Anda di halaman 1dari 2

Penyakit Sistem Saraf

Epilepsi
Kejang adalah masalah neurologik. Puncak usia insidensi kejang adalah dekade
pertama kehidupan dan setelah usia 60 tahun. Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal
yang berlebihan dari suatu populasi neuron yang sangat mudah terpicu (fokus kejang) sehingga
mengganggu fungsi normal otak, dan juga jaringan otak normal di bawah kondisi patologik
tertentu, seperti perubahan keseimbangan asam-basa atau elektrolit. Kejang dapat merupakan
manifestasi dari suatu penyakit mendasar yang membahayakan, misalnya gangguan
metabolisme, infeksi intrakranium, gejala putus obat, intoksikasi obat atau ensefalopati
hipertensi.
Kejang rekuren, spontan dan tidak disebabakan oleh kelainan metabolisme yang terjadi
bertahun-tahun disebut epilepsi. Bangkitan motorik generalisata yang menyababkan hilangnya
kesadaran dan kombinasi kontraksi otok tonik-klonik sering disebut kejang. Status epileptikus
adalah suatu kejang berkepanjangan tanpa pemulihan kesadaran antariktus. Berbagai penyakit
yang menyebabkan epilepsi sekunder:
1. Cedera kepala (termasuk yang terjadi sebelum dan setelah kelahiran)
2. Gangguan metabolik dan gizi (hipoglikemia, fenilketonuria, defisiensi vitamin B6)
3. Faktor toksik (intoksikasi alkohol, putus obat narkostik, uremia)
4. Ensefalitis
5. Hipoksia
6. Gangguan sirkulasi
7. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiponatremia dan hipokalsemia)
8. Neoplasma
Fokus kejang memperlihatkan beberapa fenomena biokimiawi:
 Instabilitas membran sel saraf, sel lebih mudah mengalami pengaktifan
 Neuron-neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepaskan muatan menurun dan
apabila terpicu akan melepaskan muatan secara berlebihan
 Kelainan polarisasi yang disebabkan oleh kelebihan asetilkolin atau defisiensi asam
gama-aminobutirat (GABA)
 Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam-basa atau elektrolit, yang
mengganggu homeostasis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan pada depolarisasi
neuron.
Perubahan metabolik yang terjadi selama dan setelah kejang disebabkan oleh meningkatnya
kebutuhan energi akibat hiperaktivitas neuron.
Kejang diklasifikasi kan sebagai parsial atau generalisata berdasarkan apakah
kesadaran utuh atau lenyap. Kejang dengan kesadaran utuh disebut kejang parsial. Kejang
parsial terbagi menjadi parsial sederhana (kesadaran utuh) dan parsial kompleks (kesadaran
berubah tapi tidak hilang). Gejala autonom adalah kepucatan, kemerahan, berkeringat, dan
muntah. Gangguan daya ingat, disfagia, dan deja vu merupakan contoh gejala psikis kejang
parsial.
Efek fisiologik kejang:
Awal (kurang dari 15 Lanjut (15-30 menit) Berkepanjangan (lebih
menit) dari 1 jam)

 Meningkatnya kecepatan  Menurunnya tekanan  Hipertensi disertai


denyut jantung darah berkurangnya aliran darah
 Meningkatnya tekanan  Menurunnya gula darah serebrum sehingga terjadi
darah  Disritmia hipotensi serebrum
 Meningkatnya kadar  Edema paru nonjantung  Gangguan sawar darah
glukosa otak yang menyebabkan
 Meningkatnya suhu pusat edema serebrum
tubuh
 Meningkatnya sel darah
putih

Kejang dapat terjadi akibat fase akut atau sekuele dari infeksi susunan saraf pusat (SSP)
yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit. Kelainan metabilik sebagai kelainan yang
mendasari kejang, mencakup hiponatremia, hipernatremia, hipoglikemia, keadaan
hiperosmolar, hipokalsemia, hipomagnesemia, hipoksia dan uremia. Kejang dapat menjadi
gejala pada tumor otak tertentu khususnya meningioma, glioblastoma, dan astrositoma.
Insufisiensi serebrovaskular arteriosklerotik dan infark serebrum merupakan kausa utama
kejang pada pasien dengan penyakit vaskular. Berbagai bahan toksik dan obat dapat
menyebabkan kejang. Penyalahgunaan zat seperti alkohol dan kokain juga dapat menyebabkan
kejang.
Status epileptikus didefinisikan sebagai keadaan aktivitas kejang yang kontinu yang
berlangsung selama 20 menit atau lebih saat pasien kehilangan kesadarannya. Terdapat dua
jenis status epileptikus: status epileptikus konvulsif dan status epileptikus nonkonvulsif.
Alat diagnostik yang digunakan untuk mengevaluasi kejang:
 EEG (elektroensefalogram) merupakan rekaman yang dihasilkan dan tidak dapat
membedakan satu entitas dari entitas lain
 Pemindaian dengan CT dan MRI
Terapi obat berguna untuk mencegah timbulnya kejang atau untuk mengurangi
frekuensinya sehingga pasien dapat hidup normal. Obat yang dipilih ditentukan oleh jenis
kejang dan profil efek samping. Dosis disesuaikan secara individual. Pemberian obat
antiepilepsi adalah terapi utama bagi sebagian besar pengidap epilepsi. Tujuannya adalah untuk
mencegah kejang tanpa menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan. Kejang harus
dibedakan dari keadaan-keadaan lain yang mirip dengannya. Keadaan-keadaan tersebut
mencakup nyeri kepala migren, stroke, vertigo, gangguan tidur, dan pseudokejang.

Anda mungkin juga menyukai