MAKALAH
Oleh:
Kelompok 12
MAKALAH
diajukan guna melengkapi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Medikal
dengan dosen Ns.Peni
oleh
Kelompok 12
Verina Sari Rahmadiar
142310101068
142310101100
Rizal Amirullah
142310101141
Romiyatun Zainiyah
142310101126
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Hemofilia Pada Pasien Anak tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun untuk melengkapi serta memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Keperawatan Medikal yang telah diberikan oleh dosen pembimbing dan
penanggung jawab mata kuliah.
Penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,
semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
iii
HALAMAN JUDUL..
KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI..
BAB 1 PENDAHULUAN..
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan.
1.3 Manfaat
1.4 Implikasi Keperawatan
i
ii
iii
1
1
2
2
3
13
16
4.1 Pengkajian.
4.2 Diagnosa.
4.3 Perencanaan
4.4 Pelaksanaan.
4.5 Evaluasi
BAB 5. PENUTUP..
5.1 Kesimpulan.
5.2 Saran
16
25
26
29
31
33
33
33
DAFTAR PUSTAKA. 34
BAB 1. PENDAHULUAN
teratasi
sepenuhnya.
Setelah
pelaksanaan
asuhan
keperawatan
2.1 Pengertian
Hemofilia berasal dari bahasa Yunani yaitu haima yang artinya darah dan
phielein yang artinya mencintai atau suka. Menurut Alwi, 2003 dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia mengatakan bahwa hemofilia adalah penyakit yang darah
penderitanya cenderung tidak mau membeku sehingga akan terus-menerus
mengalir apabila penderita terluka (kelainan ini biasanya bersifat turun-temurun).
Hemofilia dapat diartikan sebagai gangguan produksi faktor pembekuan
darah yang bersifat herediter. Hemofilia adalah kecenderungan untuk mengalami
pembekuan darah yang abnormal (diathesis hemoragis) yang bersifat herediter
akibat defisiensi faktor VIII koagulasi (antihemophilic globulin) dan faktor IX
dalam plasma (Dorland, 2011). Hemofilia merupakan penyakit gangguan
pembekuan darah yang diturunkan oleh kromosom X bersifat resesif, sehingga
penderita hemofilia lebih banyak terjadi pada pria sedangkan untuk wanita
umumnya hanya menjadi pembawa sifat (carier), tetapi seorang wanita dapat
menderita hemofila jika mendapat kromosom X dari ayah yang menderita
hemofilia dan ibu pembawa carrier dan bersifat letal. Biasanya darah orang
normal bila keluar dari luka akan membeku dalam waktu 5-7 menit, namun pada
orang hemofilia, darah akan membeku antara 50 menit sampai 2 jam, sehingga
menyebabkan orang meninggal dunia karena kehilangan banyak darah (Mansjoer,
2000). Menurut (Price & Wilson, 2005) hemofilia dikelompokkan menjadi
hemophilia A dan B antara lain sebagai berikut :
1. Hemofilia tipe A
Hemofilia tipe ini disebut juga dengan hemofilia klasik karena pada
hemofilia tipe ini penderita memiliki banyak kekurangan faktor pembekuan pada
darah. Hemofilia tipe A ditemukan adanya defisiensi faktor antihemofilia VIII
yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah. Hemofilia jenis ini
merupakan jenis hemofilia yang terjadi karena faktor keturunan, dan genetik.
Kasus hemofilia tipe A ini lebih banyak terjadi pada pasien laki-laki dibandingkan
dengan wanita. Wanita biasanya lebih banyak bersifat carrier. Seorang wanita
yang mengalami hemofilia disebabkan orang tua dari ayah yang mengidap
hemophilia dan atau ibu yang bersifat carrier hemophilia.
2. Hemofilia tipe B
Hemofilia tipe B dikenal sebagai Christmas disease, karena hemofilia tipe
ini ditemukan oleh Steven Christmas yang berasal dari Kanada. Hemofilia tipe B
dikenal juga sebagai hemofilia defisisensi faktor IX sehingga masalah pembekuan
darah dapat terganggu.
Berdasarkan kadar faktor pembekuan darah di dalam tubuh, hemofilia
diklasifikasikan menjadi tiga bagian antara lain :
1. Berat < 1% dari jumlah normal faktor pembekuan darah
2. Sedang 1 % - 5 % dari jumlah normal faktor pembekuan darah
3. Ringan > 5% dari jumlah normal faktor pembekuan darah.
2.2 Epidemiologi
Sekitar 80% kasus hemophilia yang terjadi disebabkan oleh resesif
kromosom X. Hemophilia yang sering terjadi adalah defisiensi factor VIII
(hemophilia A atau hemophilia klasik) dan defisiensi factor IX (hemophilia B atau
penyakit Christmas) (Donna, 2009).
Penyakit hemophilia tersebar diseluruh ras yang terdapat di dunia dengan
prevalensi sekitar 1 dalam 10.000 penduduk untuk hemophilia A dan 1 dalam
50.000 penduduk untuk hemophilia tipe B. Berdasarkan survey yang dilakukan
oleh World Federation of Hemophilia (WFH) pada tahun 2010 penderita
hemophilia mencakup 63% dari seluruh penderita yang mengalami kelainan
perdarahan. Di Indonesia berdasarkan survey yang dilakukan terdapat 334 orang
penderita hemophilia tipe A dan 48 orang penderita hemophilia tipe B serta 1006
orang penderita hemophilia yang belum ditentukan jenisnya. Sedangkan penderita
hemophilia di Indonesia yang teregistrasi di Himpunan Masyarakat Hemofilia
Indonesia (HMHI) Jakarta terdapat pada 21 provinsi dengan jumlah total
penderita sebanyak 895 orang (Guyton dan Hall, 2008).
Angka kejadiannya 1:5.000 bayi laki-laki yang dilahirkan hidup, tanpa
dipengaruhi ras maupun kondisi sosioekonomi. Hemofilia tak mengenal ras,
perbedaan warna kulit ataupun suku bangsa. Mayoritas penderita hemofilia adalah
pria karena mereka hanya memiliki satu kromosom X. Sementara kaum wanita
umumnya hanya menjadi pembawa sifat (carrier). Seorang wanita akan benarbenar mengalami hemofilia jika ayahnya seorang hemofilia dan ibunya pun
pembawa sifat. Akan tetapi kasus ini sangat jarang terjadi. Meskipun penyakit ini
diturunkan, namun ternyata sebanyak 30% tak diketahui penyebabnya.
2.3 Etiologi
Hemofilia disebabkan karena seorang anak kekurangan factor pembekuan
VIII untuk hemophilia tipe A dan factor IX untuk hemophilia tipe B. Selain
penyebab utama tersebut, secara umum penyebab hemophilia antara lain sebagai
berikut :
1. Faktor Keturunan atau Genetik
Hemofilia merupakan penyakit genetik yang berarti bahwa ketika orang tua
memiliki pembawa hemophilia, maka anak akan berisiko tinggi mengidap
hemophilia.
menghasilkan fibrin. Selanjutnya bekuan fibrin dan trombosit ini akan distabilkan
oleh faktor XIII.
Tetapi pada hemofilia, terjadi ketidaksempurnaan pembekuan darah di jalur
intrinsiknya. Disini trombosit mengalami gangguan yaitu menghasilkan faktor
VIII, yaitu Anti Hemofiliac Factor (AHF). AHF terdiri dua komponen aktif,
komponen besar dan komponen kecil. Komponen kecil pada AHF yang penting
untuk jalur pembekuan intrinsik, membantu dalam poses aktivasi faktor X
manjadi faktor X teraktivasi. Faktor X teraktivasi inilah yang akan membentuk
aktivator protrombin dengan bantuan faktor V dan fosfolipid jaringan yang
nantinya aktivator protrombin dengan bantuan ion kalsium yang akan membantu
proses pengubahan protrombin menjadi trombin. Trombin inilah yang bekerja
sebagai katalis kunci yang mengatur perubahan fibrinogen menjadi fibrin dan
menyebabkan koagulasi. Oleh karena itu penderita hemofilia tidak berdarah lebih
cepat, hanya perdarahan sulit berhenti.
Jadi, jika terjadi defisiensi faktor VIII, maka tidak akan terbentuk benangbenang fibrin karena tidak akan terbentuknya faktor X teraktivasi yang
membentuk aktivator protrombin. Karena aktivator protrombin tidak terbentuk,
sehingga trombin juga tidak terbentuk. Inilah yang akan mengakibatkan tidak
terbentuknya benang-benang fibrin sehingga pembekuan darah sulit terjadi.
2.6 Komplikasi dan Prognosis
2.6.1 Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat dari penyakit hemophilia
antara lain :
1). Pendarahan dengan menurunnya perfusi.
2). perdarahan intrakranium.
3). Timbulnya inhibitor.
Suatu inhibitor terjadi jika sistem kekebalan tubuh melihat konsentrat faktor
VIII dan faktor IX sebagai benda asing dan menghancurkannya.
4). Kerusakan sendi
Kerusakan sendi dapat terjadi sebagai akibat dari perdarahan yang terus
berulang di dalam dan sekitar rongga sendi.
10
11
c. Protrombinex
Disediakan dari bubuk liofisasi dari plasma donor yang dikumpulkan.
Produk ini mengandung konsentrat faktor-faktor bekuan II, IX, dan X.
Indikasi untuk pasien dengan christmas disease (defisisensi faktor IX). (M.
Juffrie, 2003)
2. Penggantian faktor VIII. Faktor VIII mungkin dari konsentrat plasma beku
yang didonasi dari ayah anak yang terkena atau mungkin dihasilkan dari
teknik antibodi monoklonal. Ekstrak plasma faktor VIII dari donor multipel
tidak lagi digunakan karena resiko penyebaran infeksi virus seperti HIV,
Hepatitis B, dan hepatitis C (Corwin, 2009).
3. Pengobatan hemofilia menganjurkan pemberian infus profilaktik yang
dimulai pada usia 1 hingga 2 tahun pada anak-anak yang mengalami
defisiensi berat untuk mencegah penyakit sendi kronis.
4. Obat-obat lain dapat diikutsertakan dalam rancangan terapi dan hal ini
bergantung pada sumber perdarahan. Kortikosteroid dapat diberikan kasus
hematuria, hemartrosis akut dan sinovitis kronis. Obat NSAID, seperti
ibuprofen, merupakan preparat yang efektif untuk meredakan rasa nyeri
akibat sinovitis, namun NSAID dan analgetika harus diberikan dengan hatihati-hati karena akan menghambat fungsi trombosit. Pemberian asam epsilonaminokaproat (Amicar) per oral atau lokal akan mencegah penghancuran
bekuan darah. (Donna, 2009)
2.7.2 Keperawatan
Pengobatan rasional pada hemofilia adalah menormalkan kadar faktor
antihemofilia yang kurang. Ada beberapa tindakan keperawatan yang bisa
diberikan pada pasien hemophilia seperti terapi suportif yang diberikan pada klien
hemophilia yaitu :
a. Perawatan terhadap pasien dengan hemofilia harus selalu waspada jangan
sampai pasien terjatuh/terbentur, atau bila selesai menyuntik dan mengambil
darah bekas jarum harus ditekan lebih lama. Jika tidak segera berhenti
dipasang pembalut penekan atau ditindih dengan eskap. Jika terpaksa
12
memasang kateter urine atau pipa lambung harus hati-hati sekali. Perhatikan
sesudah beberapa saat apakah terlihat perdarahan (Ngastiyah, 2005).
b. Melakukan pencegahan baik menghindari luka atau benturan.
c. Merencanakan suatu tindakan operasi serta mempertahankan kadar aktivitas
faktor pembekuan sekitar 30-50%.
d. Pada saat mengatasi perdarahan akut yang terjadi maka dilakukan tindakan
pertama seperti rest, ice, compression, elevation (RICE) pada lokasi
perdarahan.
2.8 Pencegahan
Hemofilia banyak disebabkan oleh factor keturunan. Oleh karena itu,
sebagai orang tua setelah mengetahui anaknya menderita hemophilia, orang tua
harus berusaha untuk mencegah terjadinya perdarahan. Adapun beberapa
pencegahan yang bisa dilakukan pada klien hemophilia sebagai berikut :
1. Anak-anak harus diimunisasi, tetapi harus diberikan suntikan di bawah kulit
bukan ke otot-otot untuk mencegah perdarahan.
2. Anak-anak juga harus diajarkan untuk membersihkan gigi mereka secara
teratur dan mengunjungi dokter gigi untuk mencegah kerusakan gigi dan
penyakit gusi.
3. Mencegah terjadinya perlukaan atau pendarahan, misal memberi dan memilih
mainan yang lunak tanpa sudut yang tajam, untuk memilih mainan lunak
tanpa sudut tajam dan empuk pakaian-khususnya di siku dan lutut pada
seorang anak yang belajar berjalan.
4. Hindari pemberian aspirin atau suntikan secara IM. Aspirin adalah obat
antikoagulan selain itu pemberian obat melalui suntikan memperbesar resiko
perdarahan
5. Memberikan health education
a. Orang tua pasien perlu dijelaskan bahawa anaknya menderita penyakit
darah sukar membeku, jika sampai terluka atau terbentur/terjatuh dapat
terjadi perdarahan di dalam tubuh. Oleh karena itu orang tua diharapkan
agar waspada terhadap anaknnya.
13
14
BAB 3. PATHWAY
Faktor genetik
Neonatus kurang
bulan
Penurunan sintesis
faktor VIII dan IX
Defisiensi vitamin K
Pemanjangan APTT
Trombin lama
terbentuk
Stabilitas
fibrin tidak
memadai
Perdarahan
Defisit Volume
Cairan
HEMOFILIA
Kehilangan
banyak
volume darah
Hb menurun
Aliran darah dan oksigen
ke paru menurun
Ansietas
Absorbsi
Gangguan
Sari usus
makanan
Nutrisi
Kurang
menurun
tidak
dapat
dari Kebutuhan
diserap
tubuh
Fibrin tidak
sempurna
Penutupan
luka tidak
sempurna
Sirkulasi darah ke
jantung menurun
Vasokonstriksi
pembuluh darah otak
Defisit faktor
pembeku
Iskemia
miokard
CO turun
Koping
individu tidak
Perdarahan GI
Perubahan stastus
kesehatan
Defisiensi
trombin
Perdarahan
Intrakranial
Dyspnea
Ketidakefektifan
pola nafas
Gg.
Pembentukan
faktor II
Agregasi
trombosit
menurun
Pengisian
Ventrikel kiri
menurun
Hipoksia
Fungsi hati
belum sempurna
Penurunan
Curah Jantung
Gangguan
Aliran
darah
Perfusi
ke Jaringan
sel tubuh
Nekrosis jaringan
otak
Perdarahan di
kapiler
ginjal
Defisit
fungsi
neurologis
Hematuria
Perdarahan di
Letargi
persendian
Gagal ginjal
HematomaRisiko Cidera
Sekresi
protein
Nyeri tekan
terganggu
Nyeri (akut)
Uremia
Gangguan
Eliminasi Urin
16
17
yang
berdampak
pada
proses
perumbuhan
dan
(dehidrasi).
Klien
dengan
hemophilia
biasanya
susah
beraktivitas.
untuk
bergerak
atau
mobiliasasi
maupun
18
disekitarnya.
Apakah
hubungan
peran
klien
pasien.
Apakah
kelurga
19
hipotensi
jika
mengalami
Suhu
darah.
: frekuensi
RR
peningkatan (takikardi)
: sesak nafas, dispneu, RR meningkat di atas
denyut
nadi
mengalami
dan
bentuk
rambut
lurus,
Pasien dapat
20
Palpasi
21
Data
Etiologi
1.
Dypsnea
Hipoksia
Hb menurun
Masalah
Keperawatan
Ketidakefektifan
pola nafas
22
Ds:
Pasien mengatakan keletihan,
dan detak jantung terasa cepat
DO:
a. Aritmia
b. Perubahan pola EKG
c. Palitasi
d. Murmur
e. Edema
f. Distensi Vena jugularis
g. Kenaikan berat badan
h. Peningkatan/penurunan
CVP
3.
DS
: pasien mengeluhkan
pusing dan nyeri
Pasien
mengatakan
bahwa nafasnya sesak
DO :
a. AGD abnormal
b. Aritmia
c. Bronkospasme
d. Kapilare refill > 2 dtk
e. Akral dingin
f. Mukosa kering
g. Retraksi dada
h. Penggunaan
otot-otot
tambahan
4.
Perdarahan
Faktor predisposisi
Penurunan curah jantung
CO menurun
Iskemia miokard
Agregasi trombosit
menurun
Pendarahan (sukar
membeku)
Faktor predisposisi
Ganggguan perfusi
jaringan
Iskemia miokard
Perdarahan (sukar
membeku)
Faktor predisposisi
Nyeri tekan
Hamatoma
Perdarahan persendian
Faktor predisposisi
Penurunan
Jantung
Curah
Gangguan Perfusi
jaringan
Nyeri (akut)
23
5.
6.
7.
dehidrasi
Perdarahan
Kekurangan
volume cairan
Faktor predisposisi
Perdarahan GI
Faktor predisposisi
Gangguan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan tubuh
Gangguan Eliminasi
24
DS :
Pasien mengatakan
kelemahan.
Pasien mengatakan tidak kuat
untuk bangun dari tempat tidur
DO :
Tampak lemah
Kesadaran somnolen
9.
Uremia
Gagal ginjal
Hematuria
Letargi
Perdarahan
Faktor predisposisi
urine
Resiko Cidera
Ansietas
4.2 Diagnosa
No.
Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
4.
5.
25
6.
7.
8.
9.
26
4.3 Perencanaan
No.
Diagnosa
1.
Ketidakefektifan
pola
nafas
berhubungan dengan
dispneu,
hiperventilasi
2.
Penurunan
curah
jantung berhubungan
dengan
preload,
iskmia miokard
3.
Gangguan perfusi
jaringan
berhubungan dengan
penurunan
curah
jantung, aliran darah
ke seluruh tubuh
tidak adekuat
Perencanaan
Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
Setelah dilakukan tindakan1. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan
keperawatan selama 3x24 dan ekspansi dada
jam, pola nafas pada klien2. Auskultasi bunyi nafas dan catat
dapat
berkurang
atau adanya bunyi nafas seperti crekles,
hilang dengan kriteria mengi
hasil:
3. Posisikan semifowler dan bantu untuk
1. Menunjukkan
mengubah posisi
frekuensi pernapasan4. Bantu pasien untuk berlatih nafas
yang efektif
dalam
2. Menyatakan
gejala5. Kolaborasi pemberian oksigen
berkurang
3. Menyatakan faktorfaktor penyebab, dan
menyatakan
cara
koping adaptif untuk
mengatasinya
Setelah dilakukan asuhan1. Kaji tanda-tanda penurunan curah
keperawatan 3x24 jam, jantung
curah jantung pada klien2. Catat bunyi jantung
adekuat dengan kriteria3. Palpasi nadi perifer
hasil:
4. Pantau adanya output urine, catat
1. Tekanan darah dalam output dan kepekatan/ konsentrasi urine
batas normal (120/805. Istirahatkan klien dengan tirah baring
mmHg, nadi 80x/6. Kolaborasi untuk pemberian diet
mnt)
jantung
2. Tidak terjadi aritmia 7. Kolaborasi
pemberian
obat-obat
3. Denyut jantung dan diuretic, vasodilator, dan captropil
irama jantung teratur
4. CRT kurang dari 3
detik
Setelah dilakukan 3x 24 1. Pantau nyeri dada
jam tindakan keperawatan, 2. Pantau frekuensi jantung dan irama
perfusi jaringan pada klien jantung
menjadi efektif, dengan 3. Pantau hasil pemeriksaan koagulasi
kriteria hasil:
4. Jelaskan alasan kepada pasien dan
1. Tekanan systole dan keluarga untuk makan sedikit tapi
diastole
dalam sering
rentang
yang 5. Konsultasikan dengan dokter untuk
diharapkan
terapi medikameentosa
2. Tidak
ada
ortostatikhipertensi
3. Tidk ada tanda tanda
peningkatan tekanan
intrakranial
(tidak
lebih dari 15 mmHg)
27
4.
5.
6.
7.
Nyeri
(akut) Setelah diberikan asuhan 1.
berhubungan dengan keperawatan diharapkan
hematoma,
nyeri dada hilang atau 2.
perdarahan
pada terkontrol dengan kriteria
persendian
hasil:
3.
1. Mampu
mengontrol
nyeri (tahu penyebab
nyeri,
mampu 4.
menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi
nyeri, 5.
mencari bantuan)
2. Pasien
mampu
mendemonstrasikan
penggunaan
teknik
relaksasi
3. Pasien menunjukkan
menurunnya tegangan,
rileks
dan
mudah
bergerak.
Kekurangan volume Setelah dilakukan asuhan 1.
cairan berhubungan keperawatan 3x24 jam, 2.
dengan kehilangan volume cairan pada klien
banyak volume darah adekuat dengan kriteria 3.
akibat
perdarahan; hasil:
4.
dehidrasi
1. Memiliki hemoglobin 5.
dan hematocrit dalam
batas normal
2. Menampilkan hidrasi
yang baik
3. Memiliki tekanan vena
sentral dan pulmonal
dalam rentang yang
diharapkan
Gangguan
nutrisi Setelah
dilakukan 1.
kurang
dari tindakan perawatan dalam
kebutuhan
tubuh jangka
waktu
2x24
berhubungan dengan jam.kebutuhan
nutrisi
anoreksia
terpenuhi
2.
Kriteria hasil :
1. Nafsu makan
meningkat
2. BB ideal
3.
Pantau perdarahan
Atur posisi pasien (trendelernburg bila
hipotensi)
Berikan cairan sesuai kebutuhan
Pertahankan asupan dan haluaran
Atur ketersediaan transfuse, bila perlu
28
Resiko
Cidera
berhubungan dengan
letargi,
nekrosis
jaringan otak
9.
Ansietas
berhubungan dengan
perubahan
status
kesehatan,
koping
individu tidak efektif
29
normal
4.4 Pelaksanaan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Diagnosa
Implementasi
Ketidakefektifan
pola
nafas 1. Mengkaji frekuensi kedalam pernafasan dan
berhubungan dengan dispneu,
ekspansi dada
hiperventilasi
2. Mengauskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi
nafas seperti crekles, mengi
3. Memposisikan semifowler dan bantu untuk
mengubah posisi
4. Membantu pasien untuk berlatih nafas dalam
5. Melakukan kolaborasi pemberian oksigen
Penurunan
curah
jantung 1. Mengkaji tanda-tanda penurunan curah jantung
berhubungan dengan preload, 2. Mencatat bunyi jantung
iskmia miokard
3. Mempalpasi nadi perifer
4. Memantau adanya output urine, catat output dan
kepekatan/ konsentrasi urine
5. Mengistirahatkan klien dengan tirah baring
6. Berkolaborasi untuk pemberian diet jantung
7. Berkolaborasi pemberian obat-obat
diuretic,
vasodilator, dan captropil
Gangguan perfusi jaringan 1. Memantau nyeri dada
berhubungan dengan penurunan 2. Memantau frekuensi jantung dan irama jantung
curah jantung, aliran darah ke 3. Memantau hasil pemeriksaan koagulasi
seluruh tubuh tidak adekuat
4. Menjelaskan alasan kepada pasien dan keluarga
untuk makan sedikit tapi sering
5. Mengkonsultasikan dengan dokter untuk terapi
medikamentosa
Nyeri (akut) berhubungan dengan 1. Minta pasien untuk menentukan skala nyeri 0 10
hematoma,
perdarahan
pada 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
persendian
3. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,
non farmakologi dan inter personal)
4. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
5. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen
nyeri
Kekurangan
volume
cairan 1. Memantau perdarahan
berhubungan dengan kehilangan 2. Mengatur posisi pasien (trendelernburg bila
banyak volume darah akibat
hipotensi)
perdarahan; dehidrasi
3. Memberikan cairan sesuai kebutuhan
4. Mempertahankan asupan dan haluaran
30
6.
7.
8.
9.
31
tindakan prognosis
6. Melibatkan keluarga untuk mendampingi klien
7. Menginstruksikan pada pasien untuk menggunakan
tehnik relaksasi
8. Mendengarkan dengan penuh perhatian
9. Mengidentifikasi tingkat kecemasan
10.Membantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
11.Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
12.Mengelola pemberian obat anti cemas.
4.5 Evaluasi
No.
Diagnosa
1 Ketidakefektifan
pola
berhubungan
dengan
hiperventilasi
nafas
dispneu,
Penurunan
curah
jantung
berhubungan dengan preload, iskmia
miokard
volume
cairan
berhubungan dengan kehilangan
banyak volume darah akibat
perdarahan; dehidrasi
6 Gangguan nutrisi
kebutuhan
tubuh
dengan anoreksia
kurang dari
berhubungan
Evaluasi
S: klien masih mengeluhkan sesak nafas
O: RR = 28x/ mnt
N = 110x/ mnt
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
S: Klien mengatakan masih pusing dan mudah lelah
O: pasien tampak pucat, TD 140/90 mmHg, N
98x/menit
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
S: Klien mengatakan sudah tidak lagi merasa pusing
dan lemah.
O: pasien tampak pucat, TD 120/80 mmHg, N
98x/menit, CRT < 2 detik, akral normal, mukosa bibir
lembab
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
S: Klien mengatakan nyeri masih terasa
O: Skala nyeri : 7
pasien memegangi bagian yang nyeri
A: Masalah belum teratasi
P: tindakan di lanjutkan
S : klien mengatakan sudah tidak terasa lemah, dan
kehausan
O : Hb dan Hct dalam rentang normal, (Hb : P = 12-16
gm/dl dan L=14-18 gm/dl, neonatus 17-22 gm/dl),
(Hct : P = 37-43vol%, L= 40-48vol%) TD normal
(120/80 mmHg). Mukosa tampak lembab, turgor kulit
elastis dan lembab
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
S: klien mengatakan masih merasa mual dan ingin
muntah saat makan
O: klien hanya makan 3 sendok makan dariporsi
32
7 Gangguan
Eliminasi
berhubungan dengan uremia
urine
9 Ansietas
berhubungan
dengan
perubahan status kesehatan, koping
individu tidak efektif
33
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hemofilia adalah suatu penyakit keturunan yang mengakibatkan darah
seseorang sukar membeku pada waktu terjadinya luka. Hemofilia adalah
kecenderungan untuk mengalami pembekuan darah yang abnormal (diathesis
hemoragis) yang bersifat herediter akibat defisiensi faktor VIII koagulasi
(antihemophilic globulin) dan faktor IX dalam plasma (Dorland, 2011). Hemofilia
merupakan penyakit gangguan pembekuan darah yang diturunkan oleh kromosom
X bersifat resesif, seorang wanita dapat menderita hemofila jika mendapat
kromosom X dari ibu pembawa carrier dan bersifat letal. Hemofilia dibagi
menjadi hemophilia tipe A dan B.
Hemofilia disebabkan karena seorang anak kekurangan factor pembekuan
VIII untuk hemophilia tipe A dan factor IX untuk hemophilia tipe B. Selain
penyebab utama tersebut, secara umum penyebab hemophilia antara lain factor
genetic, zat pembekuan darah, dan kurangnya protein dalam proses pembukan
darah. Hemofilia banyak disebabkan oleh factor keturunan. Oleh karena itu,
sebagai orang tua setelah mengetahui anaknya menderita hemophilia, orang tua
harus berusaha untuk mencegah terjadinya perdarahan.
5.2 Saran
Tugas dan peran utama perawat harus dilakukan dengan baik agar
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Pemberian asuhan keperawatan juga
sangat perlu dilakukan oleh seorang perawat. Pemberian asuhan keperawatan
harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan pasien, begitu pula dengan pasien
hemofilia terutama pada anak. Maka diharapkan bagi seorang perawat untuk lebih
memahami serta menambah pengetahuan lebih dalam akan perkembangan
penyakit hemofilia sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai
dengan tahap perkembangan anak serta kondisi kebutuhan anak yang harus
dipenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
34
35