Anda di halaman 1dari 12

Kelompok 5 :

1. Dini Andyanti (1406545112)


2. Anja Tamabri (1406557711)
3. Madeline Melhan (1406639503)
4. Natalie Tasya W. (1406639825)
5. Sheila Odilia (1406640051)
INFEKSI VIRUS LIMFATIK DAN KARDIOVASKULAR (KELOMPOK 3)

I. Pendahuluan

Berbagai jenis virus dapat menyebabkan kelainan pada sistem limfatik dan kardiovaskular. Beberapa jenis virus yang dapat menyebabkan kelainan tersebut umumnya bersifat endemic
di Negara tropis, antara lain adalah Epstein-Barr virus yang menyebabkan Burkitts Limphoma, Cytomegalovirus, dan berbagai virus yang dapat menyebabkan demam berdarah klasik.
Dalam babini akan dibahas jenis virus yang paling dominan dapat menyebabkan kelainan pada sistem limfatik dan kardiovaskuler antara lain virus Epstein-Barr, cytomegalovirus dan
HIV, serta virus demam kuning, virus dengue, virus Marburg, virus ebola, dan virus chikungunya.

II. Jenis-Jenis Virus Limfatik dan Kardiovaskular

Nama Famili & Materi genetik Struktur virus Antigen Klasifikasi virus Reseptor Target utama Gejala spesifik Pengobatan
Virus Vektor pada sel virus
tubuh
Epstei Herpesvirida Dikenal sebagai Diameter virion 150-200 EBV-VCA Subtype EBV Permukaan o Bersifat Belum ada
n-Barr e human herpes nm antigen EBV-1 menginfeks epitel oral, asimptomatik pengobatan
Virus virus 4 (HHV4) Memiliki selubung EBV-2 i reseptor nasofaring, o Berapa bersifat yang efektif dan
(EBV) Non Vektor : Virus DNA untai dengan nukleokapsid Kedua subtype memiliki CR2 atau dan limfosit B. laten spesifik
cairan tubuh ganda berbentuk ikosahedral 85% homolig sekuens CD21 yang o Dapat
seperti yang simetris EBV, hanya terdapat terdapat menyebabkan Hanya bisa
saliva, darah, perbedaan pada gen pada beberapa mengobati
ASI, sperma, EBNA2 dan EBNA3A-C permukaan penyakit antara gejalanya saja,
cairan tubuh epitel oral, lain: seperti
lainnya nasofaring, Burkitts penggunaan
dan limfosit lyphoma steroid untuk
B. Hodgkin mencegah
lyphoma pelebaran tonsil
Transformasi dan
sel B tenggorokan.
Kanker
nasofaring
Oral hairy
leukoplakia
Mononukleosi
s infeksiosa

Cyto Herpesvirida Dikenal sebagai Diameter virion 150-200 nm Pp65 - Chemokine Saluran o Biasanya Belum ada
megal e herpes virus 5 Memiliki selubung dengan receptor pernapasan asimptomatik pengobatan
ovirus (HHV5) DNA nukleokapsid berbentuk XCR1 pada bagian atas o Gejala yang yang efektif dan
(CMV) Non Vektor : untai ganda ikosahedral yang simetris saluran dan sel-sel timbul berupa: spesifik
cairan tubuh pernapasan limfosit Sindrom yang
seperti bagian atas menyerupai Obat antiviral
saliva, darah, dan sel-sel mononukleosi gansiklovir dan
ASI, sperma, limfosit T s infeksiosa foskarnet hanya
cairan tubuh Sindrom menghambat
lainnya pasca replikasi virus
transfusi.
Viremia terjadi
3-8 minggu
setelah
transfusi
Gejala
hepatitis
Diseminasi
virus secara
sistemik
o Dapat
mengakibatkan
kelahiran
prematur,
mikrosefalus,
kalsifikasi otak,
karioretinitis,
retardasi
mental,
hepatosplenom
egali, ikterus,
purpura
trombositopeni

