OLEH:
ANDRE LAKOTANI
Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman
dan kesehatan sehingga kami di beri kesempatan yang luar biasa untuk mengerjakan tugas
penulisan makalah yang berjudul “HEMOFILIA”.
Sekaligus pula Saya menyampaikan terima kasih yang sebanyak – banyaknya kepada IBU
Nurma Rachman ,S.Kep.,Ns.,M.K selaku Dosen Keperawatan Maternitas yang telah
memberikan makalah ini kepada kami.
Saya berharap makalah ini dapat di mengerti oleh Dosen dan teman-teman yang membacanya.
Mohon Maaf apabila ada penulisan dan perkataan yang tidak berkenan di hati.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................................
2.1 RUMUSAN MASALAH.......................................................................................
3.1 TUJUAN PENULISAN.........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
2.1 PENGERTIAN.......................................................................................................
2.2 ETIOLOGI.............................................................................................................
2.3 KLASIFIKASI.......................................................................................................
2.4 MANIFESTASI KLINIS.......................................................................................
2.5 PATOFISIOLOGIS...............................................................................................
2.6 PATHWAY..............................................................................................................
2.7 PENATALAKSANAAN MEDIS..........................................................................
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG..........................................................................
BAB III ASUHAN KEPERWATAN.................................................................................
3.1 PENGKAJIAN.......................................................................................................
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN............................................................................
3.3 INTERVENSI.........................................................................................................
3.4 IMPLEMENTASI..................................................................................................
3.5 EVALUASI.............................................................................................................
BAB IV PENUTUP............................................................................................................
4.1 KESIMPULAN .....................................................................................................
4.2 SARAN ..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
a. Hemofilia A ringan: Tingkat faktor VIII antara 6% hingga 49% dari normal.
b. Hemofilia A sedang: Tingkat faktor VIII antara 1% hingga 5% dari normal.
c. Hemofilia A berat: Tingkat faktor VIII kurang dari 1% dari normal.
2. Hemofilia B (Defisiensi Faktor IX):
Hemofilia B, juga dikenal sebagai hemofilia Christmas disease, disebabkan oleh defisiensi
atau kurangnya faktor pembekuan darah IX (faktor IX).Seperti hemofilia A, hemofilia B juga
dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahan yang serupa.
D. MANIFESTASI KLINIS
Hemofilia adalah kelainan pembekuan darah yang ditandai dengan perdarahan yang
berlebihan atau lama setelah cedera atau pembedahan. Manifestasi klinis atau gejala
hemofilia dapat bervariasi berdasarkan tingkat keparahan kondisi tersebut. Berikut adalah
beberapa manifestasi klinis utama dari hemofilia:
H. PENATALAKSANAAN
Terapi Suportif
1. Melakukan pencegahan baik menghindari luka atau benturan
2. Merencanakan suatu tindakan operasi serta mempertahankan kadar aktivitas faktor
pembekuan sekitar 30-50%
3. Lakukan Rest, Ice, Compressio, Elevation (RICE) pada lokasi perdarahan untuk
mengatasi perdarahan akut yang terjadi.
4. Kortikosteroid, untuk menghilangkan proses inflamasi pada sinovitis akut yang terjadi
setelah serangan akut hemartrosis
5. Analgetik, diindikasikan pada pasien hemartrosis dengan nyeri hebat, hindari analgetik
yang mengganggu agregasi trombosit
6. Rehabilitasi medik, sebaiknya dilakukan sedini mungkin secara komprehensif dan
holistic dalam sebuah tim karena keterlambatan pengelolaan akan menyebabkan
kecacatan dan ketidakmampuan baik fisik, okupasi maupun psikososial dan edukasi.
Rehabilitasi medis atritis hemofilia meliputi : latihan pasif/aktif, terapi dingin dan panas,
penggunaan ortosis, terapi psikososial dan terapi rekreasi serta edukasi
Terapi Pengganti Faktor Pembekuan
Dilakukan dengan memberikan F VIII atau F IX baik rekombinan, kosentrat maupun
komponen darah yang mengandung cukup banyak faktor pembekuan tersebut. Hal ini
berfungsi untuk profil aktif/untuk mengatasi episode perdarahan. Jumlah yang diberikan
bergantung pada faktor yang kurang.
Terapi lainnya
1. Pemberian DDAVP (desmopresin) pada pasien dengan hemofili A ringan sampai
sedang. DDAVP meningkatkan pelepasan factor VIII.
2. Pemberian prednisone 0.5-1 mg/kg/bb/hari selama 5-7 hari mencegah terjadinya gejala
sisa berupa kaku sendi (atrosis) yang mengganggu aktivitas harian serta menurunkan
kualitas hidup pasien Hemofilia (Aru et al, 2010)
3. Transfusi periodik dari plasma beku segar (PBS)
4. Hindari pemberian aspirin atau suntikan secara IM 5. Membersihkan mulut sebagai
upaya pencegahan
6. Bidai dan alat orthopedic bagi pasien yang mengalami perdarahan otak dan sendi
(Handayani, Wiwik, 2008).
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Uji skining untuk koagulasi darah.
a. Jumlah trombosit (normal 150.000-450.000 per mm3 darah Masa
protombin (normal memerlukan waktu 11-13 detik).
b.Masa tromboplastin parsial (meningkat, mengukur keadekuatan faktorkoagulasi
intrinsik ).
c. Fungsional terhadap faktor VII dan IX (memastikan diagnosis)
d. Masa pembekuan trombin (normalnya 10-13 detik).
2. Biopsi hati digunakan untuk memperoleh jaringan untuk pemeriksaan patologi dan
kultur
3. Uji fungsi feal hati digunakan untuk mendeteksi adanya penyakit hati(misalnya, serum
glutamic-piruvic trasaminase [ SPGT ], serum glutamic-oxaloacetic transaminase [ SGOT
], fosfatase alkali, bilirubin).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
STUDI KASUS
A. Kasus
Seorang laki-laki usia 46 tahun suku Balidirujuk dari RS swasta dengan keluhan berak
hitamdan muntah darah dengan kecurigaan hemofilia. Berak hitam sejak 13 hari
sebelum masuk rumah sakit dengan konsistensi lengket dan bau khas, dengan volume
3-4 gelas perhari. Muntah darah kehitaman seperti kopi dan sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit, frekuensi 3-4 kali dan volume seperempat gelas tiap kali muntah. Disertai
nyeri ulu hati yang telah lama diderita sebelum timbul keluhan berak hitam. Nyeri ulu
hati dirasakan panas tidak menjalar ke bagian tubuh yang lainnya, nyeri terasa
membaik setelah minum obat sakit maag. Penderita kadang-kadang mengeluh mual.
Badan terasa lemah sejak sakit, sehingga penderita terganggu aktifitas sehari-harinya.
Riwayat sakit sebelumnya, penderita telah dirawat selama 13 hari di rumah sakit
swasta dan telah menerima transfusi darah sebanyak 15 kantung. Terdapat riwayat
minum obat-obatan anti nyeri karena keluhan nyeri sendi lutut. Pada tahun 1984
penderita pernah mengalami perdarahan yang hebat setelah cabut gigi, saat itu
penderita dirawat di RS Sanglah.
Penderita sering mengalami perdarahan sejak usia 5 tahun terutama setelah
terbentur atau terjatuh. Tidak ada riwayat penyakit kuning sebelumnya. Penderita tidak
mengkonsumsi alkohol atau jamu. Riwayat penyakit keluarga, saudara kandung laki-laki
penderita mengalami keluhan perdarahan yang sama dan telah meninggal dunia saat usia
anak-anak.
Pada pemeriksaan fisik penderita tampak lemah dengan kesadaran compos mentis,
tekanan darah80mmHg / palpasi setelah dilakukan pemberian 1 liter cairan tensi
terangkat menjadi 100/70 mmHg, frekuensi nadi 120 kali/menit lemah, respirasi 24
kali/menit dan temperatur axilla 36,70 C.Mata tampak anemis, tidak ada ikterus.
JVP :PR + 0 cmH20, tidak ada pembesaran kelenjar. Bibirtampak pucat, pada lidah
tidak didapatkan atropi papil.Inspeksi thorak tidak didapatkan spider nevi.
Batasbatasjantung normal, bunyi jantung pertama dankedua tunggal, teratur, tidak ada
suara tambahan.Pemeriksaan paru normal. Suara nafas dasar vesiculardan tidak
didapatkan suara nafas tambahan.Pemeriksaan abdomen tidak ditemukan
distensiabdomen, kolateral, asites dan caput meduse. Bisingusus normal. Hati dan
limpa tidak membesar. Traubespace timpani. Tidak dijumpai adanya defencemuscular
dan nyeri tekan epigastrial. Ekstremitas teraba hangat, odema pada kedua tungkai
inferior. Tampak hematom pada lengan atas kiri dengan diameter 5 cm. Pemeriksaan
rectal toucher didapatkantonus sphincter ani normal, mucosa licin , tidak ada massa
dan terdapat melena.
Pemeriksaan penunjang laboratorium darah lengkap menunjukkan leukosit 10,9 K/uL
(normal: 4,5-11 K/uL), hemoglobin 1,7 gr/dl (normal: 13.5-18.0gr/dl), hematokrit 14,3
% (normal: 40-54%), MCV 82,4 fl (normal:
80-94 fl), MCH 28,7 pg (normal: 27- 32 pg), trombosit 66 K/ul (normal: 150440 K/uL).
Hasil pemeriksaan faal hemostasis : waktu perdarahan (Duke) : 2,0 menit (normal: 1-3
menit), waktu pembekuan (Lee & White) : 14,0 menit (normal: 5-15menit), waktu
protrombin (PT) : 21 detik (normal: 12 - 18 detik), APTT : 96 detik (normal: 22.6-35
detik). AST 27 mg/dl (normal: 1450mg/dl), ALT 33 mg/dl (normal: 11-64 mg/dl),
bilirubin total 0,6 mg/dl (normal :0,0-1,0 mg/dl), bilirubin direk 0,1 mg/dl (normal: 0,0-
0,3 mg/dl), cholesterol 26 mg/dl (normal: 110-200 mg/dl), albumin 0,8 mg/dl (normal
4.0-5.7 mg/dl). Pemeriksaan faktor VIII dan IX tidak dikerjakan karena tidak ada
fasilitas pemeriksaan.
B. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. X
Usia : 46 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku : Bali
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan berak hitam sejak 13 hari yang lalu
b. Keluhan tambahan
Pasien mengatakan muntah darah sejak 3 hari yang lalu, nyeri ulu hati, kadang-
kadang pasien mengatakan mual dan badan terasa lemah.
P = Pendarahan di ulu hati
Q = Terasa Panas
R = Ulu Hati
S = tidak terkaji
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien Tn. X berusia 46 tahun dirujuk dari RS swasta dengan keluhan
berak hitam dan muntah darah dengan kecurigaan hemofilia. Berak hitam sejak
13 hari sebelum masuk rumah sakit dengan konsistensi lengket dan bau khas,
dengan volume 3-4 gelas perhari. Muntah darah kehitaman seperti kopi dan
sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi 3-4 kali dan volume
seperempat gelas tiap kali muntah, disertai nyeri ulu hati yang telah lama
diderita sebelum timbul keluhan berak hitam. Nyeri ulu hati dirasakan panas
tidak menjalar ke bagian tubuh yang lainnya, nyeri terasa membaik setelah
minum obat sakit maag. Pasien kadang-kadang mengeluh mual. Badan terasa
lemah sejak sakit, sehingga pasien terganggu aktifitas sehari-harinya. Pada
pemeriksaan fisik pasien tampak lemah dengan kesadaran compos mentis,
tekanan darah 80 mmHg /palpasi setelah dilakukan pemberian 1 liter cairan TD
terangkat menjadi 100/70 mmHg, N : 120 kali/menit, RR : 24 kali/menit dan
S : 36,7°C.
d. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat sakit sebelumnya, pasien telah dirawat selama 13 hari di rumah
sakit swasta dan telah menerima transfusi darah sebanyak 15 kantung.
Terdapat riwayat minum obat-obatan anti nyeri karena keluhan nyeri sendi
lutut. Pada tahun 1984 penderita pernah mengalami perdarahan yang hebat
setelah cabut gigi, saat itu penderita dirawat di RS Sanglah. Penderita
sering mengalami perdarahan sejak usia 5 tahun terutama setelah terbentur
atau terjatuh. Tidak ada riwayat penyakit kuning sebelumnya. Penderita
tidak mengkonsumsi alkohol atau jamu.
e. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit keluarga, saudara kandung laki-laki penderita
mengalami keluhan perdarahan yang sama dan telah meninggal dunia saat
usia anak-anak.
3. Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi kesehatan
DS: Pasien mengatakan bahwa kesehatan itu penting, dan jika ada anggota
keluarga yang sakit maka akan diperiksakan ke pelayanan kesehatan
terdekat.
DO: Pasien dirawat di rawat di slah satu RS swasta dengan kecurigaan penyakit
Hemofilia..
b. Pola nutrisi dan metabolik
DS : Pasien mengatakan sebelum sakit makan 3x sehari, nafsu makan tetap baik
dan tidak mengalami penurunan berat badan yang berarti. Sedangkan
minum air putihnya banyak, dalam sehari pasien dapat minum sekitar 7-8
gelas. Sedangkan selama sakit pasien mengatakan tidak nafsu makan dan
terkadang mual bahkan sampai muntah berwarna hitam darah.
DO : selama sakit pasien hanya menghabiskan 1/4 porsi makan dari rumah
sakit. Pasien muntah darah kehitaman seperti kopi dengan frekuensi 3-
4 kali/hari dan volume seperempat gelas tiap kali muntah.
c. Pola eliminasi
DS : Sebelum sakit BAK dan BAB lancar (BAK 5-6 x sehari dan BAB 1 x
sehari), sedangkan selama sakit BAB berwarna hitam.
DO : BAB berwarna hitam dengan konsistensi lengket dan bau khas, dengan
volume 3-4 gelas perhari.
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usung ± 8x/menit
e. Anus : Pemeriksaan rectal toucher didapatkan tonus
sphincter ani normal, mucosa licin , tidak ada
massa
dan terdapat melena.
f. Ekstermitas
Teraba hangat, odema pada kedua tungkai inferior. Tampak hematom pada
lengan atas kiri dengan diameter 5 cm.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium darah lengkap
1) Leukosit 10,9 K/uL (normal: 4,5-11 K/uL)
2) Hemoglobin 1,7 gr/dl (normal: 13.5-18.0gr/dl)
3) Hematokrit 14,3 % (normal: 40-54%)
4) MCV 82,4 fl (normal: 80-94 fl)
5) MCH 28,7 pg (normal: 27- 32 pg)
6) Trombosit 66 K/ul (normal: 150-440 K/uL)
b. Pemeriksaan faal hemostasis
1) Waktu perdarahan (Duke) : 2,0 menit (normal: 1-3 menit)
2) Waktu pembekuan (Lee & White) : 14,0 menit (normal: 5-15 menit)
3) Waktu protrombin (PT) : 21 detik (normal: 12 - 18 detik)
4) APTT : 96 detik (normal: 22.6-35 detik)
5) AST 27 mg/dl (normal: 14-50mg/dl)
6) ALT 33 mg/dl (normal: 11-64 mg/dl)
7) Bilirubin total 0,6 mg/dl (normal :0,0-1,0 mg/dl)
8) Bilirubin direk 0,1 mg/dl (normal: 0,0-0,3 mg/dl)
9) Cholesterol 26 mg/dl (normal: 110-200 mg/dl) 10) Albumin 0,8 mg/dl
(normal 4.0-5.7 mg/dl).
c. Terapi
1) Kumbah lambung dengan hasil stolsel
2) Loading nacl 1000 cc
3) Terapi krioprisipitat loading dose 15 unit
4) Transfusi Packed Red Cell sampai dengan kadar Hb >10g/dl
5) injeksi asam traneksamat 3 x 500 mg
6) injeksi ranitidin 2x 200 mg
7) Antasida 3Xci 8) Sukralfat3Xci
C. Analisa Data
NO Data Fokus Etiologi Problem
1. DS : Pasien mengeluh berak Perdarahan aktif Kekurangan
hitam sejak 13 hari dengan Volume Cairan
konsentrasi lengket, bau khas, dan Elektrolit
volume 3-4 gelas perhari dan
muntah darah kehitaman seperti
kopi sejak 3 hari yang lalu
sebelum masuk RS
DO :
- Pasien tampak lemah
- Pasien anemis, bibir pucat
- TD : 100/70 mmHg setelah
diberi 1 liter cairan
- N :120 kali/menit
- Oedema pada kedua
tungkai
- Hematum pada lengan atas
dengan diameter 5cm -
Labolatorium :
• Hb = 1,7 mg/dl
• Hematokrit = 14,3 %
• Trombosit = 66 K/ul
- Protombin = 21 detik
- APTT = 96 detik
- Albumin = 0,8 mg/dl
D. Diagnosa Keperawatan
NO Masalah Keperawatan Prioritas
1. Kekurangan Volume Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan perdarahan aktif
E. Perencanaan
No Hari, Diagnosa Tujuan Intervensi TTD
Tanggal / Keperawatan
jam
F. Implementasi
No Hari, Diagnosa Implementasi TTD
Tanggal/ Keperawatan
jam
G. Evaluasi
Tanggal / Diagnosa
No Catatan Perkembangan TTD
Jam Keperawatan
1. Kekurangan S : Pasien merasa lebih kuat dan tidak
volume cairan lemas daripada sebelumnya.
berhubungan O : Tanda – tanda vital :
dengan TD : 120 / 80 mmHg
kehilangan N : 120 x / menit
volume cairan RR : 22 x / menit
aktif S : 36,5 oC
Pasien tetap minum gelas 7 – 8 gelas
per hari.
A : Masalah teratasi sebagian P
: Lanjutkan intervensi no :
1 . Mempertahankan catatan intake dan
output yang akurat.
2. menonitor vital sign
6. Memonitor intake dan output urine.
BAB III
KESIMPULAN SARAN
A. Kesimpulan
Hemofilia adalah suatu jenis penyakit dimana trombosit kehilangan salah
satu faktor pembentuk benang – benang penutup luka. Sehingga luka tidak dapat
dengan cepat menutup dan pendarahan terhenti. Hemofilia termasuk penyakit yang
diturunkan misalnya pada ibu yang memiliki carrier atau pembawa gen penyakit
hemofilia. Komplikasi hemofilia terutama mengenai sistem muskuloskeletal yaitu
adanya hemartrosis atau perdarahan otot. Perjalanan penyakit hemofilia yang kronis
dapat menyebabkan disabilitas, oleh karena itu dibutuhkan suatu pendekatan tim.
B. SARAN
Pendekatan farmakologik pada hemofilia tergantung dari gejala klinis yang muncul,
namun perlu dilakukan pendekatan rehabilitasi medik. Pendekatan rehabilitasi
medik pada hemofilia tidak tergantung gejala klinis yang muncul karena pendekatan
ini lebih difokuskan ke seluruh aspek kehidupan pasien hemofilia. Pendekatan ini
sudah harus dilakukan sejak dini mengingat komplikasi yang mungkin ditimbulkan,
yang dapat menyebabkan disabilitas tersering akibat komplikasi muskuloskeletal.
Dengan penanganan rehabilitasi medik yang berbasis pendekatan tim, diharapkan
komplikasi muskuloskeletal dapat diminimalisasikan dan prognosis pasien hemofilia
dapat lebih baik. Penanganan rehabilitasi medik ini dimulai dari pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak memicu terjadinya
perdarahan, dalam hal ini komunikasi antara terapis dan pasien menjadi kunci
utama.
Komponen pemeriksaan fisik terdiri dari observasi, lingkup gerak sendi dan
fungsi otot, serta pemeriksaan status neurologik. Observasi meliputi respons pasien
terhadap terapi faktor pembekuan darah VIII atau IX, respons pasien terhadap
aktivitas fungsional seperti duduk, berdiri, atau berjalan dan gangguan postur atau
pola berjalan, serta ada tidaknya perbedaan panjang kedua tungkai. Mengenai
lingkup gerak sendi dan fungsi otot, perlu dilakukan pencatatan keadaan sendi dan
otot sebelum dan selama follow up (edema, nyeri, lingkup gerak sendi, deformitas,
dan lingkar sendi atau otot yang terkena). Pemeriksaan status neurologik penting
dilakukan karena komplikasi muskuloskeletal dapat menyebabkan gangguan
neurologik misalnya neuropati perifer pada hemofilia berat. Pemeriksaan penunjang
dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan penanganan komplikasi
muskuloskeletal. Pada komplikasi perdarahan otot, penggunaan ultrasound dapat
memberikan informasi tentang distribusi perdarahan otot yang terjadi. Untuk
kepentingan ini, frekuensi ultrasound yang digunakan 7- 12 Mhz dengan transduser
jenis linear array transducer.
DAFTAR PUSTAKA
Aru et al. (2009). Ilmu Penyakit dalam Jilid II: Edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
Handayani, Wiwik. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Nathan DG., Orkin SH. Nathan and Oski’s Hematology of Infancy and Childhood. 6 th
edition, WB Saunders Company, Tokyo, 2003.
Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson textbook of pediatrics. 18th
edition, WB Saunders Co, 2007.
www.halosehatverifiedhealthinformation.com
https://dokumen.tips/documents/kata-pengantar-makalah-hemofilia.html
https://blogalliv.wordpress.com/tag/makalah-hemofilia/