HEMOFILIA
TINGKAT II B
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Selawat dan Salam tercurah penuh kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan
Keperawatan Hemofilia”.
Adapun tujuan penulisan Makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
Dalam penulisan makalah ini banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, oleh karena itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya:
Peneliti menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
oleh karena itu penulis harapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
menyempurnakan penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT memberikan rahmat serta
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................ii-iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A.Latar belakang.............................................................................1
B. Rumusan masalah.............................................................................1
C. Tujuan................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................2
A. Definisi..........................................................................................2
B. Etiologi.....................................................................................2
C. Patofisiologi..................................................................................2
D. Klasifikasi.....................................................................................3
E. Manifestasi klinis..........................................................................4
F. Komplikasi..........................................................................4
G. Pemeriksaan penunjang............................................................4
H. Penata laksanaan.......................................................................5
Pengkajian.......................................................................7
Diagnosa.......................................................................7
Intervensi .......................................................................8
Implementasi.......................................................................11
Evaluasi .......................................................................12
BAB IV PENUTUP.................................................................................13
Kesimpulan .............................................................................13
Saran ........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Setiap orang tentu menginginkan kehidupan yang bahagia, tak terkecuali dengan
sepasang suami istri yang mendambakan hadirnya anak dalam kehidupannya untuk
melengkapi kebahagiaan dalam keluarga. Sebagai orang tua tentu saja menginginkan
memiliki anak yang sehat dari segi fisik dan juga psikis, tetapi dapat kita lihat bahwa tidak
semua anak dilahirkan dalam keadaan yang sempurna, dari sebagian anak ada yang lahir
dalam keadaan dimana terdapat keterbatasan baik itu dari fisik maupun juga dari psikisnya.
Meskipun dengan adanya keterbatasan tersebut orang tua harus dapat menerima karena
keterbatasan tersebut bukanlah hal yang diinginkan, orang tua harus tetap memperlakukan
anaknya seperti pada anak normal lainnya baik dari kasih sayang maupun dukungan terhadap
segala aktifitas anak.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah : Apakah terdapat pengaruh dukungan sosial terhadap
penerimaan diri pada orang tua yang memiliki anak Hemofilia ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : Mengetahui seberapa
besar pengaruh dukungan sosial terhadap penerimaan diri.
1
BAB II
TEORITIS
A. Definisi
Hemophilia merupakan gangguan koagulasi herediter atau didapat yang paling sering
dijumpai, bermanifestasi sebagai episode perdarahan intermiten. (syilvia A.Price)
B. Etiologi
Hemofilia disebabkan oleh mutase gen-gen factor VIII (FVIII) atau factor IX (FIX),
diklasifikasikan sebagai haemophilia A dan B, Kedua gen ini terletak pada komosom x,
menyebabkan gangguan resesif terkait-x. Oleh Karena Itu pada semua anak perempuan dan
anak laki-laki tidak terkena. Anak laki – laki dari perempuan yang karier memiliki
kemungkinan 50% untuk menderita penyakit Hemophilia. (Sylvia A.Price)
Sampai saat ini dikenal dua macam Hemophilia yang diturunkan secara sex- linked recessive
yaitu:
C. Patofisiologi
Proses hemostasis tergantung pada faktor koagulasi, trombosit dan pembuluh darah.
Mekanisme hemostasis terdiri dari respons pembuluh darah, adesi trombosit, agregasi
trombosit, pembentukan bekuan darah, stabilisasi bekuan darah, pembatasan bekuan darah
pada tempat cedera oleh regulasi antikoagulan, dan pemulihan aliran darah melalui proses
fibrinolisis dan penyembuhan pembuluh darah.
Cedera pada pembuluh darah akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dan
terpaparnya darah terhadap matriks subendotelial. Faktor von Willebrand (vWF) akan
teraktifasi dan diikuti adesitrombosit. Setelah proses ini, adenosine diphosphatase,
tromboxane A2 dan protein laintrombosit dilepaskan granul yang berada di dalam trombosit
dan menyebabkan agregasi trombosit dan perekrutan trombosit lebih lanjut. Cedera pada
pembuluh darah juga melepaskan tissue factor dan mengubah permukaan pembuluh darah,
2
sehingga memulai kaskade pembekuan darah dan menghasilkan fibrin. Selanjutnya bekuan
fibrin dan trombosit ini akan distabilkan oleh faktor XIII.
