Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN HEMOFILIA PADA

ANAK

( Laporan Ini Disusun Untuk Memnuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak )

Disusun Oleh :

KELOMPOK 6

Abdi Mahardika 221FK0104


Linda Amelia 221FK0104

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur alhamdulilah atas kehadirat allah swt yang telah memberikan
rahmat dan karunia nya kepada kami,sehingga dapat menyelesaikan makalah KEPERAWATAN
ANAK dengan judul “Hemofilia” salah satu tugas wajib dan bukti bahwa kami selaku penulis
telah malaksanakan dan menyelesaikan makalah ini .

Adapun maksud dengan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu cara guna
memperdalam materi keperawatan anak yang merupakan salah satu mata kuliah yang diajarkan di
Universitas Bhakti Kencana.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak telepas bimbingan,dorongan,serta bantuan yang
terhingga nilainya dari berbagai pihak.untuk itu penulis menyampaikan terimakasih setulusnya
kepada:

Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaaan oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang memebangun dari semua pihak.harapan penulis
semoga makalah yang sederhana ini mempu memberikan informasi kepada pembaca tentang
pemeriksaan penunjang terlebih bagi kita sebagai Mahasiswa.

Akhir kata,semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua,dan atas perhatian pembaca saya
ucapkan terimakasih

Bandung, 25 Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................................
1.2 LATAR BELAKANG .....................................................................................................................
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN.................................................................................................
2.1 Definisi .............................................................................................................................................
2.2 Klasifikasi ........................................................................................................................................
2.3 Etiologi.............................................................................................................................................
2.4 Patofisiologi .....................................................................................................................................
2.5 Manifestasi klinik.............................................................................................................................
2.6 Pemeriksaan penunjang ...................................................................................................................
2.7 Penataklaksanaan .............................................................................................................................
2.8 Komplikasi .......................................................................................................................................
BAB III ..................................................................................................................................................
3.1 PENGKAJIAN .................................................................................................................................
3.2 ANALISA DATA ............................................................................................................................
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN .....................................................................................................
3.4 PELAKSANAAN ............................................................................................................................
3.5 EVALUASI......................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hemofilia A dan B merupakan kelainan pendarahan kongenital yang jarang dan disebabkan oleh
defisiensi faktor koagulasi VIII (FVIII) atau faktor IX (FIX). Hal ini ditandai dengan manifestasi
perdarahan, termasuk episode perdarahan spontan ke otot dan sendi, terutama pada orang dengan
hemofilia berat (tingkat aktivitas FVIII atau FIX <1 unit internasional per desiliter [IU/DL]). Pendarahan
sendi yang umumnya mempengaruhi sendi yang menahan beban, seperti lutut atau pergelangan kaki dapat
menyebabkan perkembangan artropati hemofilik yang menyakitkan dan melumpuhkan. Akibatnya orang
dengan hemofilia atau Person With Hemophilia (PwH) sering memiliki potensi olahraga yang terbatas
dan mengakibatkan gaya hidup yang tidak banyak bergerak dan kesulitan dalam mempertahankan berat
badan yang ideal Setelah berat badan yang berlebih, kelebihan adipositas lebih lanjut mempercepat
hilangnya mobilitas pada sendi penahan beban, yang menyebabkan gangguan fungsional lebih lanjut. Hal
ini kemudian menjadi lingkaran setan yang sulit untuk diatasi (Castaman & Matino, 2019).
Menurut World Federation of Hemophilia, sekitar 400.000 orang di seluruh dunia mengalami
hemofilia, dengan sekitar 75% di antaranya terdapat pada negara- negara berkembang. Di Indonesia,
diperkirakan terdapat sekitar 5.000-7.000 penderita hemofilia. Meskipun terdapat pengobatan yang
tersedia untuk mengontrol gejala hemofilia, kualitas hidup pasien hemofilia masih menjadi perhatian
utama dalam pengelolaan penyakit ini (Srivastava et al., 2020).
Dalam konteks pengelolaan hemofilia, pemahaman yang baik tentang kualitas hidup pasien adalah
tindakan yang penting guna mengembangkan rencana pengobatan yang efektif dan membantu pasien
mengatasi dampak sosial dan psikologis penyakit mereka. Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan
yang terus dilakukan di bidang ini akan memungkinkan pengobatan yang lebih baik dan memperbaiki
kualitas hidup pasien hemofilia(Cuesta-Barriuso et al., 2021a).
Hemofilia ditandai dengan perdarahan sendi, otot, gastrointestinal dan sistem saraf pusat secara
spontan dan terprovokasi, yang menyebabkan morbiditas dan bahkan kematian jika tidak diobati. Dengan
perintisan faktor koagulasi turunan plasma yang aman dan rekombinan dapat dimulainya infus faktor
pembekuan sebagai profilaksis, orang dengan hemofilia sekarang harapan hidupnya lebih lama dengan
lebih sedikit perdarahan dan komplikasi infeksi. Karena harapan hidup dan gaya hidup mereka sudah lebih
mendekati dengan masyarakat yang sehat, demikian juga risiko penderita hemofilia terhadap masalah
kesehatan masyarakat umum, termasuk kelebihan berat badan, obesitas dan komplikasi lainnya (Berntorp
et al., 2021).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang kami buat maka muncul keinginan kami untuk membahas masalah
penyakit hemofilia guna untuk memperdalam ilmu pengetahuan mengenai penyakit hemofilia agar dapat
menjadi acuan dan konsep dasar kami untuk melakukan asuhan keperawatan pasien dengan hemofilia.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberi tahu kepada pembaca khususnya bagi
kalangan perawat agar mengetahui apa itu hemofilia dan apa saja asuhan keperawatan pasien dengan
hemofilia.
2. Tujuan khusus
Secara khusus dalam menyusun makalah ini adalah penulis bertujuan untuk memenuhi tugas dalam mata
kuliah sistem imun & hematologi yang telah diberikan oleh dosen pembimbing serta mahasiswa dapat
mampu :
a. Mengetahui definisi hemofilia
b. Mengetahui klasifikasi hemofilia
c. Mengetahui etiologi hemofilia
d. Mengetahui patofisiologi hemofilia
e. Mengetahui manifestasi klinis hemofilia
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang hemofilia
g. Mengetahui penatalaksanaan hemofilia
D. Manfaat
Hasil dari makalah ini diharapkan dapat menjadi sebagai bahan ilmu pengetahuan dan wawasan dalam
Menyusun Asuhan Keperawatan Anak Pada Pasien Dengan Penyakit Hemofilia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hemofilia adalah sebuah penyakit ganguan pada sistem pembekuan darah dan biasanya penyakit
tersebut bersifat menurun. Penderita hemofilia umumnya diturunkan dari gen X, yang mana diturunkan dari
ibu sebagi sumber (carier) kepada anak lak-laki sejak dilahirkan. Meskipun menurut Kiswari Rukman 30 %
penderita hemofilia tidak ditularkan oleh faktor gen. Akan tetapi kemungkinan terjadi karena mutasi genetik.
Penyakit hemofilia sendiri terbagi menjadi dua jenis yakni, hemofilia A dan hemofilia B. Dalam
beberapa kasus hemofilia A sering terjadi dengan perbandingan 1:10000 pada bayi laki-laki dengan
prosentase 80-05 % dari semua kasus hemofilia. Sedangkan lainya merupakan hemofilia B. di Indonesia
sendiri data penderita hemofilia A menyentuh angka sekitar 20000 orang.
2.2 Etiologi
Hemofilia biasanya merupakan kondisi bawaan dan disebabkan oleh kekurangan factor pembekuan
dalam darah. Hemofilia disebabkan hampir selalu karena cacat atau mutase pada gen factor pembekuan.
Etiologi hemofilia adalah disfungsi atau defisiensi faktor pembekuan yang berkaitan dengan defek atau
mutasi genetik gen yang mengkode faktor pembekuan tersebut. Ada lebih dari 1000 macam mutasi yang
telah diketahui mempengaruhi pembentukan faktor VIII dan IX. Mutasi ini dapat bersifat herediter dan
juga didapat/acquired.

