Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ANTIFUNGI, ANTIVIRUS, DAN INTERFERON


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi Dasar

DOSEN PENGAMPU :
Misbakhul Munir, S.Si., M.Kes
8

DISUSUN OLEH :
Arista Aprilia (09040122047)8
8

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2023
PEMBAHASAN
I. ANTIFUNGI
A. Pengertian Antifungi
Antifungi merupakan bahan yang dapat mengganggu pertumbuhan dan
metabolisme jamur. Bahan antifungi yang ideal harus bersifat membunuh jamur
(fungisid) dan menghambat pertumbuhan jamur (fungistatik). Salah satu
tanaman yang bersifat antifungi yaitu daun kemangi (Ocimum sanctum L.). Obat
antifungi juga disebut obat antimikotik, dipakai untuk mengobati dua jenis
infeksi jamur, yaitu infeksi jamur superfisial pada kulit atau selaput pemberi
pinjaman dan infeksi jamur sistemik pada paru-paru atau sistemsaraf pusat.
Infeksi jamur dapat ringan, seperti pada tinea pedis (atlet kaki), atau berat,
seperti pada paru-paru atau meningitis. Jamur, seperti Candidia spp. (ragi),
merupakan bagian dari flora normal pada mulut, kulit,usus halus, dan vagina (De
Ornay et al., 2017).
B. Infeksi Jamur Sistemik
Infeksi jamur berdasarkan penyebabnya serta obatnya, antara lain :
1. Arpergillosis
Aspergillosis paru sering terjadi pada penderita penyakitimunosepresi
yang berat dan tidak memberikan respon yang memuaskan terhadap pengobatan
dengan obat jamur. Obat pilihan untuk penyakit ini adalah Amfoterisin B secara
intravena dengan dosis 0,5-1,0 mg/kg BB setiaphari.
2. Blastomikos
Obat jamur terpilih untuk Blastomikosis adalah Ketokonazol per oral
400 mg sehari selama 6-12 bulan.Itrakonazol dengan dosis 200-400 mg sehari
juga efektif pada beberapa kasus. Amfoterisin B sebagai cadangan untuk
penderita yang tidak dapat menerima Ketokonazol.
3. Kandidiasis
Pengobatan menggunakan Amfoterisin B. Flusitosin diberikan bersama
Amfoterisin B untuk meningitis, endoftalmitis, radang sendi, dan kandidia
Disamping penyebarannya yang lebih baik ke jaringan sakit, Flusitosin diduga
bekerja aditif dengan Amfoterisin B sehingga dosisnya Amfoterisin B dapat
dikurangi.
4. Koksidioidomikosis
Adanya kavitis (ruang berongga) tunggal di paru atau adanya infiltrasi
fibrokavvitis yang tidak responsif terhadap kemoterapi merupakan ciri khas
penyakit kronis Koksidioidomikosis.Penyakit ini dapat diobati dengan
Amfoterisin B secara intravena, Ketokonazol, dan Itrakonazol.
5. Kriptokosis
Obat pilihan untuk penyakit ini adalah Amfoterisin B dengan dosis 0,4-
0,5 mg/kg BB perhari secara intravena. Penambahan Flusitosin dapat
mengurangi pemakaian Amfoterisin B (0.3 mg/kg BB). Flukonazol bermanfaat
untuk terapi supresi pada penderita AIDS (Hasanah, 2017).

C. Golongan Antifungi Untuk Infeksi Sistemik


Antifungi untuk infeksi sistemik digolongkan menjadi beberapa golongan,
antara lain : golongan imidazol, amfoterisin B, flufitosin, kaspofungin, terbinafen.
1. Golongan Imidazol
Imidiazol merupakan obat antijamur spektrum luas dan resistensinya
jarang timbul. Imidiazol tidak dapat diabsorpsi dengan baik secara oral, kecuali
ketokonazol. Yang termasuk dalam golongan ini adalah mikonazol, klotrimazol,
ketokonazol, flukonazol, itrakonazol, triazol, ekonazol, isokonazol, tiokonazol,
dan bifonazol. Sifat dan penggunaan golongan ini praktis tidak berbeda.
2. Amfoterisin B
Amfoterisin B dihasilkan oleh Sterptomyces nodosus. Untuk infeksi
jamur sistemik, amfoterisin B diberikan melalui infuse secara perlahan-lahan.
Amfoterisin B berikatan dengan Beta-lipoprotein plasma dan disimpan dalam
jaringan depot, serta sukar berpenetrasi ke dalam SSP. Untuk meningitis jamur
diperlukan pemberian secara intratekal Pengembalian obat dari depot ke
sirkulasi berlangsung lambat. Sebagian kecil dickskresi melalui urine atau
empedu dalam waktu >1 minggu.Obat ini umumnya didegradasikan secara lokal
di jaringan depot.

