Anda di halaman 1dari 51

Anti virus, anti jamur, anti

amuba/protozoa, & antelmintik

Kelompok 13

Fina Isfiana (12119010)

Riska Racmah Dewi (12119027)


Anti virus

A. Pengertian obat anti virus


obat anti virus adalah golongan obat yang digunakan untuk menangani penyakit-
penyakit yang disebabkan infeksi virus. Obat anti virus bekerja dengan cara mematikan
serangan virus, menghambat, serta membatasi reproduksi virus didalam tubuh.

B. Pengertian infeksi virus

inveksi virus adalah kondisi ketika virus masuk kedalam tubuh seseorang,
kemudian menyerang sel tubuh dan berkembang biak. Infeksi virus menular dari
orang ke orang, contohnya : flu, herpes, dan HIV.sedangkan beberapa jenis infeksi
virus lain menular melalui gigitan hewan atau benda yang terkontaminasi virus
Penggolongan obat antivirus:

Klasifikasi pembahasan obat antivirus adalah sebagai berikut :


1. Antinonretrovirus
a. Antivirus untuk herpes
b. Antivirus untuk influenza
c. Antivirus untuk HBV dan HCV

2. Antiretrovirus (Antivirus untuk HIV)


b. Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI)
b. Nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NtRTI)
c. Non- Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI)
d. Protease inhibitor (PI)e. Viral entry inhibitor
Penggolongan obat
1. Anti-non-retrovirus

A. Antivirus untuk herpes

Obat ini efektif terhadap virus, berkerja selama fase


akut infeksi virus dan tidak memberikan efek pada
fase lain.

1. Asiklovir

• Indikasi: Infeksi HSV-1 dan HSV-2 baik loksl maupun sistemik (keratitis, herpetik ensefalitis, herpes
genetalia, hepes neonatal, dan herpeslabialis) dan infeksi VZV (Varisela dan herpes zoster).
Dengan dosis yang lebih tinggi

• Dosis: herpes genital : 5 x 200 mg sehari


herpes zoster : 4 x 400 mg sehari
keratitis herpetic : krim opthalmik 3%
herpes labialis : krim 2%
HSV berat dan infeksi HZV : intravena 30 mg/kgBB perhari
• Mekanisme kerja
menghambat secara kompetitif dan menginaktivasi Dna polymerase HSV yang akhirnya mencegah
sintesis DNA virus tanpa mempengaruhi proses sintesis pada sel normal (pasien)

• Efek samping
mual, diare, ruam, sakit kepala, sangat ngantuk

• Kontra indikasi
pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap asiklovir atau valasiklovir

• Interaksi obat
pemberian bersamaan dengan obat nefrotoksik lainnya (seperti amfoterisin B, neomisin, atau
siklosporin) meningkat kan resiko nefrotoksisitas.

Probenecid dan cimetidine menurunkan eliminasi asiklovir diduga akibat kompetisi dengan reseptor
pada tubulus ginjal.

Pemberian bersamaan dengan zidovudine dapat menyebabkan somnolen.


2. Valasiklovir

• Indikasi: valasiklofir terbukti efektif dalam terapi infeksi yang disebabkan oleh virus
herpes simplek, virus varicella-zoster dan sebagian profilaksis terhadap penyakit yang
disebabkan sitomegalovirus.

• Dosis: untuk herpes genital peroral 2x sehari 500 mg tablet selama 10 hari. Untuk herpes
zoster 3x sehari 2 tablet 500 mg selama 7 hari.

• Mekanisme kerja: sama dengan asiklovir

• Efek samping: mual, diare, ruam, sakit kepala,

• Kontra indikasi: memiliki riwayat hipersensitivitas atau alergi terhadap asiklovir atau
valasiklovir

• Interaksi obat: meningkatkan risiko kerusakan ginjal dengan adanya obat nefrotoksi
seperti aminoglikosida komponen organoplatinum, methotrexate, pentamidine,
ciclosporin, tarcolimus yang mengandung iodin.
3. Gancyclofir

• Indikasi :infeksi cytomegalovirus,

• Dosis : 5 mg/kg BB, tiap jam sekali selama 14-21 hari.

• Mekanisme kerja : memperlambat partumbuhan dan penyebaran cytomegalovirus

• Efek samping : berkeringat, menurunnya kemampuan pengecapan, dan kehilangan nafsu makan

• Kontra indikasi : pasien yang hipersensitif terhadap obat ini, hamil dan laktasi, serta pasien dengan nilai
absolut <500 sel/micrometer

• Interaksi obat : kejang jika digunakan dengan imipenemcilastatin, peningkatan risiko munculnya efek
samping gancyclofir bila digunakan dengan probenecid, risiko keracunan obat jika digunakan dengan
pyrimethamine, amphotericin B, atau cotrimoxazole
4. Famcyclofir

• Indikasi : herpes genital, herpes simplex, herpes zoster, dan herpes simplex labialis.

