Anda di halaman 1dari 4

RESUME SULFONAMIDA

Sulfonamida adalah kemoterapeutik yang pertama digunakan secara sistemik untuk


pengobatan dan pencegahan penyakiit infeksi pada manusia. Sulfonamide merupakan kelompok
obat penting pada penanganan infeksi saluran kemih (ISK). Sulfonamida berbentuk Kristal putih
yang umumnya sukar larut dalam air, tetapi garam natriumnya mudah larut, sulfonamide
merupakan kelompok kemoterapi.

Efek penghambat sulfonamide dapat dinetralkan dengan memasukan sel dengan


metabolit yang normalnya membutuhkan asam folat untuk sintesisnya (misalnya purin,
asamamini tertentu), zat demikian dapat hadir misalnya dalam pus, sehingga sulfonamide
menjadi tidak efektif dalam perawatan infeksi suppuratif tertentu. Bakteri yang siap
mengembangkan resistansi pada sulfonamide, seperti modifikasi streptococcus pneumonia yang
dihasilkan lewat mutasi satu langkah pada sintetase asam dihidropteroik dapat mengurangi
afinitas enzim sulfonamide tanpa mengurangi afinitasnya pada PABA. Hambatan dari plasmid
juga muncul dan dapat trlibat, misalnya plasmid tersandi sintase asam dihidropterik resisten
sulfonamide.

Perkembangan sejarah, pada tahun 1935, Domagk telah menemukan bahwa suatu zat
warna merah, prontosil rubrum, bersifat bakterisid in vivo tetapi inaktif in vitro. Ternyata zat ini
dalam tubuh dipecah menjadi sulfanilamide yang juga aktif in vitro. Berdasarkan penemuan ini
kemudian disentesa sulfapiridin yaitu obat pertama yang digunakn secara sistematis untuk
pengobatan radang paru (1937). Dalam waktu singkat obat ini diganti oleh sulfathiazole
(cobazol) yang kurang toksik (1939), disusul pula oleh sulfaniazine, sulfmetoksazole, dan
turunan-turunan lainnya yang lebih aman lagi. Setelah siintroduksi derivate-derivate yang suka
resorbsinya dari usus (sulfaguanidin dan lain-lain), akhirnya disentesa sulfa dengan panjang,
antara Bayer AG yang merupakan perusahan kimia yang terpecaya di Jerma. Tim Bayer percaya
bahwa zat perwarna yang dapat mengikat bakteri dan parasit yang berbahaya bagi tubuh. Setelah
bertahun-tahun tim yang dipimpin oleh dokter/ peneliti Gerhard Domagk (bekerja di bawah
arahan umum Ferben eksekutif Heinrich Hoelein) melakukan uji caba pada ratusan zat pewarna
akhirnya ditemukan suatu zat aktif yang berwarna merah.

Struktur dari sulfonamide mirip dengan p-aminobenzoic acid (PABA) yang merupakan
precursor DHF. Mekanisme kerja dari sulfonamide adalah sebagai substrat palsu dimana
sulfonamide berkompetisi dengan PABA pada sintesis DHF. Karenanya efeknya berupa
bakteriostatik yang menghambat pertumbuhan dan replikasi bakteri. Bakteri memerlukan PABA
(p-aminobenzoicacid) untuk membentuk asam folat yang digunakan untuk sintesis purin dan
asam-asam nukleat. Sulfonamide merupakan penghambat kompetitif PABA.

Efek antibakteri sulfonamide dihambat oleh adanya darah, nanah, dan jaringan nekrotik,
karena kebutuhan mikroba asam folat berkurang dalam media yang mengandung basa purin dan
timidin.
Mekanisme kerjanya berdasarkan sintesis (dihidro) folat dalam bakteri dengan cara
antagonisme saingan dengan PABA. Banyak jenis bakteri membutuhkan asam folat untuk
membangun asam-asam intinya DNA dan RNA. Asam folat ini dibentuknya sendiri dari bahan
pangkal PABA (para amino benzoic acid) yang terdapat dimana mana dalam tubuh manusia.
Rumus PABA menyerupai rumus dari sulfonamide. Bakteri keliru menggunakan sulfa sebagai
bahan untuk mensistensa asam folatya, sehingga DNA/RNA tidak terbentuk lagi sehingga
pertumbuhan bakteri terhenti.

Efek samping sulfa adalah reaksi hypersensitivitas seperti sindrom stevensjohnson, alergi
miokarditis dan reaksi alergi lain, anemia hemolitik, anemia aplastic, agranulositosis dan
gangguan saluran cerna. Penggunaan sulfonamide secara luas damn tidak selektif sering
menyebabkan terjadinya kekebalan pada bakteri.

Kemungkinan penyebab terjadinya kekebalan adalah peningkatan produksi asam p-


aminobenzoat oleh bakteri. Bila mikroorganisme sudah kebal terhadap satu sulfonamide. Pada
umumnya terhadap semua turunan sulfonamide lainnya juga kebal. Dosis awal sulfonamide pada
umumnya lebih besar disbanding dosis pemeliharaan oleh karena secara normal tubuh
mengandung asam p-aminobenzoat sedang sulfonamide dengan asam tersebut bersifat
kompetitif. Jadi perlu diberikan dosis awal yang besar agar kadar sulfonamide dalam darah lebih
besar disbanding kadar asam p-aminobenzoat sehingga dapat bekerja secara kompetitif dan
berkhasiat sebagai antibakteri.

Sulfonamide diabsorbsi melalui saluran cerna mudah dan cepat, kecuali beberapa macam
sulfonamide yang khusus digunakan untuk infeksi local pada usus. Kira-kira 70-100% dosis oral
sulfonamide di absorbs melalui saluran cerna dan dapat di temukan dalam urin 30 enit setelah
pemberian. Absorbs terutama terjadi pada usus halus, tetapi beberapa jenis sulfa dapat di absorbs
melalui lambung.

Dalam tubuh, sulfa mengalami asetilasi dan oksidasi. Hasil inilah yang sering
menyebabkan reaksi toksik sistemik berupa lesi pada kulit dan gejala hipersensitivitas,
sedangkan hasil asetilasi menyebabkan hilangnya aktivitas obat.

Hampir semua di ekskresi melalui ginjal, baik dalam bentuk asetil maupun bentuk bebas.
Masa paruh sulfonamide tergantung pada keadaan fungsi ginjal. Sebagian kecil diekskresikan
melalui tinja, empedu, dan air susu ibu.

Penggolongan sulfonamide

Berdasarkan penggunaan terapetik sulfonamide dibagi menjadi 6 kelompok yaitu sulfonamide


untuk infeksi sistemik, untuk infeksi usus, infeksi mata, infeksi saluran seni, untuk pengobatan
luka bakar dan untuk penggunaan lain.

a. Sulfonamide untuk infeksi sistemik


Sulfonamide dengan masa kerja pendek (waktu paruh lebih kecil dari 10
jam ).contoh:
Sulfaitidol, sulamerazin, sulfametazin (sulfadimidin), sulfatiazol, sulfasomidin,
sulfisoksazol, sulfametizol, derivate –isokzasol (sulpafurazol, -metoksazol),
derivate -oksazol (sulpamoksol) dan derivate-pirimidin (sulfadiazine, -merazin,
-merazatin dan –somidin).
Sulfonamide dengan masa kerja sedang (waktu paruh 10-24 jam), contoh
Sulfadiazine, sulfametoksazol dan sulfafenazol.
Sulfonamide dengan masa kerja panjang (waktu paruh lebih besar dari 24 jam),
contoh
Sulfadoksin, sulfalen dan sulfametoksipiridazin.
b. Sulfonamide untuk infeksi usus
Obat golongan ini dirancang agar sedikit diabsorbsi dalam saluran cerna, yaitu dengan
memasukkan gugus yang bersifat hidrofil kuat seperti ptalil, suksinil, atau guanil,
membentuk turunan sulfonamide yang lebih polar. Dari usus besar, senyawa hidrolisis
oleh bakteri usus, melepaskan secara perlahan-lahan sulfonamide induk aktif.
Contoh : ptalilsulfatiazol, suksinil sulfatiazol, sulfaguabidin dan sulfasalazine.
c. Sulfonamide untuk infeksi mata
Obat golongan ini digunakan secra setempat untuk pengobatan konjugtivitas, infeksi
mata superfisial lain dan trakon.
Contoh : sulfasetamid natrium dan sulfisoksazol diolamin.
d. Sulfonamide untuk infeksi saluran seni
Golongan ini digunakan untuk pengobatan infeksi saluran seni karena cepat diabsorbsi
dalam saluran cerna sedang eksresi melalui ginjal lambat sehingga kadar obat di ginjal
cukup tinggi. Contoh : sulfasetamid, sulfadiaxzine, sulfaetidol, sulfameter, sulfametazin,
sulfametoksazol, sulfasomidin, dan sulfisoksazol.
e. Sulfonamida untuk pengobata luka bakar
Golongan ini pada umumnya digunakan pada luka bakar yang terinfeksi oleh
pseudomonas sp. Atau Clostridium welchii.
Contoh : mafenid asetat dan perak sulfadiazine
f. Sulfonamide untuk penggunaan lain-lain
Untuk interaksi membrane mukosa dan kulit, contohnya : sulfabenzamid dan
sulfasetamid Na.
Untuk pengobatan dermatitis herpetiformis, contohnya : sulfapiridin.
Untuk infeksi telinga, contohnya : sulfasuksinamid
Untuk infeksi mulut, contohnya : sulfatolamid
Untuk infeksi jamur, contohnya : sulfadiazine, sulfadimetoksin dan
sulfadimetoksin-piridazin.
Untuk pengobatan malaria yang disebabkan ole Plasmodium falciparum yang
sudah kebal terhadap klorokuin, contohnya : sulfadoksin dan sulfadiazine.
Berdasarkan kecepatan absorbs dan ekskresinya, sulfonamide dibagi dalam tiga golongan besar,
yaitu :

a. Sulfonamide dengan ekskresi cepat , antara lain sulfadiazine dan sulfisoksazol


b. Sulfonamide yang hanya diabsorbsi sedikit bila diberikan per oral dank arena itu kerjanya
dalam lumen usus, antara lain sulfasalazine dan sulfaguanidin.
c. Sulfonamid yang terutama digunakan untuk pembrian topikal, antara lain sulfasetamid,
mafenid, dan Ag-sulfadiazin.

Anda mungkin juga menyukai