2.3 Klasifikasi
Terdapat tiga bentuk hemofilia, yaitu sebagai berikut :
● Hemofilia A : disebabkan oleh kurangnya factor pembeku
● an darah VIII : sekitar 85 % penderita hemofilia memiliki penyakit tipe A
● Hemofilia B : disebabkan oleh kekurangan factor IX
● Penyakit von Willebrand : bagian dari molekul factor VIII yang dikenal sebagai factor von
willwbrand atau kofaktor ristocetin berkurang. Factor von williebrand membantu trombosit (sel
darah yang mengontrol pendarahan) menempel pada lapisan vena atau arteri. Factor yang hilang
ini mengakibatkan waktu pendarahan yang lama karena trombosit tidak dapat menempel pada
dinding pembuluh dan membentuk sumbat untuk menghentikan perdarahan.
2.4 Manifestasi Klinis
Pada penderita hemofilia ringan perdarahan spontan jarang terjadi dan perdarahan terjadi setelah
trauma berat atau operasi,. Pada hemofilia sedang, perdarahan spontan dapat terjadi atau dengan trauma
ringan. Sedangkan pada hemofilia berat perdarahan spontan sering terjadi dengan perdarahan ke dalam sendi,
otot dan organ dalam. Perdarahan dapat mulai terjadi semasa janin atau pada proses persalinan. Umumnya
penderita hemofilia berat perdarahan sudah mulai terjadi pada usia di bawah 1 tahun. Perdarahan dapat terjadi
di mukosa mulut, gusi, hidung, saluran kemih, sendi lutut, pergelangan kaki dan siku tangan, otot iliospoas,
betis dan lengan bawah. Perdarahan di dalam otak, leher atau tenggorokan dan saluran cerna yang masif dapat
mengancam jiwa.
a. Hemartrosi dan luka memar sejak bayi merangkak
b. Pembengkakan dan nyeri pada sendi
c. Perdarahan kedalam otot sering terjadi
d. Perdarahan intra abdominal retroperitoneal dan intracranial dapat terjadi
2.5 Patofisiologi
1. Defisiensi factor VIII (Hemofilia A)
Hemofilia A disebabkan oleh gen yang defek yang terdapat pada kromosom X, banyak ,mutase pada
struktur gen telah dideskripsikan. Yang paling umum adalah delesi besar dan mutase missense. Lainnya
meliputi delesi kecil, insersi, duplikasi segmen gen internal, mutasi sisi pemotongan, dan mutase oktah
kecil yang tidak penting. Mutasi missense kebanyakan dari kelainan yang akan menggangu sintesis
antigen factor VIII.
2. Defisiensi factor IX (Hemofilia B)
Faktor IX dipublikasi oleh hati dan merupakan salah satu factor koagulasi- tergantung vitamin k. factor
IX normalnya kurang pada plasma neonates dan meningkat perlahan-lahan menuju kisaran nilai. Jadi
seperti factor VIII, yang kadarnya normal atau diatas normal pada waktu lahir.
3. Defisiensi factor XII (Hemofilia Hageman)
Kejadian homozigot antoson menyebabkan defisiensi berat factor XII. Meskipun hasil uji fase 1 kogulasi
abnormal, orang yang terkena tidak mempunyai abnormalitas perdarahan. Beberapa penderita mempunyai
kecenderungan.
PATHWAY HEMOFILIA