2
3. Flusitosin
Flusitosin adalah 5-Fluorositosin yang merupaka antijamur sistemik yang
dapat diberikan per oral. Flusitosin menghambat pertumbuhan galur, seperti
kandida, kriptokokus, torulopsis, dan beberapa galur aspergillosis, serta jamur
lain.
4. Kaspofungin
Adalah anti jamur sistematik dari suatu kelas baru yang disebut
eiknokandin di daerah 97% obat terikat protein dan massa paruh eliminasinya 9-
11 jam. Obat ini dimetabolisme lambat dengan cara hidrolisis dan
asetilasis.eksresinya melalui urin hanya sedikit sekali.
5. Terbinafin
Terbinafin bersifat kertofilik dan fungisidal obat ini mempengaruhi
biosintesis ergosterol, dinding sel jamur melalui penahanan enzim
skualenepoksidese pada jamur dan bukan melalui penghambatan enzim sitokrom
P450 (Sari & Sumadewi, 2019).

II. ANTIVIRUS
A. Pengertian Antivirus
Virus adalah parasit intra sel obligat. Replikasi virus ini tergantung pada proses
sintetik sel pejamu. Obat antivirus merupakan obat yang menghambat virus masuk
atau keluar sel dan aktif didalam sel penjamu. Terapi antivirus diantaranya tersedia
virus Herves, virus Hepatitis C (HCV), virus Hepatitis B (HBV), Papiloma virus,
Influenza dan Human Immuno deviciency virus (HIV) (Lukito, 2020).
B. Jenis-jenis Penyakit Yang Disebabkan Oleh Virus
1) Influenza
Influenza biasanya dikenal sebagai flu di masyarakat, adalah penyakit
Burung menular dan mamalia yang disebabkan oleh virus RNA dari famili
Orthomyxoviridae (virus influenza). Penyakit ini ditularkan dengan medium
udara melalui bersin dari sipenderita. Pada manusia, gejala umum yang terjadi
adalah demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung tersumbat dan
mengeluarkan cairan, batuk, lesu serta rasa tidak enak badan. Dalam kasus yang

3
lebih buruk, influenza juga dapat menyebabkan terjadinya pneumonia, yang
dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak-anak dan orang berusia
lanjut.
Masa penularan terserang penyakit ini biasanya adalah 1 sampai 3 hari
sejak kontak dengan hewan atau orang yang sedang flu. Virus influenza cepat
sekali bermutasi, sehingga setiap kali para ahli virus harus berusaha menemukan
penangkal yang baru. Wabah flu terbesar pertama adalah pandemi flu spanyol
(1918). Beberapa tahun yang lalu kita mengenal flu Hongkong dan pada tahun
2005 merebak flu burung. Semua ini menunjukkan betapa sulitnya usaha
penangkalan terhadap penyakit ini.
2) Herpes
Herpes Zoster (Shingles) adalah suatu penyakit yang membuat sangat
nyeri (rasa sakit yang amat sangat). Penyakit ini juga disebabkan oleh virus
herpes yang juga menyebabkan cacar air (virus varisela zoster). Seperti virus
herpes yang lain, virus varisela zoster memiliki tahapan penularan awal (cacar
air) yang diikuti oleh suatu tahapan tidak aktif. Kemudian, tanpa alasan virus ini
jadi aktif kembali, menjadikan penyakit yang disebut sebagai herpes zoster.
Kurang lebih 20% orang yang pernah cacar air lambat laun akan
mengembangkan herpes zoster. Keaktifan kembali virus ini kemungkinan akan
terjadi terjadi pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah. Ini termasuk
orang dengan penyakit HIV, dan orang di atas usia 50 tahun.
Herpes zoster hidup dalam jaringan saraf. Kejangkitan herpes zoster
Dimulai dengan rasa gatal, mati rasa, kesemutan atau rasa nyeri yang berat pada
daerah bentuk tali lebar di dada, punggung, atau hidung dan mata.
Bagaimanapun jarang, herpes zoster dapat menular pada saraf wajah dan mata.
Ini dapat menyebabkan jangkitan di sekitar mulut, pada wajah, leher dan kulit
kepala dalam dan sekitar telinga, atau pada ujung hidung.
Jangkitan herpes zoster hampir selalu terjadi hanya pada satu sisi tubuh.
Setelah beberapa hari, muncul ruam pada daerah kulit yang berhubungan dengan
saraf yang meradang. Lepuh kecil terbentuk, dan berisi cairan. Kemudian lepuh
pecah dan berkeropang. Jika lepuh digaruk, infeksi kulit dapat terjadi. Ini

