zanamivir akan mengurangi efektivitas kerja vaksin bila digunakan bersamaan
dengan obat lain.
C. Anti virus untuk HBV dan HCV
1. Lamivudin
• Kontra indikasi :
• Interaksi obat : trimethoprim dapat menurunkan pembuangan lamivudine sehingga menumpuk dalam
darah dan zidovudine beresiko menyebabkan amnesia
2. Entekavir
• Kontra indikasi:-
• Interaksi obat: meningkatkan kadar entekavir dalam darah, jika digunakan dengan ciclosporin atau
taclorimus, meningkatkan kadar entekavirdalam darah jika digunakan dengan amikacin, cisplatin,
kanamycin, lithium atau ibuprofen.
Penggolongan obat
2. Antiretrovirus
1) Zidovudin
Mekanisme kerja : Target zidovudin adalah enzim reverse transcriptase (RT) HIV. Zidovudin bekerja dengan cara menghambat enzim reverse transcriptasevirus, setelah
gugus asidotimidin (AZT) pada zidovudin mengalami fosforilasi. Gugus AZT 5’- mono fosfat akan bergabung pada ujung 3’ rantai DNA virus dan menghambat reaksi
reverse transcriptase
Resistensi : Resistensi terhadap zidovudin disebabkan oleh mutasi pada enzimreverse transcriptase. Terdapat laporan resisitensi silang dengan analognukleosida lainnya.
Indikasi Obat : Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya(sepertilamivudin dan abakafir).
Dosis : Zidovudin tersedia dalam bentuk kapsul 100 mg, tablet 300 mg dansirup 5 mg /5ml disi peroral 600 mg / hari.
Mekanisme kerja : Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikanpembentukan rantai
DNA virus.
Dosis : Tablet & kapsul salut enteric peroral 400 mg / hari dalam dosistunngal atau terbagi.
Tenofovir Disoproksil
Mekanisme kerja : Bekerja pada HIV RT ( dan HBV RT ) dengan cara menghentikanpembentukan rantai DNA virus.
Indikasi : Infeksi HIV dalam kombinasi dengan evafirens, tidak bolehdikombinasi dengan lamifudin dan abakafir
1) Nevirapin
Mekanisme kerja : Bekerja pada situs alosterik tempat ikatan non subtract HIV-1 RT
Indikasi : Infeksi HIV-1 dalam kombinasi dengan anti-HIV, lainnya terutama NRTI.
Dosis : Per oral 200mg / hari selama 14 hari pertama ( satu tablet 200mgper hari ), kemudian 400mg / hari ( 2 x 200 mg tablet)
Efek samping : Ruam, demam, fatigue, sakit kepala, somnolens dan peningkatan enzim hati
2)Delavirdin
Mekanisme kerja : Sama dengan devirapin.
Resistensi : Disebabkan oleh mutasi pada RT. Tidak ada resistensi silangdengan nefirapin dan
efavirens.
Indikasi : Infeksi HIV-1, dikombinasi dengan anti HIV lainnya terutama NRTI.
Dosis : Per oral 1200mg / hari ( 2 tablet 200mg 3 x sehari ) dan tersediadalam bentuk tablet 100mg
1) Sakuinavir
Mekanisme kerja : Sakuinavir bekerja pada tahap transisi merupakan HIV proteasepeptidomimetic inhibitor.
Resistensi : Terhadap sakuinavir disebabkan oleh mutasi pada enzim proteaseterjadi resistensi silang dengan PI).
Indikasi : Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lain ( NRTI danbeberapa PI seperti ritonavir)
Dosis : Per oral 3600mg / hari (6 kapsul 200mg soft kapsul 3 X sehari )atau 1800mg / hari (3 hard gel capsule 3 X
sehari), diberikan bersamadengan makanan atau sampai dengan 2 jam setelah makan lengkap
Resistensi : Terhadap ritonavir disebabkan oleh mutasi awal pada protease kodon 82
Indikasi : Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya (NRTI dan PIseperti
sakuinavir )
Dosis : Per oral 1200mg / hari (6 kapsul 100mg, 2 X sehari bersamadengan makanan )
Enfurtid
Mekanisme kerja : Menghambat masuknya HIV-1 ke dalam sel dengan caramenghanbat fusi virus ke membrane sel.
Resistensi : Perubahan genotif pada gp41 asam amino 36-45 menyebabkanresistensi terhadap enfuvirtid, tidak ada resistensi
silang dengan anti HIVgolongan lain.
Dosis : Enfurtid 90 mg (1ml) 2 kali ssehari diinjeksikan subkutan denganlengan atas bagian paha enterior atau abdomen.
Efek samping : Adanya reaksi local seperti nyeri, eritema, proritus, iritasi dan nodulatau kista.
Anti jamur
• Mekanisme kerja: obat ini bekerja berikatan dengan membran sel jamur atau ragi yang sensitive. Integrasi
dengan sterol-sterol membrane sel jamur atau ragi sensitive. Intergrasi dengan sterol-sterol membrane sel
membentuk pori-pori sehingga membrane sel jamur lebih permiabel terhadap molekul-molekul yang
kecil.
• Efek samping: demam, sakit kepala, mual, turun berat badan, muntah, lemas, diare, nyeri otot dan sendi,
kembung, nyeri ulu hati, gangguan ginjal, kelainan darah, nyeri dan memar pada tempat suntikan.
• Kontra indikasi: gangguan fungsi ginjal, kehamilan dan menyusui
• Interaksi obat: peningkatan risiko terjadinya efek samping pada ginjal jika digunakan
bersama cidofovir, cyclosporine, dan telcoplanin.
2. Nistatin
• Indikasi : Candidiasis mulu, Candidiasis usus, Candidiasis vagina, Infeksi jamur kulit
• Dosis :
Candidiasis mulu : (dewasa)100.000 unit 4x sehari . (Anak-anak) 100.000 unit 1x sehari *suspensi
Candidiasis usus : (dewasa) 500.000-1.000.000 unit 3-4x sehari. (anak-anak) 100.000 unit 4x sehari
*suspensi
Candidiasis vagina : oleskan 100.000-200.000 unit selama 14 hari *tablet vagina
Infeksi jamur kulit : oleskan 100.000 unit 2-4x sehari *salep
• Mekanisme kerja :
• Efek samping : iritasi pada mulut, kulit atau vagina dan mual, muntah
• Kontra indikasi :
• Interaksi obat : nistatin menyebabkan interaksi ringan bila digunakan bersamaan denga produk ragi
yg dihasilkan dari saccharomyces cerevisiae
Imidazol
1. mikonazol
• Indikasi : mengobati infeksi jamur pada kulit dan mulut
• Dosis :
candidiasis mulut: oral gel yg mengandung 20mg/g (2,5 ml 4x sehari).
Infeksi jamur kulit :krim, salep, atau bedak mengandung 2% mikonazol (oleskan 2x sehari 2-6
minggu)
• Mekanisme kerja :
• Efek samping : krim atau salep (iritasi kulit). Oral gel (sakit kepala, mulut kering, perubahan rasa
dilidah)
• Kontra indikasi :
• Interaksi obat : meningkatkan risiko gangguan irama jantung jika digunakan bersama dg cisapride
dan terfenadine dan meingkatkan resiko pendarahan dari warfarin
2. Ketokonazol
• Mekanisme kerja : ketokonazol masuk kedalam sel jamur dan menimbulkan kerusakan pada dinding sel,
• Interaksi :menurunkan kadar ketokonazol dalam darah, jika digunakan bersama rifampicin, isoniazid,
efavirenz, nevirapine, dan phenytoin
3. Klotrimazol
• Indikasi : mengobati infeksi jamur pd kulit, liang telinga, dan vagina
• Dosis :
infeksi jamur pd kulit (oleskan klotrimazol 1% 2-3 kali sehari selama 2-4 minggu.
Otitis eksterna (gunakan larutan 1% dng dosis anjuran dokter).
Candidiasis vaginalis (masukkan tablet kedalam vagina dg pilihan dosisi 100mg/hari selama 6 hari,
200mg/hari selama 3 hari, 500 mg utk sekali penggunaan.
• Mekanisme kerja :
• Efek samping : iritasi dan gatal, nyeri pda vagina dan uretra, kram pd perut bagian bawah
• Kontra indikasi : -
• Interaksi obat : hindari penggunaan klotrimazol bersama dg nystatin atau ampoterisin B untk
mencegah timbulnya efek yg berlawanan.
Triazol
1. flukonazol
• Indikasi : Cryptococcal meningitis dan candidiasis sistemik, Superficial mucosal candidiasis, jamur kulit, panu,
dan candida balangitis (penis) dan vaginal candidiasis
• Dosis :
Cryptococcal meningitis dan candidiasis sistemik : 200-400 mg sekali sehari
Superficial mucosal candidiasis : 100-500 mg sekali sehari
Jamur kulit dan panu : 50 mg 1x sehari selama 6 minggu
candida balangitis (penis) dan vaginal candidiasis : 150 mg dosis tunggal
• Mekanisme kerja :
• Kontra indikasi : akan terjadi kontra indikasi bila diberikan pada penderita yang sensitive terhadap derivate
triazol
• Interaksi obat : kadar flukonazol dalam darah dapat meningkat 40% jika digunakan dengan
hydrochlorothiazide, flukonazol dapat meningkatkan risiko aritmia jika digunakan dengan cisapride dan
erythromycin
2. Itrakonazol
• Indikasi : tinae cruris, panu, infeksi jamur dalam aliran darah, candidiasis mulut dan tenggorokan, candidiasis
vagina, infeksi jamur kuku, dan infeksi jamur pada tangan atau kaki
• Dosis :
Tinae cruris : 100 mg per hari selama 15 hari atau 200 mg perhari selama 7 hari
Panu : 200 mg perhari selama 7 hari
Infeksi jamur dalam aliran darah : 100-200 mg 1x seharin
Candidiasis mulut dan tenggorokan : 100 mg perhari selama 15 hari
Candidiasis vagina : 200 mg 2x sehari
Infeksi jamur kuku : 200 mg perhari selama 3 bulan
Infeksi jamur pada tangan atau kaki : 100 mg perhari selama 30 hari atau 200 mg 2x sehari selama 7 hari
• Mekanisme kerja :
• Efek samping : mual, lesu, kulit kemerahan pusing, nafsu makan menurun
• Interaksi : itraconazole bias meningkatkan kadar Sejumlah obat dalam darah, seperti alprazolam, antikoagulan,
cilostazol. Dan meningkatkan efek inotropik negative, yaitu efek melemaskan otot jantung dari obat verapamil
Flusitosin
• Indikasi : infeksi saluran kemih, candidemia
• Dosis :
Infeksi saluran kemih : 50-150 mg/kg/hari secara oral setiap 6 jam
Candidemia : 100 mg/ kg/ hari secara oral
• Mekanisme kerja : flusitosin masuk kedalam sel jamur dengan bantuan sitosin deaminase menjadi dan dalam
sitoplasma akan bergabung dengan RNA setelah mengalami deaminasi menjadi 5-fluorourasil dan fosforilasi.
Sintesis protein sel jamur terganggu akibat penghambatan langsung sintesis DNA oleh metabolit fluorourasil.
Keadaan ini tidak terjadi pada sel mamalia karena dalam tubuh mamalia flusitosin tidak diubah menjadi
fluorourasil.
• Efek samping: mati rasa atau kesemutan, sedikit atau tidak ada urin, mulut kering, dan sakit
kepala.
Interaksi obat: flusitosine dapat meningkatkan toksisitas amfoterisin B dan sebaliknya, meskipun kondisi tersebut
dapat menyelamatkan jiwa.
Griseofulvin
• Indikasi : infeksi jamur kulit kepala dan infeksi jamur kuku tangan
• Dosis :
Infeksi jamur kulit kepala (tinea capitis) : 0,5-1 g 1x sehari selama 2-8 minggu
Infeksi jamur kuku tangan : 0,5-1 g 1x sehari selama 6 bulan atau kuku kaki hingga 1 tahun
• Efek samping : reaksi alergi : demam, insomnia, nyeri ulu hati dan ruam kulit
• Dosis :
Tinea cruris : sediaan tablet 250 mg tab perhari selama 2-4 minggu. Sediaan krim 1% oleskan sebnyak 1-2x
sehari selama -2 minggu
Tinea corporis : sediaan tablet 250 mg tab perhari selama 2-6 minggu. Sediaan krim 1% oleskan sebnyak 1-2x
sehari selama 1-2 minggu
Tinea pedis : sediaan tablet 250 mg tab perhari selama 6-12 minggu. Sediaan krim 1% oleskan sebnyak 1-2x
sehari selama 1 minggu
• Kontra indikasi : jangn mengonsumsi jika anda mempunyai hipersensitivasi, penyakit hati kronis atau aktif,
laktsi atau menyususi
• Interaksi obat : dapat menurunkan penyerapan terbinafine bila dikonsumsi bersama rifampicin.
Anti amuba
Amuba adalah jenis organisme uniseluler / bersel satu yg biasanya ditemukan
dalam air sekitar vegetasi yg membusuk, di tanah basah dan hewan seperti
manusia.
1. Metronidazol
2. Kotrimoksazol
3. suramin
1. Metronidazol
• Indikasi :infeksi bakteri, vaginosis bakterialis, trikomoniasis, amebiasis, infeksi gardnerella, dan clostridium difficile
colitis
• Dosis :
Infeksi bakteri (7.5 mg/KgBB, per6 jam sekali, selama 7-10 hari).
Vaginosis bakterialis (obat minym 500 mg, sebanyak 2x sehari salama 7 hari).
Trikomoniasis (* 250 mg tiap 8 jam sekali selama 7 hari. *2 g obat dosis tunggal. *1 g tablet/kapsul per 12 jam sekali
selama 2 hari).
Amebiasis (*dewasa 500-750 mg tiap 8 jam sekali selama 5-10 hari, *anak-anak 35-50 mg/KgBB tiap 8 jam sekali
selama 10 hari).
Infeksi Gardnerella (kapsul 500 mg per 12 jam sekali).
Clostridium Difficile Colitis (30 mg/KgBB tiap 6 jam sekali selama 7-10 hari)
• Kontra indikasi : hipersensitif, hindarkan penggunaan dosis besar pada wanita hamil dan menyusui
• Interaksi obat : menurunkan efektivitas metronidazole jika digunakan dg phenobarbital, meningkatkan efek samping dari
metronidazole jika digunakan dgn cimetidine.
2. Kontrimoksazol
• Indikasi : Bronkitis kronis, otitis media akut, Infeksi saluran kemih, Pneumonia pneumocystis
• Dosis :
Bronkitis kronis, otitis media akut : 960 (800 mg sulfamethoxazole dan 160nmg trimethoprim) 2x sehari
Infeksi saluran kemih : 480 mg 2x sehari
Pneumonia pneumocystis : 120 g/kg perhari terbagi dalam 2-4 jadwal konsumsi selama 14-21 hari
• Mekanisme kerja : obat ini berkerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri didalam tubuh
• Interaksi obat : menyebabkan terganggunya fungsi ginjal jika digunakan bersama ciclosporin pada pasien
transplantasi ginjal dan berpotensi menyebabkan urine menjadi keruh, jika konsumsi dengan diuretik
5. Suramin
• Indikasi : onchocerciasis dan penyakit lain yang disebabkan oleh trypanosome dan cacing
• Dosis :
Trypanosimiasis : 1 gram IV pada hari 1,3,7,14,21
TB gambianses : 10 mg/kg IV setiap 5 hari dengan total 12 suntikan
• Kontraindikasi : hipersensitif
Anti antelmintik
Antelmintika atau obat cacing (Yunani anti = lawan, helmintes =
cacing) adalah obat yang dapat memusnahkan cacing dalam tubuh
manusia dan hewan. Dalam istilah ini termasuk semua zat yang bekerja
lokal menghalau cacing dari saluran cerna maupun obatobat sistemik
yang membasmi cacing serta larvanya, yang menghinggapi organ dan
jaringan tubuh
Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan
menjangkiti lebih dari 2 miliar manusia diseluruh dunia. Infeksi cacing biasanya
terdapat pada :
Pada manuasia, cacing parasite berada disaluran pencernaan atau mempunyai
siklus hidup yang kompleks berpindah diseluruh tubuh manusia.
Siklus hidup cacing sangat tergantung pada koordinasi neuromaskular, energy
yang di produksi dan integritas mikrotubulus.
Pembagian antelmintik didasarkan pada jenis cacing parasit
Terdapat tiga golongan cacing yang menyerang manusia yaitu
1. Nematoda (cacing gelang)
2. Trematoda (flukes)
3. Cestoda (cacing pita)
Penggolongan obat
1. Mebendazol
2. Tiabendazol
3. Piperazin
4. Dietilkarbamazin
5. Prazikuantel
1. Mebendazol
• Indikasi : cacing kremi, ascariasis., trichuriasis, cutaneous larva migrans
• Dosis :
Cacing kremi (enterobiasis) :100 mg dosis tunggal
ascariasis., trichuriasis, cutaneous larva migrans : 100mg 2x sehari selama 3 hari
berturut-turut atau 500 mg 1x dosis
• Mekanisme kerja :
• Efek samping : sakit kepala, mual, muntah, rasa kantuk, gatal, dan demam
2. Tiabendazol
• Indikasi : Cutaneus larva migran, Strongylodiasis, Ascariasis, trichostrongyliasis, trichuriasis,
Trichinosis, Toxocariasis, dan Drancunculiasis
• Dosis :
Cutaneus larva migran : 2x25 mg/kgBB/ hari selama 2 hari
Strongylodiasis : 25 mg/kgBB selama 2-3 hari
Ascariasis, trichostrongyliasis, trichuriasis : 2x25 mg/kgBB selama 2 hari bertrut-turut
Trichinosis : 2x25 mg/kgBB selama 2-4 hari
Toxocariasis : 2x25 mg/kgBB selama 5-7 hari
Drancunculiasis : 2x25-50 mg/kgBB
• Mekanisme kerja : Obar dihidroksilasi dalam hati dan dikeluarkan dalam urine
• Efek samping : pusing, tidak mau makan, mual dan muntah.
• Kontra indikasi : infeksi cacing campuran yang melibatkan ascaris lumbricoides
• Interaksi obat : kadar kafein, teofilin, dan melatonin dalam darah dapt meningkat
bila digunakan bersamaan tiabendazole dan peningkatan efek antikoagulan bila
digunakan bersamaan dengan coumarin
3. Piperazin
• Mekanisme kerja : dengan cara melumpuhkan cacing, agar kemudian bias dikeluarkan bersama fases
• Efek samping : kesemutan, demam, nyeri sendi, ruam kulit atau gatal
• Kontraindikasi : jangan menggunakan obat ini jika anda mempunyai kondisi medis seperti gangguan
ginjal berat, epilepsy, dan kehamilan
• Interaksi obat : dapat terjadi interaksi berlawanan jika dikonsumsi bersama sengan pirateral dan
dapat menyebabkan efek ekstrapiramidal bila digunakan bersama chlopormazine dan fenotiazin
4. Dietilkarbamazin
• Indikasi : Kaki gajah loiasis dan oncjocerciasis, Toxocariasis, Tropical pulmonary eosinophilia,
Mansonelliasis yg disebabkan oleh jamur streptocerca
• Dosis :
Kaki gajah loiasis dan oncjocerciasis : 2-3 mg/kgbB 3x sehari
Toxocariasis : 1 mg/kgBB dosis dapat ditingakat secara bertahan dalam 3 hari menjadi 6 mg/kgBB
selama 3 minggu
Tropical pulmonary eosinophilia : 6 mg/kgBb 3x sehari selama 14 hari
Mansonelliasis yg disebabkan oleh jamur streptocerca : g mg setiap hari selama 14 hari
• Efek samping : demam, ruam pada kulit, mual dan muntah, menggigil
5. Prazikuantel
• Indikasi : Schistosomiasis, Clonorchiasis, opisthorchiasis
• Dosis :
Schistosomiasis : 20 mg/kgBB tiap 4-6 jam y terbagi dalam 3 dosis atau 40-60 mg/kgBB sbg dosis tunggal
Clonorchiasis, opisthorchiasis : 25 mg/kgBB sebanyak 3x sehari dgn jarak konsumsi 4-6 jam atau 40
mg/kgBB sbg dosis tunggal selama 1-2 hari
• Mekanisme kerja : Permeabilitas membrane sel terhadap kalsium meningkat menyebabkan parasite
mengalami kontraktur dan paralisis. Prazikuantel mudah diabsorbsi pada pemberian oral dan tersebar sampai
ke cairan serebrospinal. Kadar yang tinggi dapat dijumpai dalam empedu. Obat dimetabolisme secara
oksidatif dengan sempurna, meyebabkan waktu paruh menjadi pendek. Metabolit tidak aktif dan dikeluarkan
melalui urin dan empedu
• Efek samping : Mengantuk, pusing, lesu, tidak mau makan dan gangguan pencernaan
• Kontra indikasi :Obat ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau menyusui.
• Prazikuantel tidak boleh diberikan untuk mengobati sistiserkosis mata karena penghancuran
organisme dalam mata dapat merusak mata
• Interaksi obat :reaksi obat yangterjadi akibat peningkatan metabolisme telah dilaporkan jika
diberikan bersamaan deksametason, fenitoin, dan karbamazepin, simetidin yang dikenal
menghambat isozim sitokrom P-450, menyebabkan peningkatan kadar prazikuantel.