• Dosisi :
 Herpes genital : 250 mg secara oral 3x sehari selama 7-10 hari
 Herpes simplex : 500 mg secara oral 2x sehari selama 7 hari
 Herpes zoster : 500 mg secara oral setiap 8 jam selama 7 hari
 Herpes simplex liabialis : 1500 m secara oral sebagai dosis tunggal

• Mekanisme kerja : -

• Efek samping : pusing, mengantuk, gatal ringan atau ruam kulit

• Kontra indikasi : -

• Interaksi obat : menurunkan ekskresi famcyclofir sehingga meningkatkan kadar famcyclofir dalam
darah.
5. Trifluridin

• Indikasi : HSV keratitis

• Dosis : orang dewasa dan anak usia 6 th dan lebih tua 1 tetes setiap 2 jam

• Mekanisme kerja : menghambat timidilat sinteta secara irreversible dan merupakan penghambat
kompetettif dari trimidin trifosfat yg akan bergabung ke DNA oleh DNA polymerase

• Efek samping : merasa tdk nyaman saat penetesan obat

• Kontra indikasi : -

• Interaksi obat : -
6. Foskarnet

• Indikasi : retinitis sitomegalik pada pasien penderita HIV retinitis (radang retina)
• Dosis : obat ini tersedia dlm bentuk larutan dgn kadar 24 mg/ml dalam botol berisi 250 dan 500 ml

• Mekanisme kerja : menghambat polimerase DNA dan RNA secara reversibel yg mengakhiri perpanjanan rantai virus

• Efek samping : anemia, mual, dan demam


• Kontra indikasi : -
• Interaksi obat : -
B. Antivirus untuk influenza
Pengobatan untuk infeksi antivirus pada
saluran pernafasan termasuk influenza tipe A
& B, virus sinsitial pernapasan (RSV)

1. Amantadin dan Rimantadin

• Indikasi : pencegahan dan terapi infeksi virus influenza A

• Dosis : (dewasa) 100 mg diminum 2x sehari selama 7 hari. (anak-anak) 5 mg/kg diminum 1x sehari

• Mekanisme kerja: akan bertindak sebagai antivirus yang bertugas mencegah serta membasmi
perkembangan virus.

• Efek samping: mulut kering, insomnia, pusing, sakit kepala, kecemasa, dan sulit berkonsentrasi.
• Kontra indikasi: -
• Interaksi obat: -
2. Oseltamivir

• Indikasi: terapi dan pencegahan infeksi virus influenza A misalnya flu burung) atau B

• Dosis: 75 mg 2x sehari selama 5 hari

• Mekanisme kerja :-

• Efek samping: Zanamifir umumnya ditoleransi dengan baik, ES yang dilaporkan batuk bronkospame
dan penurunan fungsi paru reversibel. ES oseltamivir yaitu mual, muntah, nyeri abdomen, dan sakit
kepala.

• Kontra indikasi: -

• Interaksi obat : amoxicillin karena bias menurunkan efektivitas kedua obat dan probenecid karena
bias meningkatkan kadar oseltamivir di dalam darah
3. Zanamifir

• Indikasi : untuk mengobati influenza

• Dosis : gunakan 1 dosis ( 2 kemasan gelembung bubuk 10 mg) per 12 jam selama 5 hari. Khusus
hari pertama gunakan 2 dosis dengan jeda antar dosis minimal 2 jam

• Mekanisme kerja : obat ini berkerja dengan cara menghentikan sekaligus menghambat penyebaran
virus influenza dari sel terinfeksi ke sel lain yang sehat.

• Efek samping : Zanamifir umumnya ditoleransi dengan baik, ES yang dilaporkan batuk
bronkospame dan penurunan fungsi paru reversibel. ES oseltamivir yaitu mual, muntah, nyeri
abdomen, dan sakit kepala.

• Kontra indikasi:-

• Interaksi obat : obat zanamivir akan mengurangi efektivitas kerja vaksin bila digunakan bersamaan
dengan obat lain.
C. Anti virus untuk HBV dan HCV

1. Lamivudin

• Indikasi : infeksi HIV dan hepatitis B kronis


• Dosisi:
 Infeksi HIV : 150 mg 2x sehari atau 300 mg sehari sekali
 Hepatitis B kronis : 100 mg sehari
• Mekanisme kerja: merupakan isomer analog. Bekerja dengan menghentikan sintesis DNA dabn
menghambat polymerase virus.

