OLEH :
KELOMPOK 4
Moh. Fauzan Baso (201901059)
Niluh Nita Asriyani (201901063)
Sisilia Megati (201901073)
Pingky (201901069)
Suarni (201901076)
Eka Putri Wardini (201901050)
Susanti (201901077)
Moh.Fahmi S Lamohammad (201901057)
Apriani I Gesa (201901045)
Moh. Sagaf Saiful M. Amin (201801166)
Puji syukur atas kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA dimana atas
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
ASUAHAN KEPERAWATAN HEMOPILIA ini dapat terselesaikan dengan
baik.semoga dengan adanya makalah ini dapat berguna bagi diri sendiri, bagi
yang mendengarkan, dan bagi yang membaca. makalah ini sangat bermanfaat
untuk menambah wawasan kita.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Kata hemofilia pertama kali muncul pada sebuah tulisan yang ditulis oleh
Hopff di Universitas Zurich, tahun 1828. Dan menurut ensiklopedia Britanica,
istilah hemofilia (haemophilia) pertama kali diperkenalkan oleh seorang dokter
berkebangsaan Jerman, Johann Lukas Schonlein (1793 - 1864), pada tahun
1928.Hemofilia adalah penyakit kelainan perdarahan akibat defisiensi
(kekurangan) salah satu faktor pembekuan darah. Faktor pembekuan darah
merupakan protein yang sangat diperlukan dalam proses pembekuan darah
sehingga kekurangan faktor tersebut dapat menyebabkan perdarahan tidak
terkendali, baik secara spontan atau setelah benturan ringan.
Seseorang dengan hemofilia tidak berarti akan berdarah lebih banyak atau lebih
cepat daripada orang lain, namun akan memiliki periode pendarahan yang lebih
lama dan pendarahan berulang yang bisa menyebabkan efek serius, terutama di
bagian persendian. Pada abad ke 20, pada dokter terus mencari penyebab
timbulnya hemofilia. Hingga mereka percaya bahwa pembuluh darah dari
penderita hemofilia mudah pecah. Kemudian pada tahun 1937, dua orang
dokter dari Havard, Patek dan Taylor, menemukan pemecahan masalah pada
pembekuan darah, yaitu dengan menambahkan suatu zat yang diambil dari
plasma dalam darah. Klasifikasi hemophilia ada tiga yaitu hemophilia A,
hemophilia B (penyakit crhritsmast) dan hemophilia C.
B. Rumusan Masalah
1. apa defenisi hemopilia ?
2. bagaimana etiologi hemopilia ?
3. bagaimana klasifikasi hemopilia ?
4. bagaimana manifestasi klinis hemopilia ?
5. bagaimana komplikasi hemopilia ?
6. bagaimana pemeriksaan diagnostik hemopilia ?
7. bagaimana penatalaksanaan hemopilia ?
8. bagaimana asuhan keperawatan hemopilia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi hemopilia
2. Untuk mengetahui etiologi hemopilia
3. Untuk mengetahui klasifikasi hemopilia
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis hemopilia
5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik hemopilia
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan hemopilia
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan hemopilia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Medis
1. Defenisi hemophilia
Hemofilia adalah penyakit koagulasi darah kongenital karena anak
kekurangan faktor pembekuan VIII (hemofilia A) atau factor IX (Hemofilia
B). (Cacily L. Betz & Linda A. Sowden). Hemofilia adalah gangguan
perdarahan bersifat herediter yang berkaitan dengan defisiensi atau kelainan
biologi faktor VII dan faktor IX dalam plasma. (David Ovedoff, 2000).
Hemofilia adalah suatu kelainan perdarahan akibat kekurangan salah satu
faktor pembekuan darah. (Nurcahyo, 2007). Hemofilia adalah penyakit
berupa kelainan pembekuan darah akibat defisiensi (kekurangan) salah salah
satu protein yang sangat diperlukan dalam proses pembekuan darah. Protein
ini disebut sebagai faktor pembekuan darah. Pada hemofilia berat, gejala
dapat terlihat sejak usia sangat dini (kurang dari satu tahun) di saat anak
mulai belajar merangkak atau berjalan. Pada hemofilia sedang dan ringan,
umumnya gejala terlihat saat dikhitan, gigi tanggal, atau tindakan
operasi.(dr. Heru Noviat Herdata, 2008).
Hemofilia adalah penyakit kelainan perdarahan akibat defisiensi
(kekurangan) salah satu faktor pembekuan darah. Faktor pembekuan darah
merupakan protein yang sangat diperlukan dalam proses pembekuan darah
sehingga kekurangan faktor tersebut dapat menyebabkan perdarahan tidak
terkendali, baik secara spontan atau setelah benturan ringan. Seseorang
dengan hemofilia tidak berarti akan berdarah lebih banyak atau lebih cepat
daripada orang lain, namun akan memiliki periode pendarahan yang lebih
lama dan pendarahan berulang yang bisa menyebabkan efek serius, terutama
di bagian persendian.
2. Etiologi
Hemofilia disebabkan oleh mutasi genetik. Mutasi gen yang melibatkan
kode untuk protein yang penting dalam proses pembekuan darah. Gejala
perdarahan timbul karena pembekuan darah terganggu. Proses pembekuan
darah melibatkan serangkaian mekanisme yang kompleks, biasanya
melibatkan 13 protein yang berbeda disebut I dengan XIII dan ditulis
dengan angka Romawi. Jika lapisan pembuluh darah menjadi rusak,
trombosit direkrut ke daerah luka untuk membentuk plug awal. Bahan kimia
ini rilis diaktifkan platelet yang memulai kaskade pembekuan darah,
mengaktifkan serangkaian 13 protein yang dikenal sebagai faktor
pembekuan. Pada akhirnya, terbentuk fibrin, protein yang crosslinks dengan
dirinya sendiri untuk membentuk sebuah mesh yang membentuk bekuan
darah terakhir. Hemofilia A disebabkan oleh gen yang defek yang terdapat
pada kromosom X. Hemofilia B adalah hasil dari kekurangan faktor IX
karena mutasi pada gen yang sesuai. Hemofilia C adalah hemofilia yang
disebabkan karena kekurangan faktor XI diwariskan sebagai penyakit
resesif autosom tidak lengkap yang mengenai pria dan wanita. Kondisi ini
lebih jarang daripada hemofilia A dan B dan biasanya menyebabkan gejala
ringan.
3. Klasifikasi hemophilia
Klasifikasi hemophilia dibedakan atas 3 macam :
a) Hemofilia A
Ditandai karena penderita tidak memiliki zat anti hemofili globulin
(factor VIII).Kira-kira 80 % dari kasus hemophilia adalah tipe
ini.Seseorang mampu membentuk antihemofilia globulin (AHG)
dalam serum darahnya karena ia memiliki gen dominan H sedang
alelnya resesif tidak dapat membentuk zat tersebut.Oleh karena
gennya terangkai X maka perempuan normal dapat mempunyai
genotif H_.Perempuan hemophilia mempunyai genotif hh,sedangkan
laki-laki hemophilia h
b) Hemofilia B atau penyakit “Christmas”
Penderita tidak memiliki komponen plasma tromboplastin
(KPT;faktorIX).Kira-kira 20% dari hemophilia adalah tipe ini
c) Hemofilia C
Penyakit hemophilia C tidak disebabkan oleh gen resesif kromosom X
melainkan oleh gen resesif yang jarang dijumpai dan terdapatnya pada
auotosom.Tidak ada 1% dari kasus hemophilia adalah tipe
ini.Penderita tidak mampu membentuk zat plasma,tromboplastin
anteseden (PTA).
4. Patofisiologi
Hemophilia adalah penyakit kelainan koagulasi darah congenital karena
anak kekurangan factor pembekuan darah VII (hemophilia A) atau faktor IX
(hemophilia B). penyakit kongenital ini diturunkan oleh gen resesif terkait-
X dari pihak ibu. Proses hemostatis tergantung faktor koagulasi, trombosit
dan pembuluh darah. Mekanisme hemostatis terdiri dari respons pembuluh
darah, adesi trombosit, agregasi trombosit, pembentukan pembekuan darah
pada tempat cedera oleh regulasi antigoagulan, dan pemulihan aliran darah
melalui proses fibrinolysis dan penyembuhan pembuluh darah. Cedera pada
pembuluh darah akan menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah dan
terpaparnya darah terhadap matriks subendotelia. Faktor von Willebrand
(vwf) akan teraktifasi dan diikuti adesi trombosit. Setelah proses ini,
andenosine diphosphatase, thromboxane A2 dan protein lain trombosit
dilepaskan granul yang berada di dalam trombosit dan menyebabkan
agregasi trombosit dan perekrutan trombosit lebih lanjut. Cedera pada
pembuluh darah juga melepaskan tissue faktor dan mengubah permukaan
pembuluh darah, sehingga memulai kaskade pembekuan darah dan
menghasilkan fibrin. Selanjutnya pembekuan fibrin dan trombosit ini akan
distabilkan oleh faktor XIII.
5. Manifestasi Klinik
a) Perdarahan terjadi pada periode neonatal (karena factor VIII tidak
melewati plasenta)
b) Kelainan diketahui setelah tindakan sirkumsisi atau suntikan.
c) Pada usia anak-anak sering terjadi memar atau hematom.
d) Laserasi kecil (luka di lidah atau bibir)
e) Gejala khasnya : hematrosis (perdarahan sendi) yang nyeri dan
menimbulkan keterbatasan gerak.
f) Persendian yang bengkak, nyeri atau pembengkakan pada tungkai atau
lengan (terutama lutut atau siku) bila perdarahan terjadi.
g) Perdarahan hebat karena luka potong yang kecil.Darah dalam urin
(kadang-kadang).
6. Komplikasi
Komplikasi pada hemophilia meliputi :
a) Perdarahan dengan menurunnya perfusi
b) Kekakuan sendi akibat perdarahan
c) Hematuria spontan
d) Perdarahan gastrointestinal
e) Kerusakan saraf
f) Hipertensi
g) Nyeri kronis
h) Infeksi HIV karena terpajan produk darah yang terkontaminasi
i) Perdarahan intracranial
7. Pemeriksaaan Diagnostik
a) Uji skrinning untuk koagulasi darah.
b) Biopsi hati digunakan untuk memperoleh jaringan untuk pemeriksaan
patologi dan kultur.
c) Uji fungsi hati digunakan untuk mendeteksi adanya penyakit hati. Serum
Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT), Serum Glutamic Oxaloacetic
Tansaminase (SGOT), Fosfatase alkali, bilirubin.
d) Venogram (menunjukkan sisi actual dari thrombus)
e) Ultrasonograph Dopples / Pletismografi (menandakan aliran darah
lambat melalui pembuluh darah.
8. Penatalaksanaan
a) Pada hemofilia A pengobatan dilakukan dengan meningkatkan kadar
factor anti hemofili sehingga perdarahan berhenti. Factor anti hemofili
terdapat di dalam plasma orang sehat tetapi mudah rusak bila disimpan di
dalam darah sehingga untuk menghentikan perdarahan pada hemofili A
perlu ditranfusikan plasma segar.Penatalaksanaan secara umum perlu
dihindari trauma, pada masa bayi lapisi tempat tidur dan bermain dengan
busa. Awasi anak dengan ketat saat belajar berjalan. Saat anak semakin
besar perkenalkan denga aktivitas fisik yang tidak beresiko trauma.
Hindari obat yang mempengaruhi fungsi platelet dan dapat mencetuskan
perdarahan (seperti : aspirin). Therapy pengganti dilakukan dengan
memberikan kriopresipitat atau konsentrat factor VIII melalui infus.
b) Pada hemofilia B perlu ditingkatkan kadar factor IX atau thromboplastin.
Thromboplastin tahan disimpan dalam bank darah sehingga untuk
menolong hemofilia B tidak perlu tranfusi plasma segar. Bila ada
perdarahan dalam sendi harus istirahat di tempat tidur dan dikompres
dengan es. Untuk menghilangkan rasa sakit diberi aspirin (biasanya 3-5
hari perdarahan dapat dihentikan) lalu diadakan latihan gerakan sendi
bila otot sendi sudah kuat dilatih berjalan. Penatalaksanaannya sama
dengan hemofilia A. Therapy pengganti dilakukan dengan memberikan
Fresh Frozen Plasma (FFP) atau konsentrat factor IX. Cara lain yang dapt
dipakai adalah pemberian Desmopresin (DD AVP) untuk pengobatan
non tranfusi untuk pasien dengan hemofili ringan atau sedang.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a.) Aktifitas
Gejala : kelelahan,malaiase,ketidak mampuan untuk melakukan
aktifitas
Tanda : kelemahan otot
b.) Sirkulasi
Gejala : palpitasi
Tanda : kulit dan membrane mukosa pucat, deficit saraf serebral / tanda
perdarahan serebral
c.) Integritas ego
Gejala : perasaan taka da harapan, tak berdaya
Tanda : depresi menarik diri, ansietas
d.) Eliminasi
Gejala : hematuria
e.) Nutrisi
Gejala : anoreksia, penurunan bb
f.) Nyeri
Gejala : nyeri tulang, sendi, nyeri tekan sentral, kram otot
Tanda : perilaku berhati – hati, gelisah, rewel
g.) Keamanan
Gejala : riwayat trauma ringan, perdarahan spontan
Tanda : hematoma
2. Diagnosa
a) Nyeri yang berhubungan dengan perdarahan sendi dan kekakuan yang
ditimbulkannya
b) Resiko tinggi injuri berhubungan dengan kelemahan pertahanan
sekunder akibat hemophilia ditandai dengan seringnya terjadi cidera
c) Risiko tinggi terhadap gangguan konsep diri yang berhubungan dengan
kesulitan beradaptasi pada kondisi kronis
3. Intervensi Dan Implementasi
a) Nyeri yang berhubungan dengan perdarahan sendi dan kekakuan yang
ditimbulkannya
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri akan berkurang
Kriteria hasil : peningkatan kemampuan bertoleransi dengan gerakan
sendi
Intervensi menurut nic dan noc
INTERVENSI RASIONAL
Kolaborasi pemberian Untuk mengurangi rasa nyeri
analgetik oral non opiod
Motivasi klien untuk bergerak Dengan bergerak perlahan
perlahan diharapkan dapat mencegah
stress pada sendi yang terkena
Lakukan relaksasi dengan Rendam air hangat dapt
menyuruh klien berendam di mengurangi nyeri
air hangat
Bantu klien menggunakan alat Alat bantu berguna untuk
bantu memindahkan beban tubuh pada
sendi yang nyeri
4. Evaluasi
a) Nyeri berkurang
1) Melaporkan berkurangnya nyeri setelah menelan analgetik
2) Memperlihatkan peningkatan kemampuan bertoleransi dengan
gerakkan sendi
3) Mempergunakan alat bantu ( bila perlu ) untuk mengurangi nyeri
b) Melakukan upaya mencegah perdarahan
1) Menghindari trauma fisik
2) Merubah lingkungan rumah untuk meningkatkan pengamanan
3) Mematuhi janji dengan professional layanan kesehatan
4) Mematuhi janji menjalani pemeriksaan laboratorium
5) Menghindari olahraga kontak
6) Menghindari aspirin atau obat yang mengandung aspirin
7) Memakai gelang penanda
c) Mampu menghadapi kondisi kronis dan perubahan gaya hidup
1) Mengidentifikasi aspek positif kehidupan
2) Melibatkan anggota keluarga dalam membuat keputusan
mengenai masa depan dan perubahan gaya hidup yang harus
dilakukan
3) Berusaha mandiri
4) Menyusun rencana khusus untuk kelanjutan asuhan kesehatan
d) Tidak mengalami komplikasi
1) Tanda vital dan tekanan hemodinamika tetap normal
2) Hasil pemeriksaan laboratorium tetap dalam batas normal
3) Tidak mengalami perdarahan aktif
C. Lampiran jurnal
1. Hasil Analisis Jurnal
a) Kelebihan
Kelebihan Hemofilia ini merupakan penyakit keturunan dan penyakit yang
cukup langkah. Oleh karena itu jika seseorang memiliki anggota keluarga
yang memiliki gangguan gumpalan darah genetic, atau hemophilia. Maka
dirinya berpeluang mengembangkan pemyakit ini. Sebelum penyakit ini
semakin parah kiranya keluarga bisa mengatasinya dengan cara
berkonsultasi ke dokter atau ke rumah sakit.
b) Kekurangan
Pada hemophilia berat, jumlah faktor pembekuan kurang dari 1%.
Penderita biasanya sering mengalami pendarahan spontan tampa sebab
yang jelas, atau pendarahan dan pembengkakan pada sendi dan otot. Pada
pendarahan sendi, posisi nyaman bagi pasien ialah cenderung fleksi.
Kondisi ini akan memengaruhi otot-otot stabilisator di daerah tersebut.
Kelemahan otot stabilisator akan memicu kerja otot-otot mobilisator
didekatnya untuk menggantikan fungsinya sebagai stabilisator, sehingga
otot-otot mobilisator akan cenderung overcontracted yang berkibat mudah
terjadi fatique ( otot-otot tipe II b). kondisi ini rawan bagi otot untuk
terjadinya pendarahan otot. Kelainan pembekuan darah disebabkan oleh
kurangnya faktor pembekuan darah VIII atau IX. Komplikasi hemofilia
terutama mengenai sistem musculoskeletal yaitu adanya hemartrosis atau
perdarahan otot. Perjalanan penyakit hemofilia yang kronis dapat
menyebabkan disabilitas dan handicap. Hemofilia juga mempunyai
kelainan pembekuan darah dan juga mempunyai karakteristik sex-linsed
resaskif dan autosomal resesif.
REHABILITASI MEDIK PADA HEMOFILIA
Vincentius Yoshua
Engeline Angliadi
Abstrak: Hemofilia adalah kelainan pembekuan darah dengan karakteristik sex-linked resesif
dan autosomal resesif, disertai masalah perdarahan dan kelainan pembekuan yang
memerlukan penanganan multidisipliner. Gejala yang paling sering terjadi ialah perdarahan,
baik di dalam tubuh (internal bleeding) maupun di luar tubuh (external bleeding). Perjalanan
penyakitnya sendiri sudah dimulai dari masa neonatal. Diagnosis dapat ditegakkan dari
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan fungsi
homeostasis. Komplikasi yang paling sering ditemukan ialah komplikasi muskuloskeletal dan
reaksi auto-antibodi (inhibitor) terhadap faktor pembekuan darah sendiri baik terhadap faktor
VIII atau faktor IX. Pendekatan farmakologik pada hemofilia tergantung dari gejala klinis
yang muncul namun pendekatan rehabilitasi medik pada hemofilia tidak tergantung gejala
klinis yang muncul karena pendekatan ini lebih difokuskan ke seluruh aspek kehidupan pasien
hemofilia. Pendekatan ini sudah harus dilakukan sejak dini mengingat komplikasi yang
mungkin ditimbulkan, yang dapat menyebabkan disabilitas dan handicap, tersering akibat
komplikasi muskuloskeletal. Dengan penanganan rehabilitasi medik yang berbasis pendekatan
tim, diharapkan komplikasi muskuloskeletal dapat diminimalisasikan dan prognosis pasien
hemofilia dapat lebih baik.
Kata kunci: hemofilia, komplikasi, perdarahan, muskuloskeletal, rehabilitasi.
67
68 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 2, Juli 2013, hlm. 67-73
usia 10-19 tahun, dan selanjutnya adult prothrombin time (PT), activated partial
sampai usia 64 tahun.12 Pada periode thromboplastin time (aPTT), thrombin time
adolescent, amigdala yang bertanggung (TT), serta specific coagulation factor
jawab terhadap perilaku instingtual assay untuk FVIII dan IX. Pada keempat
berkembang pesat sedangkan lobus frontal pemeriksaan ini, pengambilan darah dila-
yang berfungsi dalam reasoning, yaitu kukan melalui pungsi vena. Pemeriksaan
perilaku untuk berpikir dahulu sebelum PT untuk menilai jalur pembekuan darah
bertindak belum berkembang sempurna.14 ekstrinsik, yaitu keterlibatan faktor I, II, III,
Olah raga dan permainan yang memacu IV, V, VII, dan X dalam proses pembekuan
adrenalin biasanya menjadi bagian dari darah, dengan nilai normal 11-13 detik.
kehidupan anak yang dapat meningkatkan Pemeriksaan aPTT untuk menilai jalur
risiko terjadinya perdarahan baik internal pembekuan darah intrinsik yaitu keterlibatan
maupun eksternal.15 faktor VIII, IX, XI, dan XII, dengan nilai
Pada periode adult, fungsi lobus normal 15-35 detik. Pemeriksaan TT untuk
frontalis dalam hal reasoning sudah menilai kemampuan membentuk bekuan
berkembang baik. Pasien hemofilia sudah darah darah dari fibrinogen yaitu
cukup dewasa untuk menyesuaikan diri keterlibatan faktor XIII dalam proses
sehingga umumnya risiko terjadinya per- pembekuan darah. Pemeriksaan specific
darahan atau komplikasi lainnya dapat coagulation factor assay untuk FVIII dan
dihindari.15 IX dilakukan untuk menilai aktivitas faktor
VIII dan IX, dengan nilai normal dari
faktor VIII dan IX assay 60-100%.17
DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS
Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas,
BANDING HEMOFILIA
hemofilia dikategorikan: ringan bila aktivi-
Diagnosis hemofilia tas faktor pembekuan 5-35% dari normal;
Pemeriksaan komprehensif pada sedang, bila aktivitas faktor pembekuan 1-
pasien dengan suspek hemofilia sudah 5% dari normal; dan berat, bila aktivitas
harus dimulai saat ditemukan riwayat: faktor pembekuan <1% dari normal 18
penyakit hemofilia dalam keluarga; mudah
memar sejak periode neonatal; perdarahan Diagnosis banding hemofilia
spontan baik internal atau eksternal; dan Beberapa jenis kelainan darah yang
perdarahan masif ketika terjadi luka kecil. dapat menjadi diagnosis banding dari
Kecurigaan ini kemudian ditindaklanjutkan hemofilia ialah: trombositopenia; defisiensi
dengan skrining laboratorium untuk faktor VIII, IX, dan XI; defisiensi faktor II,
mengetahui fungsi homeostasis serta ada V, X, dan vitamin K; defisiensi faktor VII
tidaknya kelainan perdarahan.16 Skrining dan penyakit hati; Von Willebrand’s
utama untuk menentukan fungsi homeo- disease; disseminated intravascular coagu-
stasis ialah platelet count (normal 150.000- lation (DIC); dan defisiensi faktor XIII.
450.000/mm3) dan bleeding time. Pada Pemeriksaan penunjang yang perlu dilaku-
pemeriksaan platelet count, pengambilan kan untuk menegakkan diagnosis atau
darah dilakukan melalui pungsi vena; dan menyingkirkan diagnosis banding dapat
perlu diperhatikan apakah pasien sedang dilihat pada Tabel 1.
mengonsumsi obat-obatan seperti kloram-
fenikol, oral anti-tuberculosis (OAT),
colchicine, atau sulfonamid. Pemeriksaan KOMPLIKASI MUSKULOSKELETAL
bleeding time menggunakan metode Ivy Komplikasi yang paling sering terjadi
dengan nilai normal 1-6 menit, dan pada kasus hemofilia ialah komplikasi
dikatakan memanjang bila >15 menit.17 muskuloskeletal dan reaksi auto-antibodi
Selain platelet count dan bleeding (inhibitor) terhadap faktor pembekuan
time, hal-hal lain yang harus diperiksa ialah darah itu sendiri, baik terhadap faktor VIII
70 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 2, Juli 2013, hlm. 67-73
atau faktor IX. Komplikasi muskuloskeletal terdiri dari serat otot tipe IIb). Kondisi ini
yang dapat terjadi ialah artritis hemofilik rawan bagi otot untuk terjadinya per-
dan perdarahan otot (Tabel 2).19 darahan otot.20
Berdasarkan patofisiologinya, artritis
hemofilik dapat dibagi menjadi tiga
stadium, yaitu hemartrosis akut, sinovitis
kronis, dan artritis degeneratif (Gambar 1).
Pada perdarahan sendi, posisi nyaman bagi
pasien ialah cenderung posisi fleksi.
Kondisi ini akan memengaruhi otot-otot
stabilisator di daerah tersebut. Kelemahan
otot stabilisator akan memicu kerja otot-
otot mobilisator di dekatnya untuk
menggantikan fungsinya sebagai stabilisa-
tor, sehingga otot-otot mobilisator akan
cenderung overcontracted yang berakibat
mudah terjadi fatique (otot mobilisator Gambar 1. Artritis hemofilik.19
Tabel 2. Protokol penanganan kasus kelainan pembekuan darah berdasarkan kadar plasma spesifik19
Gejala Penanganan Rekomendasi kadar plasma
Mild bleeding episodes
- Mimisan Hanya observasi, tidak
- Memar dilakukan penanganan Tidak ada
- Gusi berdarah khusus
Moderate bleeding
episodes
- Hemartrosis - Penilaian perdarahan 40-50% kadar plasma
- Perdarahan otot - Pemberian faktor pembekuan faktor pembekuan darah
- Mimisan berulang - Pengulangan faktor dalam 24 (VIII / IX)
- Perdarahan mulut jam apabila tidak membaik (20-25 unit per kgBB)
B. Saran
Sebaiknya penderita hemopilia segera melakukan pengobatan apabila terjadi
pendarahan, penderita berhati – hati dalam beraktifitas untuk mencegah
terjadinya trauma, keluarga penderita hemopilia diharapkan senantiasa
memberikan semangat,melindungi dan menjaga si penderita dan sebaiknya
keluarga atau kerabat tidak mendiskriminasi penderita agar dapat membawa
dampak positif bagi psikologi penderita.
Daftar Pustaka
https://id.scribid.com/doc/95124730/MAKALAH-HEMOFILIA
https://id.scribid.com/doc/137484599/ASKEP-HEMOFILIA
https://www.academia.edu/18750474/ASKEP_HEMOFILIA
https://www.academia.edu/8296462/BAB_I_PENDAHULUAN_HEMOFILIA
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/download/2587/2130