Huma Retroviridae RNA untai HIV memiliki selubung P24 Dibagi berdasarkan CD-4 Sel limfosit T- Stadium 1 : Lini pertama :
n tunggal polaritas tonjolan (spike) yang protein penyebaran dan waktu helper asimptomatis zidovudine
Immu (-) terdapat pada permukaan viral yang inkubasi: Stadium 2: BB (NRTI) +
nodefi sel HIV yang terdiri dari menyusu o HIV 1 penyebaran menurun, lamivudine
cienc glikoprotein 120 (Gp120) n hampir di seluruh dunia, sariawan, (NRTI) +
y dan Gp41. Memiliki 3 enzim keseluruh waktu inkubasi relative dermatitis nevirapin
Virus yang sangat berperan an inti cepat. Stadium 3: BB (NNRTI).
(HIV) dalam proses replikasi yaitu dari HIV Memiliki 3 Subgroup menurun >10%, Lini kedua :
enzim reverse berdasarkan lelah, demam, tenefovir/abakav
transcriptase, protease dan penyebarannya, yaitu: diare kronis, ir (NNRTI) +
integrase. Partikel virus a) M (major) anemia, didanosin(RTI) +
dewasa memiliki protein inti Terdapat 10 pneumoni, saquinavir(PI).
(core) yang berbentuk subtipe berdasarkan gingivitis
batang gen env dan gag, Stadium 4:
yaituA,B,C,D,E,F, Sindroma wasting
G,H,K HIV (Penurunan
b) N (new) berat badan
penyebaran di drastic, diare
Kamerun dan Gabon kronis lebih dari 1
c) O (outlier) bulan, dan
penyebaran di demam tinggi
Kamerun selama lebih dari
o HIV 2 penyebaran 1 bulan),
di Afrika Barat, waktu tuberculosis,
inkubasi relative lebih meningitis,
lambat. encefalopati,
sarkoma Kaposi
dan Limfoma

Virus Flaviviridae RNA rantai Berbentuk sferis, diameter Protein E - - Ginjal, getah Fase akut: Gejala Tidak ada
Dema linear untai 50 nm bening, limpa, umum (demam, pengobatan
m Vektor: tunggal polaritas dan sumsum nyeri otot, sakit spesifik khusus
Kunin Nyamuk (+) Nukleokapsid terletak tulang pada punggung, untuk demam
g Aedes sentral, dikelilingi oleh 2 Sasaran sakit kepala, kuning.
(YFV) aegypti, utama: Hati menggigil, Penderita diberi
Aedes lapis lipid kehilangan nafsu garam rehidrasi
simpsoni, makan,mual, oral dan
Aedes Virion terdiri dari protein: C muntah, parasetamol
africanus, (kapsid), E (selubung) dan perdarahan) untuk mengatasi
Haemagogu M (membran) dehidrasi dan
s equinis dan Fase peringanan: demam.
Sobethes Gejala mulai
chloroptrerus hilang, Pencegahan:
kebanyakan Vaksin YF 17D
Siklus orang sembuh, (dari virus
penyebaran: bila tidak sembuh demam kuning
hutan dalam 24 jam yang
(silvatik) dan masuk ke fase dilemahkan)
kota intoksikasi

Fase intoksikasi:
Demam muncul
kembali, virus
menyerang
berbagai organ,
perdarahan
memburuk,
icterus, penderita
dapat meninggal
dalam 10-14 hari