• Efek samping : batuk, hidung tersumbat , sakit kepala dan mual

• Kontra indikasi :
• Interaksi obat : trimethoprim dapat menurunkan pembuangan lamivudine sehingga menumpuk dalam
darah dan zidovudine beresiko menyebabkan amnesia
2. Entekavir

• Indikasi: hepatitis B kronis

• Dosis: per oral 0,5-1 mg 1x sehari


• Mekanisme kerja: bekerja dengan menghambat polymerase virus Hepatitis B

• Efek samping: sakit kepala, mual, tubuh terasa lemas

• Kontra indikasi:-

• Interaksi obat: meningkatkan kadar entekavir dalam darah, jika digunakan dengan ciclosporin atau
taclorimus, meningkatkan kadar entekavirdalam darah jika digunakan dengan amikacin, cisplatin,
kanamycin, lithium atau ibuprofen.
Penggolongan obat
2. Antiretrovirus

a. Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI)


Reverse transkripstase (RT) mengubah RNA virus menjadi DNA proviralsebelum
bergabung dengan kromosom hospes. Karena antivirus golongan inibekerja pada tahap
awal replikasi HIV, obat obat golongan ini menghambatterjadinya infeksi akut sel yang
rentan, tapi hanya sedikit berefek pada sel yangtelah terinfeksi HIV. Untuk dapat
bekerja, semua obat golongan NRTI harusmengalami fosforilasi oleh enzim sel hospes di
sitoplasma. Yang termasukkomplikasi oleh obat obat ini adalah asidosilaktat dan
hepatomegali beratdengan steatosis

1) Zidovudin

Mekanisme kerja : Target zidovudin adalah enzim reverse transcriptase (RT) HIV. Zidovudin bekerja dengan cara menghambat enzim reverse transcriptasevirus, setelah
gugus asidotimidin (AZT) pada zidovudin mengalami fosforilasi. Gugus AZT 5’- mono fosfat akan bergabung pada ujung 3’ rantai DNA virus dan menghambat reaksi
reverse transcriptase

Resistensi : Resistensi terhadap zidovudin disebabkan oleh mutasi pada enzimreverse transcriptase. Terdapat laporan resisitensi silang dengan analognukleosida lainnya.

Indikasi Obat : Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya(sepertilamivudin dan abakafir).

Dosis : Zidovudin tersedia dalam bentuk kapsul 100 mg, tablet 300 mg dansirup 5 mg /5ml disi peroral 600 mg / hari.

Efek samping  : Anemia, neotropenia, sakit kepala, mual


2) Didanosin

Mekanisme kerja : Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikanpembentukan rantai
DNA virus.

Resistensi : Resistensi terhadap didanosin disebabkan oleh mutasi pada


reverse transcriptase.

Dosis : Tablet & kapsul salut enteric peroral 400 mg / hari dalam dosistunngal atau terbagi.

Efek samping : Diare, pancreatitis, neuripati perifer


b. Nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NtRTI)
Tenofovir disoproksil fumarat merupakan nukleutida reverse transcriptaseinhibitor pertama yang ada untuk
terapi infeksi HIV-1. Obat ini digunakan dalamkombinasi dengan obat anti retrovirus lainnya. Tidak seperti
NRTI yang harusmelalui tiga tahap fosforilase intraselular untuk menjadi bentuk aktif, NtRTi
 26
hanya membutuhkan dua tahap fosforilase saja. Diharapkan berkurangnya satutahap fosforilase obat dapat
bekerja lebih cepat dan konversinya menjadibentuk aktif lebih sempurna.

Tenofovir Disoproksil

Mekanisme kerja : Bekerja pada HIV RT ( dan HBV RT ) dengan cara menghentikanpembentukan rantai DNA virus.

Resistensi : Disebabkan oleh mutasi pada RT kodon 65

Indikasi : Infeksi HIV dalam kombinasi dengan evafirens, tidak bolehdikombinasi dengan lamifudin dan abakafir

Dosis : Per oral sehari 300 mg tablet.

Efek samping : Mual, muntah, Flatulens, dan diare


c. Non- Nucleoside reverse transcriptase inhibitor
(NNRTI)Merupakan kelas obat yang menghambat aktivitas enzim
reverstranscriptase dengan cara berikatan ditempat yang dekat
dengan tempat aktifenzim dan menginduksi perubahan konformasi
pada situs akif ini.
Semuasenyawa NNRTI dimetabolisme oleh sitokrom P450
sehingga cendrunguntuk berinteraksi dengan obat lain

1) Nevirapin
Mekanisme kerja : Bekerja pada situs alosterik tempat ikatan non subtract HIV-1 RT

Resistensi : Disebabkan oleh mutasi pada RT.

Indikasi : Infeksi HIV-1 dalam kombinasi dengan anti-HIV, lainnya terutama NRTI.

Dosis : Per oral 200mg / hari selama 14 hari pertama ( satu tablet 200mgper hari ), kemudian 400mg / hari ( 2 x 200 mg tablet)

Efek samping : Ruam, demam, fatigue, sakit kepala, somnolens dan peningkatan enzim hati
2)Delavirdin
 
Mekanisme kerja : Sama dengan devirapin.

Resistensi : Disebabkan oleh mutasi pada RT. Tidak ada resistensi silangdengan nefirapin dan
efavirens.

Indikasi : Infeksi HIV-1, dikombinasi dengan anti HIV lainnya terutama NRTI.

