Anda di halaman 1dari 28

KEGAWATDARURATAN

PASCA SALIN
• Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu
• Masa nifas adalah : Adalah waktu yang
diperlukan untuk pulihnya alat kandungan
kepada keadaan normal 6 minggu/ 42 hari
• Alat genitalia interna dan eksterna berangsur
pulih seperti keadaan sebelum hamil
PERUBAHAN MASA NIFAS

SIST SIST
LAKTASI
REPRODUKSI HEMATOLOGI

TTV SIST URINARI SIS GI


INFEKSI NIFAS
• Sepsis puerperalis merupakan infeksi pada
traktus genitalia yang dapat terjadi setiap saat
antara awitan pecah ketuban (ruptur
membran) atau persalinan dan 42 hari setelah
persalinan atau abortus.
• Sifat Infeksi: Lokal dan Sistemik
Infeksi Nifas
• Adalah infeksi/ radang pada alat genitalia pada
masa nifas
• Peningkatan suhu badan > 38 C berturut-turut
selama 2 hari dalam 10 hari postpartum
• Lochea menjadi media kultur yang baik bagi kuman
• Menjadi penyebab tersering kematian maternal
• Organisme menyerang bekas implantasi plasenta
atau pada laserasi/ luka-luka di jalan lahir oleh
penghuni normal dari serviks dan jalan lahir atau
dari luar.
Bakteri lazim penyebab infeksi genitalia
wanita
Aerob :
• Streptokokus Grup A, B, dan D
• Enterokokus
• Bakteri Gram negatif – spesies Escherichia coli, Klebsiella, dan Proteus
• Stafilokokus aureus

Anaerob
• Spesies Peptocococcus
• Spesies Peptostreptococcus
• Bacteroides bividus, B. fragilis, B. Disiens
• Spesies Clostridium
• Spesies Fusobakterium

Lainnya :
• Mycoplasma hominis
• C. trachomatis
PATOFISIOLOGI INFEKSI NIFAS
• Tempat yang baik sebagai tempat tumbuhnya
kuman adalah bekas insersio plasenta
• Insersio plasenta merupakan sebuah luka
dengan diameter 4 cm,permukaan tidak rata
karena banyak vena yang ditutupi trombus.
Selain itu kuman juga dapat masuk melalui
serviks,vulva,vagina dan perineum
Faktor risiko infeksi nifas

• Persalinan lama
• Tindakan operasi persalinan
• Tertinggalnya plasenta/selaput, bekuan darah
• Ketuban pecah dini
• Perdarahan/ anemia
• Malnutrisi/ kelelahan
• Infeksi saat hamil
• Manipulasi penolong
• Infeksi nosokomial
• Hubungan seks menjelang persalinan  bila mengakibatkan
ketuban pecah
• Infeksi intrapartum
Endometritis
• Endometritis adalah peradangan pada lapisan uterus
(endometrium, namun dapat menyebarke lapisan
lain)
• Disebabkan karena perpindahan mikroba dari serviks
dan vagina yang memicu inflamasi dan infeksi
• Merupakan infeksi terbanyak pada masa nifas,
kejadiannya 25 kali lebih besarpada post seksio
sesarea
• Kebanyakan kasus endometritis adalah polymicrobial
baik bakteri aerob maupun anaerob
Etiologi endometritis
• Endometritis disebabkan perpindahan flora bakteri
dari serviks dan vagina
• Saat hamil, uterus merupakan organ yang steril sampai
ketuban pecah
• Bakteri berkoloni pada jaringan uterus yang mati,
berdarah atau rusak (seperti SC)
• 60-70% infeksi disebabkan karena baktero aerob dan
anaerob. Bakteri aerob seperti streptococus A dan B,
enterococcus, staphylococcus, klebsiella dan proteus
• Bakteri anaerob seperti peptostreptococcus,
peptococcus, bacteroides dan clostridium
Epidemiology
• Merupakan infeksi nifas tersering
• Padapasien risiko rendah dengan persalinan nomral,
insidensi 1-2%
• Faktor risiko: chorioamnionitis, status sosial ekonomi
rendah,persalinan lama, KPD, manipulasi pemeriksaan
vagina, internal fetal monitoring, usia ibu terlalu muda,
nulliparitas, obesitas, amnion bercampur mekonium,
koloni bakteri dari saluran genital bagian bawah
• SC meningkatkan risiko kejadian 25% dan
meningkatkan kematian maternal
Tanda dan gejala
• Demam (suhu>38)
• Nyeri abdomen (biasanya bagian suprapubik),
lokea yang purulent dan berbau, uterus teraba
lembek
• Sering disertai takikardia dan hipotensi
• Endometritis oleh Group A streptococcus
biasanya lebih parah, menyebabkan sepsis, diare,
nyeri yang sangat hebat yang dapat
menyebabkan shock toksik dan kematian jaringan
Diagnosis
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat, hasil
pemeriksaan dan adanya faktor risiko.pada beberapa kasus
dibutuhkan atau untuk meihat derajat infeksi mungkin
dibutuhkan pemeriksaan laboratorium dan pencitraan.
• Pemeriksaan leukosit bukan sebagai patokan karena
umumnya ibu nifas mengalami leukositosis (15000 sd
30000)
• Kultur serviks dibutuhkan sebelum memutuskan jenis
antibiotik yang dibeikan
• Kultur darah diperlukan jika dicurigai sepsis atau bakteremia
• Pencitraan dengan USG dapat membant
menegakkan diagnosis. Pada kasus
endometritis biasanya ditemukan bagian
endometrium yang tebal atau heterogen atau
adanya cairan intracavitas
Penanganan endometritis
• Doxycycline 100 mg every 12 hours + metronidazole
500 mg every 12 hours. Doxycycline is not
contraindicated in breastfeeding mothers if its use is
for less than three weeks.
• Levofloxacin 500 mg every 24 hours + metronidazole
500 mg every 8 hours. Levofloxacin should be
avoided in breastfeeding mothers.
• Amoxicillin-clavulanate 875 mg/125 mg every 
12 hours
Pasien bergejala sedang-berat
• Gentamicin 1.5 mg/kg IV every 8 hours or 5
mg/kg IV every 24 hours and clindamycin 900
mg every 8 hours
• Persistent fever mays uggest
• the development of a complication: an
enlarged tender uterus suggests myometrial
microabscesses, andsubcutaneousgas orgas in
the uterinewalls on radiology suggests gas
gangrene. Surgical intervention including
hysterectomy may be necessary.
METRITIS
• Definisi
Metritis ialah infeksi pada uterus setelah persalinan. Keterlambatan terapi akan
menyebabkan abses, peritonitis, syok, trombosis vena, emboli paru, infeksi panggul
kronik, sumbatan tuba, infertilitas.
• Faktor Predisposisi
kurangnya tindakan aseptik saat melakukan tindakan
 kurangnya higien pasien
kurangnya nutrisi
• Tanda dan Gejala
 Demam >380C dapat disertai menggigil
 Nyeri perut bawah
 Lokia berbau dan purulen
 Nyeri tekan uterus
 Subinvolusi uterus
 Dapat disertai perdarahan pervaginam dan syok
PENATALAKSANAAN
• Berikan antibiotika sampai dengan 48 jam bebas demam:
Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam
Ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV tiap 24 jam
• Ditambah metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam
• • Jika masih demam 72 jam setelah terapi, kaji ulang diagnosis dan
tatalaksana
• Cegah dehidrasi. Berikan minum atau infus cairan kristaloid.
• Pertimbangkan pemberian vaksin tetanus toksoid (TT) bila ibu dicurigai
terpapar tetanus (misalnya ibu memasukkan jamu-jamuan ke dalam
vaginanya).
• Jika diduga ada sisa plasenta, lakukan eksplorasi digital dan keluarkan
bekuan serta sisa kotiledon. Gunakan forsep ovum atau kuret tumpul
besar bila perlu
• Jika tidak ada kemajuan dan ada peritonitis
(demam, nyeri lepas dan nyeri abdomen),
lakukan laparotomi dan drainase abdomen
bila terdapat pus.
• Jika uterus terinfeksi dan nekrotik, lakukan
histerektomi subtotal.
• Lakukan pemeriksaan penunjang
ABSES PELVIK
Abses pelvis adalah abses pada regio pelvis

