HEMOFILIA
Penulis :
drg. I Gst Ayu Fienna Novianthi Sidiartha, Sp.KG
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa k a r e n a atas
berkat dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan kajian pustaka ini. Penulis menyadari
bahwa tanpa bantuan, bimbingan, dan masukan dari berbagai pihak pada penyusunan
kajian pustaka ini, sangatlah sulit untuk dirampungkan. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan kajian
pustaka ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dari kajian pustaka ini,
maka dari itu penulis memohon maaf apabila ada kesalahan maupun kekurangan dari
penulisan kajian pustaka ini. Semoga kajian pustaka ini dapat memberikaan manfaat bagi
setiap orang yang membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap orang pada umumnya menginginkan hidup yang sehat fisik maupun psikis, dengan
berbagai upaya menerapkan pola hidup yang sehat, seperti berolahraga secara rutin dan
mengatur pola makan. Namun pada kenyataanya terdapat beberapa penyakit yang tidak dapat
dihindari, seperti diantaranya kecacatan fisik sejak lahir dan penyakit keturunan. Beberapa
contoh dari penyakit keturunan diantaranya adalah Diabetes, Albino, Hemofilia dan lain
sebagainya. Penyakit keturunan tidaklah dapat disembuhkan melainkan hanya dapat dikelola
dengan baik agar penderita dapat hidup secara normal. Ketika mendengar “Hemofilia” yang
terbesit dalam pikiran adalah penyakit herediter yang mematikan. Hemofilia diturunkan dari
orang tua kepada anaknya, meskipun sebagian kecil penderita hemofilia tidak memiliki riwayat
Pada tahun 1803, Dr. John Conrad Otto, seorang dokter asal Philadelphia menulis
sebuah laporan mengenai perdarahan yang terjadi pada suatu keluarga tertentu. Beliau
menyimpulkan bahwa kondisi tersebut hanya dapat diturunkan pada pria. Beliau menelusuri
penyakit tersebut pada seorang wanita dengan tiga generasi sebelumnya yang tinggal dekat
Plymouth, New Hampshire pada tahun 1780. Kata hemofilia pertama kali muncul pada sebuah
buku yang ditulis oleh Hopff di Universitas Zurich, tahun 1828. Dan menurut ensiklopedia
Britanica, istilah hemofilia (haemophilia) pertama kali diperkenalkan oleh seorang dokter
berkebangsaan Jerman, Johann Lukas Schonlein (1793-1864), pada tahun 1928 (Maritalia,
2012)
1
Penyakit hemofilia merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan
hemostasis pada proses pembekuan darah pada manusia pada faktor VIII dan IX. Menurut
survey angka kejadian hemofilia A adalah 1 dari 10.000 kelahiran, sedangkan hemofilia B 1
dari 60.000 kelahiran. Dalam sebuah peneltian menunjukan bahwa di Indonesia terdapat 1.409
pasien baik anak maupun dewasa. Hemofilia dapat terjadi dalam bentuk ringan, sedang, dan
Penyakit hemofilia merupakan penyakit keturunan yang jarang terjadi dan yang memiliki
angka harapan hidup terpendek. Penderita hemofilia cenderung meninggal pada usia anak-
anak, hal tersebut terjadi karena tanggalnya gigi susu pada masa anak-anak yang tidak dapat
dihindari. Ketika tanggalnya gigi susu, maka akan terjadi pendarahan terus-menerus yang
angka harapan hidup pasien hemofilia dapat ditingkatkan dengan terapi. Terapi hemofilia
dengan pemberian FVIII telah meningkatkan harapan hidup secara bermakna. Pada awal tahun
1900 harapan hidup hanya sekitar 11,3 tahun, sedangkan saat ini harapan hidup pasien
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan student project ini adalah untuk mengetahui bagaimana keadaan
2
3
1.4 Manfaat
Penulisan student project ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.4.2 Menjadi sumber pengetahuan bagi masyakat agar dapat meningkatkan angka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Darah adalah komponen penting yang terdiri dari komponen cair dan padat.
Komponen cair disebut plasma dan yang padat disebut sel darah. Beberapa unsur sel
darah antara lain sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping darah
yang disebut trombosit. Pembentukan dan pematangan sel darah ini terjadi di sumsum
tulang, proses pembentukan sel darah ini disebut hematopoiesis (Price dan Wilson,
2013). Volume darah secara keseluruhan rata-ratanya adalah 5 liter. Sekitar 55% nya
adalah cairan, sedangkan 45% terdiri atas sel darah, angka ini dinyatakan dalam nilai
hematokrit atau volume sel darah yang dipadatkan berkisar antara 40% sampai 47%
(Pearce, 2009).
Komponen darah manusia dapat terbagi menjadi dua bagian besar, yakni plasma darah
dan sel-sel darah. Kandungan plasma darah ini sebesar 55% di dalam darah, sedangkan
kandungan sel-sel darah ini sebesar 45%. Dan volume darah hanya 7-8% dari berat badan
tubuh kita.
2.2.1 Plasma
Komponen darah yang pertama adalah plasma darah. Pada dasarnya, plasma
darah merupakan air yang mengandung hormon, berbagai jenis protein, berbagai
jenis garam, dan lain-lain. Persentase kandungannya sebesar 90% air, 7% protein,
0,9% garam dan 0,1% adalah glukosa. Selain itu, plasma darah juga memiliki
seberat sekitar 200-300 gram dari total berat seluruh plasma darah di dalam tubuh
kita. Nantinya, protein ini akan membentuk koloid yang dapat memberikan
terkandung dalam plasma darah, yakni albumin, beta globulin dan fibrinogen.
Albumin biasanya disebut sebagai serum albumin dan memiliki volume yang
besar dibandingkan jenis asam yang lainnya, yaitu sebesar 4-5% (Mallo et al.,
2012). Selain itu, plasma darah juga memiliki beberapa fungsi yang sangat
1. Sebagai transportasi
Salah satu fungsi paling penting plasma darah yakni sebagai transportasi
hasil metabolisme yang diperlukan oleh tubuh. Saat makanan dicerna oleh
plasma darah juga berfungsi sebagai pengangkut zat sisa hasil metabolisme
menuju alat-alat eksresi tubuh, seperti urea, amonium garam yang bisa
Plasma darah membawa garam ke seluruh tubuh, hal ini disebut elektrolit.
Tanpa garam-garam ini, otot tidak akan bisa berkontraksi dan saraf-saraf
3. Mempertahankan tubuh
melawan zat asing, seperti bakteri yang menyerang tubuh. Ada juga protein
pembekuan darah. Dengan protein ini, plasma darah memiliki peran penting
Sel darah pada manusia dapat dibagi menjadi tiga, yakni sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping-keping darah atau trombosit
Sel darah merah merupakan salah satu penyusun jaringan darah pada
manusia yang paling besar. Pada wanita, kandungan eritrositnya sekitar 4,5
Sel darah merah berbentuk seperti cakram dengan diameter 75 nm, dan memiliki
ketebalan di tepi 2 nm dan ketebalan ditengah 1 nm. Pada orang dewasa, sel
darah merah dibentuk di dalam sumsum tulang. Sel pembentuk ini dinamakan
osteoblast. Namun pada embrio, sel darah merah dibentuk di dalam hati dan
limpa. Warna merah pada sel darah merah disebabkan karena pigmen merah
yang disebut hemoglobin (Hb). Hemoglobin adalah suatu protein yang terdiri
atashemin yang mengandung zat besi serta globin. Hb ini mempunyai daya ikat
tinggi terhadap O2. Dalam peredarannya menuju seluruh tubuh, oksigen diikat
juga dapat mengikat CO2 dan sisa metabolisme tubuh untuk dikeluarkan ke luar
karbominohemoglobin.
terhadap infeksi dari luar tubuh. Saat terjadi luka, maka sel darah putih akan
berkumpul di tempat terjadinya luka yang merupakan jalur masuk bagi bakteri
dan virus. Saat ada bakteri atau virus yang masuk, maka sel darah putih akan
menyerang virus atau bakteri tersebut yang hasilnya akan menimbulkan nanah.
Sel darah putih memilki nukleus yang bentuknya bervariasi. Ukurannya sekitar
10 nm – 25 nm. Sel darah putih berfungsi untuk melindungi badan dari infeksi
penyakit serta sebagai antibodi di dalam tubuh. Jumlah sel darah putih dalam
tubuh lebih sedikit daripada sel darah merah dengan perbandingan 1:700.
Jumlah sel darah putih di dalam tubuh berkisar antara 5.000–9.000 butir/mm3,
namun jumlah ini bisa saja naik atau turun. Salah satu faktor penyebab turunnya
sel darah putih adalah karena infeksi kuman/penyakit. Pada kondisi sel darah
putih yang turun di bawah normal disebut dengan leukopenia, sedangkan saat di
mana jumlah sel darah putih naik di atas jumlah normal disebut dengan
leukositosis. Sel darah putih diproduksi di dalam sumsum tulang, limfe, dan
kelenjar limfe.
Sel darah putih terdiri dari agranulosit dan granulosit. Agranulosit
2.1.1 Neutrofil, plasmanya bersifat netral, inti selnya sering kali berjumlah
terhadap eritrosit.
tua bila ditetes eosin, bersifat fagosit dan jumlahnya akan meningkat
2.1.3 Basofil, plasmanya bersifat basa sehingga akan berwarna biru jika
penggumpalan.
2.2.1 Limfosit, tidak dapat bergerak, berinti satu, ukuran ada yang besar dan
2.2.2 Monosit, dapat bergerak seperti Amoeba, mempunyai inti yang bulat
fagosit.
3. Keping darah (Trombosit)
Di dalam darah mengandung protein (trombin) yang akan larut dalam plasma
mengakibatkan darah keluar dari pembuluh darah. Trombosit juga ikut keluar
disebut trombokinase. Trombokinase ini akan masuk ke dalam plasma darah dan
akan mengubah protrombin menjadi enzim aktif yang disebut dengan trombin.
Perubahan tersebut dipengaruhi oleh ion kalsium (Ca2+) di dalam plasma darah.
mengandung globulin. Zat ini adalah enzim yang belum aktif yang dibentuk oleh
benang-benang fibrin ini akan menyebabkan luka tertutup sehingga darah tidak
mengalir keluar lagi. Fibrinogen merupakan sejenis protein yang larut dalam
darah.
Fungsi darah di dalam tubuh yang terpenting yaitu sebagai alat transportasi, misalnya
membawa dan menghantarkan nutrisi dan bahan kimia dari saluran pencernaan ke
mengangkut hormon dan enzim dari tempat produksi ke organ target (Siswanto, 2017).
Selanjutnya darah juga memiliki fungsi mempertahankan temperatur atau suhu tubuh
karena darah dalam arteri mempunyai panas spesifik yang tinggi. Sel darah putih sebagai
2.4 Hemostasis
darah yang berlebih saat terjadinya trauma ataupun luka. Terdapat tiga kompartemen
penting di dalam hemostasis dan berkaitan dengan trombosit, protein darah dan jaringan-
jaringan fibrin pembuluh darah (Mahmuddin, 2015). Hemostasis merupakan suatu fungsi
tubuh yang berperan untuk mempertahankan keenceran darah sehingga darah tetap
mengalir pada pembuluh darah dan dapat menutup kerusakan dinding pembuluh darah
sehingga mengurangi kehilangan darah pada saat terjadinya kerusakan pembuluh darah.
Terdapat empat sistem yang dilibatkan dalam hemostasis diantaranya yaitu sistem
vaskuler, sistem trombosit, sistem koagulasi, dan sistem fibrinolisis. Keempat sistem
1. Trombosit
hepar. Dalam sirkulasinya rata-rata masa hidup trombosit adalah 7-10 hari
(Sianipar, 2014).
2. Endotel vaskuler
Sel endotel vaskular melapisi seluruh sistem peredaran darah, dari jantung
hingga kapiler terkecil. Sel ini memiliki fungsi unik dalam biologi vaskular.
Fungsi sel endotel vaskular yaitu filtrasi cairan, tonus pembuluh darah,
sehingga aliran darah di sebelah distal cedera terganggu (Kemenkes RI, 2018).
1. Pembekuan pada proses pembentukan agregasi trombosit yang masih awal, masih
longgar dan bersifat sementara pada tempat luka. Kolagen diikat oleh trombosit pada
luka pembuluh darah dan selanjutnya diaktifkan oleh trombin yang terbentuk dalam
kaskade peristiwa koagulasi pada tempat yang sama, atau oleh ADP yang dilepaskan
trombosit aktif lainnya. Pada pengaktifan, trombosit akan berubah bentuk dan dengan
sehingga terjadi sumbatan hemostatik atau disebut juga dengan trombus yang kuat dan
3. Proses pelarutan parsial atau total agregat hemostatik atau trombus oleh plasmin
Faal hemostasis untuk dapat berjalan normal memerlukan tiga langkah, yaitu :
Langkah I : Langkah pertama ini juga disebut dengan Hemostasis primer, yang
sumbat trombosit. Sifat dari hemostasis primer ini adalah cepat dan
terjadi bila terdapat luka yang relatif besar pada pembuluh darah atau
Langkah III : Hemostasis tersier, memiliki tujuan untuk mengontrol agar aktivitas
3.6 Hemofilia
disebabkan oleh mutasi gen faktor VIII (F VIII) atau faktor IX (F IX),
Oleh karena itu, semua anak perempuan dari laki-laki yang menderita hemofilia
adalah karier penyakit, dan anak laki-laki tidak terkena. Anak laki-laki dari
hemofilia. Dapat terjadi wanita homozigot dengan hemofilia (ayah hemofilia, ibu
karier), tetapi keadaan ini sangat jarang terjadi. Kira-kira 33% pasien tidak
perdarahan kongenital terkait kromosom X dengan frekuensi kurang lebih satu per
10.000 kelahiran. Jumlah orang yang terkena di seluruh dunia diperkirakan kurang
Menurut Handayani (2008) hemofilia dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu sebagai
berikut:
1. Hemofilia A
yang disebabkan oleh kekurangan faktor koagulasi VIII. Hemophilia ini juga
2. Hemofilia B
yang disebabkan oleh kekurangan faktor koagulasi IX. Hemophilia ini disebut
3. Hemofilia C
koagulasi XI, terutama terlihat pada orang turunan Yahudi Aohkenazi dan
1. Berat: Kurang dari 1 % dari jumlah normal. Penderita hemofilia berat dapat
kadang terjadi akibat aktivitas tubuh yang terlalu berat, seperti olahraga yang
berlebihan.
gigi, atau mengalami luka yang serius (Betz, Cecily Lynn. 2009).
pembekuan darah pada faktor VIII (Anti Hemophilic) yang disebut Hemofilia
disebut Hemofilia C. Kelainan ini disebabkan oleh mutasi gen kromosom X (X-
linked recessive) sama seperti penyakit keturunan lainnya. Ini berarti penyakit
ini menyebabkan perempuan sebagai carrrier (pembawa sifat) kepada anak laki-
laki sebagai penderita walaupun 30% dari penderita hemofilia tidak memiliki
keluarga sebagai penderita hemofilia. Hal ini dikarenakan sebagian besar kasus
Ketika terjadi defisit faktor XIII, IX, dan XI maka pembentukan bekuan
darah akan terlambat dan tidak stabil, oleh karena itu penderita hemofilia
biasanya akan sulit mengalami pendarahan tetapi jika sudah terjadi pendarahan
maka darah akan sulit berhenti. Pada saat ada pendarahan pada ruang yang
tertutup maka akan berhenti akibat efek tamponade tetap jika terjadi pendarahan
pada ruang yang terbuka maka efek tamponade tidak ada dan akan terjadi
2.6.4 Gejala
Gambaran klinis yang sering terjadi pada klien dengan hemofilia adalah
perdarahan terjadi setelah trauma berat atau operasi. Pada hemofilia sedang,
perdarahan spontan dapat terjadi atau dengan trauma ringan. Sedangkan pada
sendi, otot dan organ dalam. Perdarahan dapat mulai terjadi semasa janin atau
mulai terjadi pada usia di bawah 1 tahun. Pendarahan dapat terjadi di mukosa
mulut, gusi, hidung, saluran kemih, sendi lutut, pergelangan kaki dan siku
tangan, otot iliospoas, betis dan lengan bawah. Pendarahan di dalam otak, leher
atau tenggorokan dan saluran cerna yang masif dapat mengancam jiwa.
dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam menyatakan bahwa Hemartrosis paling
lutut, siku, pergelangan kaki, bahu, pergelangan tangan dan lainnya. Sendi
pada otot betis, otot-otot region iliopsoas (sering pada panggul) dan lengan
Hemofilia adalah kelainan koagulasi arah bawaan yang paling sering dan serius,
berhubungan dengan defisiensi faktor VIII, IX atau XI. Biasanya hanya terdapat pada
anak laki-laki, terpaut kromosom x dan bersifat resesif. Sekitar 80% kasus hemofilia
adalah hemofilia A. Hemofilia jenis ini disebut juga hemofilia klasik, karena jenis
hemofilia ini adalah paling banyak kekurangan faktor pembekuan pada darah. Penyakit
ini disebabkan oleh defisiensi faktor VIII (globulin atau faktor anti hemolitik) yang
penderita hemofili mengalami gangguan yaitu jumlah pembeku darah jenis tertentu
kurang dari jumlah normal, bahkan hampir tidak ada. Darah pada seorang penderita
hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara normal. Proses pembekuan
pada seorang penderita hemofilia tidak secepat dan sebanyak orang lain yang normal. Ia
akan lebih banyak membutuhkan waktu untuk proses pembekuan darahnya. Penderita
memar jika sedikit mengalami benturan, atau luka memar timbul dengan sendirinya jika
penderita telah melakukan aktifitas yang berat, pembengkakan pada persendian, seperti
lutut, pergelangan kaki atau siku tangan.Pada kasus hemofilia ringan sampai sedang
mulut. Penderita hemofilia-A dapat mengalami perdarahan spontan pada gingiva yang
defesiensi atau kelainan biologik faktor VIII, Faktor X dan faktor XI dalam plasma.
kromosom X. Karena itu, penyakit ini lebih banyak terjadi pada pria karena mereka
hanya mempunyai kromosom X, sedangkan wanita umumnya terjadi pembawa sifat saja
(carrier). Namun, wanita juga bisa menderita hemofilia jika mendapatkan kromosom X
dari ayah hemofilia dan ibu pembawa carrier serta bersifat letal (Summer, 2010). Gejala
yang paling sering terjadi pada hemofilia ialah perdarahan, baik yang terjadi di dalam
tubuh (internal bleeding) maupun yang terjadi di luar tubuh (external bleeding). Internal
bermanifestasi sebagai pendarahan masif dari mulut ketika ada gigi yang tanggal
(Prastowo, 2010).
Secara umum, penderita hemofilia parah atau berat yang hanya memiliki faktor VIII
atau faktor IX kurang dari 1% dari jumlah normal di dalam darahnya, dapat mengalami
beberapa kali pendarahan dalam sebulan. Kadang-kadang pendarahan terjadi begitu saja
tanpa sebab yang jelas. Penderita sedang lebih jarang mengalami perdarahan
dibandingkan hemofilia berat. Perdarahan kadang terjadi akibat aktifitas tubuh yang
terlalu berat, seperti olahraga yang berlebihan. Penderita hemofilia ringan lebih jarang
tertentu, seperti operasi, cabut gigi atau mengalami luka yang serius. Wanita hemofilia
ringan mungkin akan mengalami perdarahan lebih pada saat mengalami menstruasi
(Koesema, 2008).
dan pembuluh darah. Mekanisme hemostasis terdiri dari respons pembuluh darah, adesi
pembatasan bekuan darah pada tempat cedera oleh regulasi antikoagulan, dan pemulihan
aliran darah melalui proses fibrinolisis dan penyembuhan pembuluh darah (Kemenkes
RI, 2018).
pembuluh darah dan terpaparnya darah terhadap matriks subendotelial. Faktor von
Willebrand (vWF) akan aktif yang diikuti dengan adesi trombosit. Setelah proses ini,
yang berada di dalam trombosit dan menyebabkan agregasi pada trombosit. Selain itu,
cidera yang terjadi pada pembuluh darah juga melepaskan tissue factor dan melakukan
darah dan menghasilkan fibrin. Bekuan fibrin dan trombosit ini akan distabilkan oleh
stabilnya pembentukan bekuan darah. Pendarahan yang terjadi di dalam ruang tertutup
seperti pada sendi, proses perdarahan terhenti akibat adanya efek tamponade.
Namun pada luka terbuka tidak ada efek tamponade dan pendarahan masih dapat terjadi.
Defisit F VIII dan F IX ini disebabkan oleh mutasi yang terjadi pada gen F8 dan F9.
pasif/aktif, terapi dingin dan panas, penggunaan ortosis, terapi psikososial dan
kurang.
terjadinya gejala sisa berupa kaku sendi (atrosis) yang mengganggu aktivitas
harian serta menurunkan kualitas hidup pasien Hemofilia (Aru et al, 2010)
6. Bidai dan alat orthopedic bagi pasien yang mengalami perdarahan otak dan
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hemofilia merupakan penyakit yang diturunkan dari orang tua dan menyebabkan
sebagian besar menjadi penderita. Gangguan hemostasis yang terjadi yaitu kurangnya
atau bahkan tidak adanya faktor koagulasi VIII (Anti Hemophilic) untuk penderita
hemofilia A, kurang atau tidak adanya faktor koagulasi IX untuk penderita Hemofilia B
dan kurangnya atau tidak adanya faktor koagulasi XI. Penderita hemofilia biasanya sulit
untuk mengalami pendarahan tetapi ketika sudah mengalami pendarahan akan sangat
susah untuk membeku. Tentunya penyakit ini merupakan penyakit yang tidak bisa
disembuhkan dan hanya dapat dicegah serta diobati gejalanya seperti melakukan terapi
suportif yaitu mencegah adanya benturan yang menyebabkan luka, melakukan RICE,
melakukan operasi untuk mempertahankan faktor koagulasi, meminum obat anti nyeri
3.2 Saran
Penyakit ini merupakan penyakit keturunan yang jelas saja sangat tidak
mungkin untuk dicegah melainkan penyakit ini hanya dapat diatasi gejalanya
16
untuk hemofilia memang tidak akan menyembuhkan penyakit hemofilia tetapi
angka harapan hidup penderita hemofilia. Terapi yang ada seperti terapi yang
mengobati gejala dari hemofilia, penambahan faktor VIII, IX, dan XI yang
serta terapi lainnya. Oleh karena itu tenaga kesehatan sebaiknya menyediakan
17
DAFTAR PUSTAKA
(20:35),
tersedia di http://repository.unair.ac.id/68213/3/Fis.S.34.17%20.%20Ayu.o%20-
%20JURNAL.pdf
Aru, W., Sudoyo. 2010. Ilmu Penyakit dalam Jilid II: Edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
Ayu, Y.A.W. 2016. Orientasi Kesehatan Penderita Hemofilia dalam Proses Pengobatan
Soetomo Surabaya). Jurnal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Airlangga. Surabaya.
Cecily, L., Betz. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik alih bahasa Eni Meiliya.
Edisi 5. EGC.Jakarta.
Fajrina, S.N. 2016. Jenis-Jenis Sel Darah Beserta Fungsinya. Laporan Praktikum
Semarang.
Handayani, Wiwik dan Haribowo, A.S. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
1
Bakta, I.M. 2017. Hematologi Klinik Ringkas EGC. Jakarta.
Kemenkes RI. 2018. Bahan Ajar Teknologi Laboratorium Medik (LTM) Hemostasis.
Jakarta.
Mahmuddin, I. 2015. Efek Antiperdarahan Alga Coklat (Sargassum sp. dan Padina sp.)
pada Luka Potong Ekor Mencit (Mus Musculus) (Pilot Study). Skripsi. Fakultas
Alat Ukur Kadar Hemoglobin dan Oksigen Dalam Darah dengan Sensor
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia 3(3): 116-
124.
Price, S.A., Wilson , L.M. 2013. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
2
Sianipar, Nicholas Benedictus. 2014. Trombositopenia dan Berbagai Penyebabnya.
CDK-217 41(6).
Siswanto. 2017. Darah dan Cairan Tubuh. Diktat Laboratorium Fisiologi Veteriner.
Federation of Hemofilia.