Anda di halaman 1dari 29

ANTI VIRUS

NAMA : GHINA ISLAMIA


NIM : 204110333
KELAS : 2B
DOSEN : OKTA FERA, SSI, M.Farm, Apt
MATA KULIAH : FARMAKOLOGI
PENGERTIAN
Obat antivirus adalah golongan obat yang digunakan untuk menangani penyakit-
penyakit yang disebabkan infeksi virus. Obat antivirus bekerja dengan cara mematikan
serangan virus, menghambat, serta membatasi reproduksi virus di dalam tubuh.
Penggunaan obat antivirus hanya diberikan berdasarkan saran dari dokter.
Infeksi virus yang ditangani dengan pemberian obat antivirus, antara lain:

● Influenza
● Hepatitis B atau C
● Herpes simplex
● Herpes zoster atau cacar ular
● Cytomegalovirus
● Human immunodeficiency virus (HIV).
01
INFLUENZA
Influensa, biasanya dikenali sebagai flu di masyarakat, adalah penyakit menular
burung dan mamalia yang disebabkan oleh virus RNA dari family
Orthomyxoviridae (virus influensa). Penyakit ini ditularkan dengan medium
udara melalui bersin dari sipenderita. Pada manusia, gejala umum yang
terjadi adalah demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung tersumbat dan
mengeluarkan cairan, batuk, lesu serta rasa tidak enak badan. Dalam kasus
yang lebih buruk, influensa juga dapat
menyebabkan terjadinya pneumonia, yang dapat mengakibatkan kematian
terutama pada anak-anak dan orang berusia lanjut. Masa penularan hingga
terserang penyakit ini biasanya adalah 1 sampai 3 hari sejak kontak dengan
hewan atau orang yang influensa. Virus influensa cepat sekali bermutasi,
sehingga setiap kali para ahli virus harus berusaha menemukan penangkal
yang baru. Wabah flu terbesar pertama adalah pandemi flu spanyol (1918).
Beberapa tahun yang lalu kita mengenal flu Hong Kong dan pada tahun
2005 merebak flu burung. Semua ini menunjukkan betapa sulitnya usaha
penangkalan terhadap penyakit ini.
02
HERPES
Herpes zoster (Shingles) adalah suatu penyakit yang membuat sangat
nyeri (rasa sakit yang amat sangat). Penyakit ini juga disebabkan
oleh virus herpes yang juga mengakibatkan cacar air (virus varisela
zoster). Seperti virus herpes yang lain, virus varisela zoster
mempunyai tahapan penularan awal (cacar air) yang diikuti oleh
suatu tahapan tidak aktif. Kemudian, tanpa alasan virus ini jadi aktif
kembali, menjadikan
penyakit yang disebut sebagai herpes zoster. Kurang lebih 20% orang
yang pernah cacar air lambat laun akan mengembangkan herpes
zoster. Keaktifan kembali virus ini kemungkinan akan terjadi pada
orang dengan sistem kekebalan yang lemah. Ini termasuk orang
dengan penyakit HIV, dan orang di atas usia 50 tahun.
Herpes zoster hidup dalam jaringan saraf. Kejangkitan herpes zoster dimulai
dengan gatal, mati rasa, kesemutan atau rasa nyeri yang berat pada daerah bentuk
tali. lebar di dada, punggung, atau hidung dan mata. Walaupun jarang, herpes
zoster dapat menular pada saraf wajah dan mata. Ini dapat menyebabkan
jangkitan di sekitar mulut, pada wajah, leher dan kulit kepala, dalam dan sekitar
telinga, atau pada ujung hidung.
Jangkitan herpes zoster hampir selalu terjadi hanya pada satu sisi tubuh. Setelah
beberapa hari, ruam muncul pada daerah kulit yang berhubungan dengan saraf
yang meradang. Lepuh kecil terbentuk, dan berisi cairan. Kemudian lepuh pecah
dan berkeropang. Jika lepuh digaruk, infeksi kulit dapat terjadi. Ini membutuhkan
pengobatan dengan antibiotik dan mungkin menimbulkan bekas. Biasanya, ruam
hilang dalam beberapa minggu, tetapi kadang-kadang rasa nyeri yang berat dapat
bertahan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Kondisi ini disebut “neuralgia
pascaherpes”
3
HIV
HIV (human immunodeficiency virus) adalah sebuah retrovirus yang
menginfeksi sel sistem kekebalan tubuh manusia terutama Sel T CD4+ dan
makrofaga, komponen vital dari sistem sistem kekebalan tubuh "tuan rumah" dan
menghancurkan atau merusak fungsi mereka. Infeksi dari HIV menyebabkan
pengurangan cepat dari sistem kekebalan tubuh, yang menyebabkan kekurangan imun.
HIV merupakan penyebab dasar AIDS. HIV berbeda dalam struktur dengan retrovirus
yang dijelaskan sebelumnya. Besarnya sekitar 120 nm dalam diameter (seper 120
milyar meter, kira-kira 60 kali lebih kecil dari sel darah merah) dan kasarnya
"spherical".
HIV menular melalui hubungan kelamin dan hubungan seks oral, atau melalui
anus, transfusi darah, penggunaan bersama jarum terkontaminasi melalui injeksi obat
dan dalam perawatan kesehatan, dan antara ibu dan bayinya selama masa hamil,
kelahiran dan masa menyusui. UNAIDS transmission. Penggunaan pelindung fisik
seperti kondom latex dianjurkan untuk mengurangi penularan HIV melalui
seks.Belakangan ini, diusulkan bahwa penyunatan dapat mengurangi risiko penyebaran
virus HIV, tetapi banyak ahli percaya bahwa hal ini masih terlalu awal untuk
merekomendasikan penyunatan lelaki dalam rangka mencegah HIV.
Jenis Obat Antivirus Dan Hubungan Obat Dengan Penyakit

Klasifikasi pembahasan obat antivirus adalah sebagai berikut:


1. Antinonretrovirus
- Antivirus untuk herpes
- Antivirus untuk influenza
- Antivirus untuk HBV dan HCV

2. Antiretrovirus
- Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI)
- Nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NtRTI)
- Non- Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI)
- Protease inhibitor (PI)
- Viral entry inhibitor
ANTIVIRUS UNTUK INFLUENZA
Pengobatan untuk infekksi antivirus pada saluran pernapasan termasuk
influenza tipe A & B, virus sinsitial pernapasan (RSV).
A. Amantadin dan Rimantadin
Amantadin & rimantadin memiliki mekanisme kerja yang sama. Efikasi keduanya
terbatas hanya pada influenza A saja.
1. Mekanisme kerja :
Amanatadin dan rimantadin merupakan antivirus yang bekerja pada protein M2 virus,
suatu kanal ion transmembran yang diaktivasi oleh pH. Kanal M2
merupakan pintu masuk ion ke virion selama proses uncoating. Hal ini menyebabkan
destabilisasi ikatan protein serta proses transport DNA virus ke nucleus. Selain itu, fluks
kanal ion M2 mengatur pH kompartemen intraseluler, terutama aparatus Golgi.
2. Resistensi :
Influenza A yang resisten terhadap amantadin dan rimantidin belum
merupakan masalah klinik, meskipun beberapa isolate virus telah menunjukkan tingginya
angka terjadinya resistensi tersebut. Resistensi ini disebabkan perubahan satu asam amino dari
matriks protein M2, resistensi silang terjadi antara kedua obat.

3. Indikasi :
Pencegahan dan terapi awal infeksi virus influenza A ( Amantadin juga
diindikasi untuk terapi penyakit Parkinson ).

4. Farmakokinetik :
Kedua obat mudah diabsorbsi oral. Amantadin tersebar ke seluruh tubuh dan
mudah menembus ke SSP. Rimantadin tidak dapat melintasi sawar darah-otak
sejumlah yang sama. Amantadin tidak dimetabolisme secara luas. Dikeluarkan
melalui urine dan dapat menumpuk sampai batas toksik pada pasien gagal ginjal.
Rimantadin dimetabolisme seluruhnya oleh hati. Metabolit dan obat asli dikeluarkan
oleh ginjal
5. Dosis :
Amantadin dan rimantadin tersedia dalam bentuk tablet dan sirup untuk
penggunaan oral. Amantadin diberikan dalam dosis 200 mg per hari ( 2 x 100 mg
kapsul ). Rimantadin diberikan dalam dosis 300 mg per hari ( 2 x sehari 150 mg tablet). Dosis
amantadin harus diturunkan pada pasien dengan insufisiensi renal, namun rimantadin hanya
perlu diturunkan pada pasien dengan klirens kreatinin ≤ 10
ml/menit.