2.6 Komplikasi
1.Perkembanganinhibitordanperan induksi toleransi imun dan antibodi monoklonal
Komplikasi utama terapi pada pasien hemofilia adalah perkembangan inhibitor. Inhibitor adalah
alloantibodi (IgG) yang diarahkan terhadap faktor VIII dan IX yang menetralkan aksinya.Ini adalah
komplikasi hemofilia terkaitpengobatanyangpalingparah.Kehadiran inhibitor harus dicurigai jikaperdarahan
gagal berhenti setelah infus faktor pembekuan pada pasien yang sebelumnya responsif.Inhibitor membuat
waktu paruh konsentrat faktor yang diinfuskan menjadi lebih pendek dan dengan demikian menurun
kanefisiensinya.Inhibitor lebih sering terjadi pada hemofilia A dibandingkan hemofilia B, juga pada
hemofilia berat dengan insidensi 20% hingga30% dibandingkan hemofilia
ringandenganinsidensi5%hingga10%. Usiarata-rata perkembangan indikator adalah tiga tahun atau kurang
pada hemofilia berat sementara itu mendekati 30 tahun pada hemofilia ringan atau sedang. indhibitor pada
hemofilia ringan atau sedang terutama menyebabkan perdarahan pada mukokutan.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan PT (Partial Tromboplstin) dan APPT (Activated Partial Tromboplastin Time). Bila masa
protombin memberi hasil normal dan APPT memanjang, memberi kesan adanya defisiensi (kurang
dari 25%) dari aktivitas satu atau lebih factor koagulasi plasma (F XII, F XI, F IX, F VIII)
2. Pemeriksaan kadar factor VIII dan IX. Bila APPT pada pasien dengan perdarahan yang berulang lebih
dari 34 detik perlu dilakukan pemeriksaan assay kuantitatif terhadap F VIII dan F IX untuk
memastikan diagnose.
3. Uji skrining koagulasi darah :
a. Jumlah trombosit
b. Masa protombin
c. Masa tromboplastin parsial
d. Masa pembekuan thrombin
e. Assay fungsional factor VIII dan IX
2.8 Penatalaksanaan
1. Terapi Suportif
a. Melakukan pencegahan baik menghindari luka atau benturan
b. Merencanakan suatu tindakan operasi serta mempertahankan kadar aktivitas faktor pembekuan
sekitar 30-50%
c. Lakukan Rest, Ice, Compressio, Elevation (RICE) pada lokasi perdarahan untuk mengatasi
perdarahan akut yang terjadi.
d. Kortikosteroid, untuk menghilangkan proses inflamasi pada sinovitis akut yang terjadi setelah
serangan akut hemartrosis
e. Analgetik, diindikasikan pada pasien hemartrosis dengan nyeri hebat, hindari analgetik yang
mengganggu agregasi trombosit
f. Rehabilitasi medik, sebaiknya dilakukan sedini mungkin secara komprehensif dan holistic dalam
sebuah tim karena keterlambatan pengelolaan akan menyebabkan kecacatan dan ketidakmampuan
baik fisik, okupasi maupun psikososial dan edukasi. Rehabilitasi medic atritis hemofilia meliputi :
latihan pasif/aktif, terapi dingin dan panas, penggunaan ortosis, terapi psikososial dan terapi
rekreasi serta edukasi.
2. Terapi Pengganti Faktor Pembekuan
Dilakukan dengan memberikan F VIII atau F IX baik rekombinan, kosentrat maupun komponen darah
yang mengandung cukup banyak factor pembekuan tersebut. Hal ini berfungsi untuk profilaktif/untuk
mengatasi episode perdarahan. Jumlah yang diberikan bergantung pada factor yang kurang.
. 2.9 Konsep anak
Definisi
Anak adalah seseorang yang sampai berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan
(Kemenkes RI, 2014). Menurut WHO definisi anak adalah dihitung sejak seseorang di dalam kandungan
sampai dengan usia 19 tahun (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan Konvensi Hakhak Anak yang disetujui
oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang dimaksud anak adalah setiap orang yang berusia
di bawah 18 tahun, kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia
dewasa dicapai lebih awal (Soediono (2014) dalam Sari, 2020). Menurut Koizer (2011), anak
dikategorikan menjadi beberapa kelompok usia, yaitu masa anak-anak berumur 0-12 tahun, masa remaja
berumur 13- 20 tahun, masa dewasa berumur 21-25 tahun. Pada masa anak-anak, anak cenderung
memiliki sifat suka meniru apa yang dilakukan orang lain dan orang terdekatnya, serta mempunyai emosi
yang masih meluap-luap.
2.10 Konsep keperawatan anak
Keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus pada keluarga (family centered care),
pencegahan terhadap trauma (atrumatic care), dan manajemen kasus. Dalam dunia keperawatan anak,
perawat perlu memahami, menginggat adanya beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan asuhan
dikarenakan anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik (Hidayat, 2019.
Bahwa anak yang sah adalah yang dilahirkan dalam atau sebagai perkawinan yang sah. Dari kedua
pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian anak adalah seseorang yang dilahirkan
dalam atau sebagai perkawinan yang sah yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah.
Dalam keperawatan anak yang menjadi individu (klien) adalah anak anak diartikan sebagai seseorang
yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus
baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan yang dimulasi dari bayi (0-1 tahun), usia bermain/ todler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5
tahun), usia sekolah (5 – 11 tahun), remaja (11- 18 tahun), (Lindawati. 2018).
2.11 Paradigma keperawatan anak
Paradigma keperawatan anak merupakan suatu landasan berpikir dalam penerapan ilmu keperawatan
anak. Landasan berpikir tersebut terdiri dari empat komponen, diantaranya manusia dalam hal ini anak,
keperawatan, sehat-sakit dan lingkungan yang dapat digambarkan berikut ini:
a) Manusia (Anak)
Dalam keperawatan anak yang menjadi individu (klien) adalah anak yang diartikan sebagai
seseorang yang usianya kurang dari 18 (delapan belas) tahun dalam masa tumbuh kembang, dengan
kebutuhan khusus yaitu kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual.
b). Sehat-sakit