4
membutuhkan pengobatan dengan antibiotik dan mungkin menimbulkan bekas.
Biasanya, ruam hilang dalam beberapa minggu, tetapi kadang-kadang rasa sakit
yang berat dapat bertahan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Kondisi ini
disebut "neuralgia pascaherpes".
3) HIV
HIV (human immunodeficiency virus) adalah sebuah retrovirus yang
menginfeksi sel sistem kekebalan tubuh manusia terutama Sel T CD4+ dan
makrofaga, komponen vital dari sistem sistem kekebalan tubuh "tuan rumah"
dan menghancurkan atau merusak fungsi mereka. Infeksi dari HIV
menyebabkan kehancuran cepat dari sistem kekebalan tubuh, yang penyebab
kekurangan imun. HIV merupakan penyebab dasar AIDS. HIV berbeda dalam
struktur dengan retrovirus yang dijelaskan sebelumnya. Besamya sekitar 120 nm
diameter dalam (seper 120 milyar meter, kira-kira 60 kali lebih kecil dari sel
darah merah) dan kasarnya "bulat".
HIV menular melalui hubungan kelamin dan hubungan seks oral, atau
melalui anus, transfusi darah, penggunaan bersama jarum terkontaminasi melalui
obat injeksi dan dalam perawatan kesehatan, dan antara ibu dan bayinya selama
masa hamil, kelahiran dan masa menyusui, UNAIDS penularan. Penggunaan
pelindung fisik seperti kondom latex dianjurkan untuk mengurangi penularan
HIV melalui seks. Belakangan ini, diusulkan bahwa penyunatan dapat
mengurangi risiko penyebaran virus HIV, tetapi banyak ahli percaya bahwa hal
ini masih terlalu awal untuk merekomendasikan penyunatan lelaki dalam rangka
mencegah HIV (Putri, 2021).

C. Penggolongan Obat Antivirus


Klasifikasi penggolongan obat antivirus antara lain :
1. Antinonretrovirus
a) Antivirus untuk herpes
b) Antivirus untuk influenza
c) Antivirus untuk HB V dan HC V
2. Antiretrovirus (Antivirus untuk HIV)

5
a) Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)
b) Nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitor (NtRTI)
c) Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI)
d) Protease Inhibitor (PI)
e) Viral Entry Inhibitor
f) Interferon (Suryanti et al., 2022).

D. INTERFERON
A. Pengertian Interfron
Interferon adalah protein yang diproduksi secara alami oleh sel di dalam
tubuh untuk melindungi tubuh dari serangan berbagai penyakit, contohnya pada
sel-sel darah putih, sel-sel pembunuh alami, fibroblast-fibroblast, dan sel-sel epitel.
Salah satu dari kumpulan protein antivirus yang diproduksi oleh hewan, termasuk
manusia. sebagai respon terhadap infeksi oleh virus. Zat antivirus aktif bukan
interferon itu sendiri, tetapi protein yang menyebabkan sel interferon lain untuk
menghasilkan. Beberapa dari protein ini telah diidentifikasi, namun cara operasinya
belum dipahami dengan baik (Armstrong & Breining, 1975).

B. Sejarah Perkembangan Interferon


Interferon awalnya dikembangkan untuk terapi kanker. Tapi, saat ini, selain
itu untuk terapi kanker, interferon digunakan untuk terapi berbagai penyakit,
termasuk hepatitis B dan hepatitis C. Untuk beberapa penyakit yang belum
ditemukan obatnya. interferon juga menjadi alternatif utama walaupun tingkat
penyembuhannya tidak begitu tinggi. Untuk terapi hepatitis, misalnya,
efektivitasnya tidak lebih 30 persen. Interferon-interferon yang tersedia secara
komersial adalah interferon manusia yang dibuat menggunakan teknologi DNA
rekombinan, Mekanisme aksi dari interferon adalah sangat kompleks dan belum
dimengerti dengan baik. Interferon-interferon memodulasi respon sistem imun pada
virus-virus, bakteri-bakteri, kanker, dan senyawa- senyawa asing lainyang
menyerang tubuh. Meskipun interferon sangat mirip, namun pengaruhnya terhadap
tubuh bisa sangat berbeda. Oleh Oleh karena itu, interferon yang berbeda

6
digunakan untuk kondisi yang berbeda pula. Sebagai contoh Interferon alpha
digunakan untuk merawat penyakit kanker dan virus infeksi-infeksi; interferon beta
digunakan untuk merawat kelipatan sklerosis; dan interferon gamma digunakan
untuk merawat penyakit granulomatosa kronis.
Semua interferon memberikan efek yang sama, terbentuknya agen-agen
kekebalan akibat benda asing yang masuk ke suatu sistem organ tubuh sehingga
agen- agen tersebut akan melawan dan menghancurkan (macrophage) seperti virus,
bakteri, kuman dan demikian juga bisa melawan tumor dan atau juga benda asing
lainnya. Sebagai sel yang terinfeksi dan sel tersebut mati akibat dari virus cytolytic,
partikel virus yang dirilis, dapat menginfeksi sel-sel di dekat. Namun, sel yang
terinfeksi dapat tetangga sel tetangga kehad iran virus dan atau benda asing dengan
melepaskan interferon. Sel-sel tetangga, sebagai respon terhadap interferon,
menghasilkan sejumlah besar enzim yang dikenal sebagai protein kinase R (PKR).
Enzim ini fosforilasi protein yang dikenal sebagai EIF-2 dalam menanggapi infeksi
virus dan benda asing: EIF-2 adalah faktor inisiasi penerjemah cukariotik yang
membentuk kompleks dengan protein lain yang tidak aktif, yang disebut elF2B,
untuk mengurangi sintesis protein dalam sel. Enzim sel lain, RNAse L-juga
diinduksi berikut aktivasi PKR menghancurkanRNAdalam sel untuk mengurangi
sintesis protein gen baik pada virus dan tuan rumah. Menghambat sintesis protein
menghancurkan baik virus dan sel inang terinfeksi dengan cara menginduksi
produksi interferon ratusan protein lain (Sucitra, 2018).

C. Fungsi Interferon
a) Sebagai Antivirus
Interferon merupakan sistem kekebalan tubuh kelompok sitokin yang
diproduksioleh tubuh bila mengetahui ada virus yang menempel pada
permukaan sel sebelum virustersebut masuk untuk menginfeksi. Antibodi dalam
sirkulasi darah (IgG) akanmencegah virus untuk menempel. Bila virus tersebut
lolos dan menginfeksi, sel tubuhakan melepas interferon untuk meresponsnya.
Di samping itu, interferon mengaktifkansel pembunuh alamiah (Natural Killer

7
Cell) yang akan menghancurkan sel yangterinfeksi virusyang dapat diketahui
dari perubahan pada permukaannya.
b) Pengobatan Hepatitis B dan C
Interferon sudah dikenal sejak tahun 1989, tetapi efektivitas
pengobatannya masih rendah, yaitu sekitar 20% untuk hepatitis B dan 11-19%
untuk hepatitis C.setelah dikembangkan menjadi bentuk terpegilasidari
interferon 2a dan terpegilasi dari interferon 2b terjadi peningkatan efektivitas
pengobatan menjadi 40-50%. perbedaannya terletak pada stabilitas protein yang
menjadi inti interferon. Dibandingkan yang konvensional, protein yang
terpegilasi cenderung lebih stabil sehingga dapat lebih aktif lama membunuh
virus.
Saat ini obat Hepatitis C standar adalah kombinasi Interferon dengan
Ribavirin. Kombinasi obat Hepatitis C ini memiliki kemampuan untuk
menghasilkan respon yang tinggi melawan virus pada penderita Hepatitis C
kronis. Obat Hepatitis C bentuk terpegilasi dari interferon-a dibuat dengan
menggabungkan suatu molekul besar yang larut air, yaitu Polietilenglikol (PEG)
dengan interferon molekulon. Penggabungan tersebut memperbesar ukuran
interferon-a sehingga dapat bertahan dalam tubuh lebih lama. Hal tersebut juga
dapat melindungi molekul interferon agar tidak dirusak oleh enzim tubuh. Selain
itu, obat ini juga memiliki waktu paruh yang lebih panjang sehingga tidak perlu
sering-sering dikonsumsi. Interferon-u standar biasa disuntikkan tiga kali dalam
seminggu, sedangkan interferon- bentuk terpegilasi cukup disuntikkan sekali
dalam seminggu.
c) Pengobatan SARS
Kombinasi interferon dengan glycyrrhizin mendapatkan hasil yang
maksimal dalam melawan virus SARS (Widjaja et al., 2010).

8
DAFTAR PUSTAKA

De Ornay, A. K., Prehananto, H., & Dewi, A. S. S. (2017). Daya hambat pertumbuhan
Candida albicans dan daya bunuh Candida albicans ekstrak daun kemangi (Ocimum
sanctum L.). Jurnal Wiyata: Penelitian Sains dan Kesehatan, 4(1), 78-83.
Hasanah, U. (2017). Mengenal aspergillosis, infeksi jamur genus aspergillus. Jurnal
keluarga sehat sejahtera, 15(2), 76-86.
Ho, M., Armstrong, J. A., & Breinig, M. C. (1975). Interferon. Annual Review of
Microbiology, 29(1), 131-161.
Lukito, J. I. (2020). Tinjauan antivirus untuk terapi Covid-19. Cermin Dunia
Kedokteran, 47(7), 340-345.
Putri, A. W. (2021). Implementasi Artificial Neural Network (ANN) Backpropagation
Untuk Klasifikasi Jenis Penyakit Pada Daun Tanaman Tomat. MATHunesa: Jurnal
Ilmiah Matematika, 9(2), 344-350.
Sari, N. K. Y., & Sumadewi, N. L. U. (2019). Potensi ekstrak daun akasia (Acacia
auriculiformis) sebagai antifungi pada Candida albicans dan identifikasi golongan
senyawanya. Journal of Biological Sciences, 6(2), 143-147.
Sucitra, DA (2018). Ekstrak Propolis Sebagai Preventif Infeksi Virus Nd (Newcastle
Disease) Secara In Vitro Pada Kultur Makrofag Berdasarkan Penurunan Interferon
Alpha (Ifn-A) Dan Interleukin-17 (11-17) (Disertasi Doktor, Universitas Brawijaya).
Suryanti, E., Rahem, A., & Purnamayanti, A. (2022). Profil Penggunaan Obat Antivirus
Covid-19 Di Rsud Dr. Murjani-Sampit. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 7(1), 116-123.
Widjaja, J. T., Diana, K. J., & Rina, L. R. (2010). Analisis kadar interferon gamma pada
penderita tuberkulosis paru dan orang sehat. J Respir Indo, 30(2), 119-24.
SOAL
1. Jelaskan mengapa virus dapat digolongkan sebagai makhluk hidup!
Jawab : Virus dapat digolongkan sebagai makhluk hidup, Karena virus dapat
berkembang biak dalam sel hidup. perkembang biakan yang dilakukan
harus ada pada sel yang hidup misal pada embryo tikus atau telur karena
ada bagian dari virus yang hanya dibentuk oleh protein yang ada pada sel
hidup untuk membentuk Kapsid pelindung DNA hasil replikasinya.
2. Apa saja yang termasuk dalam golongan antifungi untuk infeksi dermatofit dan
mukokutan (topikal)?
Jawab : 1. Griseofulvin
2. Nistain (Mikostatin)
3. Haloprogin
4. Kandisidin
5. Natamsin
3. Interferon terbagi menjadi 3 kelas, sebut dan jelaskan!
Jawab : 1. Interferon-a yang dibuat oleh sel-sel darah putih, berperan sebagai
molekul antivirus.
2. Interferon-ß dihasilkan oleh fibroblas dan dapat bekerja pada hampir
semua sel di dalam tubuh manusia.
3. Interferon-y dihasilkan oleh limfosit sel T pembantu dan hanya
bekerja pada sel-sel tertentu, seperti makrofag, sel endotelial, fibroblas,
sel T sitotoksik, dan limfosit B.

Anda mungkin juga menyukai