Dosis : Per oral 1200mg / hari ( 2 tablet 200mg 3 x sehari ) dan tersediadalam bentuk tablet 100mg

Efek samping : Ruam, penningkatan tes fungsi hati, menyebabkan neutropenia


d. Protease inhibitor (PI)Semua PI bekerja dengan cara berikatan secara
reversible dengan situsaktif HIV–protease. HIV-protease sangat penting
untuk infektivitas virus danpenglepasan poliprotein virus. Hal ini
menyebabkan terhambatnya penglepasanpolipeptida prekusor virus oleh
enzim protease sehingga dapat menghambatmaturasi virus, maka sel akan
menghasilkan partikel virus yang imatur dan tidakvirulen.

1) Sakuinavir
Mekanisme kerja : Sakuinavir bekerja pada tahap transisi merupakan HIV proteasepeptidomimetic inhibitor.

Resistensi : Terhadap sakuinavir disebabkan oleh mutasi pada enzim proteaseterjadi resistensi silang dengan PI).

Indikasi : Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lain ( NRTI danbeberapa PI seperti ritonavir)

Dosis : Per oral 3600mg / hari (6 kapsul 200mg soft kapsul 3 X sehari )atau 1800mg / hari (3 hard gel capsule 3 X
sehari), diberikan bersamadengan makanan atau sampai dengan 2 jam setelah makan lengkap

Efek samping : Diare, mual, nyeri abdomen


 2) Ritonavir
Mekanisme kerja : Sama dengan sakuinavir.

Resistensi : Terhadap ritonavir disebabkan oleh mutasi awal pada protease kodon 82

Indikasi : Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya (NRTI dan PIseperti
sakuinavir )

Dosis : Per oral 1200mg / hari (6 kapsul 100mg, 2 X sehari bersamadengan makanan )

Efek samping : Mual, muntah , diare.


e. Viral entry inhibitor
Enfuvirtid merupakan obat pertama yang masuk ke dalam golonganVIRAL ENTRY
INHIBITOR. Obat ini bekarja dengan cara menghambat fusivirus ke sel. Selain
enfuvitid ; bisiklam saat ini sedang berada dalam studyklinis. Obat ini bekerrja dengan
cara menghambat masukan HIV ke sel melaluireseptor CXCR4

Enfurtid

Mekanisme kerja : Menghambat masuknya HIV-1 ke dalam sel dengan caramenghanbat fusi virus ke membrane sel.

Resistensi : Perubahan genotif pada gp41 asam amino 36-45 menyebabkanresistensi terhadap enfuvirtid, tidak ada resistensi
silang dengan anti HIVgolongan lain.

Indikasi : Terapi infeksi HIV-1 dalam kombinasi dengan antiHIV-lainnya.

Dosis : Enfurtid 90 mg (1ml) 2 kali ssehari diinjeksikan subkutan denganlengan atas bagian paha enterior atau abdomen.

Efek samping :  Adanya reaksi local seperti nyeri, eritema, proritus, iritasi dan nodulatau kista.
Anti jamur

1. mikosis luar atau infeksi jamur


superfisial : infeksi jamur dikulit
A. Pengertian obat anti
jamur (dermatomikosis) dan selaput
lendir (mikosis kuteneus) misalnya
obat-obat anti jamur disebut
dalam mulut. Contoh : panu, kurap
juga obat-obat antimikotik,
dipakai untuk mengobati 2 jenis dan candidiasis
infeksi jamur :
2. Mikosis organ dalam atau infeksi
1. infeksi jamur superfisial
pada kulit atau selaput lendir jamur sistemik : menyerang organ
2. infeksi jamur sistemik pada tubuh bagian dalam, seperti paru-
paru-paru atau system syaraf
pusat paru hingga dapat menyebar
kedalam aliran darah.
Penggolongan obat
1. Polien
• Amfotirisin
• Nistatin
2. Imidazol
• mikonazol
• Ketokonazol
• Klotrimazol
3. Triazol
• Flukonazol
• Itrakonazol
• Vorikonazol
4. Flusitosin
5. Griseofulvin
• Terbinafin
6. Ekinokandin
• kaspofungin
 Polien
1. amfoterisin
• Indikasi : Candidiasis, Aspergillosis, Endokarditis jamur, Infeksi jamur sistemik parah, Meningitis jamur
• Dosis:
 Candidiasis : 100 mg 4x sehari (oral)
 Aspergillosis : 0,6-0,7 mg/kgBB selama 3-6 bulan (intravena)
 Endokarditis jamur : 0.6-1 mg/kgBB 1x seminggu (intravena)
 Infeksi jamur sistemik parah : 0,25 mg/kgBB perhari (intravena)
 Meningitis jamur : 0,25 -1 mg 2-4x seminggu (intravena)

• Mekanisme kerja: obat ini bekerja berikatan dengan membran sel jamur atau ragi yang sensitive. Integrasi
dengan sterol-sterol membrane sel jamur atau ragi sensitive. Intergrasi dengan sterol-sterol membrane sel
membentuk pori-pori sehingga membrane sel jamur lebih permiabel terhadap molekul-molekul yang
kecil.

• Efek samping: demam, sakit kepala, mual, turun berat badan, muntah, lemas, diare, nyeri otot dan sendi,
kembung, nyeri ulu hati, gangguan ginjal, kelainan darah, nyeri dan memar pada tempat suntikan.
• Kontra indikasi: gangguan fungsi ginjal, kehamilan dan menyusui

• Interaksi obat: peningkatan risiko terjadinya efek samping pada ginjal jika digunakan
bersama cidofovir, cyclosporine, dan telcoplanin.
2. Nistatin

• Indikasi : Candidiasis mulu, Candidiasis usus, Candidiasis vagina, Infeksi jamur kulit

• Dosis :
 Candidiasis mulu : (dewasa)100.000 unit 4x sehari . (Anak-anak) 100.000 unit 1x sehari *suspensi
 Candidiasis usus : (dewasa) 500.000-1.000.000 unit 3-4x sehari. (anak-anak) 100.000 unit 4x sehari
*suspensi
 Candidiasis vagina : oleskan 100.000-200.000 unit selama 14 hari *tablet vagina
 Infeksi jamur kulit : oleskan 100.000 unit 2-4x sehari *salep

• Mekanisme kerja :

• Efek samping : iritasi pada mulut, kulit atau vagina dan mual, muntah

• Kontra indikasi :

• Interaksi obat : nistatin menyebabkan interaksi ringan bila digunakan bersamaan denga produk ragi
yg dihasilkan dari saccharomyces cerevisiae
 Imidazol
1. mikonazol
• Indikasi : mengobati infeksi jamur pada kulit dan mulut

• Dosis :
 candidiasis mulut: oral gel yg mengandung 20mg/g (2,5 ml 4x sehari).
 Infeksi jamur kulit :krim, salep, atau bedak mengandung 2% mikonazol (oleskan 2x sehari 2-6
minggu)

• Mekanisme kerja :
• Efek samping : krim atau salep (iritasi kulit). Oral gel (sakit kepala, mulut kering, perubahan rasa
dilidah)

• Kontra indikasi :

• Interaksi obat : meningkatkan risiko gangguan irama jantung jika digunakan bersama dg cisapride
dan terfenadine dan meingkatkan resiko pendarahan dari warfarin
2. Ketokonazol

• Indikasi : histoplasmosis, panu (pityriasis versicolor), dermatitis serboroik


• Dosis :
 histoplasmosis: : dewasa (1 tab 200 mg sehari 1x) anak di atas 2 thn (3,3-6,6 mg/kgBB sekali sahari)
 Panu : krim 2% oleskan 1-2x sehari selama 2-3 minggu
 Dermatitis serboroik : krim 2% oleskan 1-2x selama 2-4 minggu

• Mekanisme kerja : ketokonazol masuk kedalam sel jamur dan menimbulkan kerusakan pada dinding sel,

• Efek samping : muntah, sakit kepala,

• Kontra indikasi : hipersensitif, ibu hamil dan menyusui

• Interaksi :menurunkan kadar ketokonazol dalam darah, jika digunakan bersama rifampicin, isoniazid,
efavirenz, nevirapine, dan phenytoin
3. Klotrimazol
• Indikasi : mengobati infeksi jamur pd kulit, liang telinga, dan vagina

• Dosis :
 infeksi jamur pd kulit (oleskan klotrimazol 1% 2-3 kali sehari selama 2-4 minggu.
 Otitis eksterna (gunakan larutan 1% dng dosis anjuran dokter).
 Candidiasis vaginalis (masukkan tablet kedalam vagina dg pilihan dosisi 100mg/hari selama 6 hari,
200mg/hari selama 3 hari, 500 mg utk sekali penggunaan.

• Mekanisme kerja :
• Efek samping : iritasi dan gatal, nyeri pda vagina dan uretra, kram pd perut bagian bawah

• Kontra indikasi : -

• Interaksi obat : hindari penggunaan klotrimazol bersama dg nystatin atau ampoterisin B untk
mencegah timbulnya efek yg berlawanan.
 Triazol

1. flukonazol

• Indikasi : Cryptococcal meningitis dan candidiasis sistemik, Superficial mucosal candidiasis, jamur kulit, panu,
dan candida balangitis (penis) dan vaginal candidiasis
• Dosis :
 Cryptococcal meningitis dan candidiasis sistemik : 200-400 mg sekali sehari
 Superficial mucosal candidiasis : 100-500 mg sekali sehari
 Jamur kulit dan panu : 50 mg 1x sehari selama 6 minggu
 candida balangitis (penis) dan vaginal candidiasis : 150 mg dosis tunggal

• Mekanisme kerja :