Keterangan : PCB : Post Circumcisional Bleeding
D. KLASIFIKASI HEMOFILIA
Hemophilian dikenal dengan tiga tipe, yaitu:
1. Hemophilia A (hemophilia klasik), akibat difisiensi atau disfungsi faktor pembekuan VIII
2. Hemophilia B (cristmas disease) akibat difisiensi atau tidak adanya aktifitas faktor IX
3. Hemophilia C akibat factor difisiensi factor pembekuan XI. Namun Hemophilia ini jarang
terjadi.
Secara klinis ketiganya tidak dapat dibedakan.
Frekuensi Hemofilia A 70 15 15
(%)
Frekuensi Hemofilia B 50 30 20
(%)
Pendarahan Post Operasi Sering dan Fatal Butuh Beban Pada operasi besar
3
E. Manifestasi Klinis
1. Terdapat pendarahan jaringan lunak, otot dan sendi, terutama sendi – sendi yang
menopang berat badan disebut hemtrosis (pendarahan sendi).
2. Pendarah berulang kedalam sendi memyebabkan degenerasi kartilago atrikularis
disertai gejala – gejala arthrisis.
3. Pendarahan timbul secara spontan atau akibat trauma ringan sampai sedang.
4. Dapat timbul saat bayi merangkak.
5. Tanda pendarahan: hematrosis, hematom subkutan/ intramuscular, pendarahan
mukosa mulut, pendarahan intracranial, epistaksis, hematuria.
6. Pendarahan berkelanjutan pasca operasi (sirkumsisi, ekstrasi gigi).
F.Komplikasi
Komplikasi yang timbul diantaranya :
G.Pemeriksaan penunjang
1) Uji skining untuk koagulasi darah
- Jumlah trombosit normal (150.000 – 450.000 per mm3 darah).
- Masa protombin (normal memerlukan waktu 11 – 13 detik).
- Masa tromboplastin parsial (meningkat, mengukut keadekuatan
faktor koagulasi intrinsik).
- Fungsional terhadap faktor VII dan IX (memastikan diagnosis).
- Masa pembekuan trombin (normalnya 10- 13 detik).
2) Biopsi hati : digunakan untuk memperoleh jaringan untuk pemeriksan
patologi dan kultur.
3) Uji fungsi feal hati : digunakam untuk mendeteksi adanya penyakit hati
(misalnya serum glutamic – piruvic transaminase [SPGT], serum glutamic –
oxalocetic transaminase [SGOT], fosfatase alkali, bilirubin).
4
H .Penatalaksanaan
Tatalaksana penderita hemofilia harus dilakukan secara komprehensif meliputi
pemberian faktor pengganti yaitu F VIII untuk hemofilia A dan F XI untuk hemofilia B,
perawatan dan rehabilitasi terutama bila ada kerusakan sendi, edukasi dan dukungan
psikososial bagi penderita dan keluarganya.
Bila terjadi pendarahan akut: terutama daerah sendi, maka tindakan RICE ( rest, ice,
compression, elevation) segera dilakukan. kompres dengan es batu atau handuk basah yang
dingin, kemudian dilakukan dengan penekanan atau pembebatan dan meninggikan daerah
pendarahan. penderita sebaiknya diberikan faktor pengganti dalam 2 jam setelah pendarahan.
Untuk hemofilia A diberikan konsentrat F VIII dengan dosis 0,5 BB (kg) x kadar yang
diinginkan (%). F VIII diberikan tiap 12 jam sedangkan F IX diberikan tiap 24 jam untuk
hemofilia B. kadar F VIII atau IX yang diinginkan tergantung pada lokasi perdarahan dimana
untuk perdarahan sendi, otot, mukosa mulut dan hidung kadar 30 - 50% diperlukan.
perdarahan saluran cerna, saluran kemih, daerah retroperitoneal dan susunan saraf pusat
maupun trauma dan tindakan operasi dianjurkan kadar 60-100%. lama pemberian tergantung
pada beratnya perdarahan atau jenis tindakan. untuk pencabutan gigi atau epistaksis diberikan
selama 2-5 hari, sedangkan operasi atau laserasi luas diberikan 7-14 hari.untuk rehabilitasi
seperti pada hemarthorosis dapat diberikan lebih lama lagi.
