OLEH:
KELOMPOK 12
YANDES PINIS
ZAQUELINO X. BELO
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan
dan kesempatan kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu
yang diharapkan walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana dimana makalah ini
membahas tentang “ASKEP HEMOFILIA” dan kiranya makalah ini dapat
meningkatkan pengetahuan.
Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat
minim, sehingga saran dari dosen pengajar serta kritikan dari semua pihak masih kami
harapkan demi perbaikan makalh ini. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
3.1.5 Evaluasi Keperawatan ....................................................................................... 18
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Hemofilia berasal dari bahasa Yunani Kuno, yang terdiri dari dua kata yaitu
haima yang berarti darah dan philia yang berarti suka; hemofilia berarti penyakit
suka berdarah. Hemofilia adalah gangguan perdarahan bersifat herediter yang
berkaitan dengan defisiensi atau kelainan biologi faktor VIII dan faktor IX dalam
plasma. (David Ovedoff,2000). Gangguan terjadi pada jalur intrinsik mekanisme
hemostasis herediter, dimana terjadi defisiensi atau defek dari faktor pembekuan
VIII (hemofilia A) atau IX (hemofilia B).Biasanya bermanifestasi pada anak laki-
laki namun, walaupun jarang, hemofilia pada wanita juga telah dilaporkan. Wanita
umumnya bertindak sebagai carrier hemofilia.
1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah untuk menerapkan
asuhan keperawatan pada pasien dengan himofilia sesuai konsep dan teori yang
didapatkan selama proses pendidikan.
2
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
Hemofilia disebabkan oleh mutasi gen-gen faktor VIII(FVIII) atau faktor IX(FIX)
diklasifikasin sebagai hemofilia A atau B kedua gen ini terletak pada kromosom X,
menyebabkan gangguan resesif terkait-X. Oleh karna itu semua anak perempuan dari
anak laki-laki penderita hemofilia adalah carrier penyakit, dan anak laki-laki tidak
terkena, anak laki-laki dari perempuan yang carrier memiliki kemungkinan 50% untuk
menderita penyakit hemofilia (Sylvia A. price). Penderita hemofilia tidak boleh
mendapat suntikan kedalam otot karena bisa menimbulkan luka atau pendarahan,
hemofilia memiliki dua tipe antara lain:
3
2. Hemofilia B (penyakit Christmas, hemofilia faktor IX)
merupakan penyakit gangguan pembekuan darah yang diturunkan akibat
berkurangnya faktor koagulasi IX. Faktor IX dikode oleh gen yang terletak dekat
gen untuk faktor VIII dekat ujung lengan panjang kromosom X. Kebanyakan kasus
jumlah faktor IX berkurang secara kuantitatif, namun pada sepertiga kasus terdapat
fungsi yang abnormal dari faktor IX melalui pemeriksaan imunoassay. Jumlah
kasus hemofilia defisiensi faktor IX adalah sebanyak sepertujuh dari jumlah kasus
hemofilia defisiensi faktor VIII; namun dilihat secara klinis dan pola penurunannya
identik.
Keadaan ini adalah penyakit kongenital yang diturunkan oleh gen resesif X-
linked dari pihak ibu. Faktor VIII dan faktor IX adalah protein plasma yang
merupakan komponen yang diperlukan untuk pembekuan darah. Faktor-faktor tersebut
diperlukan untuk pembekuan fibrin pada tempat pembuluh cedera. Hemofilia berat
terjadi bila konsentrasi faktor VIII dan IX plasma antara 1% dan 5% dan hemofilia
ringan terjadi bila konsentrasi plasma antara 5% dan 25% dari kadar normal.
Manifestasi klinisnya tergantung pada umur anak dan hebatnya defisiensi factor VIII
dan IX. Hemofilia berat ditandai perdarahan kambuhan,timbul spontan atau setelah
trauma yang relatif ringan. Tempat perdarahan paling umum adalah di dalam
persendian lutut,siku,pergelangan kaki, bahu dan pangkal paha. Otot yang paling
sering terkena adalah heksor lengan bawah,gastroknemius dan iliopsoas. Karena
kemajuan dalam bidang pengobatan, hampir semua pasien hemofilia diperkirakan
dapat hidup normal.
4
2.1.3 Pathway Hemofilia
5
2.1.5 Manifestasi Klinis
6
6. Masa pembekuan thrombin (normalnya 10-13 detik)
7
c. Trasfusi periodik dari plasma beku segar (PBS)
d. Hindari pemberian aspirin atau suntikan secara IM
e. Membersihkan mulut sebagai upaya pencegahan
f. Bidai dan alat orthopedic bagi pasien yang mengalami perdarahan otak dan sendi
(Hadayani, Wiwik,2008)
Penyakit hemofilia muncul karna faktor keturunan, hingga saat ini tak ada cara
untuk mencengahnya. Bila dalam garis keturunan keluarga ada riwayat hemofilia,
sebaiknya dilakukan tes untuk mengetahui apakah ada gen yang terbawa. Pemeriksaan
juga diperlukan untuk berkonsultasi mengenai langkah ke depan, termasuk rencana
memiliki anak, karena adanya faktor hemofillia.