• Efek samping : mual, kulit kemerahan

• Kontra indikasi : akan terjadi kontra indikasi bila diberikan pada penderita yang sensitive terhadap derivate
triazol

• Interaksi obat : kadar flukonazol dalam darah dapat meningkat 40% jika digunakan dengan
hydrochlorothiazide, flukonazol dapat meningkatkan risiko aritmia jika digunakan dengan cisapride dan
erythromycin
2. Itrakonazol
• Indikasi : tinae cruris, panu, infeksi jamur dalam aliran darah, candidiasis mulut dan tenggorokan, candidiasis
vagina, infeksi jamur kuku, dan infeksi jamur pada tangan atau kaki

• Dosis :
 Tinae cruris : 100 mg per hari selama 15 hari atau 200 mg perhari selama 7 hari
 Panu : 200 mg perhari selama 7 hari
 Infeksi jamur dalam aliran darah : 100-200 mg 1x seharin
 Candidiasis mulut dan tenggorokan : 100 mg perhari selama 15 hari
 Candidiasis vagina : 200 mg 2x sehari
 Infeksi jamur kuku : 200 mg perhari selama 3 bulan
 Infeksi jamur pada tangan atau kaki : 100 mg perhari selama 30 hari atau 200 mg 2x sehari selama 7 hari

• Mekanisme kerja :
• Efek samping : mual, lesu, kulit kemerahan pusing, nafsu makan menurun

• Interaksi : itraconazole bias meningkatkan kadar Sejumlah obat dalam darah, seperti alprazolam, antikoagulan,
cilostazol. Dan meningkatkan efek inotropik negative, yaitu efek melemaskan otot jantung dari obat verapamil
Flusitosin
• Indikasi : infeksi saluran kemih, candidemia
• Dosis :
 Infeksi saluran kemih : 50-150 mg/kg/hari secara oral setiap 6 jam
 Candidemia : 100 mg/ kg/ hari secara oral

• Mekanisme kerja : flusitosin masuk kedalam sel jamur dengan bantuan sitosin deaminase menjadi dan dalam
sitoplasma akan bergabung dengan RNA setelah mengalami deaminasi menjadi 5-fluorourasil dan fosforilasi.
Sintesis protein sel jamur terganggu akibat penghambatan langsung sintesis DNA oleh metabolit fluorourasil.
Keadaan ini tidak terjadi pada sel mamalia karena dalam tubuh mamalia flusitosin tidak diubah menjadi
fluorourasil.
• Efek samping: mati rasa atau kesemutan, sedikit atau tidak ada urin, mulut kering, dan sakit
kepala.

Interaksi obat: flusitosine dapat meningkatkan toksisitas amfoterisin B dan sebaliknya, meskipun kondisi tersebut
dapat menyelamatkan jiwa.
Griseofulvin
• Indikasi : infeksi jamur kulit kepala dan infeksi jamur kuku tangan

• Dosis :
 Infeksi jamur kulit kepala (tinea capitis) : 0,5-1 g 1x sehari selama 2-8 minggu
 Infeksi jamur kuku tangan : 0,5-1 g 1x sehari selama 6 bulan atau kuku kaki hingga 1 tahun

• Mekanisme kerja : akan menhambat pertumbuhan jamur dermatofit

• Efek samping : reaksi alergi : demam, insomnia, nyeri ulu hati dan ruam kulit

• Interaksi obat : Griseofulvin dapat menurunkan aktivitas antikoagulan warfarin, griseofulvin yg


dikomsumsi bersama pil KB bisa mengurangi efektivitas pil KB serta bias mengakibatkan
pendarahan
 Terbinafin
• Indikasi : sangat efektif terhadap dermotofit obat pilihan untuk onikomikosis

• Dosis :
 Tinea cruris : sediaan tablet 250 mg tab perhari selama 2-4 minggu. Sediaan krim 1% oleskan sebnyak 1-2x
sehari selama -2 minggu
 Tinea corporis : sediaan tablet 250 mg tab perhari selama 2-6 minggu. Sediaan krim 1% oleskan sebnyak 1-2x
sehari selama 1-2 minggu
 Tinea pedis : sediaan tablet 250 mg tab perhari selama 6-12 minggu. Sediaan krim 1% oleskan sebnyak 1-2x
sehari selama 1 minggu

• Efek samping : gangguan saluran cerna, sakit kepala,

• Kontra indikasi : jangn mengonsumsi jika anda mempunyai hipersensitivasi, penyakit hati kronis atau aktif,
laktsi atau menyususi

• Interaksi obat : dapat menurunkan penyerapan terbinafine bila dikonsumsi bersama rifampicin.
Anti amuba
Amuba adalah jenis organisme uniseluler / bersel satu yg biasanya ditemukan
dalam air sekitar vegetasi yg membusuk, di tanah basah dan hewan seperti
manusia.

Organisme ini adalah jenis Protista, yang merupakan sekelompok bentuk


kehidupan sederhana yang bukan tumbuhan maupun hewan.