Virus Flaviviridae RNA untai 1.Virus berbentuk NS 1 Struktur antigen antara - Sel langerhans 1.Demam secara Belum ada
Deng tunggal yang sferik NS 2 4 serotipe virus dengue manusia, sel tiba-tiba, pengobatan
ue dapat langsung 2.Memiliki selubung yaitu DEN-1, DEN-2, kulit dengan 2.Sakit kepala spesifik untuk
NS 3
Vektor : bertindak 3.Genom virus dengue DEN-3, dan DEN-4, morfologi dan berat, DBD.
NS 4 3.Sakit pada
Vektor utama sebagai mRNA terdiri dari RNA untai tidak dapat saling fungsi yang
NS 5 sendi dan otot 1.Terapi suportif
DBD : Aedes dan tidak tunggal yang dapat memberikan kekebalan sama dengan
aegypti mempunyai silang diantara masing- sel dendritik serta ruam o Pemberian
langsung bertindak
dewasa, poliadenosin masing serotype pada kulit air minum
sebagai mRNA dan tidak
4.Perdarahan sebanyak
pada ujung 3. mempunyai poliadenosin (menurut
dibawah kulit 1.5-2 liter
Vektor pada ujung 3. jurnal,
4.Gen yang mengatur (petechiae) dalam 24
potensial Noisakran,
5.Hepatomegaly jam,
DBD :Aedes sintesis protein Sansanee et & o Pemberian
albopictus structural terletak al, 2010) trombositopenia cairan infus
pada bagian ujung. 6.Hemokonsentra secara
5.Pada ujung lainnya si yang ditandai intravena.
terletak gen yang dengan 2.Untuk
mengatur sintesis protein meningkatnya menurunkan
nonstructural. nilai hematocrit panas
6.Protein structural (25% dan syok parasetamol
dari total protein) terdiri hipotensif 3.Apabila terjadi
dari : pendarahan
o Protein selubung (E), hebat
o protein pramembran transfusi
(prM), darah.
o protein membrane (M)
o protein inti (C)
7.Protein nonstructural
(terbesar dari protein viral
(75%) yaitu NS-1
sampai NS-5

Virus Togaviridae RNA untai Berbentuk sferis dan Protein E West African, East- - Jaringan otot, Pada anak: Pengobatan:
Chiku tunggal polaritas memiliki selubung protein, Central-South African sendi, sel Demam terapi suportif
nguny Vektor: (+) berukuran 60 - 70 nm. (ECSA), dan Asian epithelial, mendadak suhu dengan
a Gigitan endothelial, 39-40 0C, bercak parasetamol,
nyamuk fibroblast. kemerahan pada obat AINS,
Aedes kulit klorokuin fosfat
aegypti dan Terapi latihan
Aedes Pada anak yang berjalan untuk
albocyptus lebih besar: mencegah
Demam disertai kekakuan sendi.
nyeri otot dan
sendi,
pembesaran
kelenjar getah
bening

Pada dewasa:
nyeri sendi dan
otot dominan
sampai
menimbulkan
kelumpuhan
sementara

Filo Family RNA untai o Genom filovirus terdiri (dijelaska (dijelaskan per virus (dijelaskan (dijelaskan per (dijelaskan per (dijelaskan per
Virus Filoviridae : tunggal dari RNA untai tunggal n per Ebola & Marburg) per virus virus Ebola & virus Ebola & virus Ebola &
terdiri dari berpolaritas berpolaritas negative, virus Ebola & Marburg) Marburg) Marburg)
virus ebola negatif o berukuran sekitar 19 kb Ebola & Marburg)
dan virus (virus Marburg, 19.1 kb; Marburg)
Marburg. virus Ebola, 18.9 kb)
o -berbentuk filament atau
sirkular,
o memiliki selubung dan
bereplikasi di dalam
sitoplasma.
o Virion baru dilepaskan
dari dalam sel melalui
proses budding di
membrane plasma.

Virus Famili: RNA untai Berbentuk filamen / sirkular Nukleopro - - Liver, organ Gejala awal: tidak Terapi suportif
Marbu Filoviridae tunggal polaritas Panjang 800-14000 nm, tein limfoid, ginjal spesifik dengan
rg negatif diameter 80 nm. pemberian
Non Vektor: Partikel virus mengandung Fase infeksi cairan infus dan
Cairan tubuh 7 protein struktural berikutnya: elektrolit untuk
(darah, jarum jaundice, mencegah syok
suntik) pankreatitis, dan hipotensi
delirium,
kehilangan berat
badan, disfungsi
multiorgan tubuh
(khususnya: hati)

Infeksi Sekunder:
hepatitis, myelitis,
orkitis, parotitis

Virus Famili : RNA untai o Genom viral mengkode 7 Deteksi Tidak ada klasifikasi, TIM-1 dan o Sel o Demam Pengobatan
Ebola Filoviridae tinggal polaritas protein structural dan 1 antigen hanya subtype. Terbagi NPC1 endotelium o Muntah suportif, seperti :
negatif protein non-struktural dengan menjadi 5 subtipe (masih o Sel hepatosit o Dehidrasi o Infus cairan
o RNA dilindungi Enzyme- berdasarkan tempat dalam o Sel o Sakit Kepala da elektrolit
Vektor : nukleokapsid Linked identifikasinya tahap o Faktor
mononuklear o Diare Berdarah
Kelelawar o Memiliki envelope yang Immunos o Zaire penelitian) koagulasi
fagosit o Internal dan
Buah orbent o Sudan
mengandung glikoprotein External
berupa tonjolan kecil Assay o Bundibugyo (Fungsi :
Bleeding
o Bentuk : Tubular Filamen, (hasil o Tai Forest mengatasi
(terparah)
Sirkuler, Bercabang masih (sebelumnya Cte gejala klinis
o Diameter : 80 nm dalam dIvoire) yang muncul)
o Panjang : 800 nm 1000 tahap o Reston tidak virulen
penelitian pada manusia
nm
)

III. Proses Patogenesis Virus Saluran Pernapasan

1. Epstein Barr Virus


Patogenesis
Virus EBV ditransmisikan ke manusia melalui kontak saliva. Sel target utama adalah sel limfosit B
yang mengekspresi CD21 dan bertindak sebagai reseptor utama sebagaimana molekul HLA kelas
II yang bertindak sebagai co-reseptor. Virus ini juga menginfeksi sel epitel dan berpotensi
bereplikasi pada oro-faring sebelum terjadi infeksi pada sel limfosit B. Sel-sel B yang terinfeksi
pada jaringan limfoid mukosa khususnya tonsil akan membentuk sel B memori yang terinfeksi
permanen, kemudian bersirkulasi ke jaringan limfoid lainnya. Aktivasi kembali virus pada sel memori B yang terinfeksi akan memfasilitasi ke sel epitel pada oro-faring yang
memungkinkan pelepasan virus ke saliva untuk ditransmisikan ke inang baru. Sel memori B yang terinfeksi permanen berumur panjang dan oleh karena level ekspresi protein
virus yang rendah sel-sel tersebut dapat lolos dari deteksi CD8+ sel T sitotoksik. Dengan demikian, ketahanan EBV dalam tubuh sangat lama. Pada sel-sel orofaring, EBV
mampu bereplikasi, mensintesis protein kapsid, dan glikoprotein membran sehingga menghasilkan virion baru yang infektif. Ketika sistem imun kita menurun, Infeksi sel limfosit B
oleh Epstein-Barr Virus mampu bertransformasi menjadi sel tumor karena EBV bersifat Onkogenik Infeksi yang terjadi dikategorikan menjadi 4 jenis.

Jenis infeksi EBB

CTL = sel T sitotoksik


PTLD = post-transplant lymphoproliferative disorder

2. Cytomegalovirus
Patogenesis
- Mulanya menginfeksi saluran pernapasan bagian atas dan sel-sel limfosit lokal. Kemudian
menyebar ke sel limfosit dan sel monosit pada limfa serta kelenjar limfa. CMV ditransmisikan
melalui cairan tubuh. Sel target utama adalah sel limfosit T yang mengekspresi Chemokine receptor XCR1 yang bertindak sebagai reseptor utama. Kemudian terjadi proses
mutlipikasi pada sel hospes. Virus-virus yang dihasilkan dari multiplikasi akan menyerang sistem imun yaitu menghambat respon imun sel T.

3. HIV
HIV bereplikasi melalui thapan berikut ini:
1) Penempelan HIV melalui protein gp120 pada reseptor CD4 dan ko-resptor CCR5 (CC-chemokine receptor 5)
2) HIV masuk ke dalam sel sitoplasma melalui proses endositosis
3) Pelepasan materi genetic virus (RNA), kemudian sintesis DNA proviral oleh enzim reverse transcriptase menggunakan cetakan genom RNA HIV, dan DNA proviral bermigrasi
ke dalam nucleus melalui membrane nukleus.
4) Terjadi proses integrase DNA proviral ke dalam genom sel hospes dengan bantuan enzim integrase viral.
5) Saat berada di dalam nukleus sel hospes, DNA proviral ditranskripsi menjadi mRNA. Setelah itu mRNA meninggalkan nukleus, kemudian RNA ditranslasi menjadi protein
viral.
6) Fase selanjutnya adalah fase perakitan komponen viral yang ditandai dengan berpindahnya komponen protein virus ke permukaan sel.
7) Pelepasan virus HIV baru yang belum matang. Proses ini akan diikuti dengan terpotongnya protein rantai panjang oleh protease yang menjadikan virus matang dan siap
untuk menginfeksi sel T-helper lainnya

Gambar 3. Tahapan replikasi HIV


Patogensis

4. Virus Demam Kuning


Virus demam kuning masuk ke dalam sel melalui receptor mediated endocytosis. Protein E berinteraksi dengan reseptor seluler dan virion mengalami endositosis ke dalam sel
dendritic. Selanjutnya, sel dendritic epidermal dan saluran demam kuning menyebarkan virion ke seluruh tubuh. Infeksi akan menyebar cepat ke ginjal, kelenjar getah bening,
limpa dan sumsum tulang.
Sasaran utama dari penyebaran virus demam kuning adalah sel hati. Penyakit ini disebut demam kuning karena menyebabkan jaundice pada penderita akibat kerusakan
hepatoseluler yang disebabkan oleh virus.
Penularan virus:
Siklus penularan kota : Penyebaran virus dari manusia ke manusia lainnya.
Siklus penularan hutan: Penyebaran virus pada hewan liar.

5. Virus Dengue
Mekanisme terjadinya pendarahan pada DBD, belum diketahui secara pasti. HIPOTESIS :
a. Perdarahan yang terjadi pada DBD diperkirakan akibat fenomena imunopatologis (immune enhancement) dari infeksi virus dengue tipe lainnya pada seseorang yang telah
memiliki antibody terhadap salah satu tipe virus dengue.
b. Prosesnya adalah :
Seseorang pernah terinfeksi dengan DEN-1 di dalam tubuhnya mempunya IgG terhadap DEN-1.
Namun antibody IgG terhadap DEN-1 ini tidak memberikan kekebalan silang terhadap DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Apabila penderita terinfeksi kembali dengan serotype virus dengue yang berbeda, misalnya DEN-3, antibody heterolog terhadap DEN-1 yang telah berada dalam
tubuh penderita membentuk kompleks dengan DEN-3, tetapi antibody tersebut tidak dapat menetralkan atau membunuh DEN-3 (non-neutralizing antibody).
Kompleks DEN-3 dengan non-neutralizing antibody ini akan ditangkap oleh sel-sel monosit dan sel kekebalan lainnya, sehingga dapat meningkatkan replikasi virus
DEN-3 dalam sel monosit atau makrofag.
Sel-sel monosit yang terinfeksi DEN-3 tersebut akan mengaktifkan system komplemen menyebabkan reaksi sekunder melepaskan mediator vasoaktif dan
sitokin yang dapat meningkatkan permeabilitas pembuluh darah
Terjadi perdarahan dan sindrom syok yang disebabkan oleh virus dengue (dengue shock syndrome, DSS).
Pelepasan histamine dan anafilatoksin dapat menyebabkan kerusakan endotel dan trombositopenia.
c. Penularan
1) Gigitan Nyamuk :
Virus dengue hidup dan berkembang biak dalam air liur nyamuk selama 8-10 hari, sebelum menjadi infektif.
Apabila nyamuk betina menggigit manusia memasukkan virus dengue dari air liurnya ke dalam aliran darah manusia.
Virus dengue berkembang di tubuh penderita sampai terbentuknya antibody netralisasi yang dapat memusnahkan virus dengue.
Penderita (with viremia) digigit oleh nyamuk Aedes aegypti betina nyamuk menularkan kembali melalui gigitannya

2) Transovari :
proses penularan virus dari nyamuk betina melalui telur nyamuk jentik nyamuk dewasa generasi berikutnya.
nyamuk berperan sebagai vector dan reservoir alami dari virus dengue.

6. Virus Chikungunya
Patofisiologi virus Chikungunya masih dalam investigasi.
Replikasi virus Chikungunya terjadi dalam makrofag. Makrofag merupakan cell fagosit yang terlokalisasi dalam jaringan, sehingga virus Chikungunya menyebabkan infeksi pada
jaringan, seperti otot dan sendi. Penularan virus Chikungunya terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albocyptus.

7. Filo virus (dijelaskan per virus- Ebola & Marburg)

8. Virus Marburg
Mekanisme patogenesis virus Marburg belum diketahui. Namun, spikes pada permukaan virion Marburg terbuat dari glikoprotein besar. Diasumsikan bahwa seperti virus virus
RNA untai tunggal polaritas negative lainnya, spikes tersebut berikatan dengan reseptor sel inang dan mengalami mediasi untuk masuk ke dalam sel. Replikasi viral terjadi di
sitoplasma dan pembentukan selubung terjadi karena proses budding oleh nukleokapsid.

9. Virus Ebola

Replikasi Virus :
1. Virus menempel pada dinding hospes melalui glikoprotein
2. Masuk ke sel melalui proses endositosis
3. Virus masuk ke dalam vesikel endosomal
4. Enzim protease dalam vesikel akan menghidrolisis glikoprotein virus sehingga terjadi fusi membrane sel virus
dengan membrane endosomal sel hospes
5. Nukleokapsid dilepaskan ke sitoplasma hospes
6. Terjadi sintesis mRNA (RNA viral sebagai cetakan)
7. mRNA di tranlasi menjadi protein viral
8. mRNA pengkode glikoprotein masuk ke Retikulum Endoplasma untuk mensintesis glikoprotein
9. Modifikasi glikoprotein pada apparatus golgi
10. Perakitan virus terjadi di membrane plasma
11. Virion keluar melalui proses budding.

Patogenesis Virus :
Target utama virus adalah sel endothelial, sel hepatic, dan sel mononuclear fagosit (contoh: makrofag). Virus akan
menyerang sel-sel utama dalam system imun manusia dan mengubahnya menjadi pabrik pembuatan virus itu sendiri
sehingga tubuh tidak dapat menggunakan system imun secara maksimal. Efek terberat dari virus ini adalah reaksi balik
tubuh mengeluarkan cytokine storm yang merupakan pelepasan 150 mediator inflamasi secara sekaligus sehingga
menyebabkan kerusakan khususnya pada pembuluh darah. Terjadinya gangguan pada pembuluh darah ditambah terganggunya system koagulopati menyebabkan terjadinya
massive internal dan external bleeding.

REFERENSI
Higgins CD, Swerdlow AJ, Macsween KF, Harrison N, Williams H, McAulay K, et al. A study of risk factors for acquisition of Epstein-Barr virus and its subtypes. Journal of
Infectious Diseases 2007; 195:474-82.
Noisakran, Sansanee et al. "Cells In Dengue Virus Infection In Vivo". Advances in Virology 2010 (2010): 1-15. Web. 7 May 2016.
Peters, CJ, Peters, JW. An Introduction to Ebola : The Virus and The Disease. The Journal of Infectious Disease 1999; 179: ixxvi.
Steven SJC, Verkuijlen SAWM, Hariwiyanto B,Harijadi, Paramita DK, Fachiroh J, et al. Noninvasive diagnosis of nasopharyngeal carcinoma: nasopharyngeal brushing reveal high
Epstein-Barr virus (VEB) DNA load and carcinoma-specific viral BARF1 mRNA. Int J Cancer 2006; 119:608-14
Young LS, Rickinson AB. Epstein-Barr virus: 40 years on. Nat Rev Cancer 2004; 4(10):757-68.

Anda mungkin juga menyukai