Profilaksis F VIII dan IX dapat diberikan secara kepada penderita hemofilia berat dengan
tujuan mengurangi kejadian hematrosis dan kecacatan sendi. WHO dan WFH
merekomendasikan profilaksis primer dimulai pada usia 1-2 tahun dan dilanjutkan seumur
hidup. Profilaksis diberikan berdasarkanprotokol Malmo yang pertama kali dikembangkan
diswedia yaitu pemberian F VIII 20-40 u/kg selang sehari minimal 3 hari per Minggu atau F
IX 20-40 U/kg dua kali per minggu.
Penderita hemofilia dianjurkan untuk berolahraga raga rutin. Memakai peralatan pelindung
yang sesuai untuk olahraga, menghindari olahraga berat atau kontak fisik. Berat badan harus
5
dijaga terutama bila ada kelainan sendi karena berat badan yang berlebih dapat memperberat
arthritis. Kebersihan mulut dan gigi juga harus diperhatikan. Vaksinasi diberikan
sebagaimana anak normal terutama terhadap hepatitis A dan B. Vaksin diberikan melalui
jalur subkutan, bukan intramuskular. Pihak sekolah sebaiknya diberitahu bila seorang anak
menderita hemofilia supaya dapat membantu penderita bila diperlukan.
Upaya mengetahui status pembawa sifat hemofilia dan konseling genetik merupakan hal yang
terpadu dalam tatalaksana hemofilia. Konseling genetik perlu diberikan kepada penderita dan
keluarga. Konseling meliputi penyakit hemofilia itu sendiri, terapi dan prognosis, pola
keturunan, deteksi pembawa sifat dan implikasinya terhadap masa depan penderita dan
pembawa sifat. deteksi hemofilia pada janin dapat dilakukan terutama bila jenis mutasi gen
sudah diketahui. Sampel dapat diperoleh melalui tindakan sampling villus khorionik atau
amnionsintesis.
6
BAB III
Pengkajian
Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan penyakit orang tua
Aktifitas
Gejala : keterbatasan melakukan aktifitas
Tanda : Kelemahan otot
Integritas ego
Gejala : Perasaan tak ada harapan, tak berdaya
Tanda : Depresi menarik diri, ansietas
Nutrisi
Gejata : Anoreksia, penurunan BB
Nyeri
Gejala : Nyeri tulang, sendi, nyeri tekan sentral, kram otot
Tanda : Perilaku berhati-hati, gelisah, rewel
Keamanan
Gejala : Riwayat trauma ringan, perdaran spontan
Tanda : Hematoma
Pemeriksaan fisik
7
a) Frekuensi: Normal= 15-20x /menit; >20: Takipnea; <15 bradipnea=""
span="">
Diagnosa
1. Nyeri akut b.d perdarahan dalam jaringan dan sendi
2. Hambatan mobilitas fisik b.d perdarahan pada sendi dan jaringan lain
3. Resiko syok
4. Resiko kekuranagn volume cairan b.d faktor resiko kehilangan cairan melalui
rute abnormal( perdarahan)
5. Resiko cidera b.d perdarahan dan faktor trauma
6. Ketidakmampuan koping keluarga b.d anak menderita penyakit serius
Pemeriksaan Fisik
8
Pemeriksaan wajah
· Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.
Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak pucat/ikterik, simetris.
· Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang
· Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema.
setelah diadakan pemeriksaan wajah evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan
dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
Pemeriksaan mata
Tujuan
a) Mengetahui bentuk dan fungsi mata
b) Mengetahui adanya kelainan pada mata.
Prosedur Pelaksanaan
· Inspeksi: bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata, kesimestrisan, bola
mata, warna konjunctiva dan sclera (anemis/ikterik), penggunaan kacamata / lensa kontak,
dan respon terhadap cahaya.
Normal: simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna konjungtiva pink, dan sclera
berwarna putih.
Pemeriksaan telinga
Tujuan
Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga, dan fungsi pendengaran.
Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi telinga, warna, liang
telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu dengar..
Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus, warna sama dengan kulit
lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat bantu dengar.
· Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus
Normal: tidak ada nyeri tekan.
Pemeriksaan kepala
Tujuan
a) Mengetahui bentuk dan fungsi kepala
b) Mengetahui kelainan yang terdapat di kepala
Prosedur Pelaksanaan
9
· Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi atau tidak, kebersihan
rambut dan kulit kepala, warna, rambut, jumlah dan distribusi rambut.
Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan
gizi(rambut jagung dan kering)
· Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur rambut.
· Normal: tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan kuat/tidak rapuh.
setelah diadakan pemeriksaan kepala evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan
dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat.
Pemeriksaan wajah
· Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.
Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak pucat/ikterik, simetris.
· Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang
· Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema.
setelah diadakan pemeriksaan wajah evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan
dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
Pemeriksaan mata
Tujuan
a) Mengetahui bentuk dan fungsi mata
b) Mengetahui adanya kelainan pada mata.
Prosedur Pelaksanaan
· Inspeksi: bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata, kesimestrisan, bola
mata, warna konjunctiva dan sclera (anemis/ikterik), penggunaan kacamata / lensa kontak,
dan respon terhadap cahaya.
Normal: simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna konjungtiva pink, dan sclera
berwarna putih.
Pemeriksaan telinga
Tujuan
Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga, dan fungsi pendengaran.
Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi telinga, warna, liang
telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu dengar..
Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus, warna sama dengan kulit
lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat bantu dengar.
10
· Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus
Normal: tidak ada nyeri tekan.
11
· Palpasi dan Perkusi frontalis dan, maksilaris (bengkak, nyeri, dan septum deviasi)
Normal: tidak ada bengkak dan nyeri tekan.
12
A) System pernafasan
Tujuan :
a) Mengetahui bentuk, kesimetrisas, ekspansi, keadaan kulit, dan dinding dada
b) Mengetahui frekuensi, sifat, irama pernafasan,
c) Mengetahui adanya nyeri tekan, masa, peradangan, traktil premitus
Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas (frekuensi, irama, kedalaman,
dan upaya pernafasan/penggunaan otot-otot bantu pernafasan), warna kulit, lesi, edema,
pembengkakan/ penonjolan.
Normal: simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-tanda distress pernapasan,
warna kulit sama dengan warna kulit lain, tidak ikterik/sianosis, tidak ada
pembengkakan/penonjolan/edema
Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile fremitus.
(perawat berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien untuk mengucapkan angka “tujuh-
tujuh” atau “enam-enam” sambil melakukan perabaan dengan kedua telapak tangan pada
punggung pasien.)
Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan/massa/tanda-tanda peradangan, ekspansi
simetris, taktil vremitus cendrung sebelah kanan lebih teraba jelas.
· Perkusi: paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu sisi dengan satu sisi
lain pada tinggi yang sama dengan pola berjenjang sisi ke sisi)
Normal: resonan (“dug dug dug”), jika bagian padat lebih daripada bagian udara=pekak
(“bleg bleg bleg”), jika bagian udara lebih besar dari bagian padat=hiperesonan (“deng
deng deng”), batas jantung=bunyi rensonan----hilang>>redup.
· Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan dengan menggunakan
stetoskop di lapang paru kika, di RIC 1 dan 2, di atas manubrium dan di atas trachea)
Normal: bunyi napas vesikuler, bronchovesikuler, brochial, tracheal.
B) System kardiovaskuler
Tujuan
a) Mengetahui ketifdak normalan denyut jantung
b) Mengetahui ukuran dan bentuk jantug secara kasar
c) Mengetahui bunyi jantung normal dan abnormal
d) Mendeteksi gangguan kardiovaskuler
13
· Palpasi: denyutan
Normal untuk inspeksi dan palpasi: denyutan aorta teraba.
· Perkusi: ukuran, bentuk, dan batas jantung (lakukan dari arah samping ke tengah dada,
dan dari atas ke bawah sampai bunyi redup)
Normal: batas jantung: tidak lebih dari 4,7,10 cm ke arah kiri dari garis mid sterna, pada
RIC 4,5,dan 8.
· Auskultasi: bunyi jantung, arteri karotis. (gunakan bagian diafragma dan bell dari
stetoskop untuk mendengarkan bunyi jantung.