Rentang sehat-sakit merupakan batasan yang dapat diberikan bantuan pelayanan keperawatan pada anak
adalah suatu kondisi anak berada dalam status kesehatan yang meliputi sejahtera, sehat optimal, sehat,
sakit, sakit kronis dan meninggal.
c). Lingkungan
Lingkungan dalam paradigma keperawatan anak yang dimaksud adalah lingkungan eksternal maupun
internal yang berperan dalam perubahan status kesehatan anak. Lingkungan internal seperti anak lahir
dengan kelainan bawaan maka di kemudian hari akan terjadi perubahan status kesehatan yang cenderung
sakit, sedang lingkungan eksternal seperti gizi buruk, peran orang tua, saudara, teman sebaya dan
masyarakat akan mempengaruhi status kesehatan anak.
d). Keperawatan
Komponen ini merupakan bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan kepada anak dalam mencapai
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal dengan melibatkan keluarga. Upaya tersebut dapat
tercapai dengan keterlibatan langsung pada keluarga mengingat keluarga merupakan sistem terbuka yang
anggotanya dapat dirawat secara efektif dan keluarga sangat berperan dalam menentukan keberhasilan
asuhan keperawatan, di samping keluarga mempunyai peran sangat penting dalam perlindungan anak dan
mempunyai peran memenuhi kebutuhan anak.
2.12 Konsep asuhan keperawatan Hemofilia
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian keperawatan merupakan dasar pemikiran dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. Pengkajian yang lengkap, dan
sistematis sesuai dengan fakta atau kondisi yang ada pada klien sangat penting untuk merumuskan suatu
diagnosa keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu
( Olfah & Ghofur, 2016 ).
a. Identitas pasien
Meliputi nama, nomor RM, umur, jenis kelamin Pendidikan, Alamat, pekerjaan, asuransi Kesehatan,
agama, suku bangsa , tanggal dan jam MRS, nomor registrasi, serta diagnose medis.
b. Keluhan utama
Keluhan utama sulitnya darah membeku ketika terjadi luka di permukaan kulit.
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan dahulu
Focus primer yang sering terjadi pada hemofilia adalah sering terjadi infeksi pada daerah luka, dan
mungkin terjadi hipotensi akibat perdarahan yang terus menerus dan apabila sering terjadi perdarahan
yang terus-menerus pada daerah sendi akan mengakibatkan kerusakaan sendi engsel, seperti pattela,
pergelangan kaki, siku. Pada sendi engsel mempunyai sedikit perlindungan terhadap tekanan,
akibatnya sering terjadi perdarahan. Sedangkan pada sendi peluru mempunyai perlindungan yang
baik. Apabila terjadi perdarahan, jarang menimbulkan kerusakan sendi.
3. Riwayat Kesehatan sekarang
Sering terjadi nyeri pada lukja, pembengkakan, perdarahan pada jaringan lunak, penurunan
mobilitas, perdarahan mukosa oral, ekimosis subkutan diatas tonjolan – tonjolan tulang.
• Aktivitas
Saat sakit aktivitas anak hanya di tempat tidur, ketika sehat anak dapat bermain bersama anak
tetangga.
• Tidur dan istirahat
Pasien mengatakan pola tidur sebelum sakit dan selama sakit tidak ada perubahan, anak dapat
tidur tanpa terjaga
• Eliminasi
Pasien mengatakan BAK lancar, tidak ada nyeri saat BAK, frekuensi BAK + 6x/hari dengan
warna kuning, BAB lancar frekuensi 1x/hari saat pagi hari warna kuning dengan konsistensi
lembek, tidak ada perdarahan saat BAB
• Pola hubungan
Anak tampak lebih dekat dengan Bapak, anak selalu mendampingi Bapak bekerja karena anak
dapat menjadi penerjemah saat berkomunikasi
• Koping atau temperamen dan disiplin yang di terapkan Orang tua mengatakan anak merupakan
seorang yang periang dan mudah bergaul dengan orang lain, pasien mengatakan saat perdarahan
terjadi, pasien memilih untuk menghindari penyebab perdarahan seperti berbaring di tempat tidur
dan tidak menggosok gigi saat ada perdarahan di gusi
• Kognitif dan persepsi pasien pasien mengatakan tetap bersekolah meskipun juga sering membatu
bapaknya bekerja dilabuhan karena pasien yang membantu bapak dalam berkomunikasi dengan
orang lain.
• Konsep diri
Pasien mengatakan dirinya menerima keadaan sakit yang dialami saat ini dan tidak terlihat rasa
sedih sedikitpun di wajah pasien. Pasien tampak kooperatif dan dengan riang menjawab semua
pertanyaan yang diberikan tanpa rasa malu ataupun gugup. Mental pasien dalam berinteraksi
dengan orang lain juga terlihat kuat yang di buktikan dengan setiap jawaban yang diberikan oleh
pasien. Pasien tampak lancar menjawab semua pertanyaan dan mengerti setiap pertanyaan yang
diberikan oleh perawat.
• Nilai Pasien
mengatakan yakin bahwa dirinya akan baik-baik saja dengan kondisi sekarang, pasien
menyerahkan sepenuhnya kepada Allah dan terus berdoa untuk diberikan kesembuhan. Pasien
juga sering mencari informasi dari media sosial untuk mengetahui perawatan yang tepat pada
seseorang yang sakit hemofilia
I. Tanda-tanda vital
• Kulit
Inspeksi: kulit nampak bersih, terlihat pucat, tidak ada lesi atau kelainan bentuk, tidak ada
memar
Palpasi: tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan, turgor kulit elastis, CRT < 2 detik, akral
teraba hangat
• Kepala
Inspeksi: tidak ada lesi pada kulit kepala, rambut tipis dan lurus, tidak berbau, rambut bewarna
hitam
Palpasi: tidak teraba benjolan dan tidak ada nyeri tekan
• Mata
Inspeksi: conjungtiva anemis, ada reflek cahaya pada kedua mata, pupil iskolor, sklera tidak
ikterik
Palpasi: tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan
• Telinga
Inspeksi: telinga tampak simetris, telinga bersih tidak ada serumen atau cairan lainnya
Palpasi: tidak teraba benjolan atau nyeri tekan
• Hidung
Inspeksi: hidung tampak simetris, tidak ada lesi atau perdarahan, tidak ada polip
• Mulut
Palpasi: tidak teraba benjolan dan tidak ada nyeri tekan
Inspeksi: terdapat perdarahan aktif di gusi, gigi lengkap dan tidak ada yang berlubang, gigi
bewarna kuning dan kemerahan, mukosa oral kering, bibir pucat, tidak ada lesi di sekitar mulut
Palpasi: tidak teraba benjolan dan tidak ada nyeri tekan
• Leher
Inspeksi: tampak simetris, tidak ada lesi
Palpasi: tidak teraba benjolan, tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada nyeri tekan
• Dada
Inspeksi: bentuk dada simetris, tidak ada lesi, dada mengembang secara bersamaan saat respirasi,
tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
Palpasi: tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
• Paru
Auskultasi: suara napas vesikuler, tidak ada suara napas tambahan
Perkusi: suara sonor
• Jantung
Auskultasi: tidak ada bunyi tambahan di jantung
• Abdomen
Inspeksi: bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran abdomen
Palpasi: tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan
Auskultasi peristaltik usus 10x/menit
• Genetalia
Inspeksi bersih, tidak ada kelainan bentuk
Palpasi: kandung kemih tidak penuh, tidak ada benjolan
• Anus dan rectum
Inspekal tidak ada lesi atau luka lecet, warna kehitaman Palpasi tidak terala benjolan dan tidak
ada nyeri tekan
• Muskuloskeletal
Inspeksi: terdapat memar di siku kanan
Palpasi: ada nyeri tekan di area yang memar
2.13 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien terhadap masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang di alaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial.
Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
A. Risiko syok berhubungan dengan manajemen syok
B. Deficit perawatan diri berhubungan dengan perawatan mulut

2.13 Intervensi keperawatan


Menurut PPNI (2018) Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan PPNI (2019). Adapun intervensi yang sesuai dengan penyakit diare adalah sebagai berikut:
NO Diagnose keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
1 Risiko syok berhubungan dengan Setelah dilakukan Tindakan Manajemen syok (I. 02068)
manajemen syok keperawatan selama 1x24 jam Observasi :
di harapkan Tingkat syok ● Monitor status
DS : Pasien mengatakan gusi menurun dengan kriteria hasil : kardiopulmonal
berdarah sejak 3 hari yang lalu, - Perdarahan menurun ● Monitor saturasi
pusing nyeri siku kanan, OT - Pucat menurun oksigen
mengatakan anak Riwayat - Tekanan darah ● Monitor status cairan
hemofilia sejak kecil. membaik Terapeutik :
- Frekuensi nadi memba ● Berikan oksigen untuk
DO : mempertahankan
- Wajah pucat saturasi oksigen
- Conjungtiva anemis ● Pasang jalur IV
- Mukosa oral kering Edukasi
- Tampak perdarahan aktif ● Jelaskan tanda dan
digusi gejala awal syok
- HB 4,9 sebelum tranfusi ● Jelaskan penyebab/
PRC dan HB 8 setelah factor resiko syok
tranfusi PRC 2 kolf ● Anjurkan
- TD : 90/60 mmHg memperbanyak asupan
- N : 100x/menit cairan oral
- Suhu : 18x/menit ● Anjurkan meningkatkan
- Memar disiku asupan makanan dari
vitamin K
● Anjurkan untuk
menghindari tekanan
atau Gerakan yang kuat
pada area perdarahan.
Kolaborasi
● Kolaborasi pemberian
IV
● Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
perdarahan
Kolaborasi pemberian tranfusi
darah
3 Deficit perawatan diri Setelah dilakukan Tindakan Perawatan mulut (I.11356)
berhubungan dengan keperawatan keperawatan selama 2x24 jam
mulut diharapkan perawat diri Observasi :
meningkat dengan kriteria ● Identifikasi kondisi oral
DS : Pasien mengatakan hasil : ● Monitor kebersihan
perdarahan terus menerus digusi - Verbalisasi keinginan mulut, lidah dan gusi
sejak 6 hari yang lalu melakukan perawatan Terapeutik :
diri membaik ● Pilih sikat gigi sesuai
DO : - Mempertahankan dengan kondisi pasien
- Pasien tidak menggosok kebersihan mulut ● Fasilitasi menyikat gigi
gigi selama perdarahan membaik secara mandiri
- Gigi tampak kering - Leukosit meningkat ● Bersihkan air dingin
bercampur kemerahan - Perdarahan mulut berkumur
- Leukosit awal masuk meningkat ● Bersihkan seluruh area
8.900 mulut dengan lembut
- Leukosit meningkat dan perlahan
menjadi 14.00 Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan sebelum
melakukan perawatan mulut

2.14implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
2.15Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah
tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi
keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan
dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi
selalu berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi dan
tanda gejala yang spesifik ( Olfah & Ghofur, 2016).
KESIMPULAN
Hemofilia adalah kelainan pendarahan berat yang sifatnya herediter. Hemofilia disebabkan oleh adanya
kelainan pada faktor protein koagulasi VIII (FVIII) penyebab hemofilia A, atau faktor IX (FIX) penyebab
hemofilia B. Hemofilia muncul sebagai perdarahan pasca trauma minor atau perdarahan spontan. Bahkan
dalam kasus hemofilia berat, penderita dapat mengalami perdarahan internal. Diagnosis hemofilia dapat
dilakukan melalui sekuensing gen untuk mengidentifikasi status pembawa atau dengan cara mendeteksi janin
usia 12 minggu tetapi resiko keguguran 0,5-1,0 %.
Strategi pengobatan hemofilia dapat dilakukan dengan pengelolaan pendarahan akut untuk memenuhi
kondisi hemostasis yang cepat, atau juga dapat menggunakan pendekatan profilaksis. Proses pengobatan
harus memperhatikan dosis, jadwal, dan level target. Selain itu, pengobatan yang aman juga dapat
menggunakan faktor VIII rekombinan yang dikombinasikan dengan inaktivasi virus dan teknologi skrining.
Komplikasi pada hemofilia dapat terjadi karena adanya inhibitor yang menekan fungsi kerja dari faktor VIII
dan IX, kejadian artropati
hemofilik dari perdarahan muskuloskeletal yang berulang, serta pseudotumor yang berpotensi pada
pendarahan jaringan lunak. Salah satu cara untuk mencegah perdarahan adalah membatasi penderita dari
aktivitas fisik yang beresiko. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara memastikan penderita hemofilia
memiliki sistem kekebalan normal dan rutin menerima vaksin yang disuntikkan secara subkutan atau
intramuskular dengan catatan dilakukan dengan benar.
BAB III
Kasus
An.F datang ke RS dengan gusi dan gigi berdarah secara tiba-tiba sejak 6 hari yang lalu, gigi tampak
kuning dan ada bercak darah kering , gusi tampak berdarah, pasien mengatakan tidak gosok gigi selama 6
hari perdarahan di gusinya, wajah tampak pucat, conjungtiva anemis, tampak memar di siku kanan, mukosa
oral kering.
I. Pengkajian
A. Identitas Data
1. Nama : An.F
2. Tempat/Tgl lahir : Samarinda, 16 Febuari 2009
3. Usia : 12 Tahun
4. Kelamin : Wanita
5. Nama Ayah/ibu : Tn. B/ Ny. F
6. Perkerjaan ayah : Buruh di pelabuhan
7. Pekerjaan ibu :IRT
8. Pendidikan ayah : tidak bersekolah
9. Pendidikan ibu :SD
10. Agama :Muslim
11. Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia
12. Alamat : Jl. Merdeka No 05 RT 89

B. Keluhan Utama
Pasien mengatakan gusi dan gigi berdarah
C. Riwayat Keluhan saat ini
Pasien mengatakan gusu dan gigi berdarah secara tiba-tiba sejak 6 hari yang lalu, gigi tampak kuning
dan ada bercak darah kering , gusi tampak berdarah, pasien mengatakan tidak gosok gigi selama 6 hari
perdarahan di gusinya, wajah tampak pucat, conjungtiva anemis, tampak memar di siku kanan, mukosa
oral kering, BB 27 Kg, TB 140 cm, HB 4,9 saat awal masuk dan naik menjadi 8 setelah di berikan
tranfusi darah PRC 2 kolf.
D. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Prenatal
OT mengatakan ibu hamil usia 25 tahun, tidak ada riwayat sakit selama masa kehamilan, ibu
tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alcohol saat kehamilan, tidak ada infeksi atau demam
saat hamil, kebutuhan nutrisi saatb hamil cukup, usia kehamilan 38 minggu.
2. Intranatal
Tempat bersalin di RS Dirghayu, penolong persalinan oleh bidan RS, persalinan normal tidak
ada komplikasi selama persalinan.
3. Posthatal
BB lahir 2800 gr, PB 50cm, kondisi Kesehatan baik, anak aktif dan menangis kuat, anak
langsung BAB dan BAK 12 jam setelah lahir.
E. Riwayat masa lalu
1. Penyakit waktu kecil
OT mengatakan pasien memiliki Riwayat hemofilia sejak bayi dan pertama kali di ketahui saat
imunisasi hepatitis B terjadi perdarahan aktif di bekas suntikan sehingga dokter melakukan
pemeriksaan darah dan didapatka hasil bahwa factor pembekuan darah sangat kurang sehingga
darah lama untuk berhenti. Darai tes inilah pasien di diagnisa hemofilia dengan melihat bahwa
kakak pertama dari pasien juga mengalami sakit yang sama.
2. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan di dalam keluarga ada yang menderita penyakit hemofilia juga yaitu anak
pertamanya (kakak An.F), nenek pasien memiliki Riwayat hipertensi dan diabetes melitus, ibu
pasien memiliki Riwayat maag, bapak memiliki keterbatasan dalam komunikasi dan
mendengarkan sejak masih kecil

No Jenis Aktivitas Di Rumah Di Rumah Sakit


1 Nutrisi
a. Makan
- Frekuensi 3x/hari 2x/hari

- Jenis Nasi, sayur, lauk pauk, Bubur, lauk pauk, sayuran


sayuran, buah-buahan dan buah-buahan

- Porsi 1 porsi 1/4 porsi

- Keluhan Tidak ada Tidak nafsu makan

- Pantangan Tidak ada Tidak ada


b. Minum
- Frekuensi 3 gelas 3 gelas
700 cc 700 cc
- Jumlah Air putih Air putih

- Jenis Tidak ada Tidak ada

- Pantangan

2 Eliminasi
a. BAB
- Frekuensi 1 x/ sehari Belum

- Konsistensi Padat -

- Warna Kuning feses -

- Keluhan Tidak ada Tidak ada

b. BAK
- Frekuensi 6 x/ hari

- Jumlah 2000 cc 1500 cc

- Warna Kuning khas urine Kuning pucat

- Keluhan Tidak ada Tidak ada

3 Istirahat Tidur
- Siang 3 jam 1 jam

- Malam 7 jam 3-5 jam

- Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan


4 Personal Hygiene
- Mandi 2x/hari 1x/minggu

- Gosok gigi 2x/hari Tidak gosok gigi

- Keramas 1x/hari Tidak keramas

- Gunting kuku 1x/minggu Tidak gunting kuku


5 Aktivitas Selama sehat melakukan Selama sakit aktivitas klien
aktivitas sehari- hari secara sangat aktif dan tidak rewel,
normal sering bermain dengan
orang tuanya

F. Riwayat Imunisasi
No Jenis Imunisasi Usia Pemberian Reaksi
1 Hb0 0 bulan Perdarahan area injeksi
2 Polio 0 bulan -
3 BCG 1 bulan Perdarahan area injeksi
4 DPY + Hb Hib 1 2 bulan Perdarahan area injeksi
5 Polio 2 2 bulan -
6 DPT + Hb Hib2 3 bulan Perdarahan area injeksi
7 Polio 3 3 bulan -
8 DPT + Hb Hib3 4 bulan Perdarahan area injeksi
9 Polio 4 4 bulan -
10 IPV 4 bulan Perdarahan area injeksi
11 Campak/MR 9 bulan Perdarahan area injeksi

G. Riwayat tumbuh kembang


Pertumbuhan Fisik
BB : 27 Kg
LK : 140 cm
LLA : 20,5 cm
IMT : 13,7
TD : 90/60
R : 18x/m
N : 100x/m
S : 36,9 C
BB selama sakit dan sebelum sakit tidak ada perbedaan, tengkurap pada usia 3 bulan, duduk usia 8
bulan, dan berjalan usia 1 tahun 3 bulan. Anak mulai tumbuh gigi di usia 7 bulan. \
I. Pengkajian Tingkat perkembangan saat ini Tidak dilakukan pengkajian DDST, anak usia 12 tahun
J. Pengkajian Pola Kesehatan Saat ini
1. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Ibu mengatakan ingin anaknya segera pulih, Ibu rutin membawa anak kontrol untuk mendapatkan obat
rutin yang biasa dikonsumsi di rumah. Ibu mengetahui bahwa penyakit hemofilia merupakan penyakit
yang mudah terjadi perdarahan sehingga Ibu mencegahnya dengan cara menjaga pasien untuk tidak
terjatuh atau terbentur dan tidak menggosok gigi saat perdarahan gusi.
2. Nutrisi
Anak diberikan ASI hanya 2 minggu saja dengan alasan ASI tidak lancar, selanjutnya anak di berikan
susu formula SGM sampai usia 5 tahun, nafsu makan sebelum dan selama sakit tidak ada perubahan,
anak dapat menghabiskan 1 porsi makanan, tidak ada mual atau muntah saat makan.
3. Cairan
Pasien mengatakan minum air putih 700 cc/ hari, pasien terpasang infus futrolit 1600 cc/hari
4. Aktivitas
Saat sakit aktivitas anak hanya di tempat tidur, ketika sehat anak dapat bermain bersama anak tetangga.
5. Tidur dan istirahat Pasien mengatakan pola tidur sebelum sakit dan selama sakit tidak ada perubahan,
anak dapat tidur tanpa terjaga
6. Eliminasi
Pasien mengatakan BAK lancar, tidak ada nyeri saat BAK, frekuensi BAK + 6x/hari dengan warna
kuning, BAB lancar frekuensi 1x/hari saat pagi hari warna kuning dengan konsistensi lembek, tidak ada
perdarahan saat BAB
7. Pola hubungan
Anak tampak lebih dekat dengan Bapak, anak selalu mendampingi Bapak bekerja karena anak dapat
menjadi penerjemah saat berkomunikasi
8. Koping atau temperamen dan disiplin yang di terapkan Orang tua mengatakan anak merupakan
seorang yang periang dan mudah bergaul dengan orang lain, pasien mengatakan saat perdarahan terjadi,
pasien memilih untuk menghindari penyebab perdarahan seperti berbaring di tempat tidur dan tidak
menggosok gigi saat ada perdarahan di gusi
9. Kognitif dan persepsi pasien pasien mengatakan tetap bersekolah meskipun juga sering membatu
bapaknya bekerja dilabuhan karena pasien yang membantu bapak dalam berkomunikasi dengan orang
lain.
10. Konsep diri
Pasien mengatakan dirinya menerima keadaan sakit yang dialami saat ini dan tidak terlihat rasa sedih
sedikitpun di wajah pasien. Pasien tampak kooperatif dan dengan riang menjawab semua pertanyaan
yang diberikan tanpa rasa malu ataupun gugup. Mental pasien dalam berinteraksi dengan orang lain juga
terlihat kuat yang di buktikan dengan setiap jawaban yang diberikan oleh pasien. Pasien tampak lancar
menjawab semua pertanyaan dan mengerti setiap pertanyaan yang diberikan oleh perawat.
11. Seksual dan menstruasi
Pasien mengatakan belum menstruasi
12. Nilai Pasien
mengatakan yakin bahwa dirinya akan baik-baik saja dengan kondisi sekarang, pasien menyerahkan
sepenuhnya kepada Allah dan terus berdoa untuk diberikan kesembuhan. Pasien juga sering mencari
informasi dari media sosial untuk mengetahui perawatan yang tepat pada seseorang yang sakit
hemofilia

1. Keadaan umum
Tanda-tanda vital:
TD: 90/60 mm/Hg
P: 18 x/m
N: 100 x/m
S: 36,9°C
Kesadaran :Compos Mentis
GCS : E4, V5, M6
1. Kulit
Inspeksi: kulit nampak bersih, terlihat pucat, tidak ada lesi atau kelainan bentuk, tidak ada memar
Palpasi: tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan, turgor kulit elastis, CRT < 2 detik, akral teraba
hangat
2. Kepala
Inspeksi: tidak ada lesi pada kulit kepala, rambut tipis dan lurus, tidak berbau, rambut bewarna hitam
Palpasi: tidak teraba benjolan dan tidak ada nyeri tekan
3. Mata
Inspeksi: conjungtiva anemis, ada reflek cahaya pada kedua mata, pupil iskolor, sklera tidak ikterik
Palpasi: tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan
4. Telinga
Inspeksi: telinga tampak simetris, telinga bersih tidak ada serumen atau cairan lainnya
Palpasi: tidak teraba benjolan atau nyeri tekan
5. Hidung
Inspeksi: hidung tampak simetris, tidak ada lesi atau perdarahan, tidak ada polip
6. Mulut
Palpasi: tidak teraba benjolan dan tidak ada nyeri tekan
Inspeksi: terdapat perdarahan aktif di gusi, gigi lengkap dan tidak ada yang berlubang, gigi bewarna
kuning dan kemerahan, mukosa oral kering, bibir pucat, tidak ada lesi di sekitar mulut
Palpasi: tidak teraba benjolan dan tidak ada nyeri tekan
7. Leher
Inspeksi: tampak simetris, tidak ada lesi
Palpasi: tidak teraba benjolan, tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada nyeri tekan
8. Dada
Inspeksi: bentuk dada simetris, tidak ada lesi, dada mengembang secara bersamaan saat respirasi, tidak
ada retraksi dinding dada, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
Palpasi: tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
9. Paru
Auskultasi: suara napas vesikuler, tidak ada suara napas tambahan
Perkusi: suara sonor
10. Jantung
Auskultasi: tidak ada bunyi tambahan di jantung
11. Abdomen
Inspeksi: bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran abdomen
Palpasi: tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan
Auskultasi peristaltik usus 10x/menit
12. Genetalia
Inspeksi bersih, tidak ada kelainan bentuk
Palpasi: kandung kemih tidak penuh, tidak ada benjolan
13. Anus dan rectum
Inspekal tidak ada lesi atau luka lecet, warna kehitaman Palpasi tidak terala benjolan dan tidak ada nyeri
tekan
14. Muskuloskeletal
Inspeksi: terdapat memar di siku kanan
Palpasi: ada nyeri tekan di area yang memar
15. Neurologi
Reflek patella (+)
3 Pemeriksaan Diagnostik lainnya
a. Pemeriksaan Laboratorium
No Jenis pemeriksaan Nilai Nilai normal
1 Hemoglobin 4,9 13,2-17,3 mg/dl
2 Hematokrit 17,8 40,0-52,0%
3 Leukosit 8,9 4.500-11.000/uL
4 Trombosit 373.000 150.000-350.000
5 Rapid antigen Negatif Negatif

No Jenis pemeriksaan Nilai Nilai normal


1 Hemoglobin 8 13,2-17,3 mg/dl
2 Hematokrit 26,6 40,0-52,0%
3 Leukosit 14 4.500-11.000/uL
4 Trombosit 284.000 150.000-350.000

b. Pemeriksaan Rongsent
Tidak dilakukan pemeriksaan
K. Informasi lainnya (Program terapi dan Cairan
1. Infus futrolit 1600 cc/jam
2. Inj Octanate jika perdarahan aktif 2 x 1, jika tidak ada perdarahan 1 x 1 tiap jam 10.00
3. Tranfusi PRC 3 kolf, 1 kolf/12 jam pre furosemide 1 amp (durasi tranfusi 3 jam)
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Data subjektif : Kekurangan factor VIII Risiko syok
Pasien mengatakan gusi berdarah sejak 3 hari dan IX (D.0039)
yang lalu, pusing nyeri siku kanan, OT ↓
mengatakan anak Riwayat hemofilia sejak Mengalami trauma
kecil. (tumpul, tajam )
Data objektif : ↓
- Wajah pucat Kekurangan factor
- Conjungtiva anemis pembekuan
- Mukosa oral kering ↓
- Tampak perdarahan aktif digusi Perdarahan lama
- HB 4,9 sebelum tranfusi PRC dan HB ↓
8 setelah tranfusi PRC 2 kolf Risiko syok
- TD : 90/60 mmHg
- N : 100x/menit
- Suhu : 18x/menit
- Memar disiku

2 Data subjektif Perdarahan sel Deficit perawatan diri


Pasien mengatakan perdarahan terus menerus ↓ (D.0109)
digusi sejak 6 hari yang lalu Perawatan gigi menurun
Data objektif : ↓
- Pasien tidak menggosok gigi selama Akumulasi bakteri
perdarahan dimulut
- Gigi tampak kering bercampur ↓
kemerahan Deficit perawatan diri
- Leukosit awal masuk 8.900 ↓
- Leukosit meningkat menjadi 14.00 Infeksi
Diagnosa keperawatan
No Diagnose keperawatan Tanggal ditemukan Nama perawat Tanda tangan
1 Risiko syok berhubungan dengan 19 september Abdi mahardika -
Manajemen syok
DS : Pasien mengatakan gusi
berdarah sejak 3 hari yang lalu,
pusing nyeri siku kanan, OT
mengatakan anak Riwayat
hemofilia sejak kecil.

DO :
- Wajah pucat
- Conjungtiva anemis
- Mukosa oral kering
- Tampak perdarahan aktif
digusi
- HB 4,9 sebelum tranfusi
PRC dan HB 8 setelah
tranfusi PRC 2 kolf
- TD : 90/60 mmHg
- N : 100x/menit
- Suhu : 18x/menit
- Memar disiku

2 Defisit perawatan diri 19 september Abdi mahardika


berhubungan dengan keperawatan
mulut

DS : Pasien mengatakan
perdarahan terus menerus digusi
sejak 6 hari yang lalu

DO :
- Pasien tidak menggosok
gigi selama perdarahan
- Gigi tampak kering
bercampur kemerahan
- Leukosit awal masuk 8.900
- Leukosit meningkat
menjadi 14.00

Perencanaan / intervensi
No Diagnose Tujuan Tindakan rasional
keperawatan
1 Risiko syok Setelah dilakukan Manajemen syok (I. Manajemen syok (I.
berhubungan dengan Tindakan keperawatan 02068) 02068)
manajemen syok selama 1x24 jam di Observasi : Observasi :
harapkan Tingkat syok ● Monitor status ● untuk
DS : Pasien menurun dengan kriteria kardiopulmonal mengetahui
mengatakan gusi hasil : ● Monitor saturasi status
berdarah sejak 3 hari - Perdarahan oksigen kardiopulmonal
yang lalu, pusing menurun ● Monitor status ● untuk
nyeri siku kanan, OT - Pucat menurun cairan mengetahui
mengatakan anak - Tekanan darah Terapeutik : saturasi
Riwayat hemofilia membaik ● Berikan oksigen oksigen
sejak kecil. - Frekuensi nadi untuk ● untuk
membaik mempertahanka mengetahui
DO : n saturasi status cairan
- Wajah pucat oksigen Terapeutik :
- Conjungtiva ● Pasang jalur IV ● untuk
anemis Edukasi mempertahank
- Mukosa oral ● Jelaskan tanda an saturasi
kering dan gejala awal oksigen
- Tampak syok ● untuk
perdarahan ● Jelaskan membantu
aktif digusi penyebab/ factor penambahan
- HB 4,9 resiko syok cairan
sebelum ● Anjurkan Edukasi
tranfusi PRC memperbanyak ● untuk
dan HB 8 asupan cairan memberikan
setelah oral informasi tanda
tranfusi PRC ● Anjurkan dan gejala awal
2 kolf meningkatkan syok
- TD : 90/60 asupan makanan ● untuk
mmHg dari vitamin K memberikan
- N: ● Anjurkan untuk informasi
100x/menit menghindari penyebab/
- Suhu : tekanan atau factor resiko
18x/menit Gerakan yang syok
- Memar disiku kuat pada area ● untuk
perdarahan. membantu
Kolaborasi penambahan
● Kolaborasi cairan melalui
pemberian IV asupan cairan
● Kolaborasi oral
pemberian obat ● untuk
pengontrol memenuhi
perdarahan kebutuhan
● Kolaborasi vitamin k
pemberian ● untuk
tranfusi darah menghindari
adanya
perdarahan
Kolaborasi
● untuk
mengganti
cairan yang
hilang
● untuk
mengontrol
perdarahan
● untuk
mengganti
darah yang
hilang
2 Deficit perawatan Setelah dilakukan Perawatan mulut Perawatan mulut
diri berhubungan Tindakan keperawatan (I.11356) (I.11356)
dengan keperawatan selama 2x24 jam
mulut diharapkan perawat diri Observasi : Observasi :
meningkat dengan ● Identifikasi ● untuk
DS : Pasien kriteria hasil : kondisi oral mengetahui
mengatakan - Verbalisasi ● Monitor kondisi oral
perdarahan terus keinginan kebersihan ● untuk
menerus digusi sejak melakukan mulut, lidah dan mengetahui
6 hari yang lalu perawatan diri gusi kebersihan
membaik Terapeutik : mulut, lidah
DO : - Mempertahankan ● Pilih sikat gigi dan gusi
- Pasien tidak kebersihan mulut sesuai dengan Terapeutik :
menggosok membaik kondisi pasien ● untuk
gigi selama - Leukosit ● Fasilitasi penyesuaian
perdarahan meningkat menyikat gigi saat melakukan
- Gigi tampak - Perdarahan secara mandiri gosok gigi
kering mulut meningkat ● Bersihkan air ● agar pasien
bercampur dingin berkumur bisa dan mau
kemerahan ● Bersihkan menyikat gigi
- Leukosit seluruh area secara mandiri
awal masuk mulut dengan ● untuk
8.900 lembut dan membersihkan
- Leukosit perlahan mulut dari sisa
meningkat Kolaborasi saat
menjadi ● Kolaborasi menggosok
14.00 pemberian obat gigi
pengontrol ● untuk
perdarahan menghindari
sebelum luka saat
melakukan membersihkan
perawatan mulut area mulut
Kolaborasi
● untuk
pengontrol
perdarahan

Pelaksanaaan / implementasi
Tanggal Jam DP Tindakan Nama dan tanda tangan
19 09.00- 1 1. Memonitor status Abdi mahardika
septemper 10.40 kardiopulmonal
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 105x/menit
RR : 22
- Pasien sedikit pusing, wajah
tampak pucat, conjungtiva
anemis
2. Memonitor saturasi oksigen
- Saturasi oksigen pasien 99-
100 % tanpa oksigen
tambahan
3. Memonitor status cairan
- CRT< 2 detik, turgor kulit
elastis, mukosa oral kering,
pasien terpasang infus
futrolit 1600 cc/24 jam,
minum 700 cc/hari
4. Memberikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen > 94 %
- Tidak terpasang oksigen
pada pasien saturasi 99-
100%
5. Memasang jalur IV
- Pasien terpasang futrolit
1600 cc/jam
6. Menjelaskan penyeba

19 15.30- 3 1. Mengidentifikasi kondisi


september 16.45 oral
- Kondisi gusi masih terdapat
adanya
2. Memonitor kebersihan
mulut, lidah dan gusi
- Pasien tidak berani sikat
gigi karena takut perdarahan
gigi tampak kuning dan
terdapat darah kering
menempel digigi, dan bau
mulut
3. Memberikan air dingin
untuk berkumur
- Pasien mengatakan
berkumur dengan air dingin
4. Membersihkan seluruh area
mulut dengan lembut dan
perlahan
5. Berkolaborasi pemberian
obat pengontrol perdarahan
sebelum melakukan
perawatan mulut
- Pemberian obat octane

No. Tanggal DP Evaluasi Nama dan Tanda


Tangan Perawat
1. 20 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan manajemen syok, Abdi mahardika
September hasil :

S : pasien mengatakan gusi tidak berdarah lagi dan badan


terasa lebih segar
O : KU sedang, kesadaran composmentis, gusi tidak
berdarah, pemberian obat octanate 1x saja pada jam 10.00,
akral hangat, wajah pucat, konjungtiva merah muda, CRT
< 2 detik, memar di siku kanan berkurang, mukosa oral
lembab, turgor kulit elastis, pasien terpasang futrolit 1600
cc/24 jam, pasien minum air putih 700 cc/24 jam, BAK
lancar, TD 110/80 mmHg, Nadi 80x/menit, RR 18x/menit,
SPO2 99-100%

A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

2. 20 3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan perawatan mulut, Abdi mahardika


September hasil :

S : Pasien mengatakan memahami caramenyikat gigi yang


benar meskipungusi masih sering berdarah, pasienmerasa
mulut terasa lebih segar
O : ku sedang, kesadaran composmentis,pasien telah
menyikat gigi, tidak adaperdarahan yang aktif selama
menyikatgigi, mulut tidak berbau, gigi kuningberkurang,
darah kering tidak lagimenempel di gigi, lidah bersih,
leukosit14.000

A : Masalah teratasi Sebagian


P : Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai