Anda di halaman 1dari 2

OBAT JAMUR SISTEMIK

Pada dasawarsa terakhir, di seluruh dunia disinyalir adanya peningkatan luar biasa kasus infeksi
oleh jamur. Kasus infeksi seperti infeksi mukosa mulut,
bronchia, usus, vagina dan lain-lain oleh Candida albicans.

Penyebaran jamur ini mungkin disebabkan oleh sangat


meningkatnya pengunaan antibiotik berspektrum luas
dimana-mana sehingga merusak keseimbangan biologi flora
kuman normal.

Secara umum infeksi jamur dibedakan atas infeksi jamur


sistemik/dalam tubuh dan infeksi jamur topikal/kulit. Di
bawah ini akan dibahas mengenai obat jamur untuk infeksi
jamur sistemik.

Pada infeksi umum, jamur tersebar di tubuh atau


mengakibatkan infeksi dalam organ tubuh, yang kadang-
kadang dapat membahayakan jiwa.

I. Penggolongan Obat Jamur Sistemik

Obat jamur untuk infeksi jamur sistemik:

1. Amfoterisin B. Obat ini dapat menghambat aktivitas Histoplasma capsulatum,


Cryptococcus neoformans, Coccidioides immitis, beberapa spesies Candida,
Torulopsis glabrata, Rhodotorula, Blastomyces dermatitis, Paracoc braziliensis,
beberapa strain Aspergillus, Sporotrichum schenckii, Microsporum audiouini dan
spesies Trichophyton.
2. Flusitosin. Obat ini efektif untuk pengobatan Kriptokokosis, Kandidosis,
Kromomikosis, Torulopsis dan Aspergilosis.
3. Ketokonazol dan Triazol. Sebagai turunan Imidazol, Ketokonazol mempunyai
aktivitas anti jamur baik sistemik maupun nonsistemik, Efektif terhadap Candida,
Coccioides immitis, Cryptococcus neoformans, H.capsulatum, B.dermatitidis,
Aspergillus dan Sporothrix.
4. Kalium Iodida adalah obat terpilih untuk Cutaneous lymphatic sporotrichosis.

Infeksi jamur (mikosis) sistemik jarang dijumpai, tetapi berbahaya dan sifatnya
kronis.

Amfoterisin B merupakan obat jamur yang efektif untuk infeksi sistemik yang
berat. Dikarenakan toksisitasnya, obat ini harus diberikan dengan infus di rumah
sakit oleh tenaga medis yang kompeten.

Amfoterisin B berikatan kuat dengan sterol yang terdapat pada membran sel
jamur. Ikatan ini akan menyebabkan membran sel bocor sehingga terjadi
kehilangan bahan intrasel dan mengakibatkan kerusakan yang tetap pada sel.

Disamping Amfoterisin B, Ketokonazol adalah suatu obat jamur untuk infeksi


sistemik yang berspektrum luas.
II. Infeksi Jamur Sistemik

Infeksi jamur sistemik berdasarkan penyebabnya berikut obat terpilihnya adalah:

1. Aspergilosis. Aspergilosis paru sering terjadi pada penderita penyakit


imunosupresi yang berat dan tidak memberi respon yang memuaskan terhadap
pengobatan dengan obat jamur. Obat pilihan untuk penyakit ini adalah
Amfoterisin B secara intra vena dengan dosis 0,5-1,0 mg/kg BB setiap hari.
2. Blastomikosis. Obat jamur terpilih untuk Blastomikosis adalah Ketokonazol per
oral 400 mg mg sehari selama 6-12 bulan. Itrakonazol dengan dengan dosis 200-
400 mg sekali sehari juga efektif pada beberapa kasus. Amfoterisin B sebagai
cadangan untuk penderita yang tidak dapat menerima Ketokonazol.
3. Kandidiasis. Pengobatan menggunakan Amfoterisin B. Flusitosin diberikan
bersama Amfoterisin B untuk Meningitis, Endoftalmitis, Artritis oleh Kandida.
Disamping penyebarannya yang lebih baik ke jaringan sakit, Flusitosisn diduga
bekerja aditif dengan Amfoterisin B sehingga dosis Amfoterisin B dapat
dikurangi.
4. Koksidioidomikosis. Adanya kavitis (ruang berongga) tunggal di paru atau adanya
infiltrasi fibrokavitis yang tidak responsif terhadap kemoterapi merupakan ciri
khas penyakit kronis Koksidioidomikosis. Penyakit ini dapat diobati dengan
Amfoterisin B secara intra vena, Ketokonazol, Itrakonazol.
5. Kriptokokosis. Obat terpilih adalah Amfoterisin B dengan dosis 0,4-0,5 mg/kg per
hari secara intra vena. Penambahan Flusitosin dapat mengurangi pemakaian
Amfoterisin B (0,3 mg/kg). Flukonazol bermanfaat untuk terapi supresi pada
penderita AIDS.
6. Histoplasmosis. Penderita histoplasmosis paru kronis sebagian besar dapat diobati
dengan Ketokonazol 400 mg per hari selama 6-12 bulan. Itrakonazol 200-400 mg
sekali sehari juga cukup efektif. Amfoterisin B intra vena secara intra vena juga
dapat diberikan selama 10 minggu.
7. Mukormikosis. Amfoterisin B merupakan obat pilihan untuk Mukormikosis paru
kronis.
8. Parakoksidioidomikosis. Ketokonazol 400 mg per hari merupakan obat pilihan
yang diberikan selama 6-12 bulan. Pada keadaan yang berat diberikan terapi awal
Amfoterisin B.
9. Sporotrikosis. Obat terpilih untuk keadaan ini ialah pemberian oral larutan jenuh
Kalium Iodida (1 g/ml) dengan dosis 3 kali 40 tetes sehari yang dicampur dengan
sedikit air. Obat Sporotrikosis yang menyerang paru, tulang,

Anda mungkin juga menyukai