Faktor Predisposisi
• Metritis (infeksi dinding uterus) pasca kehamilan

Diagnosis
 Nyeri perut bawah dan kembung
 Demam tinggi-menggigil
 Nyeri tekan uterus
 Respon buruk terhadap antibiotika
 Pembengkakan pada adneksa atau kavum Douglas
 Pungsi kavum Douglas berupa pus

Tatalaksana
• Berikan antibiotika kombinasi sebelum pungsi dan drain abses sampai 48 jam bebas demam:
• Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam
• Ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV tiap 24 jam
• Ditambah metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam
• Jika kavum Douglas menonjol, lakukan drain abses, jika demam tetap tinggi, lakukan laparotomi.
A. INFEKSI LUKA PERINEUM

• Vulvitis adalah infeksi pada luka. Vulvitispada ibu


nifas terjadi di bekas sayatan episiotomi atau luka
perineum
• Tepi luka berwarna merah dan bengkak, jahitan mdah
terlepas, lukayangterbuka menjadi ulkus dan
mengeluarkan nanah
Infeksi perineum dan abdomen
Faktor Predisposisi
• kurangnya tindakan aseptik saat melakukan
penjahitan
• kurangnya higien pasien
• kurangnya nutrisi
a. Tatalaksana umum
• Kompres luka dengan kasa lembab dan minta pasien mengganti kompres
sendiri setiap 24 jam.
• Jaga kebersihan ibu, minta ibu untuk selalu mengenakan baju dan pembalut
yang bersih.

b. Tatalaksana khusus
• Jika terdapat pus atau cairan, bukalah luka dan lakukan drainase.
• Angkat kulit yang nekrotik, jahitan subkutis dan buat jahitan situasi.
• Jika terdapat abses tanpa selulitis, tidak perlu diberikan antibiotika.
• Bila infeksi relatif superfisial, berikan ampisilin 500 mg per oral dan
metronidazol 500 mg per oral 3 kali/hari selama 5 hari.
Infeksi Traktus Urinarius
• Bakteri yang sering ditemukan adalah E coli dan
Klebsiella, proteis dan enterobacter
• sering disebabkan manipulasi pada uretra
(seperti kateter foley)
• Gejala: disuria, sering berkemih, lunak pada
bagian CVA (costovertebral angle), lunak pada
suprapubik dan suhu yang meningkat
• Diagnosis: urinalisis
• Penanganan: Antibiotik
Pencegahan infeksi nifas

• Perbaiki anemia, gizi baik


• Mencegah partus lama
• Meminimalkan trauma
• Peralatan steril
• Pemeriksaan dalam dilakukan bila ada indikasi

Anda mungkin juga menyukai