· Normal: terdengar bunyi jantung I/S1 (lub) dan bunyi jantung II/S2 (dub), tidak ada bunyi
jantung tambahan (S3 atau S4).
Prosedur pelaksanaan
Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar, ostomy, distensi,
tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus, dan gerakan dinding perut.
14
Normal: simetris kika, warna dengan warna kulit lain, tidak ikterik tidak terdapat ostomy,
distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus.
Auskultasi : suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran (bagian diafragma dari
stetoskop) dan suara pembuluh darah dan friction rub :aorta, a.renalis, a. illiaka
(bagian bell).
Normal: suara peristaltic terdengar setiap 5-20x/dtk, terdengar denyutan arteri renalis,
arteri iliaka dan aorta.
Perkusi semua kuadran : mulai dari kuadran kanan atas bergerak searah jarum jam,
perhatikan jika klien merasa nyeri dan bagaiman kualitas bunyinya.
Perkusi hepar: Batas
Perkusi Limfa: ukuran dan batas
Perkusi ginjal: nyeri
Normal: timpani, bila hepar dan limfa membesar=redup dan apabila banyak cairan
= hipertimpani
Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan): massa, karakteristik
organ, adanya asistes, nyeri irregular, lokasi, dan nyeri.dengan cara perawat
menghangatkan tangan terlebih dahulu
Normal: tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan
penumpukan cairan
15
Pemeriksaan ekstermitas bawah (panggul, lutut, pergelangan kaki dan telapak
kaki)
Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh
Pemeriksaan rectum
Tujuan :
Prosedur Pelaksanaan
1. Wanita:
16
· Inspeksi genitalia eksternal: mukosa kulit, integritas kulit, contour simetris, edema,
pengeluaran.
· Normal: bersih, mukosa lembab, integritas kulit baik, semetris tidak ada edema dan
tanda-tanda infeksi (pengeluaran pus /bau)
· Inspeksi vagina dan servik : integritas kulit, massa, pengeluaran
· Palpasi vagina, uterus dan ovarium: letak ukuran, konsistensi dan, massa
· Pemeriksaan anus dan rectum: feses, nyeri, massa edema, haemoroid, fistula ani
pengeluaran dan perdarahan.
· Normal: tidak ada nyeri, tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/ tanda-tanda infeksi dan
pendarahan.
2. Pria:
Inspeksi dan palpasi penis: Integritas kulit, massa dan pengeluaran
Normal: integritas kulit baik, tidak ada masa atau pembengkakan, tidak ada pengeluaran
pus atau darah
Inspeksi dan palpassi skrotum: integritas kulit, ukuran dan bentuk, turunan testes dan
mobilitas, massa, nyeri dan tonjolan
Pemeriksaan anus dan rectum : feses, nyeri, massa, edema, hemoroid, fistula ani,
pengeluaran dan perdarahan.
Normal: tidak ada nyeri , tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/ tanda-tanda infeksi dan
pendarahan.
ANALISA DATA
2. faktor biologis
DO:
3. faktor kimia
- Perubahan selera makan
- Perubahan tekanan darah 4. proses penyakit
- Perubahan frekuensi jantung
- Laporan isyarat
Prilaku distraksi
2 DS: 1. penurunan kekuatan otot Hambatan mobilitas
17
fisik
2. penurunan kekuatan
sendi
DO: 3. ganguan
- penurunan waktu reaksi musculussceletal
- kesulitan membolak balik
posisi
- melakukan aktifitas lain
sebagai pengganti pergerakan
- dispnea setelah beraktivitas
perubahan secara berjalan
3 DS: 1. ketidakmampuan Resiko syok
pemnuluh darah untuk
mengalirkan darah
DO:
- hipotensi
- hipovolemi
- hipoksemia
- hipoksia
- infeksi
- sepsis
- sindrom respon inflamasi
sistemik
DO:
- kehilangan volume cairan
aktif
- kurang pengetahuan
- penyimpangan yang
mempengaruhi absorpsi
18
cairan
Intervensi
19
N DIAGNOSA TUJUAN/KRITERIA INTERVENSI
O KEPERAWATAN HASIL
1 Nyeri akut NOC NIC
Definisi: pengelaman Pain level PAINT
sensori dan emosional Pain control MANAGEMENT
yang tidak Comfort level Melakukan
menyenangkan yang pengkajian nyeri.
muncul akibat kerusakan Kriteria hasil : Menggunakan teknik
jaringan, aktual atau komter untuk
potensial digambarkan Mampu mengontrol mengetahui
dalam hal kerusakan nyeri,mampu pengalaman nyeri
mengenali nyeri pasien.
Batasan Karakteristik: Melaporkan nyeri Kaji kultur yang
- Perubahan selera berkurangdengan mempengaruhi respon
makan menggunakan nyeri.
- Perubahan tekanan manajemen nyeri
darah
- Perubahan frekuensi
jantung
- Laporan isyarat
- Prilaku distraksi
2 Hambatan mobilitas NOC NIC
fisik Join movment : active Execise teraphy
Definisi : keterbatasan Mobiliti level monitoring vital sing
fisik tubuh satu atau Transfer performence konsultasikan
lebih ekstrimitas secara dengan terapy fisik
mandiri atau terarah. Kriteria Hasil: tentang rancana
Batasan Karakteristik: ambulasi
- penurunan waktu reaksi Klien meningkat bantu klien
- kesulitan membolak dalam aktifitas fisik menggunakan
balik posisi Mengerti tujuan dari tongkat
- melakukan aktifitas peningkatan ajarkan pasien
lain sebagai pengganti mobilitas teknik ambulasi
pergerakan Meverbalisasikan
20
- dispnea setelah perasaan dalam kaji kemampuan
beraktivitas meningkaatkan pasien
- perubahan secara kekuatan dan
berjalan kemampuan
beribbadah
bantu untuk
mobilitas
3 Resiko syok NOC NIC
Defenisi : beresiko syok prevention Syok prevention
terhadap ketidakcukupan syok management monitor status
aliran darah kejaringan sirkulasi BP
tubuh, yang dapat Kriteria Hasil: monitor tanda
mengakibatkan disfungsi inadekuat oksigen
seluler yang mengancam nadi dalam batas monitor suhu dan
jiwa yang di harapkan pernafasan
Faktor Resiko irama jantung dalam monitor input dan
- hipotensi batas yang di output
- hipovolemi harapkan
- hipoksemia frekuensi napas
- hipoksia dalam batas yang di
- infeksi harapkan
- sepsis
- sindrom respon
inflamasi sistemik
21
Faktor risiko intake output yang
- kehilangan volume mempertahankan akurat
cairan aktif urine output Monitor status hidrasi
- kurang pengetahuan tekanan darah nadi, Memantau nutrisi
- penyimpangan yang suhu tubuh dalam yang masuk
mempengaruhi batas normal Memantau keluar
absorpsi cairan tidak ada tanda masuknya Nutrisi
- penyimpangan yang tanda dehidrasi
mempengaruhi elastisitas turgor
asupan cairan kulit baik
22
terhadap masalah penerima asuhan Dukungan emosi:
kesehatan Koping keluarga: memberikan
Batasan Karakteristik: tindakan keluarga penenangan selama
- Pengabaian untuk mengelola periode steres
- Agresi stressor yang
- Agitasi membebani sumber-
- Menjamin rutinitas sumber keluarga
biasa Normalisasi keluarga
- Peningkatan kapasistas sistrm
ketergantungan keluarga dalam
klien memepertahnkan
rutinitas dan
mengembangkan
strategi untuk
mengoptimalkan
fungsi jika ada
anggota keluarga
yang sakit
Identifikasi gaya
koping yang
bertentangan
IMPLEMENTASI
23
3. Mencegah komplikasi
EVALUASI
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
24
Hemofilia adalah gangguan koagulasi herediter atau didapat yang paling
sering dijumpai, bermanifestasi sebagai epsode perdarahan intermiten. Tingkat
terjadinya hemophilia adalah 1 kasus dari 10.000. bisa dikatakan sangat jarang.
Saran
Diharapkan materi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, mau itu
mahasiswa atau non mahasiswa agar memberikan pemahaman yang lebih luas
terhadap hemofilia
25
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif, Hardhi Kusuma, 2015. Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa
medis dan NANDA NIC-NOC edisi revisi jilid 2. Media Action Publishing, Jogjakarta
26