Anda di halaman 1dari 17

KIMIA FARMASI

OBAT BATUK

Oleh
Kelompok 7:
Immasari
Junita Irdayanti Syam
Nurul Milhamna Suhaimi
Siti Rohanah Siregar

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt., Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesempatan dan kesehatan serta berbagai rahmat dan hidayah-Nya sehingga tim penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berisi materi obat batuk ini tepat pada waktunya. Dimana
makalah ini merupakan kewajiban dalam memenuhi tugas mata kuliah Kimia Farmasi.
Tim Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga tim penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan pada penulisan.
Akhirnya penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh pembaca atas
kritik dan saran demi penyempurnaan isi dari makalah ini. Penulis berharap semoga tugas ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca umumnya.

Medan, 25 April 2017

Tim Penulis

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Batasan Masalah 1
1.4 Tujuan Penulisan 1
BAB II TINJAU PUSTAKA 2
2.1 Obat 2
2.2 Batuk 2
BAB III PEMBAHASAN 2
3.1 Pengertian Batuk 2
3.2 Gejala dan Penyebab Batuk 3
3.3 Mekanisme Batuk 3
3.4 Jenis-Jenis Batuk 4
3.5 Undang-Undang 5
3.6 Penggolongan Obat Batuk 6
3.7 Terapi Penanganan Batuk 7
3.8 Contoh-Contoh Obat Batuk 8
3.9 Beberapa Contoh Obat Yang Beredar Dipasaran 11
3.10 Tips Menggunakan Obat Batuk Yang Efektif 13
BAB IV PENUTUP 13
4.1 Kesimpulan 13
4.2 Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Undang Undang No. 23 tahun
1992). Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional
diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi
setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya
masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri dikenal dengan istilah swamedikasi.
Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhankeluhan dan penyakit ringan
yang banyak dialami masyarakat, seperti batuk.
Batuk menjadi tidak fisiologis bila dirasakan sebagai gangguan. Batuk semacam itu
sering kali merupakan tanda suatu penyakit di dalam atau diluar paru dan kadang-kadang
merupakan gejala dini suatu penyakit. Batuk mungkin sangat berarti pada penularan
penyakit melalui udara ( air borne infection ). Batuk merupakan salah satu gejala penyakit
saluran nafas disamping sesak, mengi, dan sakit dada. Tetapi, batuk juga bisa sebagai
penyebab penyakit ataupun memang penyakit yang disebabkan oleh virus. Oleh karena
itu, diperlukan pemahaman dan pengetahuan yang benar mengenai penggunaan jenis obat
batuk terhadap jenis batuk yang diderita. Karena, diketahui bahwa obat batuk tidak bisa
disamaratakan untuk semua jenis batuk.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan analisis permasalahan yang telah di pelajari, dapat dirumuskan
permasalahan makalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan batuk ?
2. Apa saja jenis-jenis batuk ?
3. Bagaimana penggolongan obat batuk ?
4. Apa saja contoh dari obat batuk yang beredar dipasaran serta indikasi, kontra indikasi,
dosis dan efek samping yang dimiliki obat tersebut ?

1.3 Batasan Masalah


Untuk mempersempit ruang lingkup, maka terdapat batasan masalah yang perlu
didefinisikan dalam penulisan makalah ini. Penulisan difokuskan pada materi
tentang Obat Batuk.

1.4 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan yang ingin dicapai pada pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa itu batuk.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis batuk.
3. Untuk mengetahui penggolongan obat batuk.
4. Untuk mengetahui apa saja contoh dari obat batuk yang beredar dipasaran serta
indikasi, kontra indikasi, dosis dan efek samping yang dimiliki obat tersebut.

1
BAB II
TINJAU PUSTAKA

2.1 Obat
Obat adalah bahan untuk mengurangi, menghilangkan penyakit, atau
menyembuhkan seseorang dari penyakit (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi (Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992).

2.2 Batuk
Menurut Weinberger (2005) batuk merupakan ekspirasi eksplosif yang
menyediakan mekanisme protektif normal untuk membersihkan cabang trakeobronkial
dari sekret dan zat-zat asing. Masyarakat lebih cenderung untuk mencari pengobatan
apabila batuknya berkepanjangan sehingga mengganggu aktivitas seharian atau mencurigai
kanker.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Batuk


Menurut Weinberger (2005) batuk merupakan ekspirasi eksplosif yang
menyediakan mekanisme protektif normal untuk membersihkan cabang trakeobronkial
dari sekret dan zat-zat asing. Masyarakat lebih cenderung untuk mencari pengobatan
apabila batuknya berkepanjangan sehingga mengganggu aktivitas seharian atau mencurigai
kanker.
Menurut McGowan (2006) batuk bisa terjadi secara volunter tetapi selalunya
terjadi akibat respons involunter akibat dari iritasi terhadap infeksi seperti infeksi saluran
pernafasan atas maupun bawah, asap rokok, abu dan bulu hewan terutama kucing. Antara
lain penyebab akibat penyakit respiratori adalah seperti asma, postnasal drip, penyakit
pulmonal obstruktif kronis, bronkiektasis, trakeitis, croup, dan fibrosis interstisial. Batuk
juga bisa terjadi akibat dari refluks gastro-esofagus atau terapi inhibitor ACE (angiotensin-
converting enzyme). Selain itu, paralisis pita suara juga bisa mengakibatkan batuk akibat
daripada kompresi nervus laryngeus misalnya akibat tumor.
Batuk bukanlah merupakan penyakit, mekanisme batuk timbul oleh karena paru-
paru mendapatkan agen pembawa penyakit masuk ke dalamnya sehingga menimbulkan
batuk untuk mengeluarkan agen tersebut. Batuk dapat juga menimbulkan berbagai macam
komplikasi seperti pneumotoraks, pneumomediastinum, sakit kepala, pingsan, herniasi
diskus, hernia inguinalis, patah tulang iga, perdarahan subkonjungtiva, dan inkontinensia
urin.Batuk merupakan refleks fisiologis kompleks yang melindungi paru dari trauma
mekanik, kimia dan suhu. Batuk juga merupakan mekanisme pertahanan paru yang
alamiah untuk menjaga agar jalan nafas tetap bersih dan terbuka dengan jalan :

2
1. Mencegah masuknya benda asing ke saluran nafas.
2. Mengeluarkan benda asing atau sekret yang abnormal dari dalam saluran nafas.

Batuk menjadi tidak fisiologis bila dirasakan sebagai gangguan. Batuk semacam itu
sering kali merupakan tanda suatu penyakit di dalam atau diluar paru dan kadang-kadang
merupakan gejala dini suatu penyakit. Batuk mungkin sangat berarti pada penularan
penyakit melalui udara ( air borne infection ). Batuk merupakan salah satu gejala penyakit
saluran nafas disamping sesak, mengi, dan sakit dada. Sering kali batuk merupakan
masalah yang dihadapi para dokter dalam pekerjaannya sehari-hari. Penyebabnya amat
beragam dan pengenalan patofisiologi batuk akan sangat membantu dalam menegakkan
diagnosis dan penanggulangan penderita batuk.

3.2 Gejala dan Penyebab Batuk


A. Gejala Batuk
1. Demam yang tinggi disertai otot tubuh yang kaku
2. Bersin-bersin dan hidung tersumbat
3. Sakit tenggorokan
B. Penyebab Batuk
1. Umumnya disebabkan oleh infeksi di saluran pernapasan bagian atas yang merupakan
gejala flu.
2. Infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA).
3. Alergi
4. Asma atau tuberculosis
5. Benda asing yang masuk kedalam saluran napas
6. Tersedak akibat minum susu
7. Menghirup asap rokok dari orang sekitar

3.3 Mekanisme Batuk


Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi 4 fase yaitu: :
1. Fase iritasi
Iritasi dari salah satu saraf sensoris nervus vagus di laring, trakea, bronkus besar, atau
serat afferen cabang faring dari nervus glosofaringeus dapat menimbulkan batuk. Batuk
juga timbul bila reseptor batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga pleura dan saluran
telinga luar dirangsang.
2. Fase inspirasi
Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot abduktor
kartilago aritenoidea. Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga udara dengan cepat
dan dalam jumlah banyak masuk ke dalam paru. Hal ini disertai terfiksirnya iga bawah
akibat kontraksi otot toraks, perut dan diafragma, sehingga dimensi lateral dada membesar
mengakibatkan peningkatan volume paru. Masuknya udara ke dalam paru dengan jumlah
banyak memberikan keuntungan yaitu akan memperkuat fase ekspirasi sehingga lebih
cepat dan kuat serta memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga menghasilkan
mekanisme pembersihan yang potensial.

3. Fase kompresi

3
Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor kartilago
aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase ini tekanan intratoraks meninggi
sampai 300 cmH2O agar terjadi batuk yang efektif. Tekanan pleura tetap meninggi selama
0,5 detik setelah glotis terbuka . Batuk dapat terjadi tanpa penutupan glotis karena otot-otot
ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks walaupun glotis tetap terbuka.
4. Fase ekspirasi/ ekspulsi
Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot ekspirasi,
sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan yang tinggi
disertai dengan pengeluaran benda-benda asing dan bahan-bahan lain. Gerakan glotis, otot-
otot pernafasan dan cabang-cabang bronkus merupakan hal yang penting dalam fase
mekanisme batuk dan disinilah terjadi fase batuk yang sebenarnya. Suara batuk sangat
bervariasi akibat getaran sekret yang ada dalam saluran nafas atau getaran pita suara.

3.4 Jenis-Jenis Batuk


A. Batuk berdasarkan Produktivitasnya
Berdasarkan produktivitasnya, batuk dapat dibedakan menjadi menjadi 2 jenis, yaitu
batuk berdahak (batuk produktif) dan batuk kering (batuk non produktif).
1. Batuk berdahak (batuk produktif)
Batuk berdahak ditandai dengan adanya dahak pada tenggorokan. Batuk berdahak
dapat terjadi karena adanya infeksi pada saluran nafas, seperti influenza, bronchitis, radang
paru, dan sebagainya. Selain itu batuk berdahak terjadi karena saluran nafas peka terhadap
paparan debu, polusi udara, asap rokok, lembab yang berlebihan dan sebagainya.
2. Batuk kering (batuk non produktif)
Batuk yang ditandai dengan tidak adanya sekresi dahak dalam saluran nafas,
suaranya nyaring dan menyebabkan timbulnya rasa sakit pada tenggorokan. Batuk kering
dapat disebabkan karena adanya infeksi virus pada saluran nafas, adanya faktor-faktor
alergi (seperti debu, asap rokok dan perubahan suhu) dan efek samping dari obat (misalnya
penggunaan obat antihipertensi kaptopril).

B. Batuk berdasarkan waktu berlangsungnya


Berdasarkan waktu berlangsungnya, batuk dapat dibedakan menjadi 3, yaitu batuk
akut, batuk sub akut dan batuk kronis.
1. Batuk Akut
Batuk akut adalah batuk yang gejala terjadinya kurang dari 3 minggu. Penyebab batuk
ini umumnya adalah iritasi, adanya penyempitan saluran nafas akut dan adanya infeksi
virus atau bakteri.
2. Batuk Subakut
Batuk akut adalah batuk yang gejala terjadinya antara 3 8 minggu. Batuk ini biasanya
disebabkan karena adanya infeksi akut saluran pernafasan oleh virus yang mengakibatkan
adanya kerusakan epitel pada saluran nafas.

3. Batuk Kronis

4
Batuk kronis adalah batuk yang gejala batuk yang terjadi lebih dari 8 minggu.
Batuk ini biasanya menjadi pertanda atau gejala adanya penyakit lain yang lebih berat
seperti asma, tuberculosis, bronchitis dan sebagainya.

3.5 Undang-Undang
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/VI/1983 dan Peraturan Menteri
Kesehatan RI No.925/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Perubahan Golongan Obat
Nomor 1 memuat ketetapan mengenai obat-obat yang masuk kedalam daftar obat W
dan pengertian tentang obat bebas terbatas. Obat bebas terbatas adalah obat keras yang
dapat diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter jika penyerahannya memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
Obat tersebut hanya boleh dijual dengan bungkus asli dari pabriknya atau
pembuatnya.
Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus mencantumkan tanda
peringatan yang tercetak sesuai contoh. Tanda peringatan tersebut berwarna hitam,
berukuran panjang 5 cm, lebar 2 cm, dan memuat tulisan pemberitahuan berwarna
putih.
Penandaan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/VI/1983, tanda
khusus untuk obat bebas terbatas berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi
berwarna hitam. Tanda khusus harus dilekatkan sedemikian rupa sehingga jelas terlihat dan
mudah dikenali. Tanda khusus untuk obat bebas terbatas adalah sebagai berikut :

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI, obat yang ditetapkan sebagai obat
bebas terbatas adalah sebagai berikut :
Obat bebas terbatas dengan tanda peringatan Nomor 1 (P No. 1)
Contoh : Obat batuk
Tanda peringatan yang harus ada pada kemasan obat-obat tersebut adalah sebagai berikut :

3.6 Penggolongan Obat Batuk

5
Obat batuk dapat dibagi menurut titik kerjanya dalam 2 golongan besar, yaitu :
1. Zat-zat Sentral (Antitusif)
Obat-obat ini menekan rangsangan batuk di pusat batuk yang terletak di sumsum
lanjutan dan mungkin bekerja terhadap pusat saraf lebih tinggi di otak dengan efek
menenangkan (sedatif). Zat-zat ini dibedakan antara zat-zat yang menimbulkan adiksi dan
non-adiksi.
a. Zat-zat adiktif
Yang termasuk zat-zat ini adalah candu dan kodein, zat ini termasuk kelompok obat opioid,
yaitu zat yang memiliki sebagian sifat farmakologi dari opium atau morfin. Berhubungan
obat ini mempunyai efek ketagihan (adiksi) maka penggunaanya harus hati-hati dan untuk
jangka waktu yang singkat.
b. Zat-zat non-adiktif
Yang termasuk zat-zat ini adalah noskapin, dekstrometorfan, pentoksiverin. Antihistamin
juga termasuk, misalnya prometazin dan difenhidramin.

2. Zat-zat Perifer
Obat-obat ini bekerja di perifer dan terbagi dalam beberapa kelompok yaitu :
a. Ekspektoran
Ekspektoran ialah obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak dari saluran
pernapasan. Obat ini bekerja melalui suatu refleks dari lambung yang menstimulasi batuk.
Sekresi dahak yang bersifat cair diperbanyak secara reflektoris atau dengan jalan efek
langsung terhadap sel-sel kelenjar. Obat yang termasuk golongan ini adalah ammonium
klorida, gliceryl guaiacolat, ipeka, dan minyak terbang.

b. Mukolitik
Mukolitk ialah obat yang dapat mengencerkan sekret saluran pernapasan dengan
jalan memecah benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum.

Mukolitik memiliki gugus sulfhydryl bebas dan berdaya mengurangi kekentalan


dahak dan mengeluarkannya. Mukolitik digunakan dengan efektif pada batuk dengan

6
dahak yang kental sekali. Zat-zat ini mempermudah pengeluaran dahak yang telah menjadi
lebih encer melalui proses batuk atau dengan bantuan gerakan cilia dari epitel. Tetapi pada
umumnya zat ini tidak berguna bila gerakan silia terganggu, misalnya pada perokok atau
akibat infeksi. Obat-obat yang termasuk kelompok ini adalah asetilkarbosistein, mesna,
bromheksin, danambroxol.

c. Emoliensia
Memperlunak rangsangan batuk dan memperlicin tenggorokan agar tidak kering,
serta memperlunak selaput lendir yang teriritasi. Zat-zat yang sering digunakan adalah
sirup (thymi dan altheae), zat-zat lendir (infus carrageen), dan gula-gula, seperti drop (akar
manis), permen, pastilles isap, dan sebagainya.

3.7 Terapi Penanganan Batuk


1. Terapi Farmakologi
Tujuan Terapi batuk adalah untuk meminimalkan gejala dan menghilangkan atau
mengatasi penyebab batuk. Obat batuk dapat digolongkan menjadi antitusif, ekspektoran,
dan mukolitik.
a. Antitusif
Antitusif memiliki mekanisme kerja dengan menekan refleks batuk. Obat golongan
antitusif terdiri dari derivate senyawa opiate (noskapin, etilmorfin, dan kodein) dan juga
dekstrometorfan. Dekstrometorfan meruapakan jenis obat yang mirip obat opiat, yaitu
sebagai antagonis reseptor NMDA (N-methyl D-aspartate) glutamatergic, dan merupakan
agonis bagi reseptor opioid 1 dan 2, serta juga merupakan antagonis reseptor nikotinik
3/4.
Obat Dosis dan Interval
Dewasa Anak-anak
Kodein 10-20 mg setiap 6-12 th : 5-10
4-6 jam jika mg setiap 4-6
perlu (tidak jam jika perlu
boleh lebih dari (tidak boleh lebih
120 mg/hari) dari 60 mg/hari)
2-6 th : 0,25
mg/Kg sampai 4x
sehari
Noskapin 25 mg atau 5 ml 0-4 th : 1,25 ml
sirop, setiap 8 4-10 th : 2,5 ml
jam 10-15 th : 3,75
ml setiap 8 jam
Dekstrometorfan 10-20 mg tiap 4 1 mg/Kg/hari
jam atau 30 mg dalam 3-4 dosis
tiap 6-8 jam, terbagi
maks 120
mg/hari

7
b. Ekspektoran
Memiliki aktivitas dengan merangsang batuk sehingga memudahkan pengeluaran
dahak/ekspektorasi. Contohnya gliseril guakolat atau guaifenesin. Dari berbagai studi
efektivitas ekspektoran masih dipertanyakan dan tidak lebih baik deibanding placebo.
Bahkan disarankan menggunakan air saja sebgai ekspektoran, karena air dapat
mengencerkan dahak sebagai dahak dapat dibatukkan dengan mudah.
c. Mukolitik
Golongan ini bekerja dengan menurunkan viskositas mucus/dahak, biasanya
digunakan pada saat kondisi dahak cukup kental dan banyak.
Obat Dosis dan Interval
Dewasa Anak-anak
Asetilsistein 200 mg, 3x sehari 100 mg 3 kali
sehari
Karbosistein Awal : 750 mg 3x 2-5 th: 65,5-125
sehari, kemudian : 4x sehari
1,5 g sehari dosis 6-12 th: 250 mg
terbagi 3x sehari
Ambroksol HCl 60 mg 2x sehari 6-12 th: 30 mg, 2-
3x sehari
2-6 th: 15 mg 3x
sehari
Bromheksin 8 mg, 3-4x sehari >10 th : 8 mg, 3x
sehari
3.10 h : 4mg, 3x
sehari

2. Terapi Non Farmakologi


Pada umunya batuk berdahak maupun tidak berdahak dapat dikurangi dengan cara
sebagai berikut:
Memperbanyak minum air putih untuk membantu mengencerkan dahak, mengurangi
iritasi dan rasa gatal.
Menghindari paparan debu, minuman atau makanan yang merangsang tenggorokan
seperti makanan yang berminyak dan minuman dingin.
Menghindari paparan udara dingin.
Menghindari merokok dan asap rokok karena dapat mengiritasi tenggorokan sehingga
dapat memperparah batuk.
Menggunakan zat - zat Emoliensia seperti kembang gula, madu, atau permen hisap
pelega tenggorokan. Ini berfungsi untuk melunakkan rangsangan batuk, dan
mengurangi iritasi pada tenggorokan dan selaput lendir.

3.8 Contoh-contoh Obat Batuk


A. Zat-zat pereda sental (Antitusif)
1. Keodein (F.I): metilmorfin, *Codipront

8
Alkaloida candu ini memiliki sifat menyerupai morfin, tetapi efek analgetis dan
meredakan batuknya jauh lebih lemah, begitu pula efek depresinya terhadap
pernapasan. Obat ini banyak digunakan sebagai pereda batuk dan penghilang rasa sakit,
biasanya dikombinasi dengan asetosal yang memberikan efek potensiasi. Dosis analgetis
yang efektif terletak di anatara 15 60 mg. Sama dengan morfin, kodein juga dapat
membebaskan histamine (histamine-liberator).
Efek sampingnya jarang terjadi pada dosis biasa dan terbatas pada obstipasi, mual dan
muntah, pusing, dan termangu-mangu. Pada anak kecil dapat terjadi konvulsi dan depresi
pernapasan. Dalam dosis tinggi dapat menimbulkan efek sentral tersebut. Walaupun
kurang hebat dan lebih jarang daripada morfin, obat ini dapat pula mengakibatkan
ketagihan.
Dosis: oral sebagai aalgetikum dan pereda batuk 3-5 dd 10-40 mg dan maksimum 200
mg sehari. Pada diare 3-4 dd 25-40 mg.
2. Noskapin
Alkaloida candu alamiah ini tidak memiliki rumus fenantren, seperti kodein dan morfin,
melainkan termasuk dalam kelompok benzilisokinolin seperti alkaloda candu lainnya
(papaverin dan tebain). Efek meredakan batuknya tidak sekuat kodein, tetapi tidak
mengakibatkan depresi pernapasan atau obstipasi, sedangkan efk sedatifnya dapat
diabaikan. Risiko adiksinya ringan sekali. Berkat sifat baik ini, kini obat ini banyak
digunakan dalam berbagai sediaan obat batuk popular.
Noskapin tidak bersifat analgetis dan merupakan pembebas histamine yang kuat dengan
efek bronchokonstriksi dan hipotensi (selewat) pada dosis besar.
Efek sampingnya jarang terjad dan berupa nyeri kepala, reaksi kulit, dan perasaan lelah
letih tidak bersemangat.
Dosis: oral 3-4 kali sehari 15-50 mg, maksimal 250 mg sehari.
3. Dekstrometofan: methoxylevorphanol, Detusif, *Romilar/exp, *Benadryl DMP
Derivat-fenantren ini (1953) berkhasiat menekan batuk, yang sama kuatnya dengan
kodein, tetapi bertahan lebih lama dan tidak bersifat analgetis, sedative, sembelit, atau
adiktif. Mekanisme kerjanya berdasarkan peningkatan ambang pusat batuk di otak. Pada
peyalahgunaan dengan dosis tinggi dapat terjadi efek stimulasi SP.
Efek sampingnya hanya ringan dan terbatas pada rasa mengantuk, termangu-mangu,
pusing, nyeri kepala, dan gangguan lambung-usus.
Dosis: oral 3-4 dd 10-20 mg (bromide) p.c., anak-anak 2-6 tahun 3-4 dd 8 mg, 6-12
tahun 3-4 dd 15 mg.

B. Antihistamin
1. Prometazin: (phenargen exp)
Sebagai antihistaminikum berdaya meredakan rangsangan batuk berkat sifat sedative
dan antikolinergik yang kuat.
Efek samping antikolinergiknya dapat menyebabkan gangguan buang air kecil dan
akomodasi pada manula.
Dosis : 3 dd 25-50 mg (garam HCl) d.c., anak-anak diatas 1 tahun 2-4 dd 0,2 mg/kg.
2. Oksomemazin
Adalah derivat dengan khasiat dan penggunaan sama, daya antikolinergiknya lemah.

9
Dosis : 2-3 dd 15 mg, anak-anak 1-2 tahun 2,5-10 mg sehari, 2-5 tahun 10-20 mg sehari,
5-10 tahun 2-3 dd 10 mg.
3. Difenhidramin (Benadryl)
Sebagai zat antihistamin (H-Blocker), senyawa ini bersifat hipnotis-sedatif dan dengan
demikian meredakan rangsangan batuk. Pada bayi dapat menimbulkan perangsangan
paradoksal, misalnya mengeringnya selaput lender karena efek antikolinergiknya.
Dosis : 3-4 dd 25-50 mg

C. Muskolitik
1. Asetilsistein (Fluimucil)
Mekanisme aksinya yakni Mengurangi kekentalan / viskositas sekret dengan memecah
ikatan disulfida pada mukoprotein, memfasilitasi pengeluaran sekret melalui batuk.
Mekanisme ini paling baik pada pH 7-9, sehingga pH sediaan diadjust dengan NaOH.
Efek Samping: Reaksi hipersensitivitas (bronkospasme, angioedema, kemerahan, gatal),
hipotensi / hipertensi (kadang-kadang), mual, muntah, demam, syncope, berkeringat,
arthralgia, pandangan kabur, gangguan fungsi hati, asidosis, kejang, ;cardiac / respiratory
arrest.
Dosis : Oral 3-6 dd 200 mg atau 1-2 dd 600 mg granulat, anak-anak n2-7 tahun 2 dd 200
mg, dibawah 2 tahun 2 dd 100 mg, Sebagai antidotum keracunan paracetamool , oral 150
mg/kg berat badan dan larutan 5 %, disusul dengan 75 mg/kg setiap 4 jam
2. Bromheksin
Mekanisme aksinya yakni Bromheksin merupakan secretolytic agent, yang bekerja
dengan cara memecah mukoprotein dan mukopolisakarida pada sputum sehingga mukus
yang kental pada saluran bronkial menjadi lebih encer, kemudian memfasilitasi
ekspektorasi.
Efek Samping : Pusing, sakit kepala, berkeringat, kulit kemerahan. Batuk atau
bronkospasme pada inhalasi (kadang-kadang). Mual, muntah, diare dan efek samping pada
saluran cerna.
Dosis : Oral 3-4 dd 8-16 mg (Klorida), Anak-anak 3 dd 1,6 8 mg. Tergantung dari
usia.

D. Ekspektoran
1. Kaliumiodida
Iodida menstimulasi sekresi mucus di cabang tenggorokan dan mencairkannya, tetapi
sebagai obat batuk (Hampir) tidak efektif.
Efek Samping : gangguan tiroid , Struma, Ucticaria dan iod-acne, juga
hiperkaliemia( pada fungsi ginjal buruk).
Dosis: Pada batuk oral 3 dd 0,5-1 g, maks. 6 g sehari.
2. Amoniumklorida
Berdaya diuretic lemah yang menyebabkan acidosis, yakni kelebihan asam dalam darah.
Keasaman darah merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi napas meningkat dan
gerakkan bulu getar (cilia) disaluran napas distimulasi. Sekresi dahak juga meningkat.
Maka senyawa ini banyak digunakan dalam sediaaan sirop batuk, misalnya obat batuk
hitam.

10
Efek Sampingnya : Acidosis ( khusus pada anak-anak dan pasien ginjal) dan gangguan
lambung (mual, muntah), berhubung sifatnya yang merangsang mukosa.
Dosis : oral 3-4 dd 100-150 mg, maks. 3 g seharinya.
3. Guaifenesin ( Gliserilguaiakolat, Toplexil)
Digunakan sebagai ekspektorans dalam berbagai jenis sediaan bentuk popular. Pada
dosis tinggi bekerja merelaksasi otot seperti mefenesin.
Efek Samping : Iritasi Lambung (mual,muntah) yang dapat dikurangi bila diminum
dengan segelas air.
Dosis: Oral 4-6 dd 100-200 mg.

E. Emolliensia
1. Succus Liquiritiae
Obat ini banyak digunakan sebagai salah satu komponen dari sediaan obat batuk guna
mempermudah pengeluaran dahak dan sebagai bahan untuk memperbaiki rasa.
Efek Samping : Pada doosis Tinggi dari 3 g sehari berupa nyeri kepala, udema, dan
terganggunya keseimbangan elektrolit, akibat efek mineralalokortikoid dan hipernatriema
dari asam glycyrrizinat.
Dosis : oral 1-3 g sehari.

3.9 Beberapa Contoh Obat Yang Beredar Dipasaran


1. Benadryl DMP

Kandungan:
Difenhidramin (antihistamin, antitusif)
Dektrometorfan (antitusif)Fenilefrin (dekongestan)
Ammonium klorida (ekspektoran)
Natrium sitrat (ekspektoran)
Indikasi : Mengurangi batuk yang parah dan membandel serta gangguan saluran
pernafasan yang disebabkan oleh pilek, alergi, atau bronkitis
Kontra Indikasi
Gangguan fungsi hati atau ginjal.

Efek Samping
Mengantuk, pusing, mulut kering, gangguan saluran pencernaan.
Dosis

11
Dewasa : 3-4 kali sehari 1-2 sendok teh. Anak-anak : 3-4 kali sehari -1 sendok teh .

2. Vicks Formula 44

Kandungan :
Dekstrometorfan (antitusif)
Doksilamin (antihistamin, antitusif)
Indikasi:
Meredakan batuk yang tidak berdahak atau yang menimbulkan rasa sakit.
Kontra Indikasi: Penderita hipersensitif, terhadap obat ini.
Efek Samping : Jarang menyebabkan kantul. Mual, pusing, konstipasi.
Aturan Pakai :
Dewasa: 12 tahun ke atas: 1 sendok takar 3 kali sehari.
Anak-anak: 6 - 11 tahun: sendok takar 3 kali sehari.
Atau gunakan sesuai petunjuk dokter.
1 sendok takar = 5 mL

3. Wood Ekspektoran

Kandungan :
Bromhexin (ekspektoran)
Guaifenesin (ekspektoran)
Indikasi: Meredakan gejala batuk produktif , bronchitis atau emfisema.
Kontra indikasi: Ulkus Gi, Hamil, menyusui
Efek Samping: Gangguan Pencernaan
Dosis:
Dewasa dan Anak >12 tahun sehari 3x10 ml. Anak 6-12 thn sehari 3-5 ml

12
3.10 Tips Menggunakan Obat Batuk yang Efektif

Jika batuk Anda Pilihlah yang Contoh obat


mengandung
Kering (tanpa disertai Antitusif Dekstrometorfan, atau noskapin
dahak)
Bromheksin, gliseril guaiakolat (GG,
Disertai dahak Ekspektoran atau guaifenesin), ambroksol,
karbosistein, atau ammonium klorida
Akibat alergi dan Antihistamin Difenhidramin, klorfeniramin
disertai dengan hidung (CTM), doksilamin, feniramin, atau
meler tripolidin
Disertai dengan napas Fenil propanol amin, efedrin,
yang tidak lega Dekongestan pseudoefedrin, etilefedrin, atau
fenilefrin

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini antara lain :
1. Menurut Weinberger (2005) batuk merupakan ekspirasi eksplosif yang
menyediakan mekanisme protektif normal untuk membersihkan cabang
trakeobronkial dari sekret dan zat-zat asing. Masyarakat lebih cenderung untuk
mencari pengobatan apabila batuknya berkepanjangan sehingga mengganggu
aktivitas seharian atau mencurigai kanker.
2. Jenis-Jenis batuk berdasarkan produktivitasnya, batuk dapat dibedakan menjadi
menjadi 2 jenis, yaitu batuk berdahak (batuk produktif) dan batuk kering (batuk
non produktif).
3. Jenis-jenis berdasarkan waktu berlangsungnya, batuk dapat dibedakan menjadi 3,
yaitu batuk akut, batuk sub akut dan batuk kronis.
4. Obat batuk dapat dibagi menurut titik kerjanya dalam 2 golongan besar, yaitu : zat-
zat sentral (antitusif) dan zat-zat perifer.
5. Beberapa contoh obat yang beredar dipasaran diantaranya yaitu, Benadryl DMP,
Vicks Formula 44, Wood Ekspektoran

4.2 Saran
Kepada para pembaca kami ucapakan selamat belajar dan manfaatkanlah makalah ini
dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih perlu ditingkatkan
mutunya, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Juniar, A., (2014), Kimia Farmasi, Unimed Press, Medan

Linnisaa, U.H., dan Wati, A.E., (2014), Rasionalitas Peresepan Obat Batuk Ekspektoran
dan Antitusif Di Apotek Jati Medika Periode Oktober Desember 2012, Indonsian
Journal on Medical Science, 1 (1) : 30 39

Putri, C. A., Retorini, E., Irdiah, Wardani, P. K., & Surtina. (2012/2013). Obat - obat
Saluran Pernafasan (Obat Antitusif, Obat Ekspektoransia, dan Obat Bronkodilator).
Jurusan Farmasi, POLTEKKES KEMENKES RI, Pangkal Pinang.

https://id.wikipedia.org/wiki/Antitusif

https://id.wikipedia.org/wiki/Bronkodilator

https://yosefw.wordpress.com

http://produkfarmasi.blogspot.co.id/2011/12/nama-dagang-obat-obatan-yang-beredar-
di.html

14

Anda mungkin juga menyukai