1. Hindari penggunaan perabot yang berisiko menimbulkan luka, seperti keset yang
licin atau mejea dengan ujung lancip.
2. Selalu pastikan lantai tidak licin, terutama dikamar mandi.
3. Lampu penerangan harus baik agar mata bisa melihat dengan jelas.
4. Singkirkan furnitur yang tidak perlu agar lebih leluasa bergerak didalam ru mah
5. Gunakan pengaman yang perlu ketika beraktifitas di luar rumah.
6. Tetap berolahraga, tapi hanya yang ringan.
8
2.1.9 Pedidikan Kesehatan
Edukasi dan promosi kesehatan pada hemofilia sangat penting karena penyakit ini
membutuhkan pengelolaan seumur hidup. Pasien dengan hemofilia herediter perlu
mendapatkan konseling agar mengetahui risiko keturunannya menderita penyakit yang
sama, serta pada wanita perlu mengetahui kemungkinan dirinya sebagai karier.
Hemofilia tidak mengenal ras, perbedaan warna kulit atau suku bangsa. Hemofilia
paling banyak diderita hanya pada pria. Wanita akan benar-benar mengalami
hemofilia jika ayahnya adalah seorang hemofilia dan ibunya adalah pembawa sifat
(carrier). Dan ini sangat jarang terjadi. Sebagai penyakit yang diturunkan, orang akan
terkena hemofilia sejak ia dilahirkan.
9
Penanganan hemofilia di Indonesia saat ini telah lebih baik dibandingkan 20
tahun lalu, dimana jumlah pasien dewasa yang mengidap hemofilia tidak sampai 10
orang. Saat ini jumlah pasien hemofilia pada golongan dewasa telah meningkat yang
mencapai 77 orang. Anak-anak yang menderita hemofilia bisa tumbuh dewasa secara
normal bila kondisinya dikelola dengan baik melalui pengobatan dan penanganan
yang tepat ditambah dengan dukungan keluarga. Pasien dan keluarga perlu mendapat
pengetahuan yang mendalam agar mereka memahami bagaimana menghadapi
penyakit ini. Di Indonesia, satu-satunya asuransi yang menanggung biaya perawatan
hemofilia adalah Jaminan Kesehatan Nasional yang dikelola Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial.
10
BAB 111
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas Klien, meliputi : nama, umur, jenis kelamin (biasanya pada anak laki-laki
dan wanita sebagai carier), agama, suku/bangsa, alamat, tgl. MRS, dan penanggung
jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri pada sendi, adanya oedem pada sendi, sendi terasa
hangat,akibatperdarahan jaringan lunakdan hemoragi padasendi.
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan nyeri pada kaki. Nyeri dirasakan hilang timbul seperti
tertusuk-tusuk dan nyeri bertambah saat berjalan dan berkurang bila dibuat
istirahat. Pasien mengeluh terjadi perdarahan lama, epitaksis,bengkak yang nyeri,
perdarahan spontan, perdarahan system GItrack.
c. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan apakah klien pernah mengalami perdarahan yang tidak henti
hentinya serta apakah klien mempunyai penyakit menular atau menurun seperti,
hipertensi, TBC.
d. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya Keluarga klien ada yang menderita hemofili pada laki-laki atau
carrier pada wanita.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaanumum :lemah
b. Kesadaran :composmentis
c. Tanda-tandavital
- Suhu :normal (36,5oC –37,5oC)
- Nadi :takikardi(>110x/menit)
11
- RR :normal/meningkat(>28x/menit)
- TD :normal(120/80mmHg)
d. Head to toe
- Mulut : mukosa mulut kering,perdarahan mukosa mulut
- Hidung :epitaksis
- Wajah :wajah mengekspresikan nyeri
- Rambut :hitam,tidak ada ketombe,distribusi merata
- Mata :gangguan penglihatan,ketidak samaan pupil
- Mulut :mukosa
- Thorak/dada:
o Jantung
Inspeksi :adanya tarikan intercostanalis
Palpasi :adanya pembesaran jantung(kardiomegali)
Perkusi : suara jantung pekak paru sonor.
Auskultasi:tidakadaBJtambahan.
o Abdomen:
Inspeksi :adanya distensi abdomen
Palpasi :terdapat hepatomegali
Perkusi :timpani
Auskultasi :bising usus meningkat
- Anus dan genetalia : hematuria, eliminasi urin menurun, feses berwarna
hitam
- Ekstremitas :hemartrosis memar khususnya pada ekstremitas bawah
e. Activity Daily Life (ADL)
- Pola Nutrisi :Anoreksia
12
- Pola istirahat tidur:Kebutuhan untuk tidur terganggu karena nyeri.
2.2.3 Intervensi
a. Nyeri yang berhubungan dengan perdarahan sendi dan kekakuan yang
ditimbulkannya.
tujuan:setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri akan berkuranng
kriteria hasil:Peningkatan kemampuan bertoleransi dengan gerakan sendi intervensi
menurut nic &noc.
b. Resiko tinggi injuri berhubungan dengan kelemahan pertahanan sekunder akibat
hemophilia ditandai dengan seringnya terjadi cidera.
kriteria hasil: Injuri dan komplikasi dapat dihindari atau tidak terjadi
c. Risiko tinggi terhadap gangguan konsep diri yang berhubungan dengan kesulitan
beradaptasi pada kondisi kronis
tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi gangguan konsep diri
kriteria hasil: klien mampu mengungkapkan rencana untuk memasukkan
keterbatasan kedalam gaya hidup baru.
2.2.4 Implementasi
Memantau intake dan output cairan
Memantau tanda-tanda infeksi pada klien
Memantau skala nyeri
Memberikan kompres hangat/dingin
Mengajarkan teknik distraksi relaksasi
Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tndakan kepada klien
13
Memberikan klien tempat yang aman dan nyaman
Memberikan transfusi darah
Memberikan HE kepada keluarga
Memberikan antimikroba sesuai instruksi dokter
Memberikan analgesik sesuai instruksi dokter
2.2.5 Evaluasi
a) Nyeri berkurang
- Melaporkan berkurangnya nyeri setelah menelan analgetik
- Memperlihatkan peningkatan kemampuan bertoleransi dengan gerakan sendi
- Mempergunakan alat bantu (bila perlu) untuk menguragi nyeri.
b) Melakukan upaya mencegah perdarahan
- Menghindari trauma fisik, merubah lingkungan rumah untuk meningkatkan
pengamanan
- Mematuhi janji dengan profesional layanan kesehatan
- Mematuhi janji menjalani pemeriksaan laboratorium
- Menghindari olahraga kontrak
- Menghindari aspirin atau obat yang mengandung aspirin
- Memakai gelang penanda
c) Mampu menghadapi kondisi kronis dan perubahan gaya hidup
- Mengidentifikasi aspek positif kehidupan
- Melibatkan anggota keluarga dalam membuat keputusan mengenai masa depan dan
perubahan gaya hidup yang harus dilakukan.
- Berusaha mandiri
- Menyusun rencana khusus untuk kelanjutan asuhan keperawatan
d) Tidak mengalami komplikasi
- Tanda vital dan tekanan hemodinamika tetap normal
- Hasil pemeriksaan laboratorium tetap dalam batas normal
- Tidak mengalami perdarahan aktif
14
BAB 1V
LAPORAN KASUS
3.1.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Pengkajian dilakukan tanggal 23 mei 2018 di ruang kelimutu RSUD umbu rara
mehang dengan data-data sebagai berikut, nama:Tn mina., tanggal lahir: 23 mei
1976, umur : 42 tahun, jenis kelamin :laki-laki, tgl MRS: 22 mei 2018,tanggal
pengkajian : 23 mei 2018, pekerjaan: petani.
2. Identitas penanggung jawab
Nama: Ny. Mina., jenis kelamin: perempuan, alamat: desa kuta, kec. Kanatang,
NTT, pekerjaan: PNS, hubungan dengan klien : anak kandung.
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Berak hitam dan muntah darah
b. Riwayat kesehatan sebelum sakit
Pasien sering mengalami perdarahan sejak usia 5 tahun terutama setelah
terbentur atau terjatuh.
c. Riwayat penyakit sekarang
1) Keluhan saat masuk rumah sakit
Berak hitam, muntah darah dan nyeri uluhati
2) Keluhan saat dikaji
Berak hitam dan muntah darah sejak 13 hari sebelum masuk rumah sakit,
Muntah darah kehitaman seperti kopi ,frekuensi 3-4 kali dan volume
seperempat gelas tiap kali muntah. Disertai nyeri uluhati yang telah lama
diderita sebelum timbul keluhan berak hitam.
d. Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien perna dirawat selama 10 hari di rumah sakit swasta dan telah
menerima transfusi darah sebanyak 15 kantung. Terdapat riwayat minum
obat-obatan anti nyeri karena keluhan nyeri sendi lutut. Pasien sering
15
mengalami perdarahan sejak usia 5 tahun terutama setelah terbentur atau
terjatuh.
f. Genogram keluarga
LakiNor Meni
mal nggal
Wanitanormal Meninggal
Riwayatperdara
K han
a
s
u
4. Pemeriksaan Fisik s
16
tambahan. Pemeriksaan abdomen tidak ditemukan distensi abdomen, kolateral,
asites dan caputmeduse. Bising usus normal. Hati dan limpa tidak membesar.
Traubespace timpani, Tidak dijumpai adanya defencemuscular dan nyeri tekan
epigastrial. Ekstremitas teraba hangat, odema pada kedua tungkai
inferior.Tampak hematom pada lengan atas kiri dengan diameter 5 cm.
Pemeriksaan rectal toucher didapatkan tonus sphincter ani normal, mucosa
licin , tidak ada massa dan terdapat melena.
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang laboratorium darah lengkap menunjukkan: leukosit
10,9K/uL (normal:4,5-11 K/uL), hemoglobin 1,7 gr/dl (normal:13.5-
18.0gr/dl), hematokrit14,3% (normal:40-54%), MCV82,4 fl (normal: 80-94 fl),
MCH 28,7 pg (normal: 27-32 pg), trombosit 66 K/ul (normal: 150-440 K/uL).
Hasil pemeriksaan faal hemostasis : waktu perdarahan (Duke) :2,0menit
(normal:1-3menit), waktu pembekuan (Lee & White) : 14,0 menit (normal: 5-
15menit), waktu protrombin (PT) : 21 detik (normal: 12-18 detik), APTT : 96
detik (normal: 22.6-35 detik).AST 27 mg/dl (normal: 14-50mg/dl), ALT 33
mg/dl (normal:11-64mg/dl), bilirubin total 0,6mg/dl (normal:0,0-1,0mg/dl),
bilirubin direk 0,1mg/dl (normal: 0,0-0,3 mg/dl), cholesterol 26 mg/dl
(normal:110-200 mg/dl), albumin 0,8 mg/dl (normal 4.0-5.7mg/dl).
Pemeriksaan faktor VIII dan IX tidak dikerjakan karena tidak ada fasilitas
pemeriksaan.
17
>10g/dl, injeksi asam traneksamat 3 x 500 mg, injeksi ranitidin 2x200mg, antasida
3xCI, serta sukralfat 3xCI.
Intervensi atau rencana keperawatan adalah sebagai suatu dokumen tulisan yang
berisi tentang cara menyelesaikan masalah, tujuan, intervensi (NOC & NIC 2013).
Perencanan tindakan keperawatan pada kasus ini di dasarkan pada tujuan intervensi
pada: Nyeri yang berhubungan dengan perdarahan sendi dan kekakuan yang
ditimbulkannya Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri akan berkuranng
Kriteria Hasil:Peningkatan kemampuan bertoleransi dengan gerakan sendi Resiko
tinggi injuri berhubungan dengan kelemahan pertahanan sekunder akibat hemophilia
ditandai dengan seringnya terjadi cidera. Kriteria hasil: Injuri dan komplikasi dapat
dihindari atau tidak terjadi Risiko tinggi terhadap gangguan konsep diri yang
berhubungan dengan kesulitan beradaptasi pada kondisi kronis Tujuan: Setelah
dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi gangguan konsep diri Kriteria hasil: klien
mampu mengungkapkan rencana untuk memasukkan keterbatasan kedalam gaya hidup
baru.
3.1.5 Evaluasi
18
gallbladder, lien, atau pun ginjal. Kesan:ChronicLiverDisease.
Pada hari keenam perawatan,obat-obatan injeksi dihentikan dan dilanjutkan
dengan pemberian per oral, hingga hari ke empat belas keadaan penderita membaik,
dan penderita dipulangkan pada hari kelima belas perawatan.
19
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Klasifikasi dari hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu hemofilia A dan hemofilia B.
klasifikasi hemofilia menurut berat ringannya penyakit dapat dibedakan menjadi 3 yaitu
defisiensi berat, defisiensi sedang, dan defisiensi ringan.
Penyebab dari hemofilia adalah adalah mutasi genetik yang didapat (acquired) atau
diturunkan (herediter), hemofilia A disebabkan kurangnya faktor pembekuan VIII dan
hemofilia B disebabkan kurangnya factor pembekuan IX (Plasma Tromboplastic
Antecendent).
4.2 Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
Betz, C. L., & Sowden, L. A. (2009). In Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5.
Jakarta: EGC.
Engram, B. (1998). Hemofilia. In Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume
2 (p. 413). Jakarta: EGC.
21