6. Efek samping :
Efek samping SSP seperti kegelisahan, kesulitan berkonsentrasi, insomnia, hilang
nafsu makan. Rimantadin menyebabkan reaksi SSP lebih sedikit karena tidak banyak
melintasi sawar otak darah. Efek neurotoksik amantadin meningkat jika diberikan
bersamaan dengan antihistamin dan obat antikolinergik/psikotropik, terutama pada
usia lamjut.
B. Inhibitor Neuraminidase ( Oseltamivir, Zanamivir )
Merupakan obat amtivirus dengan mekanisme kerja yang sam terhadap virus
influenza A dan B. Keduanya merupakan inhibitor neuraminidase; yaitu analog asam
N-asetilneuraminat ( reseptor permukaan sel virus influenza ), dan disain struktur
keduanya didasarkan pada struktur neuraminidase virion.
1. Mekanisme kerja :
Asam N-asetilneuraminat merupakan komponen mukoprotein pada sekresi
respirasi, virus berikatan pada mucus, namun yang menyebabkan penetrasi virus ke
permukaan sel adalah aktivitas enzim neuraminidase. Hambatan terhadap
neuraminidase mencegah terjadinya infeksi. Neuraminidase juga untuk penglepasan
virus yang optimaldari sel yang terinfeksi, yang meningkatkan penyebaran virus dan
intensitas infeksi. Hambatan neuraminidase menurunkan kemungkinan
berkembangnya influenza dan menurunkan tingkat keparahan, jika penyakitnya
berkembang.
2. Resistensi :
Disebabkan adanya hambatan ikatan pada obat dan pada hambatan aktivitas
enzim neuraminidase. Dapat juga disebabkan oleh penurunan afinitas ikatan reseptor
hemagglutinin sehingga aktivitas neuraminidase tidak memiliki efek pada
penglepasan virus pada sel yang terinfeksi.
3. Indikasi :
Terapi dan pencegahan infeksi virus influenza A dan B.

4. Dosis :
Zanamivir diberikan per inhalasi dengan dosis 20 mg per hari ( 2 x 5 mg,
setiap 12 jam )selama 5 hari. Oseltamivir diberikan per oral dengan dosis 150 mg perhari ( 2
x 75 mg kapsul, setiap 12 jam ) selama 15 hari. Terapi dengan zanamivir /oseltamivir dapat
diberikan seawal mungkin, dalam waktu 48 jam, setelah onset gejala.

5. Efek samping :
Terapi zanamivir : gejala saluran nafas dan gejala saluran cerna., dapat
menimbulkan batuk, bronkospasme dan penurunan fungsi paru reversibel pada
beberapa pasien. Terapi oseltamivir : mual, muntah, nyeri abdomen , sakit kepala.
C. Ribavirin
Ribavirin merupakan analog sintetik guanosin, efektif terhadap virus RNA dan
DNA.

1. Mekanisme kerja :
Ribavirin merupakan analog guanosin yang cincin purinnya tidak lengkap.
Setelah mengalami fosforilasi intrasel , ribavirin trifosfat mengganggu tahap awal
transkripsi virus, seperti proses capping dan elongasi mRNA serta menghambat
sintesis ribonukleoprotein.

2. Resistensi :
Hingga saat ini belum ada catatan mengenai resistensi terhadap ribavirin,
namun pada percobaan diLaboratorium menggunakan sel, terdapat sel-sel yang tidak dapat
mengubah ribavirin menjadi bentuk aktifnya.
3. Spektrum aktivitas :
Virus DNA dan RNA, khusunya orthomyxovirus ( influenza A dan B ), para
myxovirus ( cacar air, respiratory syncytialvirus (RSV) dan arenavirus ( Lassa,
Junin,dll )

4. Indikasi :
Terapi infeksi RSV pada bayi dengan resiko tinggi. Ribavirin digunakan
dalam kombinasi dengan interferon- / pegylated interferon – untuk terapi infeksiα α
hepatitis C.

5. Farmakokinetik :
Ribavirin rfektif diberikan per oral dan intravena. Terakhir digunakan sebagai
aerosol untuk kondisi infeksivirus pernapasan tertemtu, seperti pengobatan infeksi
RSV. Penelitian distribusi obat pada primate menunjukkan retensi dalam semua
jaringan otak. Obat dan metabolitnya dikeluarkan dalam urine
6. Dosis :
Per oral dalam dosis 800-1200 mg per hari untuk terapi infeksi HCV/ dalam
bentuk aerosol ( larutan 20 mg/ml ).

7. Efek samping :
Pada penggunaan oral / suntikan ribavirin termasuk anemia tergantung dosis pada
penderita demam Lassa. Peningkatan bilirubin juga telah dilaporkan Aerosol dapat lebih
aman meskipun fungsi pernapasan pada bayi dapat memburuk cepat setelah permulaan
pengobatan aerosoldan karena itu monitoring sangat perlu. Karena terdapat efek
teratogenikpada hewan percobaan, ribavirin dikontraindikasikan pada kehamilan.
ANTIVIRUS UNTUK HERPES
Asiklovir
Asiklovir merupakan obat antivirus yang paling banyak digunakan karena efektif
terhadap virus hervers.

1. Mekanisme kerja :
Asiklovir, suatu analog guanosin yang tidak mempunyai gugs glukosa,
mengalami monofosforilasi dalam sel oleh enzim yang di kode hervers virus, timidin
kinase. Karena itu, sel-sel yang di infeksi virus sangat rentan. Analok monofofat
diubah ke bentuk di-dan trifosfat oleh sel pejamu. Trifosfat asiklovir berpacu dengan
deoksiguanosin trifosfat (dGTP) sebagai suatu subsrat untuk DNA polymerase dan
masuk ke dalam DNA virus yang menyebabkan terminasi rantai DNA yang
premature. Ikatan yan irrevelsibel dari template primer yang mengandung aseklopir
ke DNA polymerase melumpuhkan enzim. Zat ini kurang efektif terhadap enzim
penjamu.
3. Resistensi:
Timidin kinase yang sudah berubah atau berkurang dan polymerase DNA
telah ditemukan dalam beberapa strain virus yang resisten. Resistensi terhadap
asiklovir disebabkan oleh mutasi pada gen timidin kinase virus atau pada gen DNA
polymerase.

4. mekanisme kerja analog purin dan pirimidin :


asiklovir dimetabolisme oleh enzim kinase virus menjadi senyawa
intermediet. Senyawa intermediet asiklovir(dan obat obat seperti idosuridin,
sitarabin,vidaradin, dan zidovudin) dimetabolisme lebih lanjut oleh enzim kinase sel
hospes menjadi analog nukleotida, yang bekerja menghambat replikasi virus.

3. Indikasi :
infeksi HSV-1 dan HSV-2 baik local maupun sistemik (termasuk keratitis
herpetic, herpetic ensefalitis, herpes genitalia, herpes neonatal, dan herpes labialis.)
dan infeksi VZV(varisela dan herpes zoster). Karena kepekaan asiklovir terhadap
VZV kurang dibandingkan dengan HSV, dosis yang diperlukan untuk terapi kasus
varisela dan zoster lebih tinggi daripada terapi infeksi HSV
4. Dosis
untuk herpes genital : 5Xsehari 200mg tablet, sedangkan untuk herpes zoster ialah
4x400mg sehari.penggunaan topical untuk keratitis herpetic adalah dalam bentuk krim
ophthalmic 3% dank rim 5% untuk herpes labialis. Untuk herpes
ensefalitis, HSV berat lain nya dan infeksi VZV digunakan asiklovir intravena
30mg/kgBB perhari.

5. Farmakokinetik :
pemberian obat bisa secara intravena, oral atau topical. Efektivitas pemberian topical
diragukan.obat tersebar keseluruh tubuh,termaksuk cairan
serebrospinal.asiklovir sebagian dimetabolisme menjadi produk yang tidak
aktif.Ekskresi kedalam urine terjadi melalui filtrasi glomerular dan sekresi tubular.

6. Efek samping :
Efek samping tergantung pada cara pemberian. Misalnya, iritasi local dapat terjadi
dari pemberian topical; sakit kepala; diare; mual ;dan muntah merupakan hasil pemberian
oral , gangguan fungsi ginjal dapat timbul pada dosis tinggi atau pasien dehidrasi yang
menerima obat secara intravena
B. Gansiklovir
Gansiklovir berbeda dari asiklovir dengan adanya penambahan gugus
hidroksimetil padaposisi 3’ rantai samping asikliknya.metabolisme dan mekanisme
kerjanya sama dengan asiklovir. Yang sedikit berbeda adalah pada gansiklovir
terdapat karbon 3’ dengan gugus hidroksil, sehingga masih memunginkan adanya
perpanjangan primer dengan template jadi gansiklovir bukanlah DNA chain
terminator yang absolute seperti asklovir.

1. Mekanisme kerja :
Gansiklovir diubah menjadi ansiklovir monofosfat oleh enzim fospotranverase yang
dihasilkan oleh sel yang terinveksi sitomegalovirus.gansiklovirmonofospat merupakan sitrat
fospotranverase yang lebih baik dibandingkan dengan asiklovir. Waktu paruh eliminasi
gangsiklovir ktrifospat sedikitnya 12 jam, sedangkan asiklovir hanya 1-2 jam.perbedaan
inilah yang menjelaskan mengapa gansiklovi lebih superior dibandingkan dengan asiklovir
untuk terapi penyakit yang disebabkan oleh sitomegalovirus.
2. Resistensi :
Sitomegalovirus dapat menjadi resisten terhadap gansiklovir oleh salah satu dari dua
mekanisme.penurunan fosporilasi gansiklovir karena mutasi pada
fospotranverase virus yang dikode oleh gen UL97 atau karena mutasi pada DNA
polymerase virus.varian virus yang sangat resisten pada gansiklovir disebabkan
karena mutasi pada keduanya( Gen UL97 dan DNA polymerase ) dan dapat terjadi
resistensi silang terhadap sidofovir atau foskarnet.

3. Indikasi :
Infeksi CMV, terutama CMV retinitis pada pasien immunocompromised
( misalnya : AIDS ), baik untuk terapi atau pencegahan.

4. Sediaan dan Dosis :


Untuk induksi diberikan IV 10 mg/kg per hari ( 2 X 5 mg/kg, setiap 12 jam)
selama 14-21 hari,dilanjutkan dengan pemberian maintenance peroral 3000mg per
hari ( 3 X sehari 4 kapsul @ 250 mg ). Inplantsi intraocular ( intravitreal ) 4,5 mg
gnsiklovir sebagai terapi local CMV retinitis.
5. Efek samping :
mielosupresi dapat terjadi pada terapi dengan gansiklovir. Neotropenia terjadi
pada 15-40 % pasien dan trombositopenia terjadi pada 5-20 %. Zidovudin dan obat
sitotoksik lain dapat meningkatkan resiko mielotoksisitas gansiklovir. Obat-obat
nefrotoksik dapat mengganggu ekskresi gansiklovir. Probenesit dan asiklovi dapat
mengurangi klirens renal gansiklovir. Rekombinan koloni stimulating factor ( G-CSF,
filgastrim, lenogastrim) dapat menolong dalam penanganan neutropenia yang disebabkan
oleh gansiklovir.
Masing-masing obat antivirus dikelompokkan berdasarkan cara kerjanya, yang berupa:

● Interferon: peginterferon alfa-2a, peginterferon alfa-2b


● Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI): efavirenz,
nevirapine, rilpivirine, etravirine
● Nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NRTI): adefovir, entecavir, lamivudine,
stavudine, telbivudine, tenofovir, zidovudine
● Penghambat neuraminidase: oseltamivir, zanamivir
● Penghambat protease: darunavir, simeprevir, ritonavir, lopinavir-ritonavir, indinavir
● Penghambat RNA: ribavirin
● Penghambat DNA polimerase: acyclovir, valacyclovir, famciclovir,
ganciclovir, valganciclovir
● Direct acting: sofosbuvir, daclatasvir, elbasvir/grazoprevir.
● Golongan obat antivirus NNRTI, NRTI, dan penghambat protease juga dikenal dengan
obat antiretroviral (ARV), yaitu obat untuk mengatasi HIV/AIDS.
Peringatan:

● Wanita hamil, menyusui, atau sedang merencanakan kehamilan disarankan


untuk berkonsultasi kepada dokter sebelum menggunakan obat antivirus.
● Informasikan kepada dokter terlebih dahulu jika ingin memberikan obat ini
kepada anak-anak.
● Harap berhati-hati dalam menggunakan obat ini jika mengalami gangguan
fungsi ginjal.
● Beri tahu dokter jika sedang menggunakan obat-obatan lainnya, termasuk
herba atau suplemen, karena dapat menimbulkan interaksi obat yang tidak
diinginkan.
● Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis sesudah mengonsumsi obat antivirus,
segera temui dokter atau kunjungi rumah sakit terdekat.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai