OBAT BATUK
Oleh
Kelompok 7:
Immasari
Junita Irdayanti Syam
Nurul Milhamna Suhaimi
Siti Rohanah Siregar
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Tim Penulis
Kelompok 7
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Batasan Masalah 1
1.4 Tujuan Penulisan 1
BAB II TINJAU PUSTAKA 2
2.1 Obat 2
2.2 Batuk 2
BAB III PEMBAHASAN 2
3.1 Pengertian Batuk 2
3.2 Gejala dan Penyebab Batuk 3
3.3 Mekanisme Batuk 3
3.4 Jenis-Jenis Batuk 4
3.5 Undang-Undang 5
3.6 Penggolongan Obat Batuk 6
3.7 Terapi Penanganan Batuk 7
3.8 Contoh-Contoh Obat Batuk 8
3.9 Beberapa Contoh Obat Yang Beredar Dipasaran 11
3.10 Tips Menggunakan Obat Batuk Yang Efektif 13
BAB IV PENUTUP 13
4.1 Kesimpulan 13
4.2 Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 14
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAU PUSTAKA
2.1 Obat
Obat adalah bahan untuk mengurangi, menghilangkan penyakit, atau
menyembuhkan seseorang dari penyakit (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi (Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992).
2.2 Batuk
Menurut Weinberger (2005) batuk merupakan ekspirasi eksplosif yang
menyediakan mekanisme protektif normal untuk membersihkan cabang trakeobronkial
dari sekret dan zat-zat asing. Masyarakat lebih cenderung untuk mencari pengobatan
apabila batuknya berkepanjangan sehingga mengganggu aktivitas seharian atau mencurigai
kanker.
BAB III
PEMBAHASAN
2
1. Mencegah masuknya benda asing ke saluran nafas.
2. Mengeluarkan benda asing atau sekret yang abnormal dari dalam saluran nafas.
Batuk menjadi tidak fisiologis bila dirasakan sebagai gangguan. Batuk semacam itu
sering kali merupakan tanda suatu penyakit di dalam atau diluar paru dan kadang-kadang
merupakan gejala dini suatu penyakit. Batuk mungkin sangat berarti pada penularan
penyakit melalui udara ( air borne infection ). Batuk merupakan salah satu gejala penyakit
saluran nafas disamping sesak, mengi, dan sakit dada. Sering kali batuk merupakan
masalah yang dihadapi para dokter dalam pekerjaannya sehari-hari. Penyebabnya amat
beragam dan pengenalan patofisiologi batuk akan sangat membantu dalam menegakkan
diagnosis dan penanggulangan penderita batuk.
3. Fase kompresi
3
Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor kartilago
aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase ini tekanan intratoraks meninggi
sampai 300 cmH2O agar terjadi batuk yang efektif. Tekanan pleura tetap meninggi selama
0,5 detik setelah glotis terbuka . Batuk dapat terjadi tanpa penutupan glotis karena otot-otot
ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks walaupun glotis tetap terbuka.
4. Fase ekspirasi/ ekspulsi
Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot ekspirasi,
sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan yang tinggi
disertai dengan pengeluaran benda-benda asing dan bahan-bahan lain. Gerakan glotis, otot-
otot pernafasan dan cabang-cabang bronkus merupakan hal yang penting dalam fase
mekanisme batuk dan disinilah terjadi fase batuk yang sebenarnya. Suara batuk sangat
bervariasi akibat getaran sekret yang ada dalam saluran nafas atau getaran pita suara.
3. Batuk Kronis
4
Batuk kronis adalah batuk yang gejala batuk yang terjadi lebih dari 8 minggu.
Batuk ini biasanya menjadi pertanda atau gejala adanya penyakit lain yang lebih berat
seperti asma, tuberculosis, bronchitis dan sebagainya.
3.5 Undang-Undang
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/VI/1983 dan Peraturan Menteri
Kesehatan RI No.925/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Perubahan Golongan Obat
Nomor 1 memuat ketetapan mengenai obat-obat yang masuk kedalam daftar obat W
dan pengertian tentang obat bebas terbatas. Obat bebas terbatas adalah obat keras yang
dapat diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter jika penyerahannya memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
Obat tersebut hanya boleh dijual dengan bungkus asli dari pabriknya atau
pembuatnya.
Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus mencantumkan tanda
peringatan yang tercetak sesuai contoh. Tanda peringatan tersebut berwarna hitam,
berukuran panjang 5 cm, lebar 2 cm, dan memuat tulisan pemberitahuan berwarna
putih.
Penandaan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/VI/1983, tanda
khusus untuk obat bebas terbatas berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi
berwarna hitam. Tanda khusus harus dilekatkan sedemikian rupa sehingga jelas terlihat dan
mudah dikenali. Tanda khusus untuk obat bebas terbatas adalah sebagai berikut :
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI, obat yang ditetapkan sebagai obat
bebas terbatas adalah sebagai berikut :
Obat bebas terbatas dengan tanda peringatan Nomor 1 (P No. 1)
Contoh : Obat batuk
Tanda peringatan yang harus ada pada kemasan obat-obat tersebut adalah sebagai berikut :
5
Obat batuk dapat dibagi menurut titik kerjanya dalam 2 golongan besar, yaitu :
1. Zat-zat Sentral (Antitusif)
Obat-obat ini menekan rangsangan batuk di pusat batuk yang terletak di sumsum
lanjutan dan mungkin bekerja terhadap pusat saraf lebih tinggi di otak dengan efek
menenangkan (sedatif). Zat-zat ini dibedakan antara zat-zat yang menimbulkan adiksi dan
non-adiksi.
a. Zat-zat adiktif
Yang termasuk zat-zat ini adalah candu dan kodein, zat ini termasuk kelompok obat opioid,
yaitu zat yang memiliki sebagian sifat farmakologi dari opium atau morfin. Berhubungan
obat ini mempunyai efek ketagihan (adiksi) maka penggunaanya harus hati-hati dan untuk
jangka waktu yang singkat.
b. Zat-zat non-adiktif
Yang termasuk zat-zat ini adalah noskapin, dekstrometorfan, pentoksiverin. Antihistamin
juga termasuk, misalnya prometazin dan difenhidramin.
2. Zat-zat Perifer
Obat-obat ini bekerja di perifer dan terbagi dalam beberapa kelompok yaitu :
a. Ekspektoran
Ekspektoran ialah obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak dari saluran
pernapasan. Obat ini bekerja melalui suatu refleks dari lambung yang menstimulasi batuk.
Sekresi dahak yang bersifat cair diperbanyak secara reflektoris atau dengan jalan efek
langsung terhadap sel-sel kelenjar. Obat yang termasuk golongan ini adalah ammonium
klorida, gliceryl guaiacolat, ipeka, dan minyak terbang.
b. Mukolitik
Mukolitk ialah obat yang dapat mengencerkan sekret saluran pernapasan dengan
jalan memecah benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum.
6
dahak yang kental sekali. Zat-zat ini mempermudah pengeluaran dahak yang telah menjadi
lebih encer melalui proses batuk atau dengan bantuan gerakan cilia dari epitel. Tetapi pada
umumnya zat ini tidak berguna bila gerakan silia terganggu, misalnya pada perokok atau
akibat infeksi. Obat-obat yang termasuk kelompok ini adalah asetilkarbosistein, mesna,
bromheksin, danambroxol.
c. Emoliensia
Memperlunak rangsangan batuk dan memperlicin tenggorokan agar tidak kering,
serta memperlunak selaput lendir yang teriritasi. Zat-zat yang sering digunakan adalah
sirup (thymi dan altheae), zat-zat lendir (infus carrageen), dan gula-gula, seperti drop (akar
manis), permen, pastilles isap, dan sebagainya.
7
b. Ekspektoran
Memiliki aktivitas dengan merangsang batuk sehingga memudahkan pengeluaran
dahak/ekspektorasi. Contohnya gliseril guakolat atau guaifenesin. Dari berbagai studi
efektivitas ekspektoran masih dipertanyakan dan tidak lebih baik deibanding placebo.
Bahkan disarankan menggunakan air saja sebgai ekspektoran, karena air dapat
mengencerkan dahak sebagai dahak dapat dibatukkan dengan mudah.
c. Mukolitik
Golongan ini bekerja dengan menurunkan viskositas mucus/dahak, biasanya
digunakan pada saat kondisi dahak cukup kental dan banyak.
Obat Dosis dan Interval
Dewasa Anak-anak
Asetilsistein 200 mg, 3x sehari 100 mg 3 kali
sehari
Karbosistein Awal : 750 mg 3x 2-5 th: 65,5-125
sehari, kemudian : 4x sehari
1,5 g sehari dosis 6-12 th: 250 mg
terbagi 3x sehari
Ambroksol HCl 60 mg 2x sehari 6-12 th: 30 mg, 2-
3x sehari
2-6 th: 15 mg 3x
sehari
Bromheksin 8 mg, 3-4x sehari >10 th : 8 mg, 3x
sehari
3.10 h : 4mg, 3x
sehari
8
Alkaloida candu ini memiliki sifat menyerupai morfin, tetapi efek analgetis dan
meredakan batuknya jauh lebih lemah, begitu pula efek depresinya terhadap
pernapasan. Obat ini banyak digunakan sebagai pereda batuk dan penghilang rasa sakit,
biasanya dikombinasi dengan asetosal yang memberikan efek potensiasi. Dosis analgetis
yang efektif terletak di anatara 15 60 mg. Sama dengan morfin, kodein juga dapat
membebaskan histamine (histamine-liberator).
Efek sampingnya jarang terjadi pada dosis biasa dan terbatas pada obstipasi, mual dan
muntah, pusing, dan termangu-mangu. Pada anak kecil dapat terjadi konvulsi dan depresi
pernapasan. Dalam dosis tinggi dapat menimbulkan efek sentral tersebut. Walaupun
kurang hebat dan lebih jarang daripada morfin, obat ini dapat pula mengakibatkan
ketagihan.
Dosis: oral sebagai aalgetikum dan pereda batuk 3-5 dd 10-40 mg dan maksimum 200
mg sehari. Pada diare 3-4 dd 25-40 mg.
2. Noskapin
Alkaloida candu alamiah ini tidak memiliki rumus fenantren, seperti kodein dan morfin,
melainkan termasuk dalam kelompok benzilisokinolin seperti alkaloda candu lainnya
(papaverin dan tebain). Efek meredakan batuknya tidak sekuat kodein, tetapi tidak
mengakibatkan depresi pernapasan atau obstipasi, sedangkan efk sedatifnya dapat
diabaikan. Risiko adiksinya ringan sekali. Berkat sifat baik ini, kini obat ini banyak
digunakan dalam berbagai sediaan obat batuk popular.
Noskapin tidak bersifat analgetis dan merupakan pembebas histamine yang kuat dengan
efek bronchokonstriksi dan hipotensi (selewat) pada dosis besar.
Efek sampingnya jarang terjad dan berupa nyeri kepala, reaksi kulit, dan perasaan lelah
letih tidak bersemangat.
Dosis: oral 3-4 kali sehari 15-50 mg, maksimal 250 mg sehari.
3. Dekstrometofan: methoxylevorphanol, Detusif, *Romilar/exp, *Benadryl DMP
Derivat-fenantren ini (1953) berkhasiat menekan batuk, yang sama kuatnya dengan
kodein, tetapi bertahan lebih lama dan tidak bersifat analgetis, sedative, sembelit, atau
adiktif. Mekanisme kerjanya berdasarkan peningkatan ambang pusat batuk di otak. Pada
peyalahgunaan dengan dosis tinggi dapat terjadi efek stimulasi SP.
Efek sampingnya hanya ringan dan terbatas pada rasa mengantuk, termangu-mangu,
pusing, nyeri kepala, dan gangguan lambung-usus.
Dosis: oral 3-4 dd 10-20 mg (bromide) p.c., anak-anak 2-6 tahun 3-4 dd 8 mg, 6-12
tahun 3-4 dd 15 mg.
B. Antihistamin
1. Prometazin: (phenargen exp)
Sebagai antihistaminikum berdaya meredakan rangsangan batuk berkat sifat sedative
dan antikolinergik yang kuat.
Efek samping antikolinergiknya dapat menyebabkan gangguan buang air kecil dan
akomodasi pada manula.
Dosis : 3 dd 25-50 mg (garam HCl) d.c., anak-anak diatas 1 tahun 2-4 dd 0,2 mg/kg.
2. Oksomemazin
Adalah derivat dengan khasiat dan penggunaan sama, daya antikolinergiknya lemah.
9
Dosis : 2-3 dd 15 mg, anak-anak 1-2 tahun 2,5-10 mg sehari, 2-5 tahun 10-20 mg sehari,
5-10 tahun 2-3 dd 10 mg.
3. Difenhidramin (Benadryl)
Sebagai zat antihistamin (H-Blocker), senyawa ini bersifat hipnotis-sedatif dan dengan
demikian meredakan rangsangan batuk. Pada bayi dapat menimbulkan perangsangan
paradoksal, misalnya mengeringnya selaput lender karena efek antikolinergiknya.
Dosis : 3-4 dd 25-50 mg
C. Muskolitik
1. Asetilsistein (Fluimucil)
Mekanisme aksinya yakni Mengurangi kekentalan / viskositas sekret dengan memecah
ikatan disulfida pada mukoprotein, memfasilitasi pengeluaran sekret melalui batuk.
Mekanisme ini paling baik pada pH 7-9, sehingga pH sediaan diadjust dengan NaOH.
Efek Samping: Reaksi hipersensitivitas (bronkospasme, angioedema, kemerahan, gatal),
hipotensi / hipertensi (kadang-kadang), mual, muntah, demam, syncope, berkeringat,
arthralgia, pandangan kabur, gangguan fungsi hati, asidosis, kejang, ;cardiac / respiratory
arrest.
Dosis : Oral 3-6 dd 200 mg atau 1-2 dd 600 mg granulat, anak-anak n2-7 tahun 2 dd 200
mg, dibawah 2 tahun 2 dd 100 mg, Sebagai antidotum keracunan paracetamool , oral 150
mg/kg berat badan dan larutan 5 %, disusul dengan 75 mg/kg setiap 4 jam
2. Bromheksin
Mekanisme aksinya yakni Bromheksin merupakan secretolytic agent, yang bekerja
dengan cara memecah mukoprotein dan mukopolisakarida pada sputum sehingga mukus
yang kental pada saluran bronkial menjadi lebih encer, kemudian memfasilitasi
ekspektorasi.
Efek Samping : Pusing, sakit kepala, berkeringat, kulit kemerahan. Batuk atau
bronkospasme pada inhalasi (kadang-kadang). Mual, muntah, diare dan efek samping pada
saluran cerna.
Dosis : Oral 3-4 dd 8-16 mg (Klorida), Anak-anak 3 dd 1,6 8 mg. Tergantung dari
usia.
D. Ekspektoran
1. Kaliumiodida
Iodida menstimulasi sekresi mucus di cabang tenggorokan dan mencairkannya, tetapi
sebagai obat batuk (Hampir) tidak efektif.
Efek Samping : gangguan tiroid , Struma, Ucticaria dan iod-acne, juga
hiperkaliemia( pada fungsi ginjal buruk).
Dosis: Pada batuk oral 3 dd 0,5-1 g, maks. 6 g sehari.
2. Amoniumklorida
Berdaya diuretic lemah yang menyebabkan acidosis, yakni kelebihan asam dalam darah.
Keasaman darah merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi napas meningkat dan
gerakkan bulu getar (cilia) disaluran napas distimulasi. Sekresi dahak juga meningkat.
Maka senyawa ini banyak digunakan dalam sediaaan sirop batuk, misalnya obat batuk
hitam.
10
Efek Sampingnya : Acidosis ( khusus pada anak-anak dan pasien ginjal) dan gangguan
lambung (mual, muntah), berhubung sifatnya yang merangsang mukosa.
Dosis : oral 3-4 dd 100-150 mg, maks. 3 g seharinya.
3. Guaifenesin ( Gliserilguaiakolat, Toplexil)
Digunakan sebagai ekspektorans dalam berbagai jenis sediaan bentuk popular. Pada
dosis tinggi bekerja merelaksasi otot seperti mefenesin.
Efek Samping : Iritasi Lambung (mual,muntah) yang dapat dikurangi bila diminum
dengan segelas air.
Dosis: Oral 4-6 dd 100-200 mg.
E. Emolliensia
1. Succus Liquiritiae
Obat ini banyak digunakan sebagai salah satu komponen dari sediaan obat batuk guna
mempermudah pengeluaran dahak dan sebagai bahan untuk memperbaiki rasa.
Efek Samping : Pada doosis Tinggi dari 3 g sehari berupa nyeri kepala, udema, dan
terganggunya keseimbangan elektrolit, akibat efek mineralalokortikoid dan hipernatriema
dari asam glycyrrizinat.
Dosis : oral 1-3 g sehari.
Kandungan:
Difenhidramin (antihistamin, antitusif)
Dektrometorfan (antitusif)Fenilefrin (dekongestan)
Ammonium klorida (ekspektoran)
Natrium sitrat (ekspektoran)
Indikasi : Mengurangi batuk yang parah dan membandel serta gangguan saluran
pernafasan yang disebabkan oleh pilek, alergi, atau bronkitis
Kontra Indikasi
Gangguan fungsi hati atau ginjal.
Efek Samping
Mengantuk, pusing, mulut kering, gangguan saluran pencernaan.
Dosis
11
Dewasa : 3-4 kali sehari 1-2 sendok teh. Anak-anak : 3-4 kali sehari -1 sendok teh .
2. Vicks Formula 44
Kandungan :
Dekstrometorfan (antitusif)
Doksilamin (antihistamin, antitusif)
Indikasi:
Meredakan batuk yang tidak berdahak atau yang menimbulkan rasa sakit.
Kontra Indikasi: Penderita hipersensitif, terhadap obat ini.
Efek Samping : Jarang menyebabkan kantul. Mual, pusing, konstipasi.
Aturan Pakai :
Dewasa: 12 tahun ke atas: 1 sendok takar 3 kali sehari.
Anak-anak: 6 - 11 tahun: sendok takar 3 kali sehari.
Atau gunakan sesuai petunjuk dokter.
1 sendok takar = 5 mL
3. Wood Ekspektoran
Kandungan :
Bromhexin (ekspektoran)
Guaifenesin (ekspektoran)
Indikasi: Meredakan gejala batuk produktif , bronchitis atau emfisema.
Kontra indikasi: Ulkus Gi, Hamil, menyusui
Efek Samping: Gangguan Pencernaan
Dosis:
Dewasa dan Anak >12 tahun sehari 3x10 ml. Anak 6-12 thn sehari 3-5 ml
12
3.10 Tips Menggunakan Obat Batuk yang Efektif
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini antara lain :
1. Menurut Weinberger (2005) batuk merupakan ekspirasi eksplosif yang
menyediakan mekanisme protektif normal untuk membersihkan cabang
trakeobronkial dari sekret dan zat-zat asing. Masyarakat lebih cenderung untuk
mencari pengobatan apabila batuknya berkepanjangan sehingga mengganggu
aktivitas seharian atau mencurigai kanker.
2. Jenis-Jenis batuk berdasarkan produktivitasnya, batuk dapat dibedakan menjadi
menjadi 2 jenis, yaitu batuk berdahak (batuk produktif) dan batuk kering (batuk
non produktif).
3. Jenis-jenis berdasarkan waktu berlangsungnya, batuk dapat dibedakan menjadi 3,
yaitu batuk akut, batuk sub akut dan batuk kronis.
4. Obat batuk dapat dibagi menurut titik kerjanya dalam 2 golongan besar, yaitu : zat-
zat sentral (antitusif) dan zat-zat perifer.
5. Beberapa contoh obat yang beredar dipasaran diantaranya yaitu, Benadryl DMP,
Vicks Formula 44, Wood Ekspektoran
4.2 Saran
Kepada para pembaca kami ucapakan selamat belajar dan manfaatkanlah makalah ini
dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih perlu ditingkatkan
mutunya, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Linnisaa, U.H., dan Wati, A.E., (2014), Rasionalitas Peresepan Obat Batuk Ekspektoran
dan Antitusif Di Apotek Jati Medika Periode Oktober Desember 2012, Indonsian
Journal on Medical Science, 1 (1) : 30 39
Putri, C. A., Retorini, E., Irdiah, Wardani, P. K., & Surtina. (2012/2013). Obat - obat
Saluran Pernafasan (Obat Antitusif, Obat Ekspektoransia, dan Obat Bronkodilator).
Jurusan Farmasi, POLTEKKES KEMENKES RI, Pangkal Pinang.
https://id.wikipedia.org/wiki/Antitusif
https://id.wikipedia.org/wiki/Bronkodilator
https://yosefw.wordpress.com
http://produkfarmasi.blogspot.co.id/2011/12/nama-dagang-obat-obatan-yang-beredar-
di.html
14