Anti amuba adalah obat-obat yg digunakan untuk mengobati penyakit yang


disebebkan oleh mikro organisme bersel tunggal (protozoa)yaitu entamoeba
histolytica yang dikenal dengan dysentri amuba.

Penyakit yang disebabkan amuba umumnya menyerang usus. Dengan gejala


diare berlendir,dan darah disertai kejang-kejang dan nyeri perut, serta mulas pada
waktu buang air besar
Penggolongan obat

1. Metronidazol
2. Kotrimoksazol
3. suramin
1. Metronidazol

• Indikasi :infeksi bakteri, vaginosis bakterialis, trikomoniasis, amebiasis, infeksi gardnerella, dan clostridium difficile
colitis

• Dosis :
 Infeksi bakteri (7.5 mg/KgBB, per6 jam sekali, selama 7-10 hari).
 Vaginosis bakterialis (obat minym 500 mg, sebanyak 2x sehari salama 7 hari).
 Trikomoniasis (* 250 mg tiap 8 jam sekali selama 7 hari. *2 g obat dosis tunggal. *1 g tablet/kapsul per 12 jam sekali
selama 2 hari).
 Amebiasis (*dewasa 500-750 mg tiap 8 jam sekali selama 5-10 hari, *anak-anak 35-50 mg/KgBB tiap 8 jam sekali
selama 10 hari).
 Infeksi Gardnerella (kapsul 500 mg per 12 jam sekali).
 Clostridium Difficile Colitis (30 mg/KgBB tiap 6 jam sekali selama 7-10 hari)

• Mekanisme kerja : dengan menghentikan pertumbuhan bakteri dan protozoa


• Efek samping : mual, muntah, ngantuk, ruam, dan urin berwarna gelap

• Kontra indikasi : hipersensitif, hindarkan penggunaan dosis besar pada wanita hamil dan menyusui
• Interaksi obat : menurunkan efektivitas metronidazole jika digunakan dg phenobarbital, meningkatkan efek samping dari
metronidazole jika digunakan dgn cimetidine.
2. Kontrimoksazol

• Indikasi : Bronkitis kronis, otitis media akut, Infeksi saluran kemih, Pneumonia pneumocystis

• Dosis :
Bronkitis kronis, otitis media akut : 960 (800 mg sulfamethoxazole dan 160nmg trimethoprim) 2x sehari
Infeksi saluran kemih : 480 mg 2x sehari
Pneumonia pneumocystis : 120 g/kg perhari terbagi dalam 2-4 jadwal konsumsi selama 14-21 hari

• Mekanisme kerja : obat ini berkerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri didalam tubuh

• Efek samping : nafsu makan menurun, muntah, kejang, ruam, mual

• Interaksi obat : menyebabkan terganggunya fungsi ginjal jika digunakan bersama ciclosporin pada pasien
transplantasi ginjal dan berpotensi menyebabkan urine menjadi keruh, jika konsumsi dengan diuretik
5. Suramin

• Indikasi : onchocerciasis dan penyakit lain yang disebabkan oleh trypanosome dan cacing

• Dosis :
 Trypanosimiasis : 1 gram IV pada hari 1,3,7,14,21
 TB gambianses : 10 mg/kg IV setiap 5 hari dengan total 12 suntikan

• Efek samping : muntah, diare, mati rasa dan kesemutan

• Kontraindikasi : hipersensitif
Anti antelmintik
Antelmintika atau obat cacing (Yunani anti = lawan, helmintes =
cacing) adalah obat yang dapat memusnahkan cacing dalam tubuh
manusia dan hewan. Dalam istilah ini termasuk semua zat yang bekerja
lokal menghalau cacing dari saluran cerna maupun obatobat sistemik
yang membasmi cacing serta larvanya, yang menghinggapi organ dan
jaringan tubuh

Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan
menjangkiti lebih dari 2 miliar manusia diseluruh dunia. Infeksi cacing biasanya
terdapat pada :
 Pada manuasia, cacing parasite berada disaluran pencernaan atau mempunyai
siklus hidup yang kompleks berpindah diseluruh tubuh manusia.
 Siklus hidup cacing sangat tergantung pada koordinasi neuromaskular, energy
yang di produksi dan integritas mikrotubulus.
 Pembagian antelmintik didasarkan pada jenis cacing parasit
Terdapat tiga golongan cacing yang menyerang manusia yaitu
1. Nematoda (cacing gelang)
2. Trematoda (flukes)
3. Cestoda (cacing pita)
Penggolongan obat
1. Mebendazol
2. Tiabendazol
3. Piperazin
4. Dietilkarbamazin
5. Prazikuantel
1. Mebendazol
• Indikasi : cacing kremi, ascariasis., trichuriasis, cutaneous larva migrans
• Dosis :
 Cacing kremi (enterobiasis) :100 mg dosis tunggal
 ascariasis., trichuriasis, cutaneous larva migrans : 100mg 2x sehari selama 3 hari
berturut-turut atau 500 mg 1x dosis
• Mekanisme kerja :
• Efek samping : sakit kepala, mual, muntah, rasa kantuk, gatal, dan demam
2. Tiabendazol
• Indikasi : Cutaneus larva migran, Strongylodiasis, Ascariasis, trichostrongyliasis, trichuriasis,
Trichinosis, Toxocariasis, dan Drancunculiasis
• Dosis :
 Cutaneus larva migran : 2x25 mg/kgBB/ hari selama 2 hari
 Strongylodiasis : 25 mg/kgBB selama 2-3 hari
 Ascariasis, trichostrongyliasis, trichuriasis : 2x25 mg/kgBB selama 2 hari bertrut-turut
 Trichinosis : 2x25 mg/kgBB selama 2-4 hari
 Toxocariasis : 2x25 mg/kgBB selama 5-7 hari
 Drancunculiasis : 2x25-50 mg/kgBB
• Mekanisme kerja : Obar dihidroksilasi dalam hati dan dikeluarkan dalam urine
• Efek samping : pusing, tidak mau makan, mual dan muntah.
• Kontra indikasi : infeksi cacing campuran yang melibatkan ascaris lumbricoides
• Interaksi obat : kadar kafein, teofilin, dan melatonin dalam darah dapt meningkat
bila digunakan bersamaan tiabendazole dan peningkatan efek antikoagulan bila
digunakan bersamaan dengan coumarin
3. Piperazin

• Indikasi : Ascariasis (cacing gelang) dan Enterobiosis ( cacing kremi)


• Dosis :
Ascariasis : 4,5 gram sebagai dosis tunggal yg diulang 1x setelah 14 hari
Enterobiosis : 2,25 gram sebanyak 1x sehari selama 7 hari

• Mekanisme kerja : dengan cara melumpuhkan cacing, agar kemudian bias dikeluarkan bersama fases
• Efek samping : kesemutan, demam, nyeri sendi, ruam kulit atau gatal
• Kontraindikasi : jangan menggunakan obat ini jika anda mempunyai kondisi medis seperti gangguan
ginjal berat, epilepsy, dan kehamilan
• Interaksi obat : dapat terjadi interaksi berlawanan jika dikonsumsi bersama sengan pirateral dan
dapat menyebabkan efek ekstrapiramidal bila digunakan bersama chlopormazine dan fenotiazin
4. Dietilkarbamazin
• Indikasi : Kaki gajah loiasis dan oncjocerciasis, Toxocariasis, Tropical pulmonary eosinophilia,
Mansonelliasis yg disebabkan oleh jamur streptocerca
• Dosis :
Kaki gajah loiasis dan oncjocerciasis : 2-3 mg/kgbB 3x sehari
Toxocariasis : 1 mg/kgBB dosis dapat ditingakat secara bertahan dalam 3 hari menjadi 6 mg/kgBB
selama 3 minggu
Tropical pulmonary eosinophilia : 6 mg/kgBb 3x sehari selama 14 hari
Mansonelliasis yg disebabkan oleh jamur streptocerca : g mg setiap hari selama 14 hari
• Efek samping : demam, ruam pada kulit, mual dan muntah, menggigil
5. Prazikuantel
• Indikasi : Schistosomiasis, Clonorchiasis, opisthorchiasis
• Dosis :
 Schistosomiasis : 20 mg/kgBB tiap 4-6 jam y terbagi dalam 3 dosis atau 40-60 mg/kgBB sbg dosis tunggal
 Clonorchiasis, opisthorchiasis : 25 mg/kgBB sebanyak 3x sehari dgn jarak konsumsi 4-6 jam atau 40
mg/kgBB sbg dosis tunggal selama 1-2 hari
• Mekanisme kerja : Permeabilitas membrane sel terhadap kalsium meningkat menyebabkan parasite
mengalami kontraktur dan paralisis. Prazikuantel mudah diabsorbsi pada pemberian oral dan tersebar sampai
ke cairan serebrospinal. Kadar yang tinggi dapat dijumpai dalam empedu. Obat dimetabolisme secara
oksidatif dengan sempurna, meyebabkan waktu paruh menjadi pendek. Metabolit tidak aktif dan dikeluarkan
melalui urin dan empedu
• Efek samping : Mengantuk, pusing, lesu, tidak mau makan dan gangguan pencernaan
• Kontra indikasi :Obat ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau menyusui.
• Prazikuantel tidak boleh diberikan untuk mengobati sistiserkosis mata karena penghancuran
organisme dalam mata dapat merusak mata
• Interaksi obat :reaksi obat yangterjadi akibat peningkatan metabolisme telah dilaporkan jika
diberikan bersamaan deksametason, fenitoin, dan karbamazepin, simetidin yang dikenal
menghambat isozim sitokrom P-450, menyebabkan peningkatan kadar prazikuantel.

Anda